Anda di halaman 1dari 27

PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA

KABEL BAWAH TANAH

BAB II

KABEL BAWAH TANAH

2.1 Tujuan
Buku pedoman ini membahas tata cara pemasangan kabel bawah tanah dengan
tujuan untuk memperoleh mutu pekerjaan yang baik dan seragam dalam cara
pemasangan serta peralatan yang digunakan.

2.2 Penggunaan
Pedoman ini digunakan sebagai petunjuk dalam pelaksanaan pemasangan Kabel
Tanah Tanam Langsung maupun Kabel Duct, baik yang dilaksanakan oleh
Petugas/Karyawan PT. TELKOM maupun oleh Mitra PT. TELKOM.

2.3 Definisi

2.3.1 Urat Kabel


Urat kabel adalah kawat penghantar yang terbuat dari bahan tembaga lunak
berbentuk silindris dengan diameter tertentu (0,4 mm, 0,6 mm, 0,8 mm atau 1,0 mm)
yang dibungkus dengan isolasi polyetilen berwarna.

2.3.2 Quad
Empat penghantar yang berisolasi dengan warna tertentu dipilin bersama-sama
membentuk empatan yang simetris dan kompak.

2.3.3 Satuan Dasar


Sejumlah 5 (lima) quad yang dipilin bersama secara kompak dan dililit dengan pita
pengikat berwarna.

2.3.4 Kabel
Kabel adalah kumpulan dari satuan dasar yang tersusun menjadi satu kesatuan dan
terbungkus oleh pelindung elektris dan selubung PE.

2.3.5 Kabel Bawah Tanah


Kabel Bawah Tanah adalah semua jenis kabel yang konstruksinya dirancang khusus
untuk dipasang di bawah permukaan tanah, sesuai dengan STEL-K-007, STEL-K-008,
STEL-K-009 dan yang lainnya yang dituangkan dalam SII (Standar Industri Indonesia).

2.3.6 Kabel Tanah Tanam Langsung


Kabel Tanah Tanam Langsung (STEL-K-007) adalah kabel tanah yang dalam
pemasangannya ditanam secara langsung di bawah permukaan tanah.

23 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

2.3.7 Kabel Duct


Kabel Duct (STEL-K008 dan STEL-K009) adalah kabel tanah yang dalam
pemasangannya harus diletakkan dalam pipa-pipa di bawah permukaan tanah.

2.3.8 Kabel Primer


Kabel Primer adalah kabel yang dipasang untuk menghubungkan Rangka Pembagi
Utama dengan Rumah Kabel (RK).

2.3.9 Kabel Sekunder


Kabel Sekunder adalah kabel yang dipasang untuk menghubungkan Rumah Kabel
dengan Kotak Pembagi (KP)

2.3.10 Kabel Catu Langsung


Kabel Catu Langsung adalah kabel yang dipasang untuk menghubungkan secara
langsung antara Rangka Pembagi Utama dengan Kotak-kotak Pembagi dan tidak
melalui Rumah Kabel.

2.3.11 Kabel Tie Line/Tie Cable


Kabel Tie Line/Tie Cable adalah kabel yang dipasang untuk menghubungkan antara
dua perangkat jaringan yang berbeda tapi dalam satu level.

2.4 Cara Pemasangan Kabel Tanah Tanam Langsung

2.4.1 Cara Pemasangan


Pemasangan Kabel Tanah Tanam Langsung pada umumnya dilakukan di bawah
permukaan tanah, ditarik di pinggir sepanjang jalan, dan pada lokasi tertentu sesuai
keperluan, pemasangannya menyeberang jalan atau selokan. Kedalaman galian untuk
Kabel Primer dan sekunder tidak sama. Demikian juga halnya antara rute lurus dan
penyeberangan . Hal ini sangat tergantung kepada aturan pemerintah/PERDA
setempat.

2.4.2 Pemasangan Di Tepi Jalan/Trotoir


a. Kabel Primer
Secara umum, kedalaman galian alur Kabel Primer dengan sistem galian terbuka
(open trench) atau sistem rojok ditentukan minimal 100 cm atau sesuai peraturan
PEMDA setempat (contoh Jakarta lebih kurang 130 cm).

Lebar galian bagian atas alur kabel lebih kurang 40 cm atau 65 cm dan bagian
bawah lebih kurang 30 cm atau 50 cm, seperti terlihat pada Gambar 2-01 di bawah
ini.

Tanah bekas galian diusahakan tidak mengganggu lalu lintas jalan.

