DASAR-DASAR AGRONOMI
Oleh
KELOMPOK II
Oleh
KELOMPOK II
Kelompok : II (Dua)
Fakultas : Pertanian
Universitas : Tadulako
Mengetahui,
Koordinator Asisten Asisten Penanggung Jawab
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya serta kekuatan sehingga penyusun dapat melaksanakan kegiatan
Loporan ini tersusun atas kerja sama antar kelompok dan asisten dosen. Pelaksanaan
praktikum ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Dasar-Dasar
Agronomi. Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis mengucapkan terimah kasih dan semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian, khususnya bagi kelompok kami.
Penyusun
UCAPAN TERIMAH KASIH
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya serta kekuatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan lengkap
Penyusun mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada Orang tua yang telah
mendoakan penyusun agar mendapat kesehatan sehingga dapat menyelesaikan laporan ini, serta
penyusun mengucapkan terima kasih pula kepada keluarga-keluarga walaupun tidak secara
langsung mempunyai andil dalam penyusunan laporan ini namum mereka merupakan motifasi
bagi penyusun.
Tidak lupa juga penyusun mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Dosen penanggung jawab mata kuliah Dasar-Dasar Agronomi dalam hal ini Ir.
YOHANIS TAMBING, M.Si. yang telah memberikan pemahaman tentang mata kuliah Dasar-
Dasar Agronomi sehingga penulis dapat merealisasikannya pada saat praktek di Lapangan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada para Asisten-asisten yang senantiasa
mencurahkan waktu dan tenaganya untuk membimbing serta menuntun kami selaku praktikan
dalam hal pembelajaran mengenai hal-hal yang terkait dalam praktikum ini, sehingga saat ini
seperjuangan, yang telah memberikan bantuan berupa waktu, tenaga dan pikiran dengan bantuan
Penyusun menyadari bahwa penyusunan laporan lengkap ini sangatlah jauh dari
kesempurnaan, oleh karna itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangatlah penyusun
harapkan untuk mmengoreksi kesalahan penyusun, akan tetapi penyusun berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi yang membacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GRAFIK ix
I PENDAHULUAN
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi............................................................................................. 4
2.2.4 Pemeliharaan............................................................................... 7
4.1 Hasil...................................................................................................... 15
4.1.2 Monokultur.................................................................................. 20
4.2 Pembahasan........................................................................................... 23
4.2.2 Monokultur.................................................................................. 29
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 33
5.2 Saran...................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Tinggi Tanaman Jagung pada Tumpang Sari.................................................... 15
2. Jumlah Daun Jagung pada Tumpang Sari......................................................... 16
3. Lilit Batang Jagung pada Tumpang Sari........................................................... 17
4. Tinggi Tanaman Kacang Hijau pada Tumpang Sari......................................... 18
5. Daun Jagung Kacang Hijau pada Tumpang Sari.............................................. 19
6. Tinggi Tanaman Jagung pada Monokultur....................................................... 20
7. Jumlah Daun Jagung pada Monokultur............................................................ 21
8. Lilit Batang Jagung pada Monokultur.............................................................. 22
DAFTAR GRAFIK
No. Halaman
1. Tinggi Tanaman Jagung pada Tumpang Sari................................................... 15
2. Jumlah Daun Jagung pada Tumpang Sari......................................................... 16
3. Lilit Batang Jagung pada Tumpang Sari........................................................... 17
4. Tinggi Tanaman Kacang Hijau pada Tumpang Sari......................................... 18
5. Daun Jagung Kacang Hijau pada Tumpang Sari.............................................. 19
6. Tinggi Tanaman Jagung pada Monokultur....................................................... 20
7. Jumlah Daun Jagung pada Monokultur............................................................ 21
8. Lilit Batang Jagung pada Monokultur.............................................................. 22
I PENDAHULUAN
Segala bentuk pemanfaatan sumberdaya alam dan manusia dalam pemanfaatanya untuk
budidaya tanaman guna memdapat hasil yanng sebanyak-banyaknya secara berkelajutan. Pola
tanam atau (cropping patten) iyalah suatu urutan pertanaman pada sebidang tanah selama satu
periode. Lahan yang dimaksut bisa berupa lahan kosong atau lahan yang sudah terdapat tanaman
Usaha yang dilakukan dengan melaksanakan penanaman pada sebidang lahan dengan
mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan tanaman selama periode waktu tertentu,
termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama periode tertentu.
