Anda di halaman 1dari 93

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

DASAR-DASAR AGRONOMI

TUMPANG SARI DAN MONOKULTUR

Oleh

KELOMPOK II

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
DASAR-DASAR AGRONOMI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat


Dalam Menyelesaikan Mata Kuliah
Dasar-Dasar Agronomi

Oleh

KELOMPOK II

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
 
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Laporan Lengkap Praktikum Dasar-Dasar Agronomi

: Untuk Mengamati Perbedaan Tumbuh dari Hasil Tanaman Monokultur


dan Tumpang Sari.

Kelompok : II (Dua)

Nama : Moh. Fajri. S. A E 281 10 144 Selvi Banne T E 281 10 154


Vidi Eka Andrean E 281 10 160 Mohammad E 281 10 155
Midun E 281 10 158 Ririn Pratiwi E 281 10 139
Ela Kartika E 281 10 190 Nur Fatima E 281 10 191
Andri E 281 10 145 Clausius Norri E 281 10 164

Program Studi : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

Universitas : Tadulako

Palu, Januari 2012

Mengetahui,
Koordinator Asisten Asisten Penanggung Jawab

EKO PRIYANTO ARIANTO


E 281 08 094 E 281 08 060
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
Dasar-Dasar Agronomi

Ir. YOHANIS TAMBING, M.Si.


Nip. 19600101 198701 1 002
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan

rahmat dan hidayahnya serta kekuatan sehingga penyusun dapat melaksanakan kegiatan

prakikum dan menyelesaikan penyusunan laporan.

Loporan ini tersusun atas kerja sama antar kelompok dan asisten dosen. Pelaksanaan

praktikum ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Dasar-Dasar

Agronomi. Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena

itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan dari pembaca demi

kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis mengucapkan terimah kasih dan semoga laporan

ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian, khususnya bagi kelompok kami.

Palu, Januari 2012

Penyusun
UCAPAN TERIMAH KASIH

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan

rahmat dan hidayahnya serta kekuatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan lengkap

dengan tepat waktu.

Penyusun mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada Orang tua yang telah

mendoakan penyusun agar mendapat kesehatan sehingga dapat menyelesaikan laporan ini, serta

penyusun mengucapkan terima kasih pula kepada keluarga-keluarga walaupun tidak secara

langsung mempunyai andil dalam penyusunan laporan ini namum mereka merupakan motifasi

bagi penyusun.

Tidak lupa juga penyusun mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Dosen penanggung jawab mata kuliah Dasar-Dasar Agronomi dalam hal ini Ir.

YOHANIS TAMBING, M.Si. yang telah memberikan pemahaman tentang mata kuliah Dasar-

Dasar Agronomi sehingga penulis dapat merealisasikannya pada saat praktek di Lapangan.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada para Asisten-asisten yang senantiasa

mencurahkan waktu dan tenaganya untuk membimbing serta menuntun kami selaku praktikan

dalam hal pembelajaran mengenai hal-hal yang terkait dalam praktikum ini, sehingga saat ini

kami dapat memahaminya walaupun masih terdapat sedikit kesalahan-kesalahan.

Penyusun juga menghaturkan banyak-banyak terima kasih kepada teman-teman

seperjuangan, yang telah memberikan bantuan berupa waktu, tenaga dan pikiran dengan bantuan

mereka penyusun dapat menyelesaikan laporan lengkap ini.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan laporan lengkap ini sangatlah jauh dari

kesempurnaan, oleh karna itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangatlah penyusun
harapkan untuk mmengoreksi kesalahan penyusun, akan tetapi penyusun berharap semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi yang membacanya.

Palu, Januari 2012

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

UCAPAN TERIMAH KASIH iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GRAFIK ix

I PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang................................................................................................... 1

1.2    Tujuan dan Kegunaan......................................................................................... 3

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi............................................................................................. 4

2.2 Teknik Budidaya................................................................................... 4

2.2.1 Penyiapan lahan........................................................................... 4

2.2.2 Penyiapan benih........................................................................... 5

2.2.3 Tehnik penanaman....................................................................... 6

2.2.4 Pemeliharaan............................................................................... 7

2.2.5 Pengendalian hama dan penyakit................................................ 8

2.2.6 Panen dan pasca panen................................................................ 8

2.3 Monokultur dan Tumpang Sari............................................................. 10


III METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu................................................................................ 13

3.2 Alat dan Bahan...................................................................................... 13

3.3 Cara Kerja............................................................................................. 13

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil...................................................................................................... 15

4.1.1 Tumpang sari............................................................................... 15

4.1.2 Monokultur.................................................................................. 20

4.2 Pembahasan........................................................................................... 23

4.2.1 Tumpang sari............................................................................... 23

4.2.2 Monokultur.................................................................................. 29

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan........................................................................................... 33

5.2 Saran...................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

No. Halaman
1.             Tinggi Tanaman Jagung pada Tumpang Sari.................................................... 15
2.             Jumlah Daun Jagung pada Tumpang Sari......................................................... 16
3.             Lilit Batang Jagung pada Tumpang Sari........................................................... 17
4.             Tinggi Tanaman Kacang Hijau pada Tumpang Sari......................................... 18
5.             Daun Jagung Kacang Hijau pada Tumpang Sari.............................................. 19
6.             Tinggi Tanaman Jagung pada Monokultur....................................................... 20
7.             Jumlah Daun Jagung pada Monokultur............................................................ 21
8.             Lilit Batang Jagung pada Monokultur.............................................................. 22
DAFTAR GRAFIK

No. Halaman
1.             Tinggi Tanaman Jagung pada Tumpang Sari................................................... 15
2.             Jumlah Daun Jagung pada Tumpang Sari......................................................... 16
3.             Lilit Batang Jagung pada Tumpang Sari........................................................... 17
4.             Tinggi Tanaman Kacang Hijau pada Tumpang Sari......................................... 18
5.             Daun Jagung Kacang Hijau pada Tumpang Sari.............................................. 19
6.             Tinggi Tanaman Jagung pada Monokultur....................................................... 20
7.             Jumlah Daun Jagung pada Monokultur............................................................ 21
8.             Lilit Batang Jagung pada Monokultur.............................................................. 22

I           PENDAHULUAN

1.1         Latar belakang

Segala bentuk pemanfaatan sumberdaya alam dan manusia dalam pemanfaatanya untuk

budidaya tanaman guna memdapat hasil yanng sebanyak-banyaknya secara berkelajutan. Pola

tanam atau (cropping patten) iyalah suatu urutan pertanaman pada sebidang tanah selama satu

periode. Lahan yang dimaksut bisa berupa lahan kosong atau lahan yang sudah terdapat tanaman

yang mampu dilakukan tumpang sirih.

Usaha yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman pada sebidang lahan dengan

mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan tanaman selama periode waktu tertentu,

termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama periode tertentu.

Produktivitas merupakan suatu hal yang sangat vital dalam usaha pertanian, dimana akhir-

akhir ini semakin ditantang untuk mengimbangi tuntutan sosial ekonomi masyarakat suatu

bangsa. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan permintaan akan kebutuhan hasil-hasil

pertanian baik jenis, jumlah maupun kualitasnya.


Disisi lain lahan untuk pertanian semakin terbatas karena alih  fungsi lahan  menjadi

tempat pemukiman, industri, sarana jalan serta sarana fisik lainnya, Untuk itu, bagaimana

merancang suatu model penanaman, agar lahan yang semakin terbatas itu dapat menghasilkan

produksi yang tinggi secara berkelanjutan.

Jagung sebagai tanaman pangan, menduduki urutan kedua setelah padi. Disamping itu juga

mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya dengan padi, karena jagung merupakan salah

satu jenis bahan makanan yang banyak mengandung karbohidrat sehingga dapat dijadikan

sebagai pengganti beras. Di Indonesia sangat mendukung dikembangkannya komoditi jagung,

Sebab jagung memiliki potensi yang cukup baik untuk dibudidayakan dan mudah diusahakan.

Konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat, karena itu peluang pemasaran jagung masih

terbuka lebar (Arif Ardiawan, 2008).Selain komoditi jagung sebagai bahan makanan, masih

dibutuhkan komoditi lain seperti kacang hijau. Kacang hijau merupakan salah satu jenis

komoditi dari jenis tanaman leguminosa yang mempunyai arti penting. Posisinya menduduki

urutan ketiga setelah kedelai dan kacang tanah. Manfaat kacang hijau sebagai penghasil bahan

makanan merupakan hal yang sangat penting, karena jenis kacang ini banyak mengandung

vitamin terutama vitamin B1 yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan gizi masyarakat yang

relatif kurang vitamin.

Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan antara lain tumpang sari, tumpang gilir,

tanaman bersisispan, dan tanamana campuran. Tumpang sari (intercropping), adalah melakukan

penanaman lebih dari satu tanaman yang memiliki umur sama atau berbeda contoh tumpang sari

sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon,

padi gogo.

Tumpang gilir (Multiple Cropping) yaitu penanaman yang dilakukan secara beruntun sepanjang
tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum

(Syaifuddin, 2008).

1.2         Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktek Lapang Dasar-Dasar Agronomi adalah untuk

mengamati perbedaan tumbuh dan hasil dari tanaman monokultur dan tumpang sari.

Adapun kegunaan dari pelaksanaan Praktek Lapang Dasar-Dasar Agronomi adalah untuk

mengetahui teknik budidaya tanaman secara monokultur dan secara tumpang sari.
II       TINJAUAN PUSTAKA

2.1         Klasifikasi

Tanaman jagung (Zea mays L) dapat diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae

(Tumbuhan), Subkingdom Tracheobionta (berpembuluh), Super Divisi Spermatophyta

(Menghasilkan biji), Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Liliopsida

(berkeping satu / monokotil) Sub Kelas: Commelinidae Ordo: Poales Famili: Poaceae (suku

rumput-rumputan) Genus ZeaSpesies: Zea mays L.

Klasifikasi dari kacang hijau (Phaseolus radiatus L) yakni

Kingdom Plantae, Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Super Divisi

Spermatophyta (tumbuhan yang menghasilkan biji), Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan

berbunga), Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub Kelas: Rosidae, Ordo: Fabales,

Famili: Fabaceae (suku polong-polongan), Genus: Phaseolus, Spesies: Phaseolus radiatus L.

(Arif Ardiawan, 2008 ).

2.2         Teknik Budidaya

2.2.1 Penyipan lahan

Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan pertama mulai turun. Saat ini musim hujan kadang

kurang jelas jatuhnya, namun sebagai ancer-ancer bisa pada bulan Oktober sampai awal

Nopember. Pengolahan tanah ini dilakukan agar tanah menjadi gembur. Selain membuat tanah

menjadi gembur, pengolahan tanah akan dapat menghilangkan gulma. Pengolahan tanah

dilakukan dengan dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian dicacah sambil membuang gulma

yang ada dan yang terakhir dibuat guludan. Arah guludan sebaiknya menghadap ke barat-timur

dengan lebar guludan antara 170-180 cm. Antara dua guludan dibuat saluran selebar 20-30 cm
untuk mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap dalam keadaan atus sehingga akar tanaman

jagung maupun kacang tanah tidak tergenang (Warsana, 2009).

2.2.2 Penyiapan benih

Dengan pemilihan tanaman yang tepat, sistem ini dapat memberikan beberapa keuntungan,

antara lain mengurangi serangan OPT (pemantauan populasi hama), karena tanaman yang satu

dapat mengurangi serangan OPT lainnya. Misalnya bawang daun dapat mengusir hama aphids

dan ulat pada tanaman kubis karena mengeluarkan bau allicin, menambah kesuburan tanah.

Dengan menanam kacang-kacangan- kandungan unsur N dalam tanah bertambah karena adanya

bakteri Rhizobium yang terdapat dalam bintil akar. Dengan menanam yang mempunyai

perakaran berbeda, misalnya tanaman berakar dangkal ditanam berdampingan dengan tanaman

berakardalam, tanah disekitarnya akan lebih gembur. Keuntungan yang lain yaitu siklus hidup

hama atau penyakit dapat terputus, karena sistem ini dibarengi dengan rotasi tanaman dapat

memutus siklus OPT serta memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu

jenis tanaman akan menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan karena bila harga

salah satu komoditas rendah, dapat ditutup oleh harga komoditas lainnya (Warsana, 2009).

2.2.3 Tehnik penanaman

Pada pola tumpangsari jagung dan kacang hijau, diatur dimana jagung sebagai tanaman

pokok dan kacang hijau sebagai tanaman sela. Benih jagung yang akan ditanam adalah jagung

komposit (bersari bebas) varietas Bisma berlabel yang sudah diberi seed treatment. Lubang

tanam dibuat dengan tugal sedalam 2-3 cm, dengan jarak antar barisan tanaman 200 cm,

sedangkan jarak dalam barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih jagung setiap hektar lahan

dengan pola tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap lubang tanam), sehingga populasi tanaman

jagung dalam 1 ha lahan adalah 25.000 batang. Sedangkan untuk kacang hijau yang akan
ditanam adalah kacang tanah varietas Jerapah, varietas ini mempunyai biji 2 dalam setiap

polong. Jarak tanaman kacang tanah adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam setiap guludan

terdapat 1 baris tanaman jagung dan 5 baris tanaman kacang hijau. Populasi tanaman kacang

hijau dalam 1 ha kurang lebih 100.000 tanaman atau sekitar 70% dibanding pola monokultur.

Kebutuhan benih kacang tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola tumpangsari dengan jagung

adalah 50 kg biji kering (1 benih tiap lubang tanam) (Warsana, 2009).

Jagung manis tumbuh baik pada berbagai jenis tanah. Tanah liat lebih di ssukai karena

mampu menaha lengas yang tinggi. Tanaman ini peka terhadap tah masam dan tumbuhb baik

pada kisaran pH antara 6,0 – 6,8 dan agak toleran terhadap- kondisi basa. Hampir selalu di

tanamn dengan kedalaman 3-5 cm. Jarak tanam rata-rata jagung manis umumnya 20-25 cm

dalam barisan dan 70- 90 cm antar barisan (Sumoprastowo, 2000)

2.2.4 Pemeliharaan

Perawatan atau pemeliharaan tanaman meliputi beberapa kegiatan antara lain penyulaman,

penyiangan dan pembumbunan. Penyulaman sebaiknya dilakukan agar tidak ada spot-spot

kosong yang akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan penyulaman. Penyulaman untuk tanaman

jagung dilakukan antara 4-7 hari setelah tanam, sedangkan untuk kacang tanah antara 5-10

hari setelah tanam. Sebaiknya penyulaman tidak terlalu lama melakukannya. Penyiangan dan

pembumbunan dilakukan paling tidak sebanyak dua kali atau menyesuaikan dengan kondisi

gulma, bila memang gulma tumbuh dominan dapat dilakukan penyiangan lagi. Penyiangan

pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hari, sedangkan penyiangan yang kedua

dilakukan setelah tanaman berumur 30 hari sebelum dilakukan pemupukan susulan. Pada

penyiangan kedua ini sekaligus dilakukan pembumbunan yaitu dengan menggemburkan tanah
dan menikkan tanah ke sekitar batang. Untuk kacang tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan

sekali lagi yaitu pada saat tanaman selesai berbunga sekitar 40 hari setelah tanam (Warsana,

2009).

Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat tanaman telah berumur

1 bulan. Dosis pupuk untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-36 dan 50 kg KCL. Dosis

pupuk untuk kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg SP-36 yang masing-masing diberikan dalam

dua kali pemupukan. Pemupukan pertama pada jagung adalah 80 kg Urea, 65 kg SP-36 dan 50

kg KCl, satu bulan kemudian ditambahkan pupuk susulan yaitu Urea sebanyak 40 kg.

Pemupukan pertama pada kacang tanah adalah: 20 kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL, selang

satu bulan ditambahkan pupuk susulan yaitu 20 kg Urea. Cara pemupukan yaitu semua pupuk

yang akan diberikan dicampur jadi satu, kemudian dibuat larikan dekat barisan tanaman (sekitar

5 cm dari barisan tanaman dengan kedalaman antara 5-7 cm), pupuk ditabur sepanjang

larikan kemudian ditutup

kembali dengan tanah. Pemupukan kedua untuk tanaman jagung larikan disesuaikan dengan

tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang tanah larikan dibuat di tengah jarak antara dua barisan

tanaman kacang tanah (Warsana, 2009).

2.2.5 Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama penyakit dimaksukkan agar kesehatan tanaman dapat terjaga sehingga

tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pengendalian hama maupun penyakit

dengan menggunakan pestisida sebaiknya dilakukan dengan bijaksana, karena bahan kimia ini

selain membunuhhama tetapi juga sekaligus membunuh predatornya juga. Jadikanlah pestisida

sebagai pilihan
yang mempunyai spektrum sempit. Pada jagung yang sering dijumpai adalah penyakit bulai

untuk hamanya adalah penggerek daun penghisap daun (Warsana,2009) .

2.2.6 Panen dan pasca panen

Ciri jagung yang siap dipanen adalah Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam.

Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan adanya

lapisan hitam pada biji bagian lembaga. Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak

membekas. Jagung untuk sayur (jagung muda), dipanen sebelum bijinya terisi penuh. Saat itu

diameter tongkol baru mencapai 1-2 cm. Jagung untuk direbus dan dibakar, dipanen ketika

matang susu. Tanda-tandanya kelobot masih berwarna hijau, dan bila biji dipijit tidak terlalu

keras serta akan mengeluarkan cairan putih. Jagung untuk makanan pokok (beras jagung), pakan

ternak, benih, tepung dan berbagai keperluan lainnya dipanen jika sudah matang fisiologis.

Tanda-tandanya: sebagian besar daun dan kelobot telah menguning. Apabila bijinya dilepaskan

akan ada warna coklat kehitaman pada tangkainya (tempat menempelnya biji pada tongkol). Bila

biji dipijit dengan kuku, tidak meninggalkan bekas.

