Jawab
1) Jam Standar Tenaga Kerja Langsung (JSTKL) adalah taksiran sejumlah jam tenaga
kerja Langsung yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk tertentu. Jam
standar tenaga kerja langsungg dapat ditentukan dengan Cara:
a. Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari
kartu harga pokok periode yang lalu.
b. Mencoba jalan operasi produksi di bawah keadaan normal yang diharapkan.
c. Mengadakan penyilidikan gerak dan waktu.
d. Mengadakan taksiran yang wajar.
e. Memperhitungkan keloriggaran waktu untuk istirahat, penundaan kerja yang tak
bisa dihindari, dari faktor kelelahan.
2) Tarif upah standar tenaga kerja langsung (TUSt) adalah taksiran tarif upah per jam.
tenaga kerja langsung. Tari upah standar tenaga kerja langsung (TUSt) dapat
ditentukan atas dasar: (a) Perjanjian dengan organisasi karyawan, (b) Dapat upah
masa lalu yang dihitung secara rata-rata dan (c) Perhitungan tarif upah dalam operasi
normal.
Misalkan jam standar tenaga kerja langsung ditentukan untuk membuat satu
botol kecap diperlukan waktu 0,1 jam dan tarif upah standar tenaga kerja langsung
(TSt) ditentukan per jam Rp 500.
3) Dengan demikian biaya tenaga kerja langsung standar per unit produk (BTKLSP)
untuk membuat satu botol kecap = 0,1 jam @ Rp 500: Rp 50.Setelah jam standar
tenaga kerja langsung (JSTKL) ditetapkan, kemudian disusun jam kerja standar
tenaga kerja langsung terpakai.
4) Untuk menyusun jam kerja standar tenaga kerja langsung terpakai (JKSt) diperlukan
data anggran produk dan jam standar tenga kerja langsung (JSTKL).
1) Data Apa yang diperlukan untuk menyusun JKSt (jam kerja standar tenaga kerjaa
langsung terpakai)?
2) Jika diketahui data Anggaran Produk Jadi dari perusahaan Kecap Asli selama tahun
2016 per Triwulan I s/d IV untuk kecap Sedang, Kecap Manis, Kecap Asin ttal
setahun 187 botol (lihat tabel Nafarin halaman 225). Dan diketahui Jam Standar
Tenaga Kerja Langsung (JSTKL) untuk satu botol keczp diperlukan waktu 0,1 jam,
dan diketahui rumus JKSt = P x JSTKL, Bagaimana menuyusun tabel JKST (Tabel
Jam Kerja Standar Tenaga Kerka TERPAKAI?
3) Bla asumsinya tidak ada persediaan ProdukDalam Proses (Barang Setengah Jadi),
bagaimana menyusun tabel Jam Kerja Standar Tenaga Kerja Langsung TERPAKAI
(JKSt) untuk tahun anggaran 2016, ?
Jawab
1) Untuk menyusun jam kerja standar tenaga kerja langsung terpakai (JKSt) diperlukan
data anggran produk dan jam standar tenga kerja langsung (JSTKL).
2) Misalkan Anggaran Produk jadi dari Perusahaan Kecap Asli selama Tahun 2016
Sebagai Berikut.
Jam standar tenaga kerja langsung (JSTKL) untuk membuat satu botol kecap
diperlukan waktu 0,1 jam.
Rumus yang dapat digunakan dalam menyusun jam kerja standar tenaga kerja
Iangsung terpakai (JKSt) adalah sebagai berikut.
JKSt=2 P x JSTKL
Bila tidak terdapat Produk dalam proses, maka unit ekuivalen produk sama dengan
produk jadi dihasilkan period tersebut. Anggaran produk pada Perusahaan Kecap
Asli dalam contoh tersebut tidak terdapat sediaan produk dalam proses, sehingga unit
ekuivalen produk sama dengan produk jadi.
Dari data tersebut di atas dapat disusun jam kerja standar tenaga kerja langsung
terpakai (JKSt) seperti Tabel 9-1.
3)
Perusahaan Kecap Asli
Jam Kerja Standar Tenaga Kerja Langsung Terpakai
Tiap Triwulan Pada Tahun 2016
Jawab
1) Rumus yang dapat digunakan dalam menyusun anggaran biaya tenaga kerja langsung
(BTKL) atau biaya tenaga kerja langsung standar (BTKLSt) sebagai berikut.
IV. KASUS
Dari Tabel 9.1. dan tabel 9.2. diketahui JKSt untuk kecap sedang = 22 botol x 0,1 jam = 2,2
jam dan dari Tabel 9.2 diketahui Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung BTKL untuk kecap
sedang 2,2 jam x Rp. 500 = Rp. 1.100. Dan diketahui terdapat Sediaan Produk di wal proses
produksi Triwulan I sebanyak 10 botol kecap sedang, dengan tingkat penyelesaian BTKL
30%, dan Sediaan Akhir TRiwulan sebanyak 8 botol dan tingkat penyelesaian BTKL 50%,
dengan metoda perhitungan MPKP (masuk pertama keluar pertama), susun/hitunglah
Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung Triwulan kecap sedang
Jawab
Langkah pertama, menghitung sediaan produk jadi akhir sebagai berikut.