Produktivitas merupakan suatu hal yang sangat vital dalam usaha pertanian, dimana akhir-
akhir ini semakin ditantang untuk mengimbangi tuntutan sosial ekonomi masyarakat suatu
tempat pemukiman, industri, sarana jalan serta sarana fisik lainnya, Untuk itu, bagaimana
merancang suatu model penanaman, agar lahan yang semakin terbatas itu dapat menghasilkan
Jagung sebagai tanaman pangan, menduduki urutan kedua setelah padi. Disamping itu juga
mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya dengan padi, karena jagung merupakan salah
satu jenis bahan makanan yang banyak mengandung karbohidrat sehingga dapat dijadikan
Sebab jagung memiliki potensi yang cukup baik untuk dibudidayakan dan mudah diusahakan.
Konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat, karena itu peluang pemasaran jagung masih
terbuka lebar (Arif Ardiawan, 2008).Selain komoditi jagung sebagai bahan makanan, masih
dibutuhkan komoditi lain seperti kacang hijau. Kacang hijau merupakan salah satu jenis
komoditi dari jenis tanaman leguminosa yang mempunyai arti penting. Posisinya menduduki
urutan ketiga setelah kedelai dan kacang tanah. Manfaat kacang hijau sebagai penghasil bahan
makanan merupakan hal yang sangat penting, karena jenis kacang ini banyak mengandung
vitamin terutama vitamin B1 yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan gizi masyarakat yang
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan antara lain tumpang sari, tumpang gilir,
tanaman bersisispan, dan tanamana campuran. Tumpang sari (intercropping), adalah melakukan
penanaman lebih dari satu tanaman yang memiliki umur sama atau berbeda contoh tumpang sari
sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon,
padi gogo.
Tumpang gilir (Multiple Cropping) yaitu penanaman yang dilakukan secara beruntun sepanjang
tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum
(Syaifuddin, 2008).
Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktek Lapang Dasar-Dasar Agronomi adalah untuk
mengamati perbedaan tumbuh dan hasil dari tanaman monokultur dan tumpang sari.
Adapun kegunaan dari pelaksanaan Praktek Lapang Dasar-Dasar Agronomi adalah untuk
mengetahui teknik budidaya tanaman secara monokultur dan secara tumpang sari.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi
(berkeping satu / monokotil) Sub Kelas: Commelinidae Ordo: Poales Famili: Poaceae (suku
berbunga), Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub Kelas: Rosidae, Ordo: Fabales,
Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan pertama mulai turun. Saat ini musim hujan kadang
kurang jelas jatuhnya, namun sebagai ancer-ancer bisa pada bulan Oktober sampai awal
Nopember. Pengolahan tanah ini dilakukan agar tanah menjadi gembur. Selain membuat tanah
menjadi gembur, pengolahan tanah akan dapat menghilangkan gulma. Pengolahan tanah
dilakukan dengan dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian dicacah sambil membuang gulma
yang ada dan yang terakhir dibuat guludan. Arah guludan sebaiknya menghadap ke barat-timur
dengan lebar guludan antara 170-180 cm. Antara dua guludan dibuat saluran selebar 20-30 cm
untuk mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap dalam keadaan atus sehingga akar tanaman
Dengan pemilihan tanaman yang tepat, sistem ini dapat memberikan beberapa keuntungan,
antara lain mengurangi serangan OPT (pemantauan populasi hama), karena tanaman yang satu
dapat mengurangi serangan OPT lainnya. Misalnya bawang daun dapat mengusir hama aphids
dan ulat pada tanaman kubis karena mengeluarkan bau allicin, menambah kesuburan tanah.
Dengan menanam kacang-kacangan- kandungan unsur N dalam tanah bertambah karena adanya
bakteri Rhizobium yang terdapat dalam bintil akar. Dengan menanam yang mempunyai
perakaran berbeda, misalnya tanaman berakar dangkal ditanam berdampingan dengan tanaman
berakardalam, tanah disekitarnya akan lebih gembur. Keuntungan yang lain yaitu siklus hidup
hama atau penyakit dapat terputus, karena sistem ini dibarengi dengan rotasi tanaman dapat
memutus siklus OPT serta memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu
jenis tanaman akan menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan karena bila harga
salah satu komoditas rendah, dapat ditutup oleh harga komoditas lainnya (Warsana, 2009).