Jagung dikupas pada saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai.

Pengupasan ini dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkol dapat diturunkan dan

kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan kerusakan biji atau mengakibatkan tumbuhnya

cendawan. Pengupasan dapat memudahkan atau memperingan pengangkutan selama proses

pengeringan. Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan.

Secara tradisional jagung dijemur di bawah sinar matahari sehingga kadar air berkisar 9–11 %.

Biasanya penjemuran memakan waktu sekitar 7-8 hari. Penjemuran dapat dilakukan di lantai,

dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat dan digantung. Secara buatan dapat

dilakukan dengan mesin pengering untuk menghemat tenaga manusia, terutama pada musim
hujan. Terdapat berbagai cara pengeringan buatan, tetapi prinsipnya sama yaitu untuk

mengurangi kadar air di

dalam biji dengan panas pengeringan sekitar 38-430 C, sehingga kadar air turun menjadi 12-13

%. Mesin pengering dapat digunakan setiap saat dan dapat dilakukan pengaturan suhu sesuai

dengan kadar air biji jagung yang diinginkan ( Kasryno 2009 ).

2.3         Monokultur dan Tumpang Sari

Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian

dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya sejak

paruh kedua abad ke-20 di dunia serta menjadi penciri pertanian intensif dan pertanian industrial.

Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan

pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena

wajah lahan menjadi seragam. Kelemahan utamanya adalah keseragaman kultivar mempercepat

penyebaran organisme pengganggu tanaman (OPT, seperti hama dan penyakit tanaman).

Pertanaman padi, jagung, atau gandum sejak dulu bersifat monokultur karena memudahkan

perawatan. Dalam setahun, misalnya, satu lahan sawah ditanami hanya padi, tanpa variasi apa

pun. Akibatnya hama atau penyakit dapat bersintas dan menyerang tanaman pada periode

penanaman berikutnya. Pertanian pada masa kini biasanya menerapkan monokultur spasial tetapi

lahan ditanami oleh tanaman lain untuk musim tanam berikutnya untuk memutus siklus hidup

OPT sekaligus menjaga kesehatan tanah.


 
Istilah monokultur sekarang juga dipinjam oleh bidang-bidang lainnya, seperti peternakan,

kebudayaan (mengenai dominasi jenis aliran musik tertentu), atau ilmu komputer (mengenai

sekelompok komputer yang menjalankan perangkat lunak yang sama).

Tumpang sari (intercropping), adalah melakukan penanaman lebih dari satu tanaman yang

memiliki umur sama atau berbeda. Sistem tanam tumpangsari adalah menanam beberapa jenis

tanaman dalam satu lahan. Ada tiga jenis bertanam tumpangsari yakni tumpngsari campuran,

tumpangsari baris dan tumpang sari pita/jalur. Pada system tanam tumpangsari campuran di atas

lahan yang sama ditanam dua atu lebih tanaman secara bersama-sama dengan tidak

memperhatikan jarak tanam. Pada system tanam tumpngsari baris di atas lahan yang sama

ditanam dua atau lebih tanaman dengan mempertimbangkan baris-baris dan jarak tanam tertentu.

Sedangkan dalam system tanam tumpangsari pita/jalur di atas lahan yang sama ditanam dua atau

lebih tanaman  dalam jalur-jalur yang ditentukan. Sistem tumpangsari jenis terakhir ini sering

disebut sebagai system surjan.

Sistem tumpangsari memberikan beberapa manfaat bagi petani yakni antara lain

mengurangi biaya pengolahan lahan, mudah dalam menanggulangi hama, memudahkan proses

pembersihan atau penyiangan dan yang terakhir adalah meningkatkan hasil produksi atau panen.

Fahrudin dan beberapa kader petani di Gunung Panah Kecamatan Bubon Aceh Barat sudah

mencoba menggunakan sistem tanam tumpangsari. Dan yang dikembangkan sejauh ini adalah

tumpang sari antara semangka dan jagung. Tanaman utamanya adalah semangka dan

ditumpangsari dengan tanaman jagung, atau kacang tanah yang ditumpangsari dengan jagung.

“pertama-tama harus menentukan dulu tanaman utamanya, baru kemudian ditumpangsari dengan

tanaman-tanaman yang lain dianggap cocok” kata Fahrudin. Namun sejauh ini sambil
menerapkan system tanam tumpangsari, para kader juga berusaha untuk terus belajar

menggunakan system tumpangsari yang baik dan benar

Kekurangan sistem polikultur adalah apabila pemilihan jenis tanaman tidak sesuai, sistem

polikultur dapat memberzi dampak negatif, misalnya terjadi persaingan unsur hara antar tanaman

dan OPT banyak sehingga sulit dalam pengendaliannya (Jarwani, 2007).


 
III    METODOLOGI

3.1         Tempat dan Waktu

Praktikum Lapang Dasar Dasar Agronomi yaitu bertempat dilahan Pendidikan Fakultas

Pertanian Universitas Tadulako, Palu dan dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober sampai 30

Desember 2011 pukul 15.00 WITA sampai dengan 17.00 WITA.

3.2         Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam Praktikum Lapang Dasar Dasar Agronomi yaitu

cangkul, linggis, ember, mistar, meteran gulung, alat tulis menulis.

Adapun bahan yang digunakan dalam Praktikum Lapang Dasar Dasar Agronomi yaitu

benih jagung manis, benih kacang hijau, pupuk SP-36, pupuk kandang dan tali rafia.

3.3         Cara Kerja

Pertama tama melakukan penyiapan lahan seperti sanitasi untuk membersihkan lahan

pertanaman dari akar akar tanaman yang besar dan batu. serta mengolah tanah dan membuat

saluran air di pinggir bedengan. Tanah yang berada di atas bedengan yang berukuran 5m × 8m

dicampur dengan pupuk kandang dan menentukan jarak tanaman (untuk tanaman jagung jarak

tanam yakni 100cm×20cm dengan jumlah benih dua biji dan untuk penanaman kacang hijau

dilakukan penanaman antar barisan tanaman jagung dilakukan penanaman sebanyak tiga baris

dengan jumlah benih 2 biji per lubang tanam). Penanaman benih dilakukan dengan cara

menugal. Selanjutnya melakukan pemeliharaan dengan cara penyiraman, penyiangan,

pemupukan susulan, dan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan setiap hari
jumat melakukan pengamatan dengan cara mengukur jumlah daun, tinggi tanaman, dan jumlah

daun.

Setelah tanaman berumur 30 hari dan tanaman telah kelihatan tanda-tanda ke kurangan

unsur hara maka di lakukan pemberian pupuk NPK dengan dosis empat gram pertanaman

dengan jarak antara tanaman dengan pupuk sekitar 20 cm dan setelah itu tanaman di siram agar

pupuk yang di berikan cepat larut di dalam tanah dengan begitu tanaman dengan mudah untuk

menyerap pupuk yang di berikan.


IV    HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1   Tumpang sari

Dari data pengamatan yang telah dilakukan terhadap tumpang sari antara jagung dan

kacang hijau di lahan percobaan, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Tinggi Tanaman Jagung pada Tumpang Sari


Sampel Minggu Pengamatan (Cm) Jumlah Rata-
Rata
1 2 3 4 5 6 7
A1 27 30,4 41,5 58 68 74 82 38,09 54,4
A2 26,3 29,1 35 69,9 75,5 78,5 100, 414,8 59,2
5
A3 26 29,4 32 98 106 105,5 115, 512,4 73,2
5
A4 15,9 20,8 33,5 107, 111, 119,5 128, 536,8 76,6
1 5 5
A5 31 37 37 124 137 177,5 187, 731 133
5
Jumlah 126, 146, 179 457 498 555 614
2 7
Rata- 25,2 29,3 35,8 91,4 99,4 111 122,
Rata 8

Grafik 1. Tinggi Tanaman Jagung pada Tumpang Sari


Tabel 2. Jumlah Daun Tanaman Jagung pada Tumpang Sari
Sampel Minggu Pengamatan (Cm) Jumlah Rata-Rata
1 2 3 4 5 6 7
A1 5 5 6 10 8 8 8 50 7,14
A2 5 5 6 10 10 10 10 56 8
A3 5 6 8 12 10 10 10 61 8,71
A4 4 5 7 15 10 10 10 61 8,71
A5 6 6 6 14 14 14 14 74 10,57
Jumlah 25 27 36 61 52 52 52
Rata-Rata 5 5,4 7,2 12, 10,4 10, 10,4
2 4

Grafik 2. Jumlah Daun Tanaman Jagung pada Tumpang Sari


 
Tabel 3. Lilit Batang Tanaman Jagung pada Tumpang Sari
Sampel Minggu Pengamatan (Cm) Juml Rata-
ah Rata
1 2 3 4 5 6 7
A1 1,3 1,8 2,1 4 4 4,4 4,7 22,3 3,18
A2 1,3 1,7 2,4 4,2 4,2 5,8 6,2 25,8 3,68
A3 1,3 1,9 2,8 5,6 5,4 6,3 6,6 29,9 4,27
A4 2 2,9 4,5 6,8 4,3 4,5 4,9 29,9 4,27
A5 2,4 2,4 4,4 7 7 8 11 42,2 6,02
Jumlah 8,3 10,7 16,2 27,6 24,9 29 33,4
Rata-Rata 1,66 2,4 3,24 5,52 4,98 5,8 6,68

Grafik 3. Lilit Batang Tanaman Jagung pada Tumpang Sari


 
Tabel 4. Tinggi Tanaman Kacang Hijau pada Tumpang Sari
Sampel Minggu Pengamatan (Cm) Jumlah Rata-Rata
1 2 3
A1 13,5 16 23 52,5 17,5
A2 14,2 16 22 52,2 17,4
A3 12 19,5 30 61,5 20,5
A4 14,4 17,5 22 53,9 17,9
A5 18 19 27 64 21,3
Jumlah 71,8 88 124
Rata-Rata 14,42 17,6 24,8

Grafik 4. Tinggi Tanaman Kacang Hijau pada Tumpang Sari


 
Tabel 5. Jumlah Daun Tanaman Kacang Hijau pada Tumpang Sari
Sampel Minggu Pengamatan (Cm) Jumlah Rata-Rata
1 2 3
A1 3 8 11 22 7,3
A2 2 3 11 16 5,3
A3 2 8 11 21 7
A4 5 8 11 24 8
A5 5 8 11 24 8
Jumlah 17 35 55
Rata-Rata 3,4 7 11

Grafik 5. Jumlah Daun Tanaman Kacang Hijau pada Tumpang Sari


 

4.1.2   Monokultur

Dari data pengamatan yang telah dilakukan terhadap monokultur di lahan percobaan, maka

didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 6. Tinggi Tanaman Jagung pada Monokultur


Sampe Minggu Pengamatan (Cm) Jumla Rata
l h -
Rata
1 2 3 4 5 6 7 8
A1 26 67 80 90 129,9 145,5 14 150 834,4 104,
6 3
A2 33 65 83 102 123 135,5 15 166 862,5 107,
5 8
A3 40 67,5 99 128, 149 160,6 18 189 1013, 126,
4 0 5 6
A4 22 42 65 72 99,5 105,5 10 123 636 79,5
7
A5 25 46 60 70,5 98 87,5 77 84,2 548,2 68,5
Jumla 146 287, 387 462, 599,4 634,6 66 712,2
h 5 9 5
Rata- 29, 57,5 77, 92,5 119,8 126,9 13 142,4
Rata 2 9 8 8 2 3 4

Grafik 6. Tinggi Tanaman Jagung pada Monokultur


Tabel 7. Jumlah Daun Tanaman Jagung pada Monokultur
Sampel Minggu Pengamatan (Cm) Jumlah Rata-
Rata
1 2 3 4 5 6 7 8
A1 6 10 12 14 16 16 16 16 106 13,25
A2 6 9 11 14 15 14 15 15 99 12,37
A3 7 10 13 15 16 16 16 16 109 13,62
A4 5 7 9 10 12 10 11 12 76 9,5
A5 5 7 8 7 9 6 6 8 56 7
Jumlah 29 43 53 69 68 62 64 67
Rata-Rata 5,8 8,6 10,6 12 13,6 12,4 12, 13,4
8

Grafik 7. Jumlah Daun Tanaman Jagung pada Monokultur


 

Tabel 8. Lilit Batang Tanaman Jagung pada Monokultur


Sampel Minggu Pengamatan (Cm) Jumlah Rata-
Rata
1 2 3 4 5 6 7 8
A1 3 3,7 5 7,7 9 8,5 9 9 54,9 6,8
A2 3 3,9 7,2 7,1 7,3 6,8 8 8 51,3 6,4
A3 4 4,6 6,5 7,7 8,3 8,6 9 9 57,7 7,2
A4 3 2,4 4 5 6 6,5 6,7 6,7 46,3 5,03
A5 3 2,2 3,2 7,3 4 3,5 3,8 3,8 30,8 3,85
Jumlah 16 16,8 25,9 34, 34,6 33, 36,5 36,5
8 9
Rata- 3,2 3,36 5,18 6,9 6,92 6,7 7,3 7,3
Rata 6 8

Grafik 8. Lilit Batang Tanaman Jagung pada Monokultur


 
4.2 Pembahasan

4.2.1 Tumpang sari

Pada pengamatan tinggi tanaman jagung pada tumpang sari seperti yang terlihat pada tabel

1, terlihat perbandingan tinggi secara bertahap yaitu pada tanaman satu minggu pertama 27 cm,

kedua 30,4 cm, ketiga 41,5 cm, keempat 58 cm, kelima 68 cm, keenam 74 cm dan ketujuh 82

cm, pada tanaman dua minggu pertama 26,3 cm, kedua 29,1 cm, ketiga 35 cm, keempat 69,9

cm, kelima 75,5 cm, keenam 78,5 cm dan ketujuh 100,5 cm, pada tanaman tiga minggu pertama

26 cm, kedua 29,4 cm, ketiga 32 cm, keempat 98 cm, kelima 106 cm, keenam 100,5 cm dan

ketujuh 115,5 cm, pada tanaman empat minggu pertama 15,9 cm, kedua 20,8 cm, ketiga 33,5 cm,

keempat 107,1 cm, kelima 111,5 cm, keenam 119,5 cm dan ketujuh 128,5 cm serta pada

tanaman lima minggu pertama 31 cm, kedua 37 cm, ketiga 37 cm, keempat 124 cm, kelima 137

cm, keenam 177,5 cm dan ketujuh 187,5 cm.

Pada pengamatan tinggi tanaman jagung pada tumpang sari, tampak terlihat adanya

perbandingan tinggi secara bertahap dengan baik yaitu pada tanaman satu peningkatan tinggi

setiap hari tergolong baik yaitu tanpa adanya pengurangan maupun pertumbuhan yang tergolong

lambat dan pada tanaman selanjutnya juga dapat digolongkan dalam pertumbuhan yang baik.
Tanama jagung tergolong mempunya peningkatan tinggi yang baik. Yaitu dengan rata-rata

3-4 cm perminggu. Namun tinggi tanaman jagung juga dapat betkurang sesuai dengan keadaan

umurnya, dimana ujung tanaman (daun)telah menguning. Ada pula pengurangan tinggi tanaman

disebabkan oleh OPT (Bahri, S. 2007).

Pada pengamatan jumlah daun tanaman jagung pada tumpang sari seperti yang terlihat

pada tabel 2, terlihat perbandingan yaitu pada tanaman satu minggu pertama 5 cm, kedua 5 cm,

ketiga 6 cm, keempat10 cm, kelima 8 cm, keenam 8 cm dan ketujuh 8 cm, pada tanaman dua

minggu pertama 5 cm, kedua 5 cm, ketiga 6 cm, keempat 10 cm, kelima 10 cm, keenam 10 cm

dan ketujuh 10 cm, pada tanaman tiga minggu pertama 5 cm, kedua 6 cm, ketiga 8 cm, keempat

12 cm, kelima 10 cm, keenam 10 cm dan ketujuh 10 cm, pada tanaman empat minggu pertama 4

cm, kedua 5 cm, ketiga 7 cm, keempat 15 cm, kelima 10 cm, keenam 10 cm dan ketujuh 10 cm

serta pada tanaman lima minggu pertama 6 cm, kedua 6 cm, ketiga 6 cm, keempat 14 cm, kelima

14 cm, keenam 14 cm dan ketujuh 14 cm.

Pada pengamatan jumlah daun pada tanaman jagung pada tumpang sari, terlihat

bertanbahnya jumlah daun yang cukup baik. Yaitu dari awal minggu pertama sampai minggu

keempat jumlah daun terus meningkat namun pada minggu kelima terdapat penurunan dan

jumlah daun tetap hingga pengamatan minggu terakhir. Hal ini dikarenakan daun tanaman

jagung mengalami perontokan akibat adanya kekeringan sehingga daun tanaman jagung

menguning sehingga rontok.

Daun jagung adalah daun sempurna dan berbentuk memanjang. Daun jagung dapat pula

gugur atu berkurang akibat adanya usia maupun faktor-faktor lainya (Bahri, S. 2007).

Pada pengamatan lilit batang tanaman jagung pada tumpang sari seperti yang terlihat pada

tabel 3, terlihat perbandingan yaitu pada tanaman satu minggu pertama 1,3 cm, kedua 1,8 cm,
ketiga 2,1 cm, keempat 4 cm, kelima 4 cm, keenam 4,4 cm dan ketujuh 4,7 cm, pada tanaman

dua minggu pertama 1,3 cm, kedua 1,7 cm, ketiga 2,4 cm, keempat 4,2 cm, kelima 4,2 cm,

keenam 5,8 cm dan ketujuh 6,2 cm, pada tanaman tiga minggu pertama 1,3 cm, kedua 1,9 cm,

ketiga 2,8 cm, keempat 5,6 cm, kelima 5,4 cm, keenam 6,3 cm dan ketujuh 6,6 cm, pada

tanaman empat minggu pertama 2 cm, kedua 2,9 cm, ketiga 4,5 cm, keempat 6,8 cm,

kelima 4,3 cm, keenam 4,5 cm dan ketujuh 4,9 cm serta pada tanaman lima minggu pertama 2,4

cm, kedua 2,4 cm, ketiga 4,4 cm, keempat 7 cm, kelima 7 cm, keenam 8 cm dan ketujuh

11cm.

