Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk di Indonesia semakin
meningkat, ini berpengaruh pada Usia Harapan Hidup (UHH) di Indonesia.
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2020
diperkirakan UHH menjadi 71,7 tahun. Meningkatnya populasi lansia ini
membuat pemerintah perlu merumuskan kebijakan dan program yang
ditujukan kepada kelompok lansia sehingga dapat berperan dalam
pembangunan dan tidak menjadi beban bagi masyarakat (KEMENKES, 2013).
Hiperglikemia adalah suatu kondisi medik berupa peningkatan kadar
glukosa dalam darah melebihi batas normal. Hiperglikemia merupakan salah
satu tanda khas penyakit diabetes mellitus (DM), meskipun juga mungkin
didapatkan pada beberapa keadaan yang lain. Saat ini penelitian epidemiologi
menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan
prevalensi DM tipe-2 di berbagai penjuru dunia (PERKENI, 2015).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi adanya peningkatan
jumlah penyandang DM yang menjadi salah satu ancaman kesehatan global.
Pada buku pedoman ini, hiperglikemia yang dibahas adalah yang terkait
dengan DM tipe-2. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di
Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun
2030. Laporan ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM
sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2035. Sedangkan International Diabetes
Federation (IDF) memprediksi adanya kenaikan jumlah penyandang DM di
Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035.
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh
Departemen Kesehatan, menunjukkan bahwa rata-rata prevalensi DM di
daerah urban untuk usia di atas 15 tahun sebesar 5,7%. Prevalensi terkecil
terdapat di Propinsi Papua sebesar 1,7%, dan terbesar di Propinsi Maluku
Utara dan Kalimantan Barat yang mencapai 11,1%. Sedangkan prevalensi

1
2

toleransi glukosa terganggu (TGT), berkisar antara 4,0% di Propinsi Jambi


sampai 21,8% di Propinsi Papua Barat dengan rerata sebesar 10.2%
Diperkirakan masih banyak (sekitar 50%) penyandang diabetes yang
belum terdiagnosis di Indonesia. Selain itu hanya dua pertiga saja dari yang
terdiagnosis yang menjalani pengobatan, baik non farmakologis maupun
farmakologis. Dari yang menjalani pengobatan tersebut hanya sepertiganya
saja yang terkendali dengan baik (PERKENI, 2015) .
Bukti-bukti menunjukkan bahwa komplikasi diabetes dapat dicegah
dengan kontrol glikemik yang optimal, namun demikian di Indonesia sendiri
target pencapaian kontrol glikemik masih belum tercapai secara memuaskan,
yang sebagian besar masih di atas target yang diinginkan sebesar 7%. Oleh
karena itu diperlukan suatu pedoman pengelolaan yang dapat menjadi acuan
penatalaksanaan diabetus melitus (PERKENI, 2015).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Melakukan pendekatan kedokteran keluarga terhadap pasien
Diabetes Mellitus dan keluarganya
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik (fungsi keluarga, bentuk keluarga, dan
siklus keluarga) pada keluarga pasien Diabetes Mellitus
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah
kesehatan pada pasien Diabetes Mellitus dan keluarganya
c. Mendapatkan pemecahan masalah kesehatan pasien Diabetes
Mellitus dan keluarganya.
C. MANFAAT
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta
penatalaksanaan terhadap pasien Diabetes Mellitus dengan pendekatan
kedokteran keluarga.

2. Bagi Tenaga Kesehatan


3

Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar setiap


memberikan penatalaksanaan kepada pasien Diabetes Mellitus dilakukan
secara holistik dan komprehensif serta mempertimbangkan aspek
keluarga dalam proses penyembuhan, serta memberikan pencegahan
penyakit Diabetes Mellitus.
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya bahwa
keluarga juga memiliki peranan yang cukup penting dalam kesembuhan
pasien dan berperan dalam memberantas penyakit Diabetes Mellitus.

Anda mungkin juga menyukai