Pada pola tumpangsari jagung dan kacang hijau, diatur dimana jagung sebagai tanaman
pokok dan kacang hijau sebagai tanaman sela. Benih jagung yang akan ditanam adalah jagung
komposit (bersari bebas) varietas Bisma berlabel yang sudah diberi seed treatment. Lubang
tanam dibuat dengan tugal sedalam 2-3 cm, dengan jarak antar barisan tanaman 200 cm,
sedangkan jarak dalam barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih jagung setiap hektar lahan
dengan pola tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap lubang tanam), sehingga populasi tanaman
jagung dalam 1 ha lahan adalah 25.000 batang. Sedangkan untuk kacang hijau yang akan
ditanam adalah kacang tanah varietas Jerapah, varietas ini mempunyai biji 2 dalam setiap
polong. Jarak tanaman kacang tanah adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam setiap guludan
terdapat 1 baris tanaman jagung dan 5 baris tanaman kacang hijau. Populasi tanaman kacang
hijau dalam 1 ha kurang lebih 100.000 tanaman atau sekitar 70% dibanding pola monokultur.
Kebutuhan benih kacang tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola tumpangsari dengan jagung
Jagung manis tumbuh baik pada berbagai jenis tanah. Tanah liat lebih di ssukai karena
mampu menaha lengas yang tinggi. Tanaman ini peka terhadap tah masam dan tumbuhb baik
pada kisaran pH antara 6,0 – 6,8 dan agak toleran terhadap- kondisi basa. Hampir selalu di
tanamn dengan kedalaman 3-5 cm. Jarak tanam rata-rata jagung manis umumnya 20-25 cm
2.2.4 Pemeliharaan
Perawatan atau pemeliharaan tanaman meliputi beberapa kegiatan antara lain penyulaman,
penyiangan dan pembumbunan. Penyulaman sebaiknya dilakukan agar tidak ada spot-spot
kosong yang akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan penyulaman. Penyulaman untuk tanaman
jagung dilakukan antara 4-7 hari setelah tanam, sedangkan untuk kacang tanah antara 5-10
hari setelah tanam. Sebaiknya penyulaman tidak terlalu lama melakukannya. Penyiangan dan
pembumbunan dilakukan paling tidak sebanyak dua kali atau menyesuaikan dengan kondisi
gulma, bila memang gulma tumbuh dominan dapat dilakukan penyiangan lagi. Penyiangan
pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hari, sedangkan penyiangan yang kedua
dilakukan setelah tanaman berumur 30 hari sebelum dilakukan pemupukan susulan. Pada
penyiangan kedua ini sekaligus dilakukan pembumbunan yaitu dengan menggemburkan tanah
dan menikkan tanah ke sekitar batang. Untuk kacang tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan
sekali lagi yaitu pada saat tanaman selesai berbunga sekitar 40 hari setelah tanam (Warsana,
2009).
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat tanaman telah berumur
1 bulan. Dosis pupuk untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-36 dan 50 kg KCL. Dosis
pupuk untuk kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg SP-36 yang masing-masing diberikan dalam
dua kali pemupukan. Pemupukan pertama pada jagung adalah 80 kg Urea, 65 kg SP-36 dan 50
kg KCl, satu bulan kemudian ditambahkan pupuk susulan yaitu Urea sebanyak 40 kg.
Pemupukan pertama pada kacang tanah adalah: 20 kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL, selang
satu bulan ditambahkan pupuk susulan yaitu 20 kg Urea. Cara pemupukan yaitu semua pupuk
yang akan diberikan dicampur jadi satu, kemudian dibuat larikan dekat barisan tanaman (sekitar
5 cm dari barisan tanaman dengan kedalaman antara 5-7 cm), pupuk ditabur sepanjang
kembali dengan tanah. Pemupukan kedua untuk tanaman jagung larikan disesuaikan dengan
tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang tanah larikan dibuat di tengah jarak antara dua barisan
Pengendalian hama penyakit dimaksukkan agar kesehatan tanaman dapat terjaga sehingga
tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pengendalian hama maupun penyakit
dengan menggunakan pestisida sebaiknya dilakukan dengan bijaksana, karena bahan kimia ini
selain membunuhhama tetapi juga sekaligus membunuh predatornya juga. Jadikanlah pestisida
sebagai pilihan
yang mempunyai spektrum sempit. Pada jagung yang sering dijumpai adalah penyakit bulai
Ciri jagung yang siap dipanen adalah Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam.
Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan adanya
lapisan hitam pada biji bagian lembaga. Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak
membekas. Jagung untuk sayur (jagung muda), dipanen sebelum bijinya terisi penuh. Saat itu
diameter tongkol baru mencapai 1-2 cm. Jagung untuk direbus dan dibakar, dipanen ketika
matang susu. Tanda-tandanya kelobot masih berwarna hijau, dan bila biji dipijit tidak terlalu
keras serta akan mengeluarkan cairan putih. Jagung untuk makanan pokok (beras jagung), pakan
ternak, benih, tepung dan berbagai keperluan lainnya dipanen jika sudah matang fisiologis.
Tanda-tandanya: sebagian besar daun dan kelobot telah menguning. Apabila bijinya dilepaskan
akan ada warna coklat kehitaman pada tangkainya (tempat menempelnya biji pada tongkol). Bila
Jagung dikupas pada saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai.
Pengupasan ini dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkol dapat diturunkan dan
kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan kerusakan biji atau mengakibatkan tumbuhnya
Secara tradisional jagung dijemur di bawah sinar matahari sehingga kadar air berkisar 9–11 %.
Biasanya penjemuran memakan waktu sekitar 7-8 hari. Penjemuran dapat dilakukan di lantai,
dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat dan digantung. Secara buatan dapat
dilakukan dengan mesin pengering untuk menghemat tenaga manusia, terutama pada musim
hujan. Terdapat berbagai cara pengeringan buatan, tetapi prinsipnya sama yaitu untuk
dalam biji dengan panas pengeringan sekitar 38-430 C, sehingga kadar air turun menjadi 12-13
%. Mesin pengering dapat digunakan setiap saat dan dapat dilakukan pengaturan suhu sesuai
Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian
dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya sejak
paruh kedua abad ke-20 di dunia serta menjadi penciri pertanian intensif dan pertanian industrial.
pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena
wajah lahan menjadi seragam. Kelemahan utamanya adalah keseragaman kultivar mempercepat
penyebaran organisme pengganggu tanaman (OPT, seperti hama dan penyakit tanaman).
Pertanaman padi, jagung, atau gandum sejak dulu bersifat monokultur karena memudahkan
perawatan. Dalam setahun, misalnya, satu lahan sawah ditanami hanya padi, tanpa variasi apa
pun. Akibatnya hama atau penyakit dapat bersintas dan menyerang tanaman pada periode
penanaman berikutnya. Pertanian pada masa kini biasanya menerapkan monokultur spasial tetapi
lahan ditanami oleh tanaman lain untuk musim tanam berikutnya untuk memutus siklus hidup
kebudayaan (mengenai dominasi jenis aliran musik tertentu), atau ilmu komputer (mengenai
Tumpang sari (intercropping), adalah melakukan penanaman lebih dari satu tanaman yang
memiliki umur sama atau berbeda. Sistem tanam tumpangsari adalah menanam beberapa jenis
tanaman dalam satu lahan. Ada tiga jenis bertanam tumpangsari yakni tumpngsari campuran,
tumpangsari baris dan tumpang sari pita/jalur. Pada system tanam tumpangsari campuran di atas
lahan yang sama ditanam dua atu lebih tanaman secara bersama-sama dengan tidak
memperhatikan jarak tanam. Pada system tanam tumpngsari baris di atas lahan yang sama
ditanam dua atau lebih tanaman dengan mempertimbangkan baris-baris dan jarak tanam tertentu.
Sedangkan dalam system tanam tumpangsari pita/jalur di atas lahan yang sama ditanam dua atau
lebih tanaman dalam jalur-jalur yang ditentukan. Sistem tumpangsari jenis terakhir ini sering
Sistem tumpangsari memberikan beberapa manfaat bagi petani yakni antara lain
mengurangi biaya pengolahan lahan, mudah dalam menanggulangi hama, memudahkan proses
pembersihan atau penyiangan dan yang terakhir adalah meningkatkan hasil produksi atau panen.
Fahrudin dan beberapa kader petani di Gunung Panah Kecamatan Bubon Aceh Barat sudah
mencoba menggunakan sistem tanam tumpangsari. Dan yang dikembangkan sejauh ini adalah
tumpang sari antara semangka dan jagung. Tanaman utamanya adalah semangka dan
ditumpangsari dengan tanaman jagung, atau kacang tanah yang ditumpangsari dengan jagung.