Pada pengamatan lilit batang tanaman jagung pada tumpang sari, terlihat bertambahnya

ukuran lilit batang secara bertahap. Pada pengamatan minggu pertama hingga minggu keempat

ukuran lilit batang naik hingga 2 cm, namun pada minggu kelima kenaikan tidak terlalu nampak

dan pada minggu berikutnya kenaikan ukran lilit batang kembali normal. Namun pada tanaman

empat pada minggu kelima terjadi penurunan lilit batang hingga 1,5 cm. Hai ini disebabkan oleh

faktor cuaca seningga daun tanaman layu dan akan mempengaruhi ukuran lilit batang tanaman

jagung.
 
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak

seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman

berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku

sehinga saat daun jagung mengering, maka dapat mengurangi diameter batang (Bahri, S. 2007).

Pada pengamatan tinggi tanaman kacang hijau pada tumpang sari seperti yang terlihat pada

tabel 4, terlihat perbandingan tinggi secara bertahap yaitu pada tanaman satu minggu pertama

13,5 cm, kedua 16 cm dan ketiga 23 cm, pada tanaman dua minggu pertama 14,2 cm, kedua 16

cm, ketiga 22 cm, pada tanaman tiga minggu pertama 12 cm, kedua 19,5 cm dan ketiga 30 cm,

pada tanaman empat minggu pertama 14,4 cm, kedua 17,5 cm dan ketiga 22 cm serta pada

tanaman lima minggu pertama 18 cm, kedua 19 cm, ketiga 27 cm.

Pada pengamatan tinggi tanaman kacang hijau pada tumpang sari, terlihat bertambahnya

tinggi tanaman yang sangat baik. Dari minggu awal sampai minggu terakhir tinggi tanaman naik

meningkat secara bertahap. Hal ini dikarenakan oleh tanaman kacang hijau terhalang tanaman

jagung sehingga tanaman kacang hijau mencari cahaya yang cukup untuk melakukan proses

fotosintesis.

Tinggi tanaman kacang hijau dapat terhalang oleh berbagai aspek seperti cahaya atau suhu,

unsur hara mineral dan air maupun OPT yaang menyerang. Kacang hijau dapat tumbuh dengan

baik jika prosesfotosintesis berjalan lancar yakni tanaman tidak terhalang oleh tanaman lain

dalam penyerapan sinar matahari (Atman, 2007).

Pada pengamatan jumlah daun kacang hijau pada tumpang sari seperti yang terlihat pada

tabel 5, terlihat perbandingan tinggi secara bertahap yaitu pada tanaman satu minggu pertama 3

cm, kedua 8 cm dan ketiga 11 cm, pada tanaman dua minggu pertama 2 cm, kedua 3 cm, ketiga

11 cm, pada tanaman tiga minggu pertama 2 cm, kedua 8 cm dan ketiga 11 cm, pada tanaman
empat minggu pertama 5 cm, kedua 8 cm dan ketiga 11 cm serta pada tanaman lima minggu

pertama 5 cm, kedua 8 cm, ketiga 11 cm.

Pada pengamatan jumlah daun kacang hijau pada tumpang sari, terlihat bertambah jumlah

daun yang sangat tinggi. Tnggi tanaman dari minggu pertama menujukan peningkatan hingga

minggu ketiga, namun pada tanaman dua peningkatan tertinggi hanya terdapat pada minggu

ketiga.

Kacang hijau mempunyai helaian daun yang kecil. Daun ini dapat gugur ketika telah

mencapai usia yang tidak produktif atau daun telah menguning oleh usia, selain itu daun juga

dapat rontok akibat adanya suhu yang ekstrim (Atman, 2007).

Pada pola tanama tumpang sari, kami melakukan penanaman dengan jarak jagung 20 X

100 cm sedangkan kacang hijau berada diantara tanaman jagung yaitu 20 X 20 cm. Hal ini

bertujuan agar tanaman kacang hijau tidak mengalami perebutan unsurhara dengan tanaman

jagung serta kekurangan asupan cahaya maahari.


 
Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam 2-3 cm, dengan jarak antar barisan tanaman

200 cm, sedangkan jarak dalam barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih jagung setiap hektar

lahan dengan pola tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap lubang tanam), sehingga populasi

tanaman jagung dalam 1 ha lahan adalah 25.000 batang (Atman, 2007).

Pada tahap pemupukan kami menggunakan pupuk NPK pada minggu ketiga dengan jarak

20 cm pertanaman. Hal ini ditujukan agar tanaman dapat menyerap pupuk yang diberikan dengan

baik.

Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat tanaman telah berumur

1 bulan. Dosis pupuk untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP- 36 dan 50 kg KCL.

Dosis pupuk untuk kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg SP-36 yang masing-masing diberikan

dalam dua kali pemupukan. Pemupukan pertama pada jagung adalah 80 kg Urea, 65 kg SP-36

dan 50 kg KCl, satu bulan kemudian ditambahkan pupuk susulan yaitu Urea sebanyak 40 kg.

Pemupukan pertama pada kacang tanah adalah: 20 kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL, selang

satu bulan ditambahkan pupuk susulan yaitu 20 kg Urea. Cara pemupukan yaitu semua pupuk

yang akan diberikan dicampur jadi satu, kemudian dibuat larikan dekat barisan tanaman (sekitar

5 cm dari barisan tanaman dengan kedalaman antara 5-7 cm), pupuk ditabur sepanjang larikan

kemudian ditutup kembali dengan tanah (Novizan, A. 2003).


4.2.2 Monokultur

Pada pengamatan tinggi tanaman jagung pada monokultur seperti yang terlihat pada tabel

6, terlihat perbandingan tinggi secara bertahap yaitu pada tanaman satu minggu pertama 26 cm,

kedua 67 cm, ketiga 80 cm, keempat 90 cm, kelima 129,9 cm, keenam 145,5 cm, ketujuh 146

cm dan kedelapan 150 cm, pada tanaman dua minggu pertama 33 cm, kedua 65 cm,

ketiga 83 cm, keempat 102 cm, kelima 123 cm, keenam 135,5 cm, ketujuh 155 cm dan

kedelapan 166 cm, pada tanaman tiga minggu pertama 40 cm, kedua 67,5 cm, ketiga 99 cm,

keempat 128,4 cm, kelima 149 cm, keenam 160,6 cm, ketujuh 180 cm dan kedelapan 189

cm, pada tanaman empat minggu pertama 22 cm, kedua 42 cm, ketiga 65 cm, keempat 72 cm,

kelima 99,5 cm, keenam 105,5 cm, ketujuh 107 cm dan kedelapan 123 cm serta pada tanaman

lima minggu pertama 25 cm, kedua 46 cm, ketiga 60 cm, keempat 70,5 cm, kelima 98 cm,

keenam 97,5 cm ketujuh 77 cm dan kedelapan 84,2 cm.

Pada pengamatan tinggi tanaman jagung pada monokultur, terlihat penaikan tinggi secara

bertahap yaitu pada tanaman satu sampai empat mengalami penaikan yang cukup baik sedangka

pada tanaman lima mengalami penurunan pada minggu keenam sampai tujuh. Hal ini

dikarenakan adanya hama penggerek daun dan hama belalang yang memakan daun tanaman

jagung sehingga akan mengurangi tinggi tanaman.


 
Tanama jagung tergolong mempunya peningkatan tinggi yang baik. Yaitu dengan rata-rata

3-4 cm perminggu. Namun tinggi tanaman jagung juga dapat betkurang sesuai dengan keadaan

umurnya, dimana ujung tanaman (daun) telah menguning. Ada pula pengurangan tinggi tanaman

disebabkan oleh OPT (Bahri, S. 2007).

Pada pengamatan jumlah daun jagung pada monokultur seperti yang terlihat pada tabel 7,

terlihat perbandingan yaitu pada tanaman satu minggu pertama 6 cm, kedua 10 cm, ketiga 12

cm, keempat 14 cm, kelima 16 cm, keenam 16 cm, ketujuh 16 cm dan kedelapan 16 cm, pada

tanaman dua minggu pertama 6 cm, kedua 9 cm, ketiga 11 cm, keempat 14 cm, kelima 15 cm,

keenam 14 cm, ketujuh 15 cm dan kedelapan 15 cm, pada tanaman tiga minggu pertama 7 cm,

kedua 10 cm, ketiga 13 cm, keempat 15 cm, kelima 16 cm, keenam 16 cm, ketujuh

16 cm dan kedelapan 16 cm, pada tanaman empat minggu pertama 5 cm, kedua 7 cm,

ketiga 9 cm, keempat 10 cm, kelima 12 cm, keenam 10 cm, ketujuh 11 cm dan kedelapan 12 cm

serta pada tanaman lima minggu pertama 5 cm, kedua 7 cm, ketiga 8 cm, keempat 7 cm, kelima

9 cm, keenam 6 cm ketujuh 6 cm dan kedelapan 8 cm.

Pada pengamatan jumlah daun pada tanaman kacang hijau pada monokultur, terlihat

bertanbahnya jumlah daun yang cukup baik, namun pada tanaman dua, empat dan lima

mengalami pengurangan pada minggu keempat dan keenam. Hal ini dikarenakan oleh faktor

cuaca dan hama sehingga daun tanaman berlubang dan layu mengering.

Daun jagung adalah daun sempurna dan berbentuk memanjang. Daun jagung dapat pula

gugur atu berkurang akibat adanya usia maupun faktor-faktor lainya (Bahri, S. 2007).

Pada pengamatan lilit batang jagung pada monokultur seperti yang terlihat pada tabel 8,

terlihat perbandingan yaitu pada tanaman satu minggu pertama 3 cm, kedua 3,7 cm, ketiga 5 cm,

keempat 7,7 cm, kelima 9 cm, keenam 8,5 cm, ketujuh 9 cm dan kedelapan 9 cm, pada tanaman
dua minggu pertama 3 cm, kedua 3,9 cm, ketiga 7,2 cm, keempat 7,1 cm, kelima 7,3 cm,

keenam 6,8 cm, ketujuh 8 cm dan kedelapan 8 cm, pada tanaman tiga minggu pertama 4

cm, kedua 4,6 cm, ketiga 6,5 cm, keempat 7,7 cm, kelima 8,3 cm, keenam 8,6 cm,

ketujuh 9 cm dan kedelapan 9 cm, pada tanaman empat minggu pertama 3 cm, kedua

2,4 cm, ketiga 4 cm, keempat 5 cm, kelima 6 cm, keenam 6,5 cm, ketujuh 6,7 cm dan kedelapan

6,7 cm serta pada tanaman lima minggu pertama 3 cm, kedua 2,2 cm, ketiga 3,2 cm,

keempat 7,3 cm, kelima 4 cm, keenam 3,5 cm ketujuh 3,8 cm dan kedelapan 3,8 cm.

Pada pengamatan lilit batang jagung pada monokultur, terlihat peningkatan yang tinggi

namun terdapat pengurangan pula. Pada tanaman satu, dua dan tiga mengalami peningkatan yang

baik, tetapi pada tanaman empat mengalami penurunan pada minggu kedua dan seterusnya

mengalami peningkatan sedangkan pada tanaman lima mengalami penurunan pada minggu

kedua dan mengalami penaikan sampai minggu keempat namun minggu berikutnya kembali

mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan oleh faktor cuaca dan hama yang menyebabkan daun

tanaman mengering sehingga dapat mengurangi besarnya lilit batang.

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak

seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman

berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku

sehinga saat daun jagung mengering, maka dapat mengurangi diameter batang (Bahri, S. 2007).

Pada pola tanam monokultur, kami melakukan penanaman jagung dengan jarak 20 X 80

cm. Hal ini bertujuan agar tanaman jagung mengalami perebutan unsur hara mikro maupun

makro serta kekurangan asupan cahaya maahari.


LAPORAN PRAKTIKUM DASAR – DASAR AGRONOMI “APLIKASI DOSIS
PUPUK NITROGEN (N) PADA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG”

LAPORAN PRAKTIKUM 
DASAR – DASAR AGRONOMI
(AGT- 202)
“APLIKASI DOSIS PUPUK NITROGEN (N)
PADA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG”

OLEH

Nama : ABEN CANDRA


Npm : E1J010070 
Shift : 2 (DUA)
Perlakuan : D2 (90 Kg N / Hektar)
Dosen : HESTI PUJIWATI, S.P, MS

AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU 
2012

KATA PENGANTAR
Dasar-dasar Agronomi adalah mata kuliah Program Studi Agroekoteknologi fakultas pertanian
universitas bengkulu dengan kode (AGT- 202) berbobot SKS 3(2-1), menjadi mata kuliah wajib
pada Program Studi Agroekoteknologi dan Agribisnis. Untuk mencapai Tujuan Instruksionak
Umum yang ditargetkan, kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam dua bentuk yaitu
perkuliahan dengan bobot 2 sks dan praktikum dengan bobot 1 sks. Di dalam latar belakang dan
tujuan laporan ini membahas tentang budidaya tanaman jagung yang telah dipraktekkan
dilapangan dalam mata kuliah Dasar Dasar Agronomi.
Jagung sebagai tanaman pangan di Indonesia, menduduki urutan kedua setelah padi. Namun
jagung mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya dengan padi.
Di Negara agraris seperti Indonesia, sangat mendukung dikembangkannya komoditi jagung.
Sebab tanaman jagung memiliki potensi yang cukup untuk dibudidayakan dan mudah
diusahakan. Peranan panagan keanekaragaman kebutuhan pangan dari bahan jagung sangat
diperlukan dalam usaha tani ini, Sehingga tidak mustahil komoditi jagung pada dewasa ini
mendapat perhatian. Bahkan dalam jangka waktu yang relative pendek areal penanaman jagung .
Pada kesempatan ini saya sebagai penyusun mencoba membuat laporan praktikum Dasar Dasar
Agronomi berupa laporan Aplikasi Dosis Pupuk Nitrogen (N)Pada Budidaya Tanaman Jagung
dan Budi Daya Jagung.
Laporan ini disusun untuk tujuan mahasiswa dapat menghitung dosis pupuk N dan
mempraktekkan cara pemupukannya pada pembudidaya tanaman jagung serta para mahasiswa
bisa menambah pengetahuan mereka di Jurusan Budidaya Pertanian sebagai bekal di lapangan.
Saya sebagai penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan ini, saya
berharap semoga hasil laporan ini bermanfaat dan diterima oleh dosen pembimbing.
Hormat saya

ABEN CANDRA
E1J010070

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jagung merupakan tanaman pangan yang banyak digunakan untuk bahan makanan pokok. Salah
satu produk dari tanaman jagung yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan adalah
jagung semi (baby corn), yaitu jagung yang dipanen saat masih muda dan belum membentuk biji.
Kendala yang umum timbul dalam memproduksi jagung semi antara lain adalah belum
tersedianya varietas unggul jagung yang dirakit khusus sebagai jagung semi. Sebagian besar
produksi jagung semi menggunakan varietas jagung pipil yang sudah tersedia di pasar. Yodpetch
dan Bautista (1983) mengemukakan karakteristik varietas jagung yang dapat digunakan untuk
memproduksi jagung semi diantaranya yaitu umur panen pendek, hasil panen tinggi, jumlah
tongkol tiap tanaman banyak (prolifik), dan tongkol berkualitas baik dalam hal rasa, ukuran, dan
warnanya. Menurut Adisarwanto dan Widyastuti (2002), varietas jagung yang banyak digunakan
sebagai benih jagung baby corn di Indonesia antara lain adalah jagung hinrida varietas C-1 dan
C-2, Pioneer-1, 2, 7, dan 8, CPI-1, Bisi-2 dan Bisi-3, IPB-4, serta Semar-1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
Aplikasi pupuk pada tanaman jagung terutama urea adalah dengan cara ditugal di samping
tanaman, kemudian ditutup dengan tanah. Cara ini diketahui lebih efisien, namun kini perlu
dikaji kembali karena banyak petani berdasarkan pertimbangan sosial, tenaga kerja dan biaya,
sehingga pupuk hanya disebarkan di atas permukaan tanah (Akil et al. 2007). Di banyak tempat
utamanya di Jawa Timur, cara aplikasi pupuk dengan di itugal di samping tanaman telah
ditinggalkan petani dengan alasan kekurangan tenaga kerja. Sebagai penggantinya petani
menempatkan pupuk di atas permukaan tanah tanpa ditutup tanah, dan sehari kemudian diairi
atau dibiarkan saja. 
pengamatan Ispandi dan Soepangat (1986) yang menyatakan bahwa petani di Kabupaten Kediri
menggunakan pupuk urea dengan takaran 500 – 700 kg/ha. Pengaruh pupuk terhadap
pertumbuhan jagung antara lain :
1). Pentingnya kecepatan perkecambahan dikaitkan dengan jumlah\pupuk yang digunakan.
2). Nilai jual jagung dengan pupuk urea lebih mahal dibandingkan dengan jagung yang
menggunakan pupuk micin.
3). Jagung yang diberi pupuk urea terlihat lebih menarik dibangingkan dengan jagung yang
menggunakan pupuk micin.
Pusat produksi jagung di dunia tersebar di negara tropis dan subtropis. Tanaman jagung tumbuh
optimal pada tanah yang gembur, drainase baik, dengan kelembaban tanah cukup, dan akan layu
bila kelembaban tanah kurang dari 40% kapasitas lapang, atau bila batangnya terendam air.