24 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

Gambar 2- 01. Penampang Lintang Alur Penanaman Kabel Tanah Tanam


Langsung dengan Sistem Gali

Gambar 2- 02. Penampang Lintang Alur Penanaman Kabel Tanah Tanam


Langsung dengan Sistem Rojok/Boring

b. Kabel Sekunder
Kedalaman galian alur untuk Kabel Sekunder dengan sistem galian terbuka (open
trench) atau sistem atau rojok ditentukan minimal 60 cm - 80 cm atau sesuai
peraturan PEMDA setempat (contoh Jakarta lebih kurang 110 cm), lihat Gambar 2-
02.

Bila kedalaman minimal tidak dapat dipenuhi maka konstruksi perlu diberikan
pengamanan berupa cor beton 1:3:5.

25 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

c. Lebar galian pada bagian atas maupun bawah tergantung dari kedalamannya, baik
untuk penanaman Kabel Primer maupun Sekunder seperti terlihat pada Gambar 2-
03 di bawah ini.

Daftar lebar galian atas/bawah:

Lebar Lebar
Tinggi
Atas Bawah
(T)
(A) (B)
60 cm 40 cm 30 cm
70 cm 40 cm 35 cm
80 cm 45 cm 40 cm
90 cm 50 cm 40 cm
100 cm 60 cm 45 cm
110 cm 65 cm 45 cm
130 cm 65 cm 50 cm
dst. dst. 50 cm

Gambar 2- 03. Perbandingan Lebar Galian Bagian Atas dan Bagian Bawah

2.4.3 Menyeberang Jalan


Pada penyeberangan jalan, pemasangan Kabel dimasukkan dalam pipa PVC
pelindung dengan diameter 4 inch, tebal 5,5 mm dengan kedalaman pipa minimal 100
cm atau sesuai peraturan daerah (PERDA) setempat (contoh, Jakarta lebih kurang 130
cm).

Pemasangan pipa PVC pelindung dilakukan sebelum pelaksanaan penarikan kabel.


Untuk penyeberangan tidak padat lalu lintas, pemasangan pipa PVC pelindung dengan
sistem galian terbuka (open trench). Pada penyeberangan jalan padat lalu lintas
pemasangan pipa PVC pelindung dengan sistem boring.

Pemasangan kabel dalam pipa PVC pelindung dengan ketentuan:

a. Untuk Kabel Primer : 1 pipa hanya diisi 1 buah kabel.


b. Kabel Sekunder : untuk satu pipa maksimum diisi oleh 3 buah
kabel.
c. Kabel Primer dan Kabel Sekunder diupayakan tidak dimasukkan kedalam satu pipa
yang sama.
d. Disiapkan pipa cadangan kosong yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan
(desain), lihat Gambar 2-04 dibawah ini.

26 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

Gambar 2-04. Penanaman Kabel Menyeberang Jalan dengan Sistem Galian

Gambar 2- 05. Penanaman Kabel Menyeberang Jalan dengan Sistem Boring

e. Pemasangan pipa PVC pelindung pada sistem boring, pipa PVC dapat dipotong-
potong 1 sampai dengan 2 meter dan harus disambung menggunakan socket
dengan ukuran yang sesuai dan dilem sehingga kuat dan tidak bocor (lihat Gambar
2-06).

27 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

Gambar 2- 06. Pemasangan Pipa PVC pada Sistem Boring

2.4.4 Menyeberang Parit


Kabel dimasukkan ke dalam pipa pelindung besi galvanis dengan diameter dalam 4
inchi atau 2 inch, baik untuk alur/rute kabel maupun untuk kebutuhan alur kabel naik
yang menuju KP, dipasang di bawah dasar parit (Gambar 2-07). Jika hal tersebut tidak
memungkinkan , maka seijin PEMDA setempat pipa dapat dipasang di atas parit,
dilindungi/dililit kawat duri (Gambar 2-07) dengan catatan tidak menghalangi debit air.

Pipa Besi Galvanis

Gambar 2- 07. Pipa Pelindung Galvanis Dipasang Melewati Bawah Parit

28 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

Gambar 2- 08. Pipa Pelindung Galvanis Dipasang Diatas Parit

Pemasangan kabel dalam pipa pelindung dengan ketentuan:

a. Untuk 1 (satu) pipa pelindung hanya dapat diisi dengan 1 Kabel Primer atau
maksimum 3 Kabel Sekunder.
b. Kabel Primer dan Kabel Sekunder tidak boleh berada dalam satu pipa yang sama.
c. Pipa pelindung dilindungi kawat berduri seperti terlihat pada Gambar 2-08 diatas.
d. Pipa pelindung yang belum terisi kabel harus ditutup dengan Stopper pada kedua
ujungnya, sedangkan pipa yang sudah terisi kabel supaya dipasang kabel Seal.