“pertama-tama harus menentukan dulu tanaman utamanya, baru kemudian ditumpangsari dengan
tanaman-tanaman yang lain dianggap cocok” kata Fahrudin. Namun sejauh ini sambil
menerapkan system tanam tumpangsari, para kader juga berusaha untuk terus belajar
Kekurangan sistem polikultur adalah apabila pemilihan jenis tanaman tidak sesuai, sistem
polikultur dapat memberzi dampak negatif, misalnya terjadi persaingan unsur hara antar tanaman
Praktikum Lapang Dasar Dasar Agronomi yaitu bertempat dilahan Pendidikan Fakultas
Pertanian Universitas Tadulako, Palu dan dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober sampai 30
Adapun alat yang digunakan dalam Praktikum Lapang Dasar Dasar Agronomi yaitu
Adapun bahan yang digunakan dalam Praktikum Lapang Dasar Dasar Agronomi yaitu
benih jagung manis, benih kacang hijau, pupuk SP-36, pupuk kandang dan tali rafia.
Pertama tama melakukan penyiapan lahan seperti sanitasi untuk membersihkan lahan
pertanaman dari akar akar tanaman yang besar dan batu. serta mengolah tanah dan membuat
saluran air di pinggir bedengan. Tanah yang berada di atas bedengan yang berukuran 5m × 8m
dicampur dengan pupuk kandang dan menentukan jarak tanaman (untuk tanaman jagung jarak
tanam yakni 100cm×20cm dengan jumlah benih dua biji dan untuk penanaman kacang hijau
dilakukan penanaman antar barisan tanaman jagung dilakukan penanaman sebanyak tiga baris
dengan jumlah benih 2 biji per lubang tanam). Penanaman benih dilakukan dengan cara
pemupukan susulan, dan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan setiap hari
jumat melakukan pengamatan dengan cara mengukur jumlah daun, tinggi tanaman, dan jumlah
daun.
Setelah tanaman berumur 30 hari dan tanaman telah kelihatan tanda-tanda ke kurangan
unsur hara maka di lakukan pemberian pupuk NPK dengan dosis empat gram pertanaman
dengan jarak antara tanaman dengan pupuk sekitar 20 cm dan setelah itu tanaman di siram agar
pupuk yang di berikan cepat larut di dalam tanah dengan begitu tanaman dengan mudah untuk
4.1 Hasil
Dari data pengamatan yang telah dilakukan terhadap tumpang sari antara jagung dan
4.1.2 Monokultur
Dari data pengamatan yang telah dilakukan terhadap monokultur di lahan percobaan, maka
Pada pengamatan tinggi tanaman jagung pada tumpang sari seperti yang terlihat pada tabel
1, terlihat perbandingan tinggi secara bertahap yaitu pada tanaman satu minggu pertama 27 cm,
kedua 30,4 cm, ketiga 41,5 cm, keempat 58 cm, kelima 68 cm, keenam 74 cm dan ketujuh 82
cm, pada tanaman dua minggu pertama 26,3 cm, kedua 29,1 cm, ketiga 35 cm, keempat 69,9
cm, kelima 75,5 cm, keenam 78,5 cm dan ketujuh 100,5 cm, pada tanaman tiga minggu pertama
26 cm, kedua 29,4 cm, ketiga 32 cm, keempat 98 cm, kelima 106 cm, keenam 100,5 cm dan
ketujuh 115,5 cm, pada tanaman empat minggu pertama 15,9 cm, kedua 20,8 cm, ketiga 33,5 cm,
keempat 107,1 cm, kelima 111,5 cm, keenam 119,5 cm dan ketujuh 128,5 cm serta pada
tanaman lima minggu pertama 31 cm, kedua 37 cm, ketiga 37 cm, keempat 124 cm, kelima 137
Pada pengamatan tinggi tanaman jagung pada tumpang sari, tampak terlihat adanya
perbandingan tinggi secara bertahap dengan baik yaitu pada tanaman satu peningkatan tinggi
setiap hari tergolong baik yaitu tanpa adanya pengurangan maupun pertumbuhan yang tergolong
lambat dan pada tanaman selanjutnya juga dapat digolongkan dalam pertumbuhan yang baik.