Pada dataran rendah, umur jagung berkisar antara 3-4 bulan, tetapi di dataran tinggi di atas 1000
m dpl berumur 4-5 bulan. Umur panen jagung sangat dipengaruhi oleh suhu, setiap kenaikan
tinggi tempat 50 m dari permukaan laut, umur panen jagung akan mundur satu hari (Hyene
1987).

Areal dan agroekologi pertanaman jagung sangat bervariasi, dari dataran rendah sampai dataran
tinggi, pada berbagai jenis tanah, berbagai tipe iklim dan bermacam pola tanam. Tanaman jagung
dapat ditanam pada lahan kering beriklim basah dan beriklim kering, sawah irigasi dan sawah
tadah hujan, toleran terhadap kompetisi pada pola tanam tumpang sari, sesuai untuk pertanian
subsistem, pertanian komersial skala kecil, menengah, hingga skala sangat besar. Suhu optimum
untuk pertumbuhan tanaman jagung rata-rata 26-300C dan pH tanah 5,7-6,8 (Subandi et al.
1988). Produksi jagung berbeda antardaerah, terutama disebabkan oleh perbedaan kesuburan
tanah, ketersediaan air, dan varietas yang ditanam. Variasi lingkungan tumbuh akan
mengakibatkan adanya interaksi genotipe dengan lingkungan (Allard and Brashaw 1964), yang
berarti agroekologi spesifik memerlukan varietas yang spesifik untuk dapat memperoleh
produktivitas optimal.

Produksi jagung di Indonesia selama 5 tahun terakhir terus meningkat, pada tahun 2006
mencapai sekitar 12 juta ton dan pada tahun 2010 diperkirakan meningkat menjadi 13,6 juta ton.
Pengguna jagung yang terbesar adalah industri pakan ternak, kemudian menyusul untuk industri
makanan dan untuk konsumsi langsung manusia. Kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak
berkisar 5 juta ton/tahun dengan laju kenaikan sekitar 10% - 15% setiap tahunnya. Dengan
demikian seharusnya produksi jagung dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan pabrikan
pakan ternak. Namun demikian, produksi jagung di Indonesia umumnya bersifat musiman dan
wilayahnya tersebar di berbagai daerah/ wilayah. Kondisi ini menyebabkan pasokan (supply)
jagung dan proses pengumpulannya untuk keperluan pabrik pakan ternak tidak terjamin
kuantitas, kualitas maupun kontinyuitasnya. Hal ini menyebabkan para industri pakan ternak
cenderung melakukan impor jagung. Ketergantungan pabrik pakan ternak terhadap jagung impor
sangat tinggi yaitu sekitar 40% atau lebih kurang 1 juta ton pertahun. Hal tersebut disebabkan
karena para industri pakan ternak lebih senang untuk melakukan impor karena terjaminnya
pasokan yang kontinyu serta terjaminnnya kualitas/mutu dengan harga yang relatif lebih rendah. 

Pada saat ini pabrikan pakan ternak memiliki kapasitas penyimpanan jagung dalam bentuk silo
dan gudang-gudang penyimpanan yang sangat terbatas. Sementara itu, para petani dan pedagang
juga belum memiliki gudang penyimpanan atau silo yang memadai, sehingga pada saat panen
raya produksi jagung melimpah dan harga menjadi rendah. Keadaan ini menyebabkan hilangnya
kesempatan petani untuk meningkatkan pendapatannya. Hal ini dikhawatirkan akan mendorong
keengganan petani untuk menanam jagung di masa depan. 

· Jenis-Jenis Jagung

Jenis jagung dapat diklasifikasikan berdasarkan: (i) sifat biji dan endosperm, (ii) warna biji, (iii)
lingkungan tempat tumbuh, (iv) umur panen, dan (v) kegunaan. Jenis jagung berdasarkan
lingkungan tempat tumbuh meliputi: (i) dataran rendah tropik (<1.000 m dpl), (ii) dataran rendah
subtropik dan mid-altitude (1.000-1.600 m dpl), dan (iii) dataran tinggi tropik (>1.600 m dpl).
Jenis jagung berdasarkan umur panen dikelompokkan menjadi dua yaitu jagung umur genjah dan
umur dalam. Jagung umur genjah adalah jagung yang dipanen pada umur kurang dari 90 hari,
jagung umur dalam dipanen pada umur lebih dari 90 hari. Sejalan dengan perkembangan
pemuliaan tanaman jagung, jenis jagung dapat dibedakan berdasarkan komposisi genetiknya,
yaitu jagung hibrida dan jagung bersari bebas. Jagung hibrida mempunyai komposisi genetik
yang heterosigot homogenus, sedangkan jagung bersari bebas memiliki komposisi genetik
heterosigot heterogenus. Kelompok genotipe dengan karakteristik yang spesifik (distinct),
seragam (uniform), dan stabil disebut sebagai varietas atau kultivar, yaitu kelompok genotipe
dengan sifat-sifat tertentu yang dirakit oleh pemulia jagung. Diperkirakan di seluruh dunia
terdapat lebih dari 50.000 varietas jagung.

1.2 Tujuan Praktikum

Ø Mahasiswa dapat menghitung dosis pupuk N dan mempraktekkan cara pemupukannya pada
pembudidaya tanaman jagung

Ø Mahasiswa diharapkan mampu menghitung kebutuhan pupuk dan menganalisis akibat


perbedaan dosis pupuk yang diaplikasikan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung.

Ø Mahasiswa dapat mendiskripsikan karakteristik berbagai jenis sarana produksi (saprodi)


pertanian.

Ø Mahasiswa dapat menentukan kebutuhan jumleh setiap jenis bahan dari saprodi yang akan
diperlukan untuk kegiatan usaha pertanian.

Ø Mahasiswa dapat melakukan pengamatan kualitatif dan kuantitatif secara benar terhadap
setiap peubah pertumbuhan tanaman dan dapat mengkorelasikan antara data peubah ke dalam
bentuk informasi sederhana dan lengkap.

1.3 Rumusan masalah

Apakah ada hubungan pemberian Dosis pupuk N 90 Kg/Ha terhadap pertumbuhan dan hasil
pada tanaman jagung ?
1.4 Hipotesis

Ada hubungan pemberian Dosis pupuk N 90 Kg/Ha terhadap pertumbuhan dan hasil pada
tanaman jagung. 
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di
luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat, dapat
tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang agak kering. Tetapi untuk
pertumbuhan optimalnya, jagung menghendaki beberapa persyaratan Iklim :
a) Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim
sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah
yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS.

b) Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal
sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman
jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan
menjelang musim kemarau.

c) Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang
ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/ merana, dan memberikan hasil biji yang kurang baik
bahkan tidak dapat membentuk buah.

d) Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi bagi pertumbuhan
tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27 derajat C. Pada proses
perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 derajat C.

e) Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan,
karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil. (Makarim et al. 2003)

Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur
Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk Urea berbentuk butir-butir
kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH2 CONH2, merupakan pupuk yang mudah larut
dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan
di tempat kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan
pengertian setiap 100 kg urea mengandung 46 kg Nitrogen.

Unsur hara Nitrogen yang dikandung dalam pupuk Urea sangat besar kegunaannya bagi tanaman
untuk pertumbuhan dan perkembangan, antara lain:

1. Membuat daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau daun
(chlorophyl) yang mempunyai peranan sangat panting dalam proses fotosintesa

2. Mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-lain)

3. Menambah kandungan protein tanaman


4. Dapat dipakai untuk semua jenis tanaman baik tanaman pangan, holtikultura, tanaman
perkebunan, usaha peternakan dan usaha perikanan. (Makarim et al. 2003)

Konsep serupa juga digunakan untuk rekomendasi pemupukan yang baru pada tanaman jagung
di Nebraska(Amerika Serikat), dengan penekanan khusus pada pemahaman potensi hasil dan
senjang hasil sebagai dasar perbaikan rekomendasi pengelolaan hara yang bersifat spesifik lokasi
(Dobermann et al. 2003). Pengelolaan hara spesifik lokasi berupaya menyediakan hara bagi
tanaman secara tepat, baik jumlah, jenis, maupun waktu pemberiannya, dengan
mempertimbangkan kebutuhan tanaman, dan kapasitas lahan dalam menyediakan hara bagi

tanaman (Makarim et al. 2003)

Pengapuran masih cukup relevan dalam upaya ameliorasi lahan kering yang bereaksi masam
dengan kandungan Al yang tinggi dan pada lahan pasang surut sulfat masam untuk menetralisasi
keracunan Al maupun Fe.Tidak tersedianya kapur pada saat yang tepat dan biaya pengapuran
yang mahal sering menjadi kendala dalam upaya peningkatan produktivitas lahanmelalui
pengapuran.Penggunaan bahan organik perlu mendapat perhatian yang lebih besar,mengingat
banyaknya lahan yang telah mengalami degradasi bahan organik,di samping mahalnya pupuk
anorganik (urea, ZA, SP36, dan KCl). Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus tanpa
tambahan pupuk organik dapat menguras bahan organik tanah dan menyebabkan
degradasikesuburan hayati tanah.

Kebutuhan Hara Pada Tanaman Jagung

Tanaman jagung membutuhkan paling kurang 13 unsur hara yang diserap melalui tanah. Hara N,
P, dan K diperlukan dalam jumlah lebih banyak dan sering kekurangan, sehingga disebut hara
primer. Hara Ca, Mg, dan S diperlukan dalam jumlah sedang dan disebut hara sekunder. Hara
primer dan sekunder lazim disebut hara makro. Hara Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl diperlukan
tanaman dalam jumlah sedikit, disebut hara mikro. Unsur C, H, dan O diperoleh dari air dan
udara. Beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara dalam tanah untuk dapat diserap
tanaman antara lain adalah total pasokan hara, kelembaban tanah dan aerasi, suhu tanah, dan sifat
fisik maupun kimia tanah. Keseluruhan faktor ini berlaku umum untuk setiap unsur hara
(Olsonand Sander 1988).
Pola serapan hara tanaman jagung dalam satu musim mengikuti pola akumulasi bahan kering
sebagaimana dijelaskan oleh Olson dan Sander(1988). Sedikit N, P, dan K diserap tanaman pada
pertumbuhan fase 2, danserapan hara sangat cepat terjadi selama fase vegetatif dan pengisian
biji. Unsur N dan P terus-menerus diserap tanaman sampai mendekati matang, sedangkan K
terutama diperlukan saat silking. Sebagian besar N dan P dibawa ke titik tumbuh, batang, daun,
dan bunga jantan, lalu dialihkan kebiji. Sebanyak 2/3-3/4 unsur K tertinggal di batang. Dengan
demikian, N dan P terangkut dari tanah melalui biji saat panen, tetapi K tidak.

Pemupukan N, P, K, Dan S

Pupuk yang diberikan pada tanaman jagung di Indonesia umumnya mengandungvhara makro N,
P, K, dan S, tetapi belum mengandung hara mikro,vkarena belum ada sentra sentra
pengembangan jagung yang berindikasi kekurangan hara mikro.

Takaran Pupuk N P, K, dan S

Tidak semua pupuk yang diberikan ke dalam tanah dapat diserap oleh tanaman. Nitrogen yang
dapat diserap hanya 55-60% (Patrick and Reddy1976), P sekitar 20% (Hagin and Tucker 1982),
K antara 50-70% (Tisdale andNelson 1975), dan S sekitar 33% (Morris 1987). Tanggapan
tanaman terhadap pupuk yang diberikan bergantung pada jenis pupuk dan tingkat kesuburan
tanah. Karena itu, takaran pupuk berbeda untuk setiap lokasi. Metode untuk menentukan
kebutuhan pupuk didasarkan pada persamaan yang dikembangkan oleh Dobermann dan Cassman
(2002): 
di mana:

Fx = Takaran pupuk N, P, K, atau S yang direkomendasikan (kg/ha)

Rex = efisiensi recovery N, P, atau K (kg pupuk yang dimanfaatkan

per kg pupuk yang diaplikasikan)

Htarget = serapan hara pemupukan lengkap NPKS (kg hara/ha)

berdasarkan prediksi target hasil maksimum

H o x = Pasokan hara alami, yaitu serapan hara N, P, K atau S jika

tanpa pemberian N, P, K, atau S (kg/ha)

Sumber Pupuk N, P, K, dan S

Berkaitan dengan sifat tanah, bentuk pupuk menentukan efisiensi dan efektivitas pemupukan.
Pada tanah masam dengan kandungan Al tinggi,fiksasi hara (P) akan tinggi, sedangkan pada
tanah basa (kapuran) persaingan serapan oleh Ca akan tinggi pula. Karena itu, pupuk yang cocok
untuk kedua kondisi tersebut adalah yang dapat melepaskan hara secara perlahan (slow release)
atau pupuk yang mempunyai kandungan yang dapat menetralisasi kondisi tersebut.Hara N yang
bersumber dari urea tidak berbeda dengan yang bersumber dari ZA untuk tanaman jagung pada
tanah dengan pH <6 (Fadhly et al.1993, Gunarto 1986, Subandi et al. 1990). 
Pada tanah kapuran di Sinjai, Sulawesi Selatan, pupuk ZA memberikan kadar N daun, panjang
tongkol,dan hasil yang lebih tinggi dibanding urea (Gunarto et al. 1986). Hal tersebut disebabkan
karena tanah kapuran tanggap terhadap hara S, sehingga Za lebih efektif dibanding urea.

Pemberian hara P dalam bentuk fosfat alam pada lahan sulfat masam relatif lebih baik dibanding
pemberian dalam bentuk TSP (Raihana 1993).Sebaliknya pada tanah kapuran, pemberian P
dalam bentuk TSP lebih baik dibanding fosfat alam (Sudaryono 1998).Pemberian hara P pada
tanah Ultisol dalam bentuk SP36 sama baiknya dengan TSP, walaupun kadar P2O5 pada SP36
(36%) lebih rendah dibadingTSP (46%). Hal yang sama juga terjadi pada tanah sulfat masam
(Noor danNingsih 1998).

Waktu dan Cara Pemberian Pupuk

Selain takaran dan bentuk pupuk, waktu dan cara pemupukan juga berperan penting dalam
meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Waktu dan cara pemberian pupuk berkaitan erat
dengan laju pertumbuhan tanaman dimana hara dibutuhkan oleh tanaman dan kehilangan pupuk
(dapat terjadimelalui proses pencucian, penguapan, dan fikssasi). Hara N banyak menguap dan
tercuci, hara K banyak tercuci, sedangkan hara P terfiksasi didalam tanah.Untuk mengurangi
kehilangan N, pemberian pupuk N harus dilakukan secara bertahap. 

Hasil penelitian Tirtoutomo et al. (1991) menunjukkan bahwa pemberian N 1/3 bagian pada saat
tanam dan 2/3 bagian pada 30 HST atau 1/3 bagian pada waktu tanam, 1/3 bagian pada 30 HST,
dan 1/3 bagian pada 45 HST relatif lebih baik dari segi hasil maupun efisiensi serapan N,
dibanding dengan pemberian seluruhnya pada saat tanam atau 2/3takaran pada waktu tanam dan
1/3 takaran pada 30 HST. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Gunarto (1986), di mana
pemberian N 1/2 bagian awal tanam dan 1/2 bagian pada saat 30 HST memberikan hasil dan
serapan hara yang lebih tinggi dibanding jika pupuk N diberikan seluruhnya padasaat tanam.
Pemberian N secara tugal atau larik lebih hemat 55-66% dibanding cara sebar atau siram (urea
dilarutkan). Pemberian 45 kg N/ha secara tugal atau larik memberikan hasil yang setara dengan
pemberian 90kg N/ha secara sebar atau disiram (Fadhly et al. 1993).

Klasifikasi
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)

Classis : Monocotyledone (berkeping satu)

Ordo : Graminae (rumput-rumputan)

Familia : Graminaceae

Genus : Zea

Species : Zea mays L.

Jenis – jenis Jagung

· Flour corn atau soft corn (Zea mays L. amylacea Sturt= jagung tepung)

Banyak orang yang mengklasifikasikan tanaman jagung menurut sistem penggolongan dari
masing-masing seperti Metzger, Alefeld, Harz dan Kornicke, tetapi hanya sedikit yang
menggunakanny. Sistem penggolongan (klasifikasi) yang sering digunakan yaitu penggolongan
yang disusun oleh Sturtevant’s, Grebencsikow, Kuleshow dan sistem penggolongan dari inggris
dan jerman menurut jenisnya.
Tanaman jagung jenis flour corn atau soft corn sangat berarti di Amerika selatan, sebagian Peru,
Bolivia dan Columbia serta di Afrika. Biji jagung ini banyak mengandung zat pati/tepung
sehingga sebagian orang mengenal dengan nama jagung tepung. Biji jagung ini bersifat lunak
dan merupakan jagung yang tertua. Pada endosperm (Cadangan makanan) dalam biji biasanya
berisi tepung lunak. Apabila kena panas mudah pecah.

· Dent Corn (Zea mays indentata = Jagung gigi kuda)

Biji jagung yang berbentuk gigi kuda ini telah berkembang di lading jagung Amerika Serikat,
Meksiko Utara dan terjadi peningkatan usaha di Eropa setelah jagung tersebut masuk ke Eropa.

Bentuk biji jagung jenis ini merupakan akibat dari depresi pada bagian tengah atau bagian atas
biji. Lekukan yang menjadi cirri khas ini disebabkan pengerutan lapisan tepung pada saat biji
mongering, sedangkan bagian samping dari biji mengalami pengerasan.pengerutan biji dari zat
tepung yang lunak ini menyebabkan biji seperti gigi kuda.

· Flint corn (Zea mays indurate = jagung mutiara)

Pada permukaan bijinya ditandai dengan warna bersinar dan agak keras. Sedangkan kandungan
zat tepung yang lunak dalam biji hanya sedikit dan letaknya di dilam (tengah). Biji jagung ini
lebih tahan terhadap serangan hama (insekta) dan gangguan luar lainnya seperti keadaan hujan
yang tidak teratur. Bijinya yang tidak berkerut pada saat mengering atau waktu masak
menyebabkan daya tahan terhadap serangan hama, khususnya hama gudang akan lebih baik.