2.4.5 Menyeberang Rel Kereta Api


Pemasangan kabel pada lokasi menyeberang rel Kereta Api, kabel dimasukkan
kedalam pelindung pipa besi galvanis diameter 4 inchi, tebal 3,3 mm pada kedalaman
minimal 1,5 meter atau menurut ketentuan PT. KAI dengan tetap menyediakan pipa
cadangan disesuaikan dengan kebutuhan (perencanaan). Pemasangan pipa pelindung
dilakukan dengan menggunakan teknologi pengeboran (boring). Penyambungan pipa
galvanis harus menggunakan socket sambung dengan ukuran yang sesuai.

29 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

Gambar 2- 09. Penanaman Kabel Menyeberang Rel Kereta Api dengan Sistem
Boring

2.4.6 Menyeberang Jalan Bebas Hambatan


Pemasangan kabel pada lokasi menyeberang Jalan bebas hambatan, kabel
dimasukkan kedalam pelindung pipa besi galvanis diameter 4 inchi, tebal 3,3, mm atau
PVC minimal diameter 4 inchi tebal 5,5 mm ditanam di bawah jalan dengan kedalaman
tertentu (minimal 1,5 meter), sesuai ketetapan instansi terkait dan tetap menyediakan
pipa cadangan disesuaikan dengan kebutuhan (perencanaan). Pemasangannya
dilakukan dengan menggunakan teknologi pengeboran (boring). Penyambungan pipa
galvanis/pipa PVC harus menggunakan socket sambung dengan ukuran yang sesuai.

Gambar 2- 10. Penanaman Kabel Menyeberang Jalan Bebas Hambatan dengan


Sistem Boring

30 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

2.4.7 Menyeberang Sungai


Pemasangan dan penarikan kabel yang menyeberangi sungai dilakukan sesuai kondisi
setempat, dengan cara:

a. Menempel pada jembatan yang ada


Pemasangannya harus seijin PEMDA atau instansi terkait setempat. Kabel
dimasukkan dalam pelindung pipa besi galvanis yang dipasang pada sisi
(menempel) atau bawah jembatan, seperti terlihat pada Gambar 2-11 di bawah ini.

(a)

(b)
Gambar 2- 11. Contoh Kontruksi Menyeberang Sungai Menempel pada Jembatan
(a) menempel dengan penyangga
(b) menempel dengan diklem

b. Jembatan Kabel Sendiri/Terpisah


Apabila cara pada butir a diatas tidak memungkinkan, maka alternatif lain adalah
dengan membuat jembatan kabel tersendiri dengan seijin PEMDA atau instansi
terkait setempat. Konstruksi jembatan kabel harus disesuaikan dengan lebar
bentang sungai, dan diamankan dari lalu lintas orang.

31 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

(a)

(b)

Gambar 2- 12. Contoh Kontruksi Menyeberang Sungai Jembatan Sendiri


(c) pandangan samping
(d) potongan lintang

c. Duct Slump
Dalam hal pemasangan pada butir a dan b di atas tidak memungkinkan, maka
diupayakan pemasangannya melewati dasar sungai dengan memakai kabel sungai
dan pemasangannya dengan sistem Duct Slump menggunakan pipa PVC yang
dipasang di bawah dasar sungai, Gambar 2-13.

32 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

Gambar 2- 13. Contoh Kontruksi Duct Slump Menyeberang Sungai

d. Sistem Gantung/Hanging
Dalam hal lebar sungai kurang dari 50 meter, masih memungkinkan menaikkan
kabel tanah dengan memakai tumpuan pada ujung-ujungnya. (atau memakai sistem
hanging ).

13 13
3 3
10 10

12 12

20 20
2 2
1 1
20 20

20 20
4 4

20 6 6 20

8 20 20 8

70 70
9 9
5 5

70 70

10 10

70 7 7 70

30 30

30 30

1/5 T 1/5 T

11 11
Keterangan:
1. Kabel
2. Klem Penjepit Kabel
3. Kawat Slink/Penggantung
4. Buldog Grip
5. Klem Pipa Riser
6. Stainless Steel Belt/Tie Wrap
7. Pipa Riser
8. Kawat Temberang
9. Sekang Penegang Temberang
10.Batang Temberang
11.Plat Besi
12.Stagklem Beugel
13.Spanwartel/Sekang Ulir

Gambar 2- 14. Kontruksi Hanging Menyeberang Sungai

2.4.8 Melintasi Kabel Listrik (PLN)


Bila pada waktu penggalian alur kabel, di lokasi yang sama terdapat kabel tegangan
tinggi, maka jarak yang diperbolehkan adalah sebagai berikut:

33 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

a. Jika sejajar, maka jarak terdekat minimum 80 cm.


b. Jika menyilang, maka persilangan harus tegak lurus, dan jarak terdekat minimum 45
cm.
c. Sepanjang 1 meter pada persilangan ini, kabel harus dilindungi/dimasukkan ke
dalam pipa besi galvanis.