Tampak pada perhitungan tersebut sediaan produk jadi akhir belum diketahui. Sediaan
produk jadi dapat diketahui sebanyak 49 botol dengan cara mengurangi produk siap dijual
197 botol dengan jualan 148 botol.
Langkah kedua, menghitung unit ekuivalen produk dengan metode masuk pertama keluar
pertama (MPKP) sebagai berikut:
Produk jadi + Ekuivalen PDP Akhir - Ekuivalen PDP Awal
Langkah ketiga, menghitung unit ekuivalen produk dengan metode masuk pertama kedua
pertama (MPKP) sebagai berikut:
Langkah keempat, menghitung sediaan dengan metode pengharga-pokokan penuh (PP) dan
penghargapokokan variabel (PV) sebagai berikut.
PP PV
PP PV
Rp 7.110 Rp 6.822
Keterangan
Penghargapokokan
Penuh
Variable
Jualan
Rp 103.600
Rp 103.600
Rp 83.556
Rp 6.400
Rp 83.556
Rp 2.982
Biaya Pabrik
Rp 89.956
Rp 3.110
Biaya produksi
Rp 93.006
Rp 7.110
Rp 86.538
Rp 6.822
Rp 85.956
Rp 7.050
Rp 79.716
Rp 6.570
Rp 93.006
Rp 23.030
Rp 86.286
Rp 21.462
Rp 69.976
Rp 64.824
Rp 33.624
Rp 9.726
Rp 28.100
Rp 38.776
Rp 9.726
Rp 29.050
Rp 28.100
Rp 6.400
Biaya tetap
Rp 34.500
Rugi
(Rp 4.202)
(Rp 5.450)
Tampak pada Tabel 9-6 terdapat selisih rugi Rp 1.248, yaitu Rp 4.202 – Rp 5.450. Penyebab
selisih rugi Rp 1.248 tersebut adalah selisish sediaan antara metode penghargapokokan penuh
dan metode penghargapokokan variabel dengan perhitungan sebagai berikut.
Rugi = Rp 5.450
Pada Tabel 9-7 tampak jumlah biaya variabel dan biaya variabel perbotol belum diketahui.
Jumlah biaya variabel Rp 74.550 dapat diketahui dengan cara jualan Rp 103.600 dikurangi
margin kontribusi RP 29.050 dengan demikian biaya variabel perbotol = Rp 74.550 : 148
botol = Rp 503,71622.
Anggaran laba rugi dapat dilengkapi dengan anggaran biaya produksi untuk
penghargapokokan penuh (PP) dan penghargapokokan variabel (PV) seperti Tabel 9-8.
Pada Tabel 9-8 tampak biaya penyelesaian produk dalam proses awal 10 botol sebesar
RP 1.590 untuk metode penghargapokokan penuh (PP) dan sebesar RP 1.398 untuk
penghargapokokan variabel (PV) dengan perhitungan sebagai berikut.
I.Data Produksi
Biaya
Biaya Pabrik
PP
PV
PP
PV
BBB
192 Botol
Rp 61.440
Rp 61.440
Rp 320
Rp 320
BTKL
188 Botol
Rp 9.400
Rp 9.400
Rp 50
Rp 50
BOPV
187 Botol
Rp 12.716
Rp 12.716
Rp 68
Rp 68
BOPT
200 Botol
Rp 6.400
Rp 32
Biaya Produksi
Rp 89.956
Rp 83.556
Rp 470
Rp 438
Rp 3.110
Rp 2.982
Rp 93.066
Rp 86.538
PP PV
PP PV
Harga pokok produk jadi 172 botol metode penghargapokokan variabel (PV) sebesar RP
75.336 dan metode penghargapokokan penuh (PP) sebesar Rp 81.256 dihitung sebagai
berikut.
= 5 botol
= 195 botol
= 185 botol
= Rp 5.920
Jawab
1.
Anggaran produk
(dalam botol)
2.
⮚ Anggaran produksi 2020
- Jumlah setahun = 600.000
- Produk jadi akhir = 50.000
______ +
- Produk siap dijual = 650.000
- Produk jadi awal = 20.000
______ -
- Produk jadi periode ini = 630.000 : 4 = 157.500
Bahan Baku
Barang Produk
Setiap Unit Produk Kebutuhan
X 10.000 2 5.000
Y 20.000 3 7.500
Jumlah 12.500
PT Chemplon
Anggaran Kebutuhan Pemakaian Bahan Baku
Bahan Baku
Barang Produk
Setiap Unit Produk Kebutuhan
X 10.000 4 10.000
Y 20.000 5 2.500
Jumlah 12.500
PT Cwity
Anggaran Biaya Bahan Baku
PT Chemplon
Anggaran Biaya Bahan Baku