NIM : 1807101030088
KEHAMILAN EKTOPIK
DEFINISI
ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik, yaitu:
1. Terapat peradangan dan infeksi pada tuba yang menyebabkan lumen tuba
sempit.
2. Fungsi silia yang tidak baik karena hypoplasia uterus dan saluran tuba yang
berkelok-kelok.
3. Kelaianan kongenital pada tuba
4. Terdapat tumor pada tuba, seperti mioma uteri atau tumor ovarium.
5. Karena abnormalitas zigot yang tumbih lebih besar sehingga tersendat di
saat melawati tuba.3
6. Karena pil KB yang membuat efeksamping pergerakan tuba melambat,
sehingga bias terjadi kehamilan ektopik jika kehamilan terjadi.
7. Peradangan yang ditimbulkan oleh pemakian IUD yang dapat menyebabkan
kehamilan ektopik.3
PATOLOGI
Pada saat terjadi kehamilan, jika embrio tidak dapat mencapai endometrium
untuk proses nidasi, maka embrio akan tumbuh disaluran tuba dan akan mengalami
nidasi di dalam saluran tuba. Karena akibat dari kehamilan yang bukan di
tempatnya, maka akan terjadi beberapa perubahan berikut ini:
a. Akan terjadi kematian dini dari hasil konsepsi dan akan diresorbsi total
karena kurangnya vaskularisasi.
b. Perlepasan mudigah dapat terjadi pada dinding tuba karena perdarahan pada
pembukaan pembulih darah oleh vili korialis pada dindning tuba. Bila
pelepasan yang terjadi menyeleuruh, maka akan di dorong oleh darah ke
ostium tuba pars abdominalis. Apabila hanya sebagian yang terlpas, maka
perdarahan akan terus berlasngsung terjadi dan berubah menjadi mola
kurenta.
c. Terjadinya ruput dinding tuba yang sering terjadi jika ovum berimplantasi
pada ismus dan biasnaya pada kehamilan muda. Rupture ini dapat terjadi
dengan spontan atau karena faktor trauma seperti koitus dan pemeriksaan
vagina. Pada keadaan tersebut akan terjadi perdarahan yang sedikit hingga
bnyak smapai mengalami syok. Penyebab utama dari terjadinya rupture
adalah karena vili korialis menembus ke dalam lapisan muskularis tuba
hingga ke peritoneum.3
FAKTOR RISIKO
KLASIFIKASI
Dibagian tuba falopi dapat terjadi fertilasi dibagian mana saja di tuba fallopi.
Di ampulla terjadi sekitar 55%, kemudian sekitar 25% terjadi di ismus dan sekitar
17% terjadi di Fimbria. Pada keadaan ini, trofoblas berpoliferasi dengan cepat dan
menginvasi daerah sekitanya. Dinding tuba yang menjadi tempat implantasi
memiliki ketahanan yang sangat rendah teradap invasi dari tofoblas. Abortus dapat
terjadi yang pada umumnya terjadi jika implatasi di ampulla dan impantasi pada
ismus lebih rentang mengalami rupture tuba pada minggu pertama, tetapi jika
rupture terjadi agak lambat maka biasanya implantasi berada di pars intertistial.
b. Kehamilan abdominal
Pada kehamilan abdomen, keluhan yang sering muncul adalah nyeri pada
abdomen, nausea, mual dan muntah, malaise, dan rasa nyeri saat janin bergerak.
Gambar klinis yang sering adalah rasa nyeri pada penekanan abdomen, presentasi
janin yang abnormal dan lokasi serviks uteri yang berubah. Penggunaan USG
merupakan salah satu cara untuk menegakkan diagnosis jika belum terjadi
perdarahan inrtraabdominal. Pilihan penanganan dari kasus ini adalah dengan cara
pembedahan.
c. Kehamilan ovarial
d. Kehamilan servikal
Fakor risiko yang dapat meningkatkan kejadian kehamilan servikal adalah ibu
dengan riwayat dilatasi dan kuretase, riwayat In vitro fertilization (IVF) dan ibu
dengan riwayat seksio sesarea pada kehamilan sebelumnya. Pada umumnya gejala
yang sering muncul adalah perdarahan pervaginam tanpa disertai dengan gejala
nyeri. Keadaan serviks pada umumnya akan membesar, hiperemis dan mengalami
sianosis. Penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan USG
dengan ditemukan adanya kantong kehamilan di sekitar serviks. Jika hemodinamik
ibu stabil, maka dapat dilakukan penanganan secara konservatif dan pilihan yang
tepat adalah dengan mempertahankan uterus. Kemudian dapat diberikan
metotreksat dan cara likal atau sistemik memebrikan peluang kebershasilab sekitar
80%. Histerektomi dapat dianjurkan jika kehamilan sudah masuk timserter ke dua
akhir ataupun masuk ke trimester tiga.3
GEJALA KLINIS
Pada umumnya ibu hamil tidak mengetahui bahwa ia sedang hamil, atau
berpikir bahwa kehamilannya normal atau sudah mengalami abortus. Gambaran
klinik dari kehamilan ektopik bervariasi, tergantung dari tempatnya.
Pada gejala klinik akut, awalnya muncul rasa nyeri abdomen sebelum terjadi
perdarahan pervaginam. Biasanya nyeri berawal dari sisi bawah abdomen dan
kemudian terasa hingga ke seluruh abdomen karena akibat kumpulan darah didalam
rongga abdomen. Pada keaan klinis juga dijumpai hipotensi dan bahkan bias syok,
takikardi dan gejala peritonism dengan tanda distensi abdomen dan rebound
tenderness.
Gejala klinis yang dijumpai adalah perdarahan pervaginam dan rasa nyeri
perut yang berulang. Pada keadaan subakut, dapat teraba massa di bagian salah satu
sisi forniks vagina. Kemudian kadar hemoglobin akan turun akibat perdarahan,
namum kadar leukosit umumnya normal atau hanya sedikit mengalami
peningkatan.3
DIAGNOSIS
Pada setiap perempuan dengan keluhan nyeri perut bagian bawah atau
kelainan haid, kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik harus di pikirkan. Jika
anmanesis yang dilakukan sangat teliti dan pemeriksaan fisik yang cermat, dapat
membantu menegakan diagnose tanpa ada bantuan dari pemeriksaan seperti
kuldosintesis, USG, dan laparoskopi. Pada kehamilan ektopik ditemukan nyeri
perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus, dan perdarahan pervaginam yang terjadi
setelah nyeri perut dirasakan dibagian bawah.
3. Prawiroharjo S. Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: Bina Pustaka; 2011. 677 p.