2.4.9 Galian Lubang Tempat Penyambungan Kabel


Galian lubang tempat penyambungan kabel ditentukan ukurannya sesuai dengan
kedalaman galian kabel yang berkaitan, minimal 1 m x 1 m x 1m.

2.4.10 Hal-Hal Lain


a. Apabila ada tiang listrik, maka galian alur kabel harus berjarak paling sedikit 30 cm,
lihat Gambar 2-15 berikut ini.

Gambar 2- 15. Galian Kabel Disamping Tiang Listrik

b. Jarak galian alur kabel terhadap pinggir parit berbeton paling sedikit 25 cm,
sedangkan terhadap pinggir parit yang tidak berbeton paling sedikit 50 cm, lihat
Gambar 2-16 berikut ini.

34 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

Gambar 2- 16. Galian Alur Kabel Terhadap Parit Berbeton (a) dan
Parit Tidak Berbeton (b)

c. Sebelum pelaksanaan instalasi harus diadakan pengukuran kabel terlebih dahulu di


gudang atau di lapangan.
Peletakkan kabel dalam alur harus dibuat berbelok-belok, dengan tujuan agar kabel
fleksibel sehingga tidak terjadi kerusakan bila terjadi longsoran atau pergeseran
tanah dan memudahkan penyambungan bila diperlukan karena panjang kabel
masih cukup.

2.5 Cara Penarikan Kabel Tanam Langsung

2.5.1 Persiapan Penarikan


Sebelum melakukan penarikan/pemasangan kabel, hal-hal yang perlu dipersiapkan
sebagai berikut:

a. Alat-alat yang perlu dipakai:


1) Alat untuk peggalian
2) Alat untuk penarikan kabel terdiri dari: Dongkrak kabel, rol, motor
penarik/gerobak penarik (kalau ada), rambu-rambu lalu lintas dan alat
pengaman.

b. Material yang diperlukan:


1) Batu pelindung (deskteen) atau warning tape
2) Pipa-pipa besi/PVC (jika diperlukan)
3) Pasir urug

c. Sarana transportasi peralatan


Sarana ini diperlukan untuk mengangkut material dari gudang ke lokasi kerja atau
pengembalian sisa kabel atau material dari lokasi pekerjaan ke gudang. Khusus
untuk mengangkut kabel, persyaratan yang harus diperhatikan adalah:
1) Kabel diangkat dengan menggunakan Cable trailer atau Truk
2) Apabila diangkut dengan menggunakan truk, maka ketentuannya adalah sebagai
berikut:

35 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

a) Pada waktu menaikkan dan menurunkan kabel, maka digunakan beberapa


cara, sebagai berikut:
(1) Menggunakan tali dan papan peluncur seperti Gambar 2-17 di bawah ini.

T al i

Papan
Pel uncur

Gambar 2- 17. Pengangkutan Kabel dengan Truk Menggunakan Tali dan Papan
Peluncur

(2) Menggunakan katrol, seperti terlihat dalam Gambar 2-18 di bawah ini.
(3) Posisi kabel pada truk harus seperti terlihat pada Gambar 2-18 di bawah
ini.

Gambar 2- 18. Cara Pengangkutan Kabel

(4) Dengan menggunakan Fork Lift.

36 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

(5) Truk khusus yang berfungsi untuk menaikkan, menurunkan dan


mengangkut kabel, serta dapat juga berfungsi sebagai jack drum.
(6) Tidak diperbolehkan menurunkan haspel/kabel dari kendaraan
pengangkut dengan menjatuhkan langsung dari kendaraan pengangkut.
b) Dalam mengangkat, membawa dan menurunkan kabel dari truk harus
dihindarkan terjadinya benturan terhadap kabel/haspel

d. Dalam penarikan kabel, petugas/regu pelaksana dipimpin oleh kepala regu selaku
pimpinan pelaksana.