· Pop corn (Zea mays L. everta Sturt = jagung berondong)


Jagung yang termasuk kelompok pop corn mempunyai cirri biji yang lebih kecil dan keras tetapi
apabila di panaskan dapat mengembang, sebab didalam biji terkandung zat pati yang
penuh/cukup akibatnya biji menjadi keras. Biasanya jagung jenis ini bewarna putih atau kuning
dengan bentuk yang agak meruncing dan tongkolnya berukuran kecil. Brat 1.000 biji antara 80
sampai 130 gram.

Jenis jagung ini terbagi dalam dua tipe yaitu :

- jagung yang berbiji pipih dan meruncing yang disebut tipe Rice pop corn.

- Jagung yang bentuk bijinya bulat dan kompak/mampat,disebut tipe pearl pop corn.

· Sweet corn (Zea mays L. saccharta = Jagung manis)

Tanaman jagung ini dapat menyumbangkan hasil untuk keperluan konsumsi manusia. Hasil
produksinya yang berupa jagung muda apabila telah direbus mempunyai rasa enakdan manis.
Rasa manis ini disebabkan kandungan zat gulnya yang terlalu tinggi, bahkan di meksiko ada
beberapa varieta jagung yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat sirup. Disamping itu
terdapat gen yang resesif yang dapat mencegah perubahan gula menjadi pati.

Jagung manis mempunyai ciri-ciri, biji yang masih muda bercahaya dan bewarna jernih seperti
kaca sedangkan biji yang telah masak dan kering akan menjadi keriput/berkerut. Kandungan
protein dan lemak di dalam biji lebih tinggi dari jagung biasa sehingga banyak diusahakan secara
besar-besaran di Amerika.

Untuk membedakan jagung manis dan jagung biasa, pada umumnya jagung manis berambut
putih sedangkan jagung biasa berambut merah. Umur jagung manis antara 60 sampai 70 hari,
namun pada dataran tinggi yaitu 400 meter diatas permukaan laut atau lebih, biasanya bisa
mencapai 80 hari.
· Pod corn (Zea mays L. tunicate Sturt = jagung bungkus)

Bentuk bijinya sangat sederhana dan mempunyai daun pembungkus ganda yaitu kelobot yang
bentuknya kecil berasal dari sekam. Mahkota menyelubungi setiap biji pada janggel sedangkan
tongkolnya terselubung oleh kelobot besar. Jadi bijinya tidak nampak.

Biji jagung ini kurang menguntungkan bila diusahakan tetapi seperti di Amerika seperti
Uruguay, Paraguay juga jenis ini banyak ditanam sebab dianggap lebih dulu ada.

· Waxy corn (Zea mays L. ceratina Kulesch)

Jenis jagung ini warnanya jernih seperti lilin sehingga sering disebut waxy corn. Bijinya kecil
dan mengkilap. Biji jagung ini mengandung zat pati yang berbeda dari jagung lain. Zat pati yang
dibentuk mengandung erythrodextrine, tepung substansi keras lain. Jagung jenis ini berasal dari
Asia, dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi sebab dapat menggantikan kedudukan tepung
tapioca dan bahan pengganti.

BAB III
METODE PERCOBAAN

Untuk pelaksanaan kegiatan ini akan diperlukan bahan dan alat sebagai berikut:
Bahan: - Benih jagung
- Pupuk Urea
- SP 36
- KCl
- Dan Pestisida Furadan 3G
Alat : - Cangkul, Sabit, Tugal Meteran, Ajir, Tali Rafia, Timbangan
Pada praktikum ini akan dicoba taraf dosis pemupukan Nitrogen Yang terdiri dari : D2 = 90 kg N
per hektar (dosis sedang)
· Cara Kerja :
1. Tentukan Lahan yang datar berukuran 2 m x 2,4 m, kemudian dibersihkan dari gulma atau
sisa-sisa tanaman yang ada.
2. buatlah bedengan berukuran 2,4 x 2 m 
3. Sebagai pembatas antar bedengan buatlah siring berukuran lebar 50 cm dan dalam 30 cm
4. Buatlah lubang tanam dengan menugal sedalam 5-7 cm berjarak tanam 60 cm x 40 cm pada
setiap petakan.
5. Masukan 2 butir benih jagung dan 5-10 butir Furadan 3 G ke dalam setiap lubang tanam,
kemudian tutuplah dengan tanah sembil ditekan lemah.
6. Rawatlah pertanaman seluas 2 m x 2,4 m untuk setiap praktikum, hingga panen. Perawatan
meliputi :
a. Lakukan pengairan setiap hari jika tanah kurang lembab.
b. Lakukan pemupukan dengan dosis per hektar, N sesuai perlakuan pada umur 0 hari setelah
tanam sebanyak 1/3 bagian dosis Urea, 1 bagian dosis SP 18 dan 1 bagian dosis KCL per petak
dengan cara dibenam sedalam 5 cm pada aluran yang berjarak 7-10 cm dari sebelah kanan dan
kiri barisan tanaman. Dengan cara yang sama 2/3 bagian urea diberikan saat tanaman berumur 3
mingggu setelah tanam.
c. Lakukan pengendalian dulma secara manual (mekanik) dengan cara mencabuti semua gulma
yang tumbuh pada petakan tersebut.
d. Lakukan pengendalian hama secara mekanik dengan cara menangkap dan membunuh setiap
hewan yang mengganggu tanaman (kecuali binatang dilindungi/dipelihara) cukup dihalau
(diusir) saja.
7. Lakukan Pemanenan tongkol jagung pada umur 10 mst dengan cara mematahkan dari
batangnya.

· Pengamatan
Untuk memperoleh data yang akan digunakan dalam pembuatan laporan, lakukanlah pengamatan
secara cermat terhadap 10 tanaman sampel peubah pertumbuhan dan hasil tanaman sejak
tanaman berumur 1 mst hingga panen, yang meliputi :
a. Amati tipe perkecambahan benih jagung pada umur 1 mst.
b. Amati jumlah tanaman yang tumbuh pada seluruh petakan anda dan hitunglah daya
tumbuhnya.
c. Ukurlah tinggi tanaman dari pangkal batang/ permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi
dengan cara menguncupkan tajuk tanaman secara vertical.
d. Hitunglah jumlah seluruh daun yang bewarna hijau dan telah membuka sempurna pada setiap
tanaman sampel.
e. Lakukan pengamatan luas daun per tanaman (A) dengan cara sebagai mengukur panjang (p)
dan lebar (1) maksimum dari setiap daun efektif, lalu hitunglah luas daunnya dengan rumus
sebagai berikut :
    A = Σ (p x 1 x 0,75)
f. Amatilah berat segar batang + kelobot,daun, dan akar per tanaman sampel
g. Amatilah tongkol tanpa kelobot meliputi : berat, panjang, diameter, jumlah barisan biji per
barisan rata-rata dari setiap tongkol sampel.

Keterangan :
Ø Pengamatan terhadap peubah a,b,c dan d dilakukan seminggu sekali hingga panen
Ø Pengamatan terhadap peubah e, f, dan g dilakukan pada saat panen

· Metode Analisis Data


a. Buatlah kurva laju pertumbuhan dari nilai rataan untuk membandingkan pengaruh perlakuan
jarak tanam pada peubah a,b,c dan d.
b. Hitunglah nilai rataan dan simpangan baku dari seluruh peubah pengamatan dan susunlah
dalam bentuk table sistematis.

· Waktu dan tempat percobaaan :


Pada pelaksanaan praktikum Dasar dasar Agronomi ini dilaksanakan pada Hari Senin, jam 08.00
– 10.00 WIB, yaitu bertempat pada lahan percobaan praktikum yang telah disediakan Oleh dosen
pembimbing.

· Metode Pelaksanaan :

A. Teknik Pengamatan.
Ambilah satu contoh tanaman sebagai objek pengamatan. Lakukan pengukuran terhadap tinggi
tanaman, diameter batang, jumlah daun dan bobot tanaman dengan cara :
a. Tinggi/panjang total tanaman : Diamati dengan cara mengukur panjang tanaman dari pangkal
batang kr ujung daun terjauh dari pangkal batang ( untuk tanaman jagung).alat yang digunakan
meteran
b. Diameter batang diukur sisi batang yang berukuran maksimim. Pengukuran menggunakan
janka sorong.
c. Luas daun diukur dengan cara menghitung jumlah luasan mm2 dari kertas millimeter blok
yang tertutup oleh lembaran daun terukur yang diletak rata di atasnya. Alat yang digunakan :
millimeter blok, pensil, dan counter.
d. Bobot hasil pertanaman dengan cara menimbang semua buah/biji/umbi/polong yang ada pada
satu tanaman. Alat yang digunakan : timbangan digital/Ohouse.

B. Analis Pertumbuhan tanaman


Lakukan perhitungan analisis pertumbuhan tanaman dari data berikut dengan menggunakan
rumus berikut dibawah ini :
ILD = (Jumlah daun x rata-rata luas daun) : Luas area tanaman 
NPA = Bobot bagian tanaman diatas permukaan tanah : Bobot bagian tanaman di bawah
permukaaan tanah.
Keterangan :
Pada setiap pelaksanaan percobaan perktikum Dasar-dasar Agronomi yang dilakukan di lahan
dasgron (DDA) yang bertempat dibelakang Fakultas Pertanian, yaitu pada acara 2,3,4,6,8,10 dan
11 melakukan pengamatan pertumbuhan tanaman masing-masing kelompok dan tergantung jenis
tanaman yang di tanam untuk mendapatkan analisis dan hasil pengamatan berupa: tinggi batang,
panjang daun, Jumlah Daun, dan lebar daun yang hrus diamati pertumbuhannya setiap
perminggunya pada acara prktikum, setelah itu baru dilaporkan hasil pengamatan untuk
diditanda tangani oleh masing-masing asieten dosen bersngkutan menurut kelompok masig-
masing.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Pada praktikum dasar-dasar agronomi, didapat data hasil sebagai berikut :
1.    Sebelum panen
      Persiapan Lahan
Persiapan lahan untuk tanaman jagung meliputi pengolahan tanah dan pembuatan saluran
drainase. Pengolahan tanah dapat dilakukan 2 (dua) kali, pertama kegiatan pembongkahan tanah
dan kedua meratakan, menghaluskan serta membersihkan gulma dan sisa tanaman. Kemudian
dibuat saluran di sekeliling lokasi pertanaman. Pada tanah berpasir, pengolahan tanah dapat
dilakukan secara minimum sedangkan pada tanah berlempung berat maka pengolahan tanah
dilakukan secara sempurna. Untuk tanah yang mempunyai struktur yang gembur, pengolahan
tanah tidak perlu dilakukan secara sempurna, cukup diolah sepanjang barisan tanaman sedalam
lapisan olah, yaitu sekitar 2 – 4 cm.

      Penanaman
Penanaman tanaman jagung harus memperhatikan kondisi kelembaban tanah. Pada saat
tanam tanah harus cukup lembab tapi tidak terlalu basah. Untuk lahan kering penanaman dapat
dilakukan dua kalli dalam setahun yaiut; pada Bulan Oktober atau November dan pada Bulan
Maret atau April. Penanammn jagung dilakukan dengan cara menugal pada kedalaman 3 – 5 cm,
tiap lubang diisi 2 benih. Setelah 15 hari dilakukan penjarangan sekaligus penyulaman pada
tanaman yang mati agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan optimal serta seragam.
     
      Pemupukan
Produksi jagung dipengaruhi oleh pupuk, tanpa dilakukan pemupukan produksi jagung akan
rendah. Sebaliknya pemupukan yang berlebihan tidak hanya berpengaruh negatif terhadap lingkungan
dan produksi tetapi juga dapat menurunkan pendapatn petani, oleh karena itu penggunaan pupuk perlu
memperhatikan aspek efisiensinya. Dosis pemupukan jagung di lahan kering adalah; 300 kg/ha Urea, 200
kg/ha SP-36, dan 100 kg/ha KCL. Dengan cara dan waktu aplikasi 1/3 bagian Urea dan seluruh SP-36 dan
KCL diberikan dalam larikan di samping barisan tanaman pada saat tanam. Selanjutnya 2/3 bagian Urea
diberikan saat tanaman berumur 30 HST biasanya dilakukan bersamaan dengan penyiangan. Setelah
dilakukan penyiangan, pada acara ke 7 tanggal 8-09-2010, dilakukan observasi pemupukan dengan
menggunakan insektisida Saung Decis. Decis 25 EC adalah insektisida racun kontak dan lambung
berbentuk pekatan berwarna kuning jernih yang dapat di emulsikan. Decis 2.5 EC

Grup : Insektisida
Bahan Aktif : Deltamethrin 25 g/l
Ukuran Kemasan: 50 ml, 80 ml, 300 ml, 500 ml, 5 liter

Decis adalah insektisida  non sistemik, yang bekerja pada serangga dengan cara kontak dan
pencernaan. Decis menguasai spektrum besar dari serangga hama yang berbeda seperti Lepidoptera,
Homoptera, dan Coleoptera. Decis juga aktif untuk beberapa serangga hama dari kelas lain seperti
Hemiptera (hama), Orthoptera (belalang), Diptera (lalat) dan Thysanoptera (thrips.) Sekarang ini hampir
semua Pyrethroid terdiri atas beberapa isomers yang antaranya aktif, dan beberapa diantaranya tidak
aktif. Bahan aktif Decis yang terdiri atas hanya satu isomer, yaitu isomer murni D-CIS. Selalu lebih baik
untuk memakai isomer yang paling aktif daripada campuran optik isomers untuk melakukan perawatan
pada tanaman.
      Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan (sanitasi), pembumbunan, pengaturan drinase
dan aerasi. Pengturan aerasi sangat penting untuk memperlancar aliran udara yang masuk dan
keluar ke petakan tanamn agar terhindar dari serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur atau
busuk pelepah (Rhizoctonia sp). Pertumbuhan jagung akan lebih baik apabila tidak terjadi
persaingan dengan gulma dalam mendapatkan unsur hara, terutama pada fase pertumbuhan awal.
Penyiangan pertama dapat dilakukan pada umur 10 – 15 HST dan penyiangan kedua dilakukan
pada umur 20 – 30 HST.
  
1.      Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas
permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar
tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak
tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam
penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
2.      Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat
dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman
yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman
berumur 15 hari.
3.      Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar
tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya
aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di
sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman.
Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.
4.      Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya
menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar
sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.

 Data dan Perhitungan presentase tumbuh


Sampel Tinggi Batang (cm) Jumlah Daun (helai)
Minggu ke-
1 2 3 4 1 2 3 4
1 15 77 100 160 6 8 11 13
2 19,5 75 95 137,5 7 8 10 12
3 17 78 104 147,5 3 9 10 12
4 13 88 122 160 6 8 11 13
5 13,5 71 92 136,5 6 7 10 11
Rata-rata 1 7 1 1 5 5 1 1
15,6 77,8 102,6 148,3 5,6 5 10,4 12,2

% tumbuh =  Ʃ biji yang tumbuh   x 100 %    


Ʃ biji yang ditanam
= 45 x 100%                 = 93,75 %
  48

 Grafik tinggi batang

 Grafik jumlah daun

2.      Pasca panen

Dari hasil pemanenan tanaman jagung didapat data sampel sebagai berikut:
(N1)
Sampel Berat Berat Berat Berat Diameter Diameter
Total (Kg) Akar (Kg) Batang Tongkol Batang Tongkol
(Kg) (gr) (cm) (cm)
1 0,7 0,4 0,3 99,9 2,1 3,12
2 0,9 0,3 0,6 381,5 2,4 9,5
Rata-rata 0,8 0,35 0,45 240,7 2,25 6,31

 Grafik perbandingan data hasil antara perlakuan tanaman jagung NI dan N2

Berat tongkol :       Sampel 1 = 189,54 + 250,46 = 440 gr


 Sampel 2 = 129,01 + 22,49 = 381,5 gr
Diameter tongkol : Sampel 1= 4,90 + 4,42 = 9,3 cm
 Sampel 2 = 5,25 + 4,25 = 9,5 cm