Tanama jagung tergolong mempunya peningkatan tinggi yang baik. Yaitu dengan rata-rata
3-4 cm perminggu. Namun tinggi tanaman jagung juga dapat betkurang sesuai dengan keadaan
umurnya, dimana ujung tanaman (daun)telah menguning. Ada pula pengurangan tinggi tanaman
Pada pengamatan jumlah daun tanaman jagung pada tumpang sari seperti yang terlihat
pada tabel 2, terlihat perbandingan yaitu pada tanaman satu minggu pertama 5 cm, kedua 5 cm,
ketiga 6 cm, keempat10 cm, kelima 8 cm, keenam 8 cm dan ketujuh 8 cm, pada tanaman dua
minggu pertama 5 cm, kedua 5 cm, ketiga 6 cm, keempat 10 cm, kelima 10 cm, keenam 10 cm
dan ketujuh 10 cm, pada tanaman tiga minggu pertama 5 cm, kedua 6 cm, ketiga 8 cm, keempat
12 cm, kelima 10 cm, keenam 10 cm dan ketujuh 10 cm, pada tanaman empat minggu pertama 4
cm, kedua 5 cm, ketiga 7 cm, keempat 15 cm, kelima 10 cm, keenam 10 cm dan ketujuh 10 cm
serta pada tanaman lima minggu pertama 6 cm, kedua 6 cm, ketiga 6 cm, keempat 14 cm, kelima
Pada pengamatan jumlah daun pada tanaman jagung pada tumpang sari, terlihat
bertanbahnya jumlah daun yang cukup baik. Yaitu dari awal minggu pertama sampai minggu
keempat jumlah daun terus meningkat namun pada minggu kelima terdapat penurunan dan
jumlah daun tetap hingga pengamatan minggu terakhir. Hal ini dikarenakan daun tanaman
jagung mengalami perontokan akibat adanya kekeringan sehingga daun tanaman jagung
Daun jagung adalah daun sempurna dan berbentuk memanjang. Daun jagung dapat pula
gugur atu berkurang akibat adanya usia maupun faktor-faktor lainya (Bahri, S. 2007).
Pada pengamatan lilit batang tanaman jagung pada tumpang sari seperti yang terlihat pada
tabel 3, terlihat perbandingan yaitu pada tanaman satu minggu pertama 1,3 cm, kedua 1,8 cm,
ketiga 2,1 cm, keempat 4 cm, kelima 4 cm, keenam 4,4 cm dan ketujuh 4,7 cm, pada tanaman
dua minggu pertama 1,3 cm, kedua 1,7 cm, ketiga 2,4 cm, keempat 4,2 cm, kelima 4,2 cm,
keenam 5,8 cm dan ketujuh 6,2 cm, pada tanaman tiga minggu pertama 1,3 cm, kedua 1,9 cm,
ketiga 2,8 cm, keempat 5,6 cm, kelima 5,4 cm, keenam 6,3 cm dan ketujuh 6,6 cm, pada
tanaman empat minggu pertama 2 cm, kedua 2,9 cm, ketiga 4,5 cm, keempat 6,8 cm,
kelima 4,3 cm, keenam 4,5 cm dan ketujuh 4,9 cm serta pada tanaman lima minggu pertama 2,4
cm, kedua 2,4 cm, ketiga 4,4 cm, keempat 7 cm, kelima 7 cm, keenam 8 cm dan ketujuh
11cm.
Pada pengamatan lilit batang tanaman jagung pada tumpang sari, terlihat bertambahnya
ukuran lilit batang secara bertahap. Pada pengamatan minggu pertama hingga minggu keempat
ukuran lilit batang naik hingga 2 cm, namun pada minggu kelima kenaikan tidak terlalu nampak
dan pada minggu berikutnya kenaikan ukran lilit batang kembali normal. Namun pada tanaman
empat pada minggu kelima terjadi penurunan lilit batang hingga 1,5 cm. Hai ini disebabkan oleh
faktor cuaca seningga daun tanaman layu dan akan mempengaruhi ukuran lilit batang tanaman
jagung.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak
seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman
berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku
sehinga saat daun jagung mengering, maka dapat mengurangi diameter batang (Bahri, S. 2007).
Pada pengamatan tinggi tanaman kacang hijau pada tumpang sari seperti yang terlihat pada
tabel 4, terlihat perbandingan tinggi secara bertahap yaitu pada tanaman satu minggu pertama
13,5 cm, kedua 16 cm dan ketiga 23 cm, pada tanaman dua minggu pertama 14,2 cm, kedua 16
cm, ketiga 22 cm, pada tanaman tiga minggu pertama 12 cm, kedua 19,5 cm dan ketiga 30 cm,
pada tanaman empat minggu pertama 14,4 cm, kedua 17,5 cm dan ketiga 22 cm serta pada
Pada pengamatan tinggi tanaman kacang hijau pada tumpang sari, terlihat bertambahnya
tinggi tanaman yang sangat baik. Dari minggu awal sampai minggu terakhir tinggi tanaman naik
meningkat secara bertahap. Hal ini dikarenakan oleh tanaman kacang hijau terhalang tanaman
jagung sehingga tanaman kacang hijau mencari cahaya yang cukup untuk melakukan proses
fotosintesis.