2.5.2 Teknik Pelaksanaan


Pertama-tama dibuat galian alur kabel sesuai dengan yang telah direncanakan,
kemudian diisi dengan pasir urug setebal 5 cm. Selanjutnya penarikan kabel dilakukan
dengan 3 cara, menurut situasi tempat/ pekerjaan sebagai berikut:

a. Apabila disepanjang rute galian kabel tidak terdapat hambatan-hambatan yang


berarti (misalnya; menyeberang jalan, rel kereta api, parit atau sungai dan lain-lain)
dan berada di tepi jalan, maka penarikan kabel dapat dilaksanakan dengan cara
sebagai berikut:
1) Penarikan dimulai dari Kantor (RPU untuk Kabel Primer, dan RK untuk Kabel
Sekunder) ke arah ujung jauh alur kabel (kearah RK untuk Kabel Primer, dan ke
arah KP untuk Kabel Sekunder).

2) Kabel dengan haspelnya disiapkan diatas trailer yang ditarik kendaraan.

3) Ujung kepala kabel (ujung kabel yang berada di luar) ditarik melalui bagian
bawah haspel, kemudian ditambatkan pada tempat dimana ujung kabel tersebut
nantinya akan diterminasikan ke RPU atau RK.

4) Kabel ditarik dengan cara menjalankan kendaraan penarik, maju menuju ujung
jauh dari alur kabel secara pelan-pelan (lihat Gambar 2-19 di bawah ini).

5) Kabel yang sudah tergelar sepanjang alur galian, kemudian dimasukkan ke


dalam galian, yang telah diisi pasir setebal 5 cm. Apabila panjang kabel dirasa
telah mencukupi, maka kabel dapat dipotong, dan ujungnya ditutup/didop dengan
end-cap panas kerut.

Gambar 2- 19. Kendaraan Penarik Kabel

37 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

b. Apabila pada rute galian terdapat beberapa hambatan (seperti menyeberang jalan,
rel kereta api, parit atau sungai dan lain-lain), sehingga sebagian kabel harus
dimasukkan ke dalam pipa, maka dapat ditempuh cara sebagai berikut:
1) Penarikan dimulai dari ujung paling jauh dari alur kabel (kearah RPU untuk Kabel
Primer, dan ke arah RK untuk Kabel Sekunder).

2) Kabel dipasangkan diatas dongkrak kabel, dan ujung kepala kabel ditarik melalui
bagian bawah haspel (Gambar 2-19). Pada waktu mengeluarkan kabel dari
haspelnya atau sewaktu kabel melalui tikungan, harus dihindarkan terjadinya
tekukan tajam atau terpilinnya kabel. Tekukan kabel tidak boleh lebih kecil dari
20 kali diameter kabel.

3) Pada saat penarikan berlangsung, maka posisi haspel dan dongkrak kabel harus
tetap, sedangkan ujung kepala kabel ditarik perlahan-lahan menuju ke arah
RPU/RK.

4) Untuk menghindari kerusakan kulit kabel bergesekan dengan permukaan yang


kasar, maka disepanjang jalur penarikan, diluar alur galian, kabel tersebut harus
dipasang rol-rol kabel dengan interval jarak lebih kurang 2 meter.

5) Cara lain yang dapat ditempuh agar kabel tidak bergesekan dengan tanah, yaitu
dengan cara memanggul kabel sepanjang tarikan oleh banyak orang, satu sama
lain mengambil jarak tertentu (3 sampai 4 meter).

6) Pada setiap penyeberangan (jalan rel kereta api, parit) ujung kabel dimasukkan
ke dalam pipa pelindung yang telah disediakan.

7) Demikian seterusnya, sehingga penarikan selesai seluruhnya, dan kemudian


kabel dapat dimasukkan ke dalam alur galian yang telah diisi pasir dengan
ketebalan 5 cm.

8) Dalam penarikan Kabel harus diperhatikan posisi kepala dan ekor kabel, kepala
harus berada disisi arah RPU untuk Primer, arah RK untuk Sekunder dan kabel
tidak boleh terlindas kendaraan/alat berat lainnya.

9) Kemudian kabel dapat dipotong sesuai dengan panjang yang diinginkan. Ujung-
ujungnya kemudian ditutup dengan end-cap panas kerut.

Catatan:
Cara kedua (b) adalah cara yang paling banyak digunakan, karena biasanya
sesuai dengan segala situasi dan kondisi. Lihat Gambar 2-20 berikut.

38 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

Gambar 2- 20. Salah Satu Cara Dalam Penarikan Kabel

c. Sistem angka delapan, dilakukan karena beberapa kondisi, antara lain:


1) Haspel kabel dalam kondisi rusak.
2) Kondisi alur kabel banyak tikungan sehingga tidak mungkin dilakukan penarikan
satu tahapan.
3) Alur kabel panjang dan banyak hambatan, seperti crossing dan lain
sebagainya.

2.5.3 Penimbunan/Pengembalian Tanah Galian


Setelah penarikan selesai maka galian kabel ditutup/ ditimbun kembali dengan tahapan
sebagai berikut:
a. Dilakukan penimbunan pasir setinggi lebih kurang 5 cm di bawah dan di atas kabel.
b. Batu pelindung kabel (deksteen) dipasang di atas timbunan pasir tersebut secara
berderet rapat berurutan di sepanjang alur galian kabel, atau menggunakan warning
tape sebagai pengganti deksteen sepanjang alur galian kabel 25 cm di atas kabel.
c. Selanjutnya ditimbun tanah bekas galian yang bebas dari batuan/brangkal,
kemudian dipadatkan.
d. Permukaan bekas galian dikembalikan sama seperti keadaan semula dengan
dilebihi 5 cm ke kiri dan ke kanan.
e. Dengan demikian pemasangan/penarikan Kabel Tanah Tanam Langsung telah
selesai.
f. Sepanjang jalur/rute kabel terpasang tanda rute pada setiap jarak 100 meter dan
disetiap titik sambung kabel dipasang tanda sambung.

39 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

Gambar 2- 21. Tanda Sambung/Slack/Rute

2.5.4 Pembuangan Sisa Bekas Galian


Sisa bekas galian setelah sebagian digunakan untuk pengurugan kembali wajib
dipindahkan atau dibuang pada tempat yang telah ditentukan.

2.6 Penarikan Kabel Duct ( Kabel Polong )

2.6.1 Persiapan Penarikan


a. Pemilihan pipa duct yang dipakai.
Untuk menempatkan kabel dalam duct terlebih dahulu harus dicari/dipilih pipa duct
yang cocok, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) Jalan kabel pada rak di STO dimana kabel akan ditempatkan.
2) Pipa duct yang akan dipakai harus berada pada posisi yang sama dalam satu
jalan sepanjang rute duct dan selalu dipilih mulai dari posisi paling bawah dan
samping menuju ke tengah dan ke atas.
3) Posisi kabel dalam manhole harus satu jalan, agar tidak ada kabel saling
silang-menyilang, dan ruangan kerja di dalam manhole tetap dapat
dipertahankan kosong (lebih kurang 75 cm).
4) Perlu diperhatikan bahwa, bila timbul percabangan pada rute duct, maka pada
sisi dimana pipa duct yang terpilih harus ditandai untuk diketahui oleh regu
penarik.

b. Kabel yang akan dipasang

40 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

Kabel-kabel kapasitas besar yang akan ditarik, panjangnya harus diukur sesuai
dengan panjang duct antar manhole (seksi), ditambah 3 meter untuk sambungan
dan dicatat dalam daftar alokasi kabel (Drum plan).

2.6.2 Penempatan Trailer Kabel


Haspel kabel dinaikkan ke atas trailer kemudian di tarik dengan kendaraan sampai
pada lokasi yang ditentukan. Kemudian haspel ditempatkan di atas manhole seperti
terlihat pada Gambar 2-22, dengan menggunakan flekxible tube agar kulit kabel tidak
rusak dan memudahkan penarikan.

Gambar 2- 22. Penempatan Trailer Haspel diatas Manhole

2.6.3 Penempatan Winch Truck/Cable Winch


Penempatan Winch Truck/Cable Winch dilakukan sedemikian rupa, sehingga tension
(tegangan tarik) yang bekerja seminim mungkin, sehingga penarikan dapat mudah
dilakukan dengan tetap memperhatikan arah kepala dan ekor kabel. Sesudah Winch
truck ditempatkan, maka keempat roda truck harus diganjal dengan alat khusus yang
telah disediakan. Bagian belakang truck didongkrak sehingga mempunyai kekuatan
tahan yang lebih besar.

41 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

Cabel Wich
pulley

Pipa pulley
Duct
rantai

Tali penarik Kabel

Gambar 2- 23. Penggunaan/ Penempatan Cable Winch dalam Penarikan Kabel

Meter tegang kabel Dynamometer

Drum untuk menggulung

pulley

Dongkrak
belakang

Ganjal

Pipa pulley
Duct
arah penarikan rantai

Tali penarik Kabel

Gambar 2- 24. Penggunaan/ Penempatan Winch Truck dalam Penarikan Kabel

a. Manhole Tanpa Lubang Pemasuk


1) Untuk manhole jenis ini bila tidak digunakan pipa plastik maka dipergunakan
alat bantu penarik lain seperti pada Gambar 2-25.

42 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

2) Bila dipergunakan flexible tube (pipa flexible) sebagai penuntun kabel, maka
pipa tersebut paling sedikit muncul 30 cm di atas permukaan manhole seperti
terlihat pada Gambar 2-26.
Pada saat penarikan, kulit kabel diberi pelumas berupa jelly atau carbon
powder.

Balok pengganjal

Gambar 2- 25. Penarikan Kabel Duct Tanpa Penuntun Kabel

Gambar 2- 26. Penarikan Kabel Duct Menggunakan Penuntun Kabel

2.6.4 Rodding Duct


Rodding duct dilakukan untuk pemasangan tali pemancing pada duct. Adapun cara
pelaksanaannya, menggunakan beberapa macam:
a. Peniupan parasut

43 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

Prinsip kerjanya yaitu tali pemancing diikatkan pada parasut di pipa duct dan diberi
sealing udara, lalu dihembus oleh kompresor udara, sehingga parasut terdorong
sampai pada ujung duct di Manhole berikutnya (lihat Gambar 2-27).

Gambar 2- 27. Prinsip Kerja Peniupan Parasut

b. Penghisapan
Prinsip kerjanya yaitu, tali nylon dihisap dengan reductor yang dipasang pada
manhole berikutnya (lihat Gambar 2-28).

c. Dengan Stick (Pipa)


Prinsip kerjanya yaitu, pipa dimasukkan ke dalam duct melalui manhole yang
disambung-sambungkan sehingga dapat mencapai manhole berikutnya. Lalu tali
pemancing diikatkan pada ujung pipa, kemudian ditarik kembali (lihat Gambar 2-29).

Gambar 2- 28. Prinsip Kerja Penghisapan


d. Roader
Prinsip kerjanya yaitu, rod berdiameter lebih kurang 10 mm terbuat dari fibre yang
dilapisi dengan selubung Poly Ethylen tergulung di rel, dimasukkan ke dalam pipa

44 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

duct, untuk menarik tali pemancing. Alat ini dapat digunakan untuk pembersihan
duct block dengan memasang sikat kawat dan madril.

2.6.5 Pembersihan dan Pemeriksaan Duct


Pembersihan dan pemeriksaan Duct dapat dilihat dalam Gambar 2-29 di bawah ini.

Pekerjaan cleaning dan checking duct dilaksanakan sebelum penarikan kabel dimulai.
Diperlukan beberapa peralatan kerja, antara lain:

a. Peralatan Konvensional.
1) Sikat kawat baja
Sikat yang terbuat dari baja digunakan untuk membersihkan kotoran yang
terdapat dalam pipa. Pada kedua ujung sikat terdapat mata pengait sebagai
tambat tali penariknya atau dapat juga menggunakan roader, sedangkan ujung
satunya sebagai penambat mandril.

M a n d ril

S ik a t K a w a t B a ja

A n ti P u lir/S w iv e l

Gambar 2- 29. Peralatan Pembersihan Duct

2) Mandril
Mandril terbuat dari bahan logam atau kayu, berdiameter sedikit lebih kecil dari
pipa duct (10cm) dan panjangnya lebih kurang 87,5 cm, pada ujungnya terdapat
mata pengait. Fungsinya untuk membersihkan atau mengetes kondisi pipa duct.

Prinsip kerja alat tersebut yaitu, sikat kawat diikatkan pada tali penarik atau
roader, kemudian pada ujung kait lainnya dipasang mandril, pada ujung mandril
diikatkan pula tali penarik lainnya. Setelah penarikan dari salah satu manhole
dilakukan, maka hal tersebut dapat diulang kembali melalui manhole lainnya
dengan cara membalik posisi sikat kawat dan mandrilnya. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 2-30 berikut ini.

45 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

Tali Penarik Tali Penarik


Sikat Pembersih
Madril

Manhole M1 Manhole M2
Gambar 2- 30. Mandril dengan Sikat Pembersih

b. Kamera pipa dan Water Jet


Alat ini mengggunakan kamera yang diperpanjang jangkauannya dengan
menggunakan kabel fiber optic.

Yang dimasukkan ke dalam pipa duct. Fungsinya untuk mengetahui kondisi pipa
duct. Jika diketahui pipa duct block, maka dilakukan pembersihan dengan
menggunakan pompa air berkekuatan besar yang disalurkan melalui pipa yang
dimasukkan ke dalam pipa duct, sehingga kotoran yang menutupi pipa tersebut
dapat tersapu bersih. Kedua alat tersebut menjadi satu dengan kendaraan (truck).
Jika penggunaan peralatan di atas tidak dapat dilaksanakan karena adanya
kerusakan pipa duct, maka harus dilaksanakan perbaikan pipa duct terlebih dahulu.
Untuk itu kerusakan harus di lokalisir terlebih dahulu untuk meminimumkan
pekerjaan penggalian. Selanjutnya alat khusus yang terdiri dari : Transmiter (sonde)
dimasukkan ke dalam pipa duct dengan menggunakan roader sampai sonde
tersebut tidak dapat melalui pipa yang rusak. Kemudian alat receiver dapat
digunakan untuk mencari posisi sonde tersebut sampai tepat di atas titik kerusakan.
Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 2-31.