B. Pembahasan
Ultisol merupakan tanah ber- pH rendah yang konsentrasi ion H+ melebihi ion OH+. Tanah ini
mengalami pencucian yang berat, dan bersifat masam disebabkan oleh tercucinya basa-basa dari
komplek jerapan dan hilang melalui drainase. Pada keadaan basa-basa habis tercuci, tinggallah
kation Al dan H sebagai kation dominan, tanah-tanah ini dapat mengandung Al, Fe dan Mn
terlarut dalam jumlah besar. Sumber kemasaman lain yaitu adanya hasil dekomposisi bahan
organik dan oksidasi senyawa pirit Pada Ultisol, ketersediaan unsur hara sangatlah kecil. Hal ini
disebabkan rendahnya pH yang mengakibatkan reaksi-reaksi pada tanah tidak dapat berlangsung
dengan baik serta kelarutan Al dan Fe yang terlalu tinggi sehingga mengikat unsur hara P
menjadi bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman dan keberadaannya menjadi racun bagi
tanaman.
pH tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui dua cara, yaitu pengaruh langsung ion
hidrogen dan pengaruh tidak langsung terhadap tersedianya unsur hara tertentu serta
mempengaruhi ketersediaan hara N dan P. Pada pH tanah lebih kecil dari 5.0 dan lebih besar dari
8.0 maka unsur N dalam tanah tidak dapat diserap tanaman akibat terhambatnya proses
nitrifikasi. Pada pH lebih kecil dari 5.0 unsur hara fosfat kurang tersedia pada tanah masam. 
Dalam pengelolaan tanah ini untuk budidaya pertanian terdapat kendala yang menghambat
pertumbuhan dan produksi tanaman. Kendala ini antara lain sifat kesuburan tanah yang sangat
rendah, tingginya kadar unsur-unsur yang merusak dan meracuni akar tanaman dan menghambat
perkembangan mikroba yang bermanfaat bagi tanah dan tanaman. 
Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki sifat dari tanah Ultisol adalah pemberian kapur yang
memberikan pengaruh yang baik terhadap ketersediaan hara fosfat, menurunkan kelarutan
aluminium, besi dan mangan serta meningkatkan keterediaan hara tanaman. Disamping itu
pemberian unsur hara N 
melalui pemupukan dengan Urea dilaporkan juga dapat menurunkan pH tanah. Berdasarkan
uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang pengaruh tingkat pemberian
pupuk Urea dan kapur Dolomit terhadap perubahan pH tanah, serapan N dan P serta
pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada Ultisol.
Sebagian besar lahan penanaman jagung ini berupa lahan kering. Masalah utama penanaman
jagung di lahan kering adalah kebutuhan air sepenuhnya tergantung pada curah hujan,
bervariasinya kesuburan lahan dan adanya erosi yang mengakibatkan penurunan kesuburan
lahan. Selain itu masalah lain di lahan kering adalah memiliki pH dan kandungan bahan organik
yang rendah. Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, menaikan bahan serap
tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan
bagi tanaman. Sedangkan pemberian pupuk urea dapat merangsang pertumbuhan secara
keseluruhan khususnya cabang, batang, daun, dan berperan penting dalam pembentukan hijau
daun.
Pupuk urea mudah menguap dan tercuci sehingga pemberiannya dilakukan beberapa kali agar
kebutuhan unsur hara N tanaman dapat terpenuhi. Urea merupakan pupuk nitrogen yang
dibutuhkan oleh tanaman untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang,
cabang, dan daun. Kekurangan nitrogen menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, daun menjadi
hijau muda dan jaringan-jaringannya mati Lingga dan Marsono (2008) menyatakan pupuk urea
termasuk pupuk yang higrokopis (menarik uap air) pada kelembapan 73% sehingga urea mudah
larut dalam air dan mudah diserap oleh tanaman. Jika diberikan ke tanah, pupuk ini akan mudah
berubah menjadi amoniak dan karbondioksida yang mudah menguap. Sifat lainnya ialah mudah
tercuci oleh air sehingga pada lahan kering pupuk nitrogen akan hilang karena erosi. Maka dari
itu pemberian pupuk urea secara bertahap perlu dilakukan agar unsur nitrogen tersedia bagi
tanaman jagung di lahan kering.
Dosis pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tongkol namun berpengaruh
nyata terhadap diameter tongkol. Pada dosis pupuk urea 90 kg/ha rata-rata panjang maupun
diameter tongkol menunjukan nilai. Perbeda yang nyata juga terlihat pada bagian tengah maupun
ujung pada diameter tongkol, yaitu lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, tetapi tidak
berbeda nyata antar perlakuan dosis pupuk urea.
Pemberian pupuk urea memberikan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun,
dan diameter batang. Peningkatan dosis pupuk kandang berbanding lurus dengan peningkatan
tinggi tanaman dan jumlah daun. Semakin besar dosis pupuk kandang, maka tinggi tanaman dan
jumlah daun semakin besar pula. Respon tersebut diduga berkaitan dengan kelebihan dari pupuk
kandungan yang dapat menaikan bahan serap tanah terhadap air dan membantu penyerapan hara
dari pupuk kimia yang ditambahkan. Pupuk kandang memiliki rasio C/N sebesar 48.3,
menunjukan tingkat dekomposisi yang sangat tinggi sehingga laju produksi nitrat cepat tersedia
bagi tanaman. Pemberian kapur berperan dalam memperbaiki pH tanah. Hal ini berpengaruh
terhadap tanaman dalam menyerap air dan hara dari dalam tanah, sehingga pertumbuhannya
berkembang dengan baik.

Tinggi tanaman mempengaruhi jumlah daun. Semakin besar tinggi tanaman, maka jumlah daun
semakin besar pula. Jumlah daun semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur
tanaman. Tinggi tanaman juga mempengaruhi diameter batang. Semakin besar tinggi tanaman,
maka diameter batang semakin besar dan sebaliknya.

Diameter batang berpengaruh terhadap kekokohan tanaman agar tidak mudah roboh ketika
menghasilkan tongkol. Diameter batang jagung yang besar biasanya menghasilkan tongkol yang
besar pula dan sebaliknya. Diameter batang juga berpengaruh terhadap bobot brangkasan dan
tinggi tanaman, semakin besar diameter batang maka semakin tinggi bobot brangkasan dan
tinggi tanaman.

Pada fase vegetatif, tinggi tanaman akan terus meningkat pada umur tertentu kemudian
pertumbuhannya akan terhenti. Pemberian pupuk urea yang mengandung nitrogen berperan
dalam merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang, cabang, dan daun. Selain
itu, nitrogen juga berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam
proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentukan protein, lemak, dan berbagai
persenyawaan organik lainnya.

Unsur P berperan dalam pembentukan bunga, buah, dan biji. Ketersediaan unsur P di dalam
tanah sangat sedikit. Sebagian besar terdapat dalam bentuk yang tidak dapat diambil oleh
tanaman dan terjadi pengikatan (fiksasi) oleh Al pada tanah masam atau Ca pada tanah alkalis
Pemberian pupuk kandang dapat menetralkan tanah masam dan penambahan pupuk NPK dapat
menyediakan kebutuhan unsur P bagi tanaman

Efektivitas cara aplikasi pada takaran pupuk urea yang sama dihitung dengan rumus : 
Hasil biji cara tugal/dilarutkan (t/ha) 
Efektivitas cara aplikasi = ---------------------------------------------- X 100% 
Hasil biji cara disebar (t/ha)

Tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat air berlebihan. Pada
waktu musim penghujan atau waktu musim hujan hampir berakhir, benih jagung ini dapat
ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia selama pertumbuhan tanaman jagung. Pada saat
penanaman sebaiknya tanah
dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi dahulu, kecuali
bila diduga 1-2 hari lagi hujan akan turun. Pembuatan lubang tanaman dan penanaman biasanya
memerlukan 4 orang (2 orang membuat lubang, 1 orang memasukkan benih, 1 orang lagi
memasukkan pupuk dasar dan menutup lubang). Jumlah benih yang dimasukkan per lubang
tergantung yang dikehendaki, bila dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang
dimasukkan 3 biji per lubang, bila dikehendaki 1 tanaman per lubang, maka benih yang
dimasukkan 2 butir benih per lubang.
Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan yang
dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang dikehendaki hanya 2
atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik,
dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan
tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang
akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati.
Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam
penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman hendaknya menggunakan benih dari
jenis yang sama. Waktu penyulaman paling lambat dua minggu setelah tanam.

Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak 200-300 kg,
pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCl sebanyak 50-100 kg. Pemupukan dapat
dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (pupuk dasar), pupuk diberikan bersamaan
dengan waktu tanam. Pada tahap kedua (pupuk susulan I), pupuk diberikan setelah tanaman
jagung berumur 3-4 minggu setelah tanam. Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk
diberikan setelah tanaman jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar.

SIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan penanaman jagung pada kebun percobaan ,
APLIKASI DOSIS PUPUK NITROGEN (N) PADA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG”
adalah sebagai berikut :
1. Aplikasi pupuk nitrogen dengan dosis 90 Kg/Ha pada tanaman jagung mendapatkan hasil yang
relatif tidak jauh berbeda. Hal ini disebabkan, bahwa pemberian pupuk N dengan jumlah dan
waktu yang tepat berpengaruh terhadap komponen hasil (panjang tongkol dan lingkar tongkol).
Dimana pemberian pupuk pada perlakuan aplikasi paling sesuai dengan kebutuhan untuk
pertumbuhan tanaman.
2. Pada pengamatan terhadap rata-rata produktivitas, terlihat bahwa pemberian pupuk N yang
berbeda dapat mempengaruhi produktivitas. Dari hasil analisis didapatkan bahwa perlakuan
dosis 90 Kg/Ha N/ mencapai produktivitas lebih besar, namun tidak berbeda nyata dengan
perlakuan keduanya. 

DAFTAR PUSTAKA
NN. Pedoman Bercocok Tanam Padi,Jagung, Palawijaya dan Sayur-sayuran. Badan Pelaksana
Bimas.1993
NN. DeskripsiVarietas Padi, Jagung, dan Palawijaya. BPTP V JawaTengah & DIY dan BIP Jawa
Tengah. 1987.
Hartmann, HT. et all. Plant Science, Growth Development andUtilization of Cultivated Plants.
Prentice Hall inc. 1981.
NN. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Jakarta: DirektoratPerlindungan Tanaman
Pangan, Direktorat Jendral PertanianTanaman Pangan, 1989.
Ir. Edhi Turmudi, MS. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Agronomi.Laboratorium Agronomi,
Jurusan Pertanian. Fakultas PertanianUniversitas Bengkulu (UNIB).2008.
http://sendhysaputro90.wordpress.com/category/daerah/page/3/, diakses pada tanggal 04 januari
2011
http://sumsel.litbang.deptan.go.id/index.php/profil/tugas-dan-fungsi/129-bd-jgng, diakses pada
tanggal 04 januari 2011
http://www.lembahpinus.com/index.php?option=com_content&task=view&id=180&Itemid=29,
diakses pada tanggal 04 januari 2011
http://krakatautetapjaya.wordpress.com/2010/01/24/decis-2-5-ec/, diakses pada t anggal 04
januari 2011
Laporan Dasar-Dasar Agronomi-Perlakuan Pada Pemupukan Tanaman Jagung

 BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Siklus pertama merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan
kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia
yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah
dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat.
Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga
menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga
ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji),
dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku
industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang
dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga
sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Banyak pendapat dan teori mengenai asal tanaman jagung, tetapi secara umum para ahli
sependapat bahwa jagung berasal dari Amerika Tengah atau Amerika Selatan. Jagung secara
historis terkait erat dengan suku Indian, yang telah menjadikan jagung sebagai bahan makanan
sejak 10.000 tqhun yang lalu
1.2.Tujuan
        Untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis (Zea mays
saccharata stut) terhadap pemberian pupuk Urea, KCl dan pupuk kandang.
        Untuk mengetahui perbandingan antara p0,p1, p2, p3, p4

1.3. Hipotesis
        Respons terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung manis (Zea mays saccharata
stut) terhadap pemberian pupuk kandang
        Ada respons terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung manis (Zea mays
Saccharata Sturt.) terhadap pemberian perlakuan pupuk Urea + KCl
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.I Deskripsi Jagung
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain
gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung
juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di
Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan
pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan
istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung
tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan
furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan
farsmasi.
Klasifikasi Jagung                
Kingdom          : Plantae
Sub Kingdom   : Tracheobionta
Divisi                : Magnoliophyta
.Kelas              : Liliopsida
 Ordo               : Poales
 Famili              : Poaceae
Genus               : Zea    
 Spesies            : Zea mays L

2.2 Asal-Usul Penyebaran


Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi  diketahui bahwa daerah
asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan
di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador)
sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru  pada 4.000 tahun
yang lalu. Kajian filogenetik  menunjukkan bahwa jagung budidaya (Zea mays ssp. mays)
merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis).
Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk
asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah
teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali
Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies
tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 kultivar jagung,
baik yang terbentuk secara alami maupun dirakit melalui pemuliaan tanaman.
2.3. Botani
          Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam
80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua
untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman
jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi
6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga
jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya
jagung tidak memiliki kemampuan ini.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun
sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar
adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak
seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman
berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku.
Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna dan bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai
daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin
dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia
Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting
dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman
(monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut
floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal atau gluma). Bunga jantan
tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna
kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di
antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu
tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat
menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga
jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya
(protandri). Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah
dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.

Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan
karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati
umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau
seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada
kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis tidak
mampu memproduksi pati sehingga bijinya terasa lebih manis ketika masih muda.
2.4. Syarat Tumbuh
Jagung di Indonesia kebanyakan ditanam di dataran rendah baik di tegalan, sawah tadah
hujan maupun sawah irigasi. Sebagian terdapat juga di daerah pegunungan pada ketinggian
1000- 1800 m di atas permukaan laut. Tanah-tanah yang dikehendaki adalah gembur dan subur,
karena tanaman jagung memerlukan aerasi dan drainase yang baik. Jagung dapat tumbuh baik
pada berbagai macam tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi
pertumbuhannya. Tanah-tanah berat masih dapat ditanami jagung dengan pengerjaan tanah lebih
sering selama pertumbuhannya, sehingga aerasi dalam tanah berlangsung dengan baik. Air tanah
yang berlebihan dibuang melalui saluran drainenase yang dibuat dinatar barisan jagung.
Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk jagung adalah sekitar 5,5 - 7,0. Tanah dengan
kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus
terhadap miringnya tanah, derigan maksud untuk mencegah keganasan erosi yang terjadi pada
waktu turun hujan besar. Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari
sinar matahari dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin.
Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung
oleh Pohon-pohonan atau bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan
berkurang. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 – 270 C.

2.5.  Unsur Hara


        Pupuk kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari campuran kotoran ternak atau hewan
sejenis dan urine serta sisa-sisa mkanan yang tidak dapat dihabiskan. (Sarief, 1985).
Bahan organik sangat berperan pada pertumbuhan struktur tanah yang baik dan stabil
sehingga infiltrasi dan kemampuannya menyimpan air.  Menurut hasil penelitian yang dilakukan 
Simatupang (2005) bahwa pemberian pupuk kandang dengan nyata menurunkan besarnya aliran
permukaan karena pupuk kandang memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur sehingga
permeabilitas meningkat.
Kadar rata-rata unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang sangatlah bervariasi.
Keadaan beragam disebabkan beberapa factor yaitu: Jenis hewan dan keadaan individu hewan,
makanan yang dimakan hewan, cara menyimpan pupuk kandang sebelum dipakai(Hakim, dkk,
1986).
        Pupuk NPK
Pupuk NPK merupakan jenis pupuk majemuk yang mengandung unsur hara makro
Nitrogen (N) , Phospor (P) dan Kalium (K). Pupuk ini berbentuk butiran (prill) dengan bulatan
besar berwarna merah bata. Pupuk ini termasuk pupuk yang tidak mudah menyerap air, sehingga
tahan disimpan lama di dalam gudang. Kandungan Nitrogen, Phospor dan Kalium pada pupuk
NPK yang dijual di pasaran ini bervariasi. Perbandingan kandungan yang paling lazim dijual di
pasaran yaitu :
1. 15 : 15 : 15
2. 15 : 15 : 6 : 4
3. 15 : 15 : 17 : 2
Ket → perbandingan di atas dibaca Nitrogen (%) : Phospor (%) : Kalium (%) :
agnesium (%)
Pupuk urea  adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Pupuk
Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH2 CONH2, merupakan
pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis).
Pupuk urea yang dijual di pasaran biasanya mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan
pengertian setiap 100 kg urea mengandung 46 kilogram nitrogen
Pupuk SP - 36 merupakan sumber hara fosfor bagi tanaman. Pupuk SP – 36 berbentuk
butiran berwarna keabu – abuan. Unsur hara Fosfor yang terdapat dalam pupuk SP-36 hampir
seluruhnya larut dalam air. Pupuk ini tidak mudah menghisap air, sehingga dapat disimpan
cukup lama dalam kondisi penyimpanan yang baik. Sesuai dengan namanya(SP-36) kandungan
hara Fosfor dalam bentuk P2O5 pada pupuk ini yaitu sebesar 36%.
BAB III
BAHAN DAN DAN METODA
3.1.  Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2010 sampai dengan tanggal 11
Januari 2010 bertempat di Kebun Percobaan Universitas Djuanda, Jl. Tol Ciawi No.1 Kotak Pos
35 Ciawi Kabupaten Bogor
3.2. Alat Dan Bahan
a.  Alat b. BAHAN

1. Cangkul 1. Benih Jagung + Puradan


2. Kored 2. Pupuk : SP-36, UREA dan KCl
3. Meteran 3. Tanah/Lahan
4. Alat tulis 4. Air
5. Timbangan

3.3. Metoda
Melalui praktikumsecara langsung di lapangan  
3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Penyiapan Lahan
  Pembersihan Lahan
Pembersihan areal penanaman jagung terutama terhadap rumput-rumput liar atau gulma
yang dapat menjadi inang berbagai macam penyakit dan dapat meningkatkan kelembaban areal
kebun. Pembersihan juga dilakukan terhadap tanaman keras lainya yang dapat menggangu
tanaman jagung, terutama yang menghambat sinar matahari.
Pekerjaan pembersihan lahan ini bisa dilakukan secara manual dengan menggunakan
tenaga manusia jika lahannya tidak terlalu luas, bisa juga dengan menggunakan traktor buldozer
jika lahannya luas.
 Pembajakan atau Pencangkulan
Lahan yang sudah dibersihkan bisa langsung dibajak atau dicangkul dengan kedalaman
sekitar 30-40 cm. Sewaktu pencangkulan ini, rumput dan sisa tanaman lunak yang dibiarkan
menumpuk sewaktu dilakukan pembersihan lahan bisa dicampur sekaligus dengan tanah
sehingga membusuk dan dapat menjadi pupuk. Tujuan pencangkulan ini adalah untuk membalik
tanah dan mengubah struktur tanah yang tadinya padat atau keras menjadi gembur atau remah,
sehingga tanaman jagung dengan mudah dapat menembus tanah untuk mengambil zat makanan.
  Pembuatan Guludan
Tanah yang sudah dicangkul sebaiknya didiamkan terkena sinar matahari selama kurang
lebih dua minggu supaya terjadi pertukaran udara dan bibit penyakit atau hama yang berada
didalam tanah hilang. Setelah tanah terjemur, pekerjaan pembuatan guludan bisa langsung
dilakukan. Guludan ini digunakan sebagai tempat penanaman jagung. Tujuannya untuk
mencegah akar tanaman jagung tergenang air pada musim hujan, selain untuk mengatur jarak
tanam. Untuk mengoptimalkan penyiran matahari, jarak antar guludan atau lebar parit adalah ±
40-60 cm dengan tinggi guludan ± 40 cm dan lebar guludan 40-60 cm.
  Pemupukan Awal
Pemupukan awal ini dilakukan sebelum gukudan ditanam, pemupukan pertama dengan
menggunakan pupuk organik seperti kotoran sapi, kotoran kambing, ayam atau juga kuda.
Pemupukan dilakukan dengan cara menyebarkan pupuk secara merata diatas guludan.

3.4.2 Penanaman
Penanaman jagung dilakukan dengan cara penugalan, kedalaman lubang tanam ±5 cm.
Jumlah benih perlubang tanam sebanyak 2 biji ditambah Puraden dengan jarak tanam 75cm x 25
cm.
3.4.3 Pemeliharaan
  Penyulaman
Bibit yang ditanam tdak semuanya dapat hidup sempurna. Bahkan, kadang-kadang ada
yang mati. Hal ini, selain diakibatkan cara penanaman yang tidak benar, juga diakibatkan factor
sinar matahari yang terlalu panas, hujan yang terlalu besar, atau serangan hama dan penyakit.
Untuk menanggulangi hal tersebut, saat tanaman berumur 7-10 hari setelah penanaman.
Penyulaman atau mengganti bibit tanaman jagung yang mati dengan bibit tanaman jagung
yang baru.
  Penjarangan
Penjarangan dapat dilakukan 2-3 minggu setelah penanaman. Caranya dengan memotong
batang tanaman menggunkan gunting atau pisau tajam. Tanaman yang diambil adalah tanaman
yang pertumbuhannya sehat.
  Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi
batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan
tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan
waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul,
kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan membentuk guludan yang
memanjang.

   Pengendalian Hama Dan Penyakit


        Hama
           Penggerek Batang
Hama penggerek batang jagung merupakan serangga jenis Sesamia inferens W. Serangga
ini meletakkan telurnya pada daun.  Setelah menetas, larvanya akan memakan batang jagung.
Gejala serangan hama ini adalah munculnya lubang pada batang. Selain itu, penggerek batang
juga menyerang rambut dan pucuk tongkol buah. Jika dibiarkan, hama ini bisa menurunkan
produksi atau bahkan menyebabkan gagal panen. Pencegahan hama penggerek batang dilakukan
dengan menanam jagung secara serempak, melakukan rotasi atau pergiliran tanaman yang
terserang. Pengendaliannya dilakukan dengan menyemprotkan insektisida seperti Dursban,
Decis, Matador, atau Curacron dengan dosis sesuai dengan aturan di kemasan.
        Lalat
Hama lalat (Atherigon exigua S) berwarna abu-abu berukuran 0,3-0,5 mm. Hama ini
meletakkan telurnya yang berwarna putih di bawah permukaan daun. Setelah beberapa hari, telur
menetas menjadi larva lalu memakan daun, pangkal daun, dan pangkal batang. Serangan larva
lalat menyebabkan munculnya lubang-lubang di seluruh bagian tanaman. Jika serangannya
menghebat, batang akan patah karena pangkalnya habis dimakan. Pencegahan hama lalat antara
lain dengan melakukan penanaman secara serentak, memakai benih varietas yang tahan serangan
hama ini, memasang mulsa jerami di atas bedengan, dan selalu menjaga kebersihan bedengan
dari gulma. Pengendaliannya dilakukan dengan menyemprotkan insektisida seperti Buldok 25
EC, Supracide 40 EC dengan dosis sesuai dengan aturan di kemasan.
        Ulat Tongkol
Ulat Tongkol (Heliotis armigera) meletakkan telurnya yang berwarna putih di daun dan
rambut tongkol. Setelah menetas, telur akan berubah menjadi larva berwarna kuning dengan
kepala berwarna hitam. Larva inilah yang akan menyerang tongkol buah, dan menyebabkan
kebusukan. Pencegahan hama ini dilakukan dengan mengambil dan memusnahkannya satu
persatu. Jika serangannya menghebat, pengendaliannya dilakukan dengan menyemprotkan
insektisida seperti Matador, Thiodan, atau Curacron dengan dosis sesuai dengan aturan di
kemasan.
        Ulat Tanah
Ulat tanah (Agrotis ipsilon) menyerang bagian-bagian vital tanaman seperti batang dan
buah. Hama ini sangat menjengkelkan, karena menyerang hanya pada malam hari dan akan
bersembunyi di dalam tanah pada siang hari. Ulat tanah biasa menyerang tanaman yang masih
muda. Batang tanaman yang terserang akan patah dan mati. Pencegahan hama ini dilakukan
dengan menyemprot lahan tanam menggunakan pestisida sebelum masa tanam. Pengendaliannya
dilakukan dengan menyemprotkan insektisida seperti Furadan  3G, Petrofur, atau insektisida
yang bersifat sistemik yang meresap ke seluruh bagian tanaman dengan dosis sesuai dengan
aturan di kemasan.
        Penyakit
a.      Penyakit Bulai (Downy Mildew)
b.      Penyakit Bercak Daun (Leaf Bligh)
c.       Penyakit Gosong Bengkak (Cron Smut/Boil Smut)
d.      Penyakit Busuk Tongkol dan Biji
e.       Penyakit Karat Daun (Rust)
  Pemupukan Susulan
Pemupukan susulan dilakukan pada umur 2-3 minggu hari setelah tanam berupa campuran
urea dan kcl sesuai P nya. Pemupukan dilakukan disekeliling batang jagung dengan jarak 5-10
cm. Pemupukan kedua ini pada perlakuan p0 hanya diberikan pupuk Urea saja ( menghijaukan
daun)
   Sanitasi Lahan
Salah satu perawatan yang harus dilakukan adalah menjaga sanitasi kebun. Sanitasi ini
kebun  meliputi penjagaan kebersihan kebun dari tanaman penggangu yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman.
3.4.4. Panen dan Pasca Panen
Panen dilakukan pada saat atanaman berumur 75-100 hari dimana jagung masih muda
(pada pematangan fase milk). Cirri-ciri morfologinya yaitu: daunnya sudah mulai kuning,
kelobot berwarna hijau kekuningan, rambut tongkol berwarna kecoklatan
3.3.5. Peubah yang diamati
a. Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai daun yang tertinggi setelah
diluruskan. Agar pengukuran lebih teliti, dibuat patok setinggi 30cm di dekat pangkal batang.
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada 2 MST dengan interval 1 minggu sekali sampai 75%
populasi berbunga.
b. Banyak Daun
Banyak daun di hitung mulai berumur seminggu, yang dihitung daunya yang sudah terbuka
sempurna, penghitungan daun sampei minggu ke7, atau sudah terlihat bunnga jagung mekar.
c. Bobot Jagung + Kelobot
Penimbangan dilakukan setelah jagung dipanen + kelobot. Jagung +kelobot  ditimbang
dengan menggunakan timbangan.

d. Diameter Jagung + Kelobot


Diameter diukur tanpa membuka terlebih dahulu kelobotnya, supaya bias membandingkan
antara berkelobat dengan yang tidak berkelobot.

e. Panjang Jagung Berkelobot


Pengukuran panjang jagung yang berkelobot diukur dari ujung kelobot sampai pangkal
kelobot.
f. Bobot Tongkol
Penimbangan dilakukan setelah jagung dipanen dan kelobot dikupas. Tongkol ditimbang
dengan menggunakan timbangan.
g. Diameter Tongkol
Diameter tongkol diukur pada bagian tongkol yang besar, setelah kelobot dikupas.
h. Panjang Tongkol
Panjang tongkol diukur mulai dari pangkal tongkol sampai ujung tongkol dengan
menggunakan mistar setelah kelobot dikupas
i. Jumlah Biji
Dengan menjumlahkan banyaknya biji dalam satu tongkol dengan cara menghitung 
melintang dan horizontal selanjutnya dikalikan supaya mendapatkan hasil jumlah biji jagung
manis dalam satu tongkol.

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR – DASAR AGRONOMI


TANAMAN JAGUNG
KELOMPOK V :
PRASETYO SIAGIAN D1A009112
M. SYAFIIL UMAM D1A009131
MUTIARA SANI SAMOSIR D1A009151
DARWIS P.SIAHAAN D1A0091
SUCI SEPTIANI D1A009164
MASRUKIN D1A009115
M.JAMHURI D1A009118
NURUL BADRIAH D1A009126

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2010/2011

BAB I.PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain
gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung
juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di
Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan
pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan
istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung
tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan
furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan
farmasi.

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150
hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk
tahap pertumbuhan generatif.

Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian
antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur
dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas
dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan
ini.

Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut".
Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian
besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif
dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi
atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk
roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung
cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun
terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan
ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia
Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting
dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman
(monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut
floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan
tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna
kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di
antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu
tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat
menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga
jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya
(protandri).
1.2. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui pengaruh jumlah benih perlubang tanam terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman jagung

1.3. HIPOTESIS
Bahwa jumlah benih perlubang tanam akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman
jagung.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain
gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung
juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di
Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan
pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan
istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung
tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan
furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan
farmasi.

Deskripsi
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150
hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk
tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman
jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi
6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga
jantan. Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan
"rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian
besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif
dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi
atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk
roset. Batang beruas-ruas, ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung
cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun
terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan
ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia
Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting
dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman
(monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut
floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan
tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna
kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di
antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu
tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat
menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga
jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya
(protandri).

Keanekaragaman
Jagung yang dibudidayakan memiliki sifat bulir/biji yang bermacam-macam. Di dunia terdapat
enam kelompok kultivar jagung yang dikenal hingga sekarang, berdasarkan karakteristik
endosperma yang membentuk bulirnya:
– Indentata (Dent, "gigi-kuda")
– Indurata (Flint, "mutiara")
– Saccharata (Sweet, "manis")
– Everta (Popcorn, "berondong")
– Amylacea (Flour corn, "tepung")
– Glutinosa (Sticky corn, "ketan")
– Tunicata (Podcorn, merupakan kultivar yang paling primitif dan anggota subspesies yang
berbeda dari jagung budidaya lainnya).

Dipandang dari bagaimana suatu kultivar ("varietas") jagung dibuat dikenal berbagai tipe
kultivar:
– galur murni, merupakan hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih
– komposit, dibuat dari campuran beberapa populasi jagung unggul yang diseleksi untuk
keseragaman dan sifat-sifat unggul
– sintetik, dibuat dari gabungan beberapa galur jagung yang memiliki keunggulan umum (daya
gabung umum) dan seragam
– hibrida, merupakan keturunan langsung (F1) dari persilangan dua, tiga, atau empat galur yang
diketahui menghasilkan efek heterosis.
Warna bulir jagung ditentukan oleh warna endosperma dan lapisan terluarnya (aleuron), mulai
dari putih, kuning, jingga, merah cerah, merah darah, ungu, hingga ungu kehitaman. Satu tongkol
jagung dapat memiliki bermacam-macam bulir dengan warna berbeda-beda, karena setiap bulir
terbentuk dari penyerbukan oleh serbuk sari yang berbeda-beda.

Kandungan gizi
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan
karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati
umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau
seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada
kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis
diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan
sukrosa.
Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah:
• Kalori : 355 Kalori
• Protein : 9,2 gr
• Lemak : 3,9 gr
• Karbohidrat : 73,7 gr
• Kalsium : 10 mg
• Fosfor : 256 mg
• Ferrum : 2,4 mg
• Vitamin A : 510 SI
• Vitamin B1 : 0,38 mg
• Air : 12 gr
• Dan bagian yang dapat dimakan 90 %.
Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah,
namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak.

Pemanfaatan
Selain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan, saat ini jagung juga dijadikan sebagai
sumber energi alternatif. Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai
bahan campuran pengganti fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang telah
mencampur polimer jagung dan plastik menjadi bahan baku casing komputer yang siap
dipasarkan.

Produksi jagung dan perdagangan dunia


Provinsi penghasil jagung di Indonesia yaitu Jawa Timur 5 jt ton; Jawa Tengah 3,3 jt ton;
Lampung 2 jt ton; Sulawesi Selata 1,3 jt ton; Sumatera Utara 1,2 jt ton; Jawa Barat 700 – 800 rb
ton, sisa lainnya (NTT, NTB, Jambi dan Gorontalo) dengan rata-rata produksi jagung nasional 16
jt ton per tahun.
Produsen jagung terbesar saat ini adalah Amerika Serikat (38,85% dari total produksi dunia),
diikuti China 20,97%; Brazil 6,45%; Mexico 3,16%; India 2,34%; Afrika Selatan 1,61%;
Ukraina 1,44% dan Canada 1,34%. Sedangkan untuk negara-negara Uni Eropa sebanyak 7,92%
dan negara-negara lainnya 14,34%. Total produksi jagung pada tahun 2008/2009 adalah sebesar
791,3 juta MT.

2.2 Populasi Per Satuan Luas

Dalam pertumbuhan jagung yang ditanam di lahan perkebunan Universitas Jambi, bahwa jarak
tanam jagung tersebut berukuran 2x3 m.

2.3 Jumlah Benih Perlubang Tanam

Jumlah benih perlubang tanam dalam setiap petak lahan berbeda-beda. Dalam petak pertama
dalam setiap lubang nya diisi tiga benih jagung. Dalam petakan yang kedua diisi dua benih
jagung. Ini dilakukan agar pada saat jagung berumur satu minggu dapat dipilih mana tanaman
jagung yang dapat hidup tumbuh dan dipilih berdasarkan tumbuh yang paling bagus.
Dalam percobaan ini di lakukan penanaman jagung dengan dua petak tanam dimana petak satu di
tanam dua benih per lubang dan petak dua di tanam tiga benih per lubang.Setelah dilakukan
penanaman benih dan tumbuh dilakukan penyeleksian tanaman yang di anggap bagus
pertumbuhannya dengan memotong salah satu tanaman yang di anggap tidak bagus
pertumbuhannya,dimana petak satu pada awal tanamnya dua tanaman manjadi satu tanaman dan
petak dua pada awal tanamnya tiga tanaman menjadi dua tanaman.Hal ini dilakukan agar
tanaman yang tumbuh adalah tanaman yang berkwalitas bagus.
Perbedaan perlakuan ini dimana pada petak satu terdapat satu tanaman jagung per lubang dan
petak dua terdapat dua tanaman jagung per lubang untuk mengetahui pada petak tanaman mana
yang lebih bagus pertumbuhannya.
Pada petak satu terdapat satu tanaman jagung per lubang,dari hasil yang di amati bahwa pada
petak tanaman jagung satu pertumbuhan tanaman jagungnya sangat bagus dengan batang yang
lebih tinggi,besar,dan daun lebih lebar.Hal ini di karenakan persaingan unsur hara dan sinar
matahari antara tanaman jagung lainnya sedikit.
Sangat berbeda pertumbuhannya dengan tanaman jagung pada petak dua yang terdapat dua
tanaman jagung per lubang,dari hasil yang di amati pada petak tanaman jagung dua pertumbuhan
tanaman jagungnya sangat kurang bagus dengan batang yang berukuran kecil,rendah,dan daun
yang tidak lebar.Hal ini karenakan persaingan unsur hara dan sinar matahari antara tanaman
jagung lainnya sangat banyak.Jumlah benih jagung dalam satu lubang tanam sangat berpengaruh
terhadap laju pertumbuhan tanaman jagung tersebut,karena tanaman jagung tersebut saling
bersaing memperebutkan unsur hara dan sinar matahari untuk proses pertumbuhan tanaman
jagung tersebut.

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan tempat


Praktikum dasar – dasar agronomi ini dilaksanakan dilahan depan rumah kaca ,fakultas
pertanian, Universitas Jambi. Pada tanggal 20 oktober 2010 – 29 desember 2010 .

3.2. Bahan dan alat


Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih jagung sebanyak 75 butir
,pupuk kompos 1 karung dan pupuk anorganik
Alat – alat yang digunakan adalah cangkul,meteran, spidol,pisau cutter,tali plastic, karung goni,
timbangan .

3.3. Rancangan penelitian


Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak berkelompok dengan
menggunakan 2 perlakuan yang berbeda yaitu 1 tanaman per lubang pada petak I dan 2 tanaman
per lubang pada petak II.

3.4. pelaksanaan penelitian


3.4.1. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah pada lahan pertama - tama adalah dengan cara pembersihan atau pembabatan
gulma yang dapat mengganggu penyerapan unsur – unsur hara di dalam tanah sehingga tidak
terjadi persaingan dan kemudian melakukan penggemburan dengan cara dicangkul dan dinaikkan
tanah nya .penaikkan tanah dilakukan agar tanah lebih gembur .dan dibuat batas - batas atau
petak tanaman. Batas petak atau luasnya adalah 200 cm x 300 cm pada petak 1 dan petak 2 dan
dilakukan pemupupukan dasar pada tanah. pupuknya yang digunakan adalah pupuk kandang
yang dicampur dengan serbuk gergaji ini dilakukan untuk memungkinkan pupuk tersebut lebih
cepat terurai dan kandungan haranya lebih banyak.dan kemudian campuran pupuk tersebut
didiamkan agak lama. Setelah itu pupuk itu ditebar secara merata pada lahan tersebut ini
dilakukan agar setiap tanaman mendapat unsur hara yang sebanding .

3.4.2. penanaman tanaman jagung


Pembuatan lubang tanam jagung yang digunakan adalah suatu alat yang disebut tugal atau alu.
Tugal atau alu ini terbuat dari kayu yang salah satu ujungnya dibuat runcing. Tugal bermata
tunggal.
Cara menggunakan alat tersebut adalah menancapkan ujung nya kedalam tanah sesui dengan
jarak tanam yaitu 40 cm x 60 cm. Adapun kedalaman penugalan tersebut sangat tergantung pada
kelengasan tanahnya yaitu sekitar 2,5 cm - 5 cm. Setelah lubang tanam terbentuk , benih yang
telah dipersiapkan sebelumnya dimasukkan kedalam lubang sesuai dengan jumlah lubangnya.
Pada petak 1 diberi 2 benih jagung sedangkan pada petak 2 diberi 3 biji pada lubang tanam.
Selanjutnya, lubang yang telah ada benihnya ditutup dengan sedikit tanah yang gembur.

3.4.3.Penyulaman
Satu minggu setelah tanam ,ada tanaman jagung yang tidak tumbuh atau mati maka dilakukanlah
penyulaman. Penyulaman menggunakan benih dari jenis yang sama. Yang ada pada lubang
tanaman yang tanaman nya berlebih. Dan dipindahkan pada lubang yang tanaman mati atau tidak
tumbuh. Jagung yang tidak tumbuh atau mati bisanya , selain karena adanya serangan hama dan
penyakit ,bias juga karena kelengasan tanahnya yang rendah (kekeringan).
3.4.4.Penyiangan
Penyiangan dimaksudkan untuk membersihkan / menghilangkan tumbuhan pengganggu
(gulma)yang dapat merugikan pertumbuhan tanaman jagung. Dan juga pengurangan jumlah
tanaman pada tiap lubang karena tiap lubang segaja benih ditaruh berlebih satu karena
mengantisipasi tanaman yang tidak tumbuh. Sehingga setiap lubang pada petak pertama terdapat
1 tanaman dan setiap lubang pada petak 2 terdapat 2 tanaman . penyiangan pertam kali dilakukan
pada waktu tanaman jagung berumur kira – kira 14 hari setelah tanam. Dan untuk penyiangan
gulma berikutnya dilakukan pada saat ada anggota kelompok berada pada pembagian waktu
penyiraman.

3.4.5.Penyiraman
Penyiraman dilakukan dilakukan mulai dari tanaman jagung tumbuh dan disiram tiap hari pada
sore hari sekitar pada pukul 15.00 – 18.00. dan banyaknya air yang disiram tergantung pada
orang yang piket pada hari itu berbeda – beda .

3.4.6 Pemupukan
Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali. Yang pertama dilakukan pada saat jagung di tanam.
Dosis pupuk saat pemupukan pertama adalah Urea 83 kg/ ha atau 50 gr/petak, Sp36 150 kg/ ha
atu 90 gr/petak dan KCl 75 kg/ ha atau 45 gr/petak. Pemupukan yang kedua dilakukan 4 minggu
setelah tanam, pupuk yang di berikan adalah pupuk Urea dengan dosis 167 kg/ha atau 100
gr/petak. Pupuk diberikan dengan cara larikan pada tiap-tiap baris tanaman. Untuk Urea pada
pemupukan pertama tiap barisan di berikan 12,5 gr/ baris. Tsp di berikan 22,5 gr/ baris dan KCl
diberikan 11,25 gr/baris. Pada pemupukan yang kedua pupuk urea yang di berikan 25 gr/ baris.

3.5.Variabel
3.5.1. Tinggi tanaman
Pengukuran tinggi tanaman jagung merupakan pengukuran terhadap prosespertumbuhan atau
proses vegetative. Pengukuran ini dilakukan pada minggu ke 2 setelah penanaman hingga batas
akhir proses vegetative yakni ditandai dengan munculnya malay , malay menandakan bahwa
tanaman jagung telah mengalami proses generative. Teknis pengukuran tinggi tanaman jagung
yakni dari pagkal batang sampai titik akhir tumbuh yakni pada daun terpanjang.

3.5.2.Lebar daun
Pengukuran lebar daun dilakukan pada minggu ke 5 dari penanaman. Lebar daun yang diukur
adalah lebar daun ke enam , hal ini dilakukan karena daun ke enam merupakan indicator
pertumbuhan yang lebih baik dari daun lainnya. Teknis pengukuran yakni ukuran terlebar dari
daun ke enam tersebut. Pengukuran lebar daun sampai batas akhir proses vegetative pada jagung
yakni sampai muncul malay.

3.5.3. Munculnya malay


Munculnya malay merupakan pertanda bahwa jagung telah melewati masa proses vegetative.
Perhitungan jumlah yakni dihitung pada kedua petak percobaan sebanyak 18 malay. Pada masing
– masing petak artinya ada 36 malay yang dihitung.

3.5.4.Jumlah tongkol
Jumlah tongkol diperoleh dari tanaman jagung yang telah mengalami pembuahan . dan dihitung
keseluruhan buah yang di hasilkan tanaman jagung.

3.5.5.Analisis data.
Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap variable yang diamati maka data yang diperoleh dari
hasil pengamatan dianalisis secara statistic menggunakan analisi ragam atau perbandingan untuk
semua pengukuran.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Pengukuran tinggi tanaman


Hari / tanggal : rabu / 10 november 2010
PETAK 1
TANAMAN SAMPLE KE TINGGI TANAMAN
1 32 cm
2 24 cm
3 31 cm
4 33 cm
5 33,5 cm
6 29 cm
7 30,5 cm
8 32 cm
9 36 cm

PETAK KE 2
TANAMAN SAMPLE KE TINGGI TANAMAN
T.TANAMAN 1 T.TANAMAN 2 RATA – RATA
1 37,5 cm 41 cm 39.25 cm
2 37,5 cm 33,5 cm 37.5 cm
3 35,5 cm 28 cm 31.75 cm
4 39 cm 31 cm 35 cm
5 31,5 cm 30 cm 30.75 cm
6 36 cm 41 cm 38.5 cm
7 38 cm 36 cm 37 cm
8 34,5 cm 32 cm 33.25 cm
9 39 cm 39,5cm 39 cm

Hari / tanggal : rabu / 17 november 2010


PETAK 1
TANAMAN SAMPLE KE TINGGI TANAMAN
1 67,5 cm
2 50 cm
3 62 cm
4 59 cm
5 64 cm
6 57 cm
7 60 cm
8 66 cm
9 69 cm
PETAK KE 2
TANAMAN SAMPLE KE TINGGI TANAMAN
T.TANAMAN 1 T.TANAMAN 2 RATA – RATA
1 69 cm 73 cm 71
2 60 cm 59 cm 59.5
3 62 cm 51 cm 56.5
4 66 cm 61 cm 63.5
5 50 cm 56 cm 53
6 60 cm 69 cm 64.5
7 64 cm 63 cm 63.5
8 56 cm 44 cm 50
9 65 cm 59 cm 62

Hari / tanggal : rabu / 24 november 2010


PETAK 1
TANAMAN SAMPLE KE TINGGI TANAMAN
1 102 cm
2 83 cm
3 65 cm
4 98,5 cm
5 97 cm
6 91,6 cm
7 95 cm
8 114 cm
9 113,3 cm

PETAK KE 2
TANAMAN SAMPLE KE TINGGI TANAMAN
T.TANAMAN 1 T.TANAMAN 2 RATA – RATA
1 111,5 cm 107 cm 109.25
2 94,6 cm 93 cm 93.8
3 83 cm 96,7 cm 89.85
4 98,5 cm 94 cm 94
5 82 cm 93 cm 87.5
6 92 cm 113,5 cm 102.75
7 98,5 cm 98,5 cm 98.5
8 93 cm 69 cm 81
9 96 cm 89 cm 92.5

Hari / tanggal : rabu / 8 desember 2010


PETAK 1
TANAMAN SAMPLE KE TINGGI TANAMAN
1 189 cm
2 158 cm
3 175,5 cm
4 185,5 cm
5 189 cm
6 175,1 cm
7 183 cm
8 190 cm
9 185 cm

PETAK KE 2
TANAMAN SAMPLE KE TINGGI TANAMAN
T.TANAMAN 1 T.TANAMAN 2 RATA – RATA
1 156 cm 172,5 cm 164.25
2 150 cm 152 cm 151
3 146 cm 159 cm 152.5
4 163 cm 144,5 cm 153.75
5 145 cm 161 cm 153
6 162 cm 180 cm 171
7 166 cm 163,7 cm 164.85
8 158 cm 128 cm 143
9 159 cm 157 cm 158

4.2.Pengukuran lebar daun tanaman


Hari / tanggal : rabu / 24 november 2010
PETAK 1
TANAMAN SAMPLE KE LEBAR DAUN JAGUNG
1 5,5 cm
2 5,2 cm
3 5,6 cm
4 6,7 cm
5 5,5 cm
6 5,3 cm
7 6 cm
8 5,6 cm
9 6,2 cm

PETAK KE 2
TANAMAN SAMPLE KE LEBAR DAUN JAGUNG
LEBAR DAUN JAGUNG 1 LEBAR DAUN JAGUNG 2 RATA – RATA
1 5,8 cm 5,9 cm 5.85
2 5,4 cm 5,5 cm 5.5
3 5,6 cm 5,8 cm 5.7
4 5,6 cm 5,6 cm 5.6
5 4,7 cm 5 cm 4.85
6 5,4 cm 5,7 cm 5.55
7 5,5 cm 5,4 cm 5.45
8 4,2 cm 5,1 cm 4.65
9 6,9 cm 4,9 cm 5.9

Hari / tanggal : rabu / 1 desember 2010


PETAK 1
TANAMAN SAMPLE KE LEBAR DAUN JAGUNG
1 5,9 cm
2 5,3 cm
3 5,7 cm
4 6,8 cm
5 5,5 cm
6 5,4 cm
7 6 cm
8 5,7 cm
9 6,3 cm

PETAK KE 2
TANAMAN SAMPLE KE LEBAR DAUN JAGUNG
LEBAR DAUN JAGUNG 1 LEBAR DAUN JAGUNG 2 RATA – RATA
1 5,6 cm 5,9 cm 5.75
2 5,4 cm 5,5 cm 5.45
3 5,6 cm 5,8 cm 5.7
4 5,6 cm 5,6 cm 5.6
5 4,8 cm 5,5 cm 5.15
6 5,8 cm 5,9 cm 5.85
7 5,5 cm 5,4 cm 5.45
8 4,3 cm 5,6 cm 4.95
9 6,9 cm 5,3 cm 6.1

Hari / tanggal : rabu / 8 desember 2010


PETAK 1
TANAMAN SAMPLE KE LEBAR DAUN JAGUNG
1 5,5 cm
2 5,3 cm
3 5,5 cm
4 6,8 cm
5 5,5 cm
6 5,3 cm
7 5.9 cm
8 5,6 cm
9 6,2 cm

PETAK KE 2
TANAMAN SAMPLE KE LEBAR DAUN JAGUNG
LEBAR DAUN JAGUNG 1 LEBAR DAUN JAGUNG 2 RATA – RATA
1 5,6 cm 5,7 cm 5.65
2 5,3 cm 5,3 cm 5.3
3 5,5 cm 5,5 cm 5.5
4 5,5 cm 5,5 cm 5.5
5 4,5 cm 4,7 cm 5.1
6 5,7 cm 5,4cm 5.55
7 5,4 cm 5,5 cm 5.45
8 5,5 cm 4,4 cm 4.95
9 5,1 cm 6,8 cm 5.95

4.2.PEMBAHASAN
Dari pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dibedakan dua fase
yaitu: fase vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif dimulai dari fase kecambah dilanjutkan
denagn fase vegetatif,akar batang daun yang cepat pada akhirnya pertumbuhan vegetatif menjadi
lambat sehingga dinamai fase generatif,dalam fase vegatatif ini tanaman jagung membutuhkan
banyak air. Fase generatif dinamai dengan pembentukan primordia. Proses pembungaan yang
mencakup pristiwa penyerbukan dan pembuahan. Penyerbukan yang terjadi pada tanaman
jagung biasannya di bantu dengan angin, yaitu dengan cara menebarkan tepung sari kemudian
menjatuhkan pada tangkai. Letak bunga jantan dan bunga betina tidak berada di satu
tempat,bunga jantan pada ujung batang yang sedang berbunga, sedangkan bunga betina berada
dipertengahan batang atau tongkol.
Variabel yang di amati
1.Tinggi tanaman
Perlakuan dalam pemberian jumlah bibit yang berbeda per lubang tanam pada praktikum ini,
menyebabkan terjadinnya perbedaan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat
terlihat pada tanaman jagung petak pertama yang berisi satu tanaman perlubang dan petak kedua
yang berisi duas tanaman per lubang. Tanaman jagung pada petak pertama tumbuh lebih tinggi
dan subur dibandingkan dengan tanaman jagung pada petak kedua, itu terjadi karena pada
petakan kedua terjadi persaingan dalam memenuhi kebutuhan akan unsur hara, air, cahaya, dan
unsur hara lainnya.
Tanaman cendrung lebih tinggi pada petakan pertama karena persingan yang terjadi tidak bagitu
besar,namun ada juga tanaman pada petak kedua yang lebih subur dibanding dengan tanman
pada petak pertama. Ini terjadi karena faktor –faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman jagung seperti ketidakrataan dalam pemberian pupuk, ataupun kandungan unsurhara
yang berbeda. Karena setiap jengkal tanah memiliki kandungan unsur hara yang berbeda. Pada
tabel terlihat bahwa tanaman sampel ke 8 pada petakan pertama,tumbuh lebih subur dengan
tinggi 190 cm dan pada petakan kedua tanaman tumbuh lebih kecil dari yang lain dengan tinggi
150,5 cm. Pengukuran tinggi pada variabel ini, diakhiri saat tanaman jagung sudah 75 % tumbuh
malai,dan pada saat itu pula pertumbuhan vegetatif pada tanaman jagung berakhir.

2. lebar daun ke 6
Daun ke 6 adalah daun yang tumbuh pada lamina batang jagung ke 6, di hitung dari daun yang
paling pertama kali keluar saat berkecambah. Daun ke 6 merupakan indikator kesuburan tanman
dan pada daun ini bentuk daunnya sudah sempurna, pengamatan pada daun ke 6 ini, dimulai
pada minggu ketiga setelah tanam. Dari pengamatan, terlihat bahwa daun ke 6 pada petakan
pertama memiliki lebar daun lebih besar daripada petakan kedua. Terbukti bahwa perlakuan
jumlah bibit per kubang tanam mempengaruhi lebar daun ke 6.
Persaingan yang terjadi antara dua tanaman yang berada dalam satu lubang memepengaruhi
kemampuan akar dalam penyerapan unsur hara, sehingga unsur hara yang diserap oleh tanaman
menjadi sedikit karena terbagi dua. Selain itu, kemampuan tanaman untuk menyerap sinar
matahari untuk proses fotosintesis jadi ikut berkurang karena terjadi persaingan pada daun.ketika
daun daun ke 6 sudah menguning, dan mulai layu, ini menandakan bahwa fase vegetatif telah
berakhir dan dimulainnya fase generatif.
3.tumbuhnya malai
Tumbuhnya malai pada ujung tanaman jagung merupakan indikator dimulainya fase
generatif,mulsi bungs jantan yang tumbuh pada ujung tanaman jagung. Bunga jantan ini yang
kemudian akan jatuh pada tangkai sari tongkol jagung dan proses pembentukan biji akan
berlangsung.
Pertumbuhan malai tidak seragam, hal ini disebabkan ole tingkat kesuburan yang berbeda. Jika
tanaman subur maka malai akan tumbuh lebih cepat tepat poada waktunya, tetapi malai akan
tetap tumbuh walau tanaman tidak subur. Pupuk P mempengaruhi fase generatif tanaman. Seperti
pertumbuhan malai dan tongkol jagung pada pelepah daun. Jika tanaman kekurangan unsur P,
maka pertumbuhannya terutama fase generatif akan terhambat,sehingga tonkol jagung akan
muncul dengan ukuran yang lebih kecil.

BAB V.KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Jagung yang di tanam sebanyak 2 perlubang menghasilkan lebih baik dalam pertumbuhan
maupun hasil.dan juga bahwa tanaman itu juga dapat tumbuh normal apabila tiap tanaman itu
mendapat perlakuan yang sama dari segi pemupukan penyiraman dan lain - lain
5.2 Saran
Dalam laporan praktikum ini disarankan bahwa agar lebih lanjut dilakukan penelitian yang
dalam , dan laporan ini sebagai bahan dalam pembudidayaan jagung selanjtnya .
LAMPIRAN

1.Deskripsi tanaman jagung


Asal : hasil persilangan TC x 1 Early DMR(S) C2 Introduksi
dari Thailand.
Golongan : bersari bebas
Daun : panjang dan lebar
Warna daun : hijau tua
Batang : tinggi sedang (medium) dan tegap.
Umur 50% keluar rambut : kurang lebih 55 hari
Tongkol : cukup besar dan silendris
Kedudukan tongkol : di tengah batang
Kulit tongkol : tidak semua tongkol tertutup dengan baik
Biji : mutiara(flint)
Warna biji : kuning kadang-kadang terdapat 2-3 biji berwana putih
pada satu tongkol.
Baris biji : lurus dan rapat
Jumlah biji pertongkol : umurnya 12-13 baris
Bobot 1000 baris : lebih kurang 272 gr
Daya hasil : 5-6 ton.ha-1 pipilan kering
Umur panen : 85-90 hari
Kerebahan : cukup tahan
Ketahanan terhadap penyakit : cukup tahan,terhadap bulai (sclerospora maydis), karat dan bercak
daun.
Keterangan : baik untuk dataran rendah.

2.petakan tanaman jagung


Petak 1
40 cm
60 cm

Nomor tanaman sample

utara

Timur barat
selatan

Anda mungkin juga menyukai