Tinggi tanaman kacang hijau dapat terhalang oleh berbagai aspek seperti cahaya atau suhu,
unsur hara mineral dan air maupun OPT yaang menyerang. Kacang hijau dapat tumbuh dengan
baik jika prosesfotosintesis berjalan lancar yakni tanaman tidak terhalang oleh tanaman lain
Pada pengamatan jumlah daun kacang hijau pada tumpang sari seperti yang terlihat pada
tabel 5, terlihat perbandingan tinggi secara bertahap yaitu pada tanaman satu minggu pertama 3
cm, kedua 8 cm dan ketiga 11 cm, pada tanaman dua minggu pertama 2 cm, kedua 3 cm, ketiga
11 cm, pada tanaman tiga minggu pertama 2 cm, kedua 8 cm dan ketiga 11 cm, pada tanaman
empat minggu pertama 5 cm, kedua 8 cm dan ketiga 11 cm serta pada tanaman lima minggu
Pada pengamatan jumlah daun kacang hijau pada tumpang sari, terlihat bertambah jumlah
daun yang sangat tinggi. Tnggi tanaman dari minggu pertama menujukan peningkatan hingga
minggu ketiga, namun pada tanaman dua peningkatan tertinggi hanya terdapat pada minggu
ketiga.
Kacang hijau mempunyai helaian daun yang kecil. Daun ini dapat gugur ketika telah
mencapai usia yang tidak produktif atau daun telah menguning oleh usia, selain itu daun juga
Pada pola tanama tumpang sari, kami melakukan penanaman dengan jarak jagung 20 X
100 cm sedangkan kacang hijau berada diantara tanaman jagung yaitu 20 X 20 cm. Hal ini
bertujuan agar tanaman kacang hijau tidak mengalami perebutan unsurhara dengan tanaman
200 cm, sedangkan jarak dalam barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih jagung setiap hektar
lahan dengan pola tumpangsari adalah 15 kg (2 benih tiap lubang tanam), sehingga populasi
Pada tahap pemupukan kami menggunakan pupuk NPK pada minggu ketiga dengan jarak
20 cm pertanaman. Hal ini ditujukan agar tanaman dapat menyerap pupuk yang diberikan dengan
baik.
Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat tanaman telah berumur
1 bulan. Dosis pupuk untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP- 36 dan 50 kg KCL.
Dosis pupuk untuk kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg SP-36 yang masing-masing diberikan
dalam dua kali pemupukan. Pemupukan pertama pada jagung adalah 80 kg Urea, 65 kg SP-36
dan 50 kg KCl, satu bulan kemudian ditambahkan pupuk susulan yaitu Urea sebanyak 40 kg.
Pemupukan pertama pada kacang tanah adalah: 20 kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL, selang
satu bulan ditambahkan pupuk susulan yaitu 20 kg Urea. Cara pemupukan yaitu semua pupuk
yang akan diberikan dicampur jadi satu, kemudian dibuat larikan dekat barisan tanaman (sekitar
5 cm dari barisan tanaman dengan kedalaman antara 5-7 cm), pupuk ditabur sepanjang larikan
Pada pengamatan tinggi tanaman jagung pada monokultur seperti yang terlihat pada tabel
6, terlihat perbandingan tinggi secara bertahap yaitu pada tanaman satu minggu pertama 26 cm,
kedua 67 cm, ketiga 80 cm, keempat 90 cm, kelima 129,9 cm, keenam 145,5 cm, ketujuh 146
cm dan kedelapan 150 cm, pada tanaman dua minggu pertama 33 cm, kedua 65 cm,
ketiga 83 cm, keempat 102 cm, kelima 123 cm, keenam 135,5 cm, ketujuh 155 cm dan
kedelapan 166 cm, pada tanaman tiga minggu pertama 40 cm, kedua 67,5 cm, ketiga 99 cm,
keempat 128,4 cm, kelima 149 cm, keenam 160,6 cm, ketujuh 180 cm dan kedelapan 189
cm, pada tanaman empat minggu pertama 22 cm, kedua 42 cm, ketiga 65 cm, keempat 72 cm,
kelima 99,5 cm, keenam 105,5 cm, ketujuh 107 cm dan kedelapan 123 cm serta pada tanaman
lima minggu pertama 25 cm, kedua 46 cm, ketiga 60 cm, keempat 70,5 cm, kelima 98 cm,
Pada pengamatan tinggi tanaman jagung pada monokultur, terlihat penaikan tinggi secara
bertahap yaitu pada tanaman satu sampai empat mengalami penaikan yang cukup baik sedangka
pada tanaman lima mengalami penurunan pada minggu keenam sampai tujuh. Hal ini
dikarenakan adanya hama penggerek daun dan hama belalang yang memakan daun tanaman
3-4 cm perminggu. Namun tinggi tanaman jagung juga dapat betkurang sesuai dengan keadaan
umurnya, dimana ujung tanaman (daun) telah menguning. Ada pula pengurangan tinggi tanaman
Pada pengamatan jumlah daun jagung pada monokultur seperti yang terlihat pada tabel 7,
terlihat perbandingan yaitu pada tanaman satu minggu pertama 6 cm, kedua 10 cm, ketiga 12
cm, keempat 14 cm, kelima 16 cm, keenam 16 cm, ketujuh 16 cm dan kedelapan 16 cm, pada
tanaman dua minggu pertama 6 cm, kedua 9 cm, ketiga 11 cm, keempat 14 cm, kelima 15 cm,
keenam 14 cm, ketujuh 15 cm dan kedelapan 15 cm, pada tanaman tiga minggu pertama 7 cm,
kedua 10 cm, ketiga 13 cm, keempat 15 cm, kelima 16 cm, keenam 16 cm, ketujuh
16 cm dan kedelapan 16 cm, pada tanaman empat minggu pertama 5 cm, kedua 7 cm,
ketiga 9 cm, keempat 10 cm, kelima 12 cm, keenam 10 cm, ketujuh 11 cm dan kedelapan 12 cm
serta pada tanaman lima minggu pertama 5 cm, kedua 7 cm, ketiga 8 cm, keempat 7 cm, kelima
Pada pengamatan jumlah daun pada tanaman kacang hijau pada monokultur, terlihat
bertanbahnya jumlah daun yang cukup baik, namun pada tanaman dua, empat dan lima
mengalami pengurangan pada minggu keempat dan keenam. Hal ini dikarenakan oleh faktor
cuaca dan hama sehingga daun tanaman berlubang dan layu mengering.
Daun jagung adalah daun sempurna dan berbentuk memanjang. Daun jagung dapat pula
gugur atu berkurang akibat adanya usia maupun faktor-faktor lainya (Bahri, S. 2007).
Pada pengamatan lilit batang jagung pada monokultur seperti yang terlihat pada tabel 8,
terlihat perbandingan yaitu pada tanaman satu minggu pertama 3 cm, kedua 3,7 cm, ketiga 5 cm,
keempat 7,7 cm, kelima 9 cm, keenam 8,5 cm, ketujuh 9 cm dan kedelapan 9 cm, pada tanaman
dua minggu pertama 3 cm, kedua 3,9 cm, ketiga 7,2 cm, keempat 7,1 cm, kelima 7,3 cm,
keenam 6,8 cm, ketujuh 8 cm dan kedelapan 8 cm, pada tanaman tiga minggu pertama 4
cm, kedua 4,6 cm, ketiga 6,5 cm, keempat 7,7 cm, kelima 8,3 cm, keenam 8,6 cm,
ketujuh 9 cm dan kedelapan 9 cm, pada tanaman empat minggu pertama 3 cm, kedua
2,4 cm, ketiga 4 cm, keempat 5 cm, kelima 6 cm, keenam 6,5 cm, ketujuh 6,7 cm dan kedelapan
6,7 cm serta pada tanaman lima minggu pertama 3 cm, kedua 2,2 cm, ketiga 3,2 cm,
keempat 7,3 cm, kelima 4 cm, keenam 3,5 cm ketujuh 3,8 cm dan kedelapan 3,8 cm.
Pada pengamatan lilit batang jagung pada monokultur, terlihat peningkatan yang tinggi
namun terdapat pengurangan pula. Pada tanaman satu, dua dan tiga mengalami peningkatan yang
baik, tetapi pada tanaman empat mengalami penurunan pada minggu kedua dan seterusnya
mengalami peningkatan sedangkan pada tanaman lima mengalami penurunan pada minggu
kedua dan mengalami penaikan sampai minggu keempat namun minggu berikutnya kembali
mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan oleh faktor cuaca dan hama yang menyebabkan daun