46 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

Receiver

Blok
ROADER

Sonde/Transmitter

Gambar 2- 31. Peralatan Kamera

47 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

2.7 Penarikan dan Meletakkan Kabel Duct

2.7.1 Penarikan Kabel Duct


a. Kawat penarik yang terpasang di dalam pipa duct diganti dengan tali penarik kabel,
yang biasanya terbuat dari kawat serabut dari baja yang terdiri dari berbagai ukuran.
Contohnya : Wireflex 6 x 25 steel, diameter 0,5 inchi, kekuatan kerja dapat menarik
lebih kurang 2,6 sampai 3 ton tanpa putus.
b. Pada ujung kabel dipasang kabel grip sebagai pemegang kabel. Kabel grip ini
terbuat dari rajut baja yang berbagai macam ukurannya tergantung juga pada besar
kecilnya kabel. Pada umumnya cable grip hanya digunakan untuk penarikan kabel
berdiameter kecil (dengan diameter kurang dari 45 mm), sedangkan untuk kabel
besar kabel grip diganti dengan pulling eye. Sedangkan kabel yang mempunyai
diameter lebih besar dari 45 mm biasanya telah diperlengkapi dengan cincin penarik
(pulling-eye), sehingga penarikannya tidak perlu lagi menggunalan kabel grip, lihat
Gambar 2-32 berikut.

Gambar 2- 32. Kabel Grip untuk Pemegang Kabel

c. Selanjutnya cable grip disambungkan pada tali penarik kabel yang telah terpasang
pada pipa duct tadi, serta dipasang alat swivel atau anti pulir.

d. Tenaga penarik. Besarnya tenaga penarik yang diperlukan di ujung manhole yang
lain di tentukan berdasarkan panjang rute duct serta kapasitas kabel yang dipasang,
dimana:
1) Tenaga manusia seluruhnya untuk kabel dengan kapasitas kecil, serta jarak
manhole yang pendek.
2) Tenaga manusia dan alat bantu mekanik ( Tirfor atau trackle ) untuk kabel ukuran
sedang.
3) Dengan winch truck untuk kabel dengan kapasitas besar.

e. Bila persiapan kabel dan penempatan tenaga penarik sudah selesai, maka
penarikan Kabel Duct dapat dilaksanakan. Untuk mempermudah jalannya kabel di
dalam pipa duct dan manhole, maka harus ada petugas yang selalu mengawasi
jalannya kabel tersebut. Untuk itu diperlukan adanya sarana komunikasi untuk
berhubungan dari satu manhole ke manhole lainnya, guna mencegah terjadinya
kemacetan jalannya kabel dan putaran haspel pada saat penarikan berlangsung.
Pekerjaan penarikan Kabel Duct harus dilaksanakan dengan hati-hati untuk
mencegah terjadinya kerusakan pada alat atau kabel dan terjadinya kecelakaan
kerja.

48 - 328
PEDOMAN INSTALASI PEDOMAN PEMASANGAN JARINGAN AKSES TEMBAGA
KABEL BAWAH TANAH

2.7.2 Meletakkan Kabel Duct di Manhole


Kabel-kabel yang baru dipasang di dalam pipa duct sebaiknya dibiarkan dahulu
minimal satu hari setelah penarikan. Hal tersebut diperlukan terutama untuk
mengantisipasi adanya perubahan posisi kabel sebagai akibat mengerutnya kabel,
yang terjadi pada saat pekerjaan penarikan. Baru keesokan harinya dapat dilakukan
pekerjaan penyambungan dan terminsai.

Kabel Duct di dalam manhole sebaiknya diletakkan di sebelah kanan atau kiri dekat
dengan dinding manhole dan menumpang pada besi bearer yang ada sedemikian rupa
sehingga di sebelah tengah masih ada ruang kosong (working space) agar pekerjaan
penarikan/pencabutan kabel lewat manhole tanpa ada sambungan, posisinya harus
tetap dijaga seperti tersebut di atas, lihat Gambar 2-33.

Catatan : Lubang-lubang pipa duct di dalam manhole yang belum dipasang Kabel Duct
(masih kosong) harus ditutup dengan stopper.

Gambar 2- 33. Lubang-lubang Pipa Duct di dalam Manhole untuk Instalasi Kabel
Duct

49 - 328

Anda mungkin juga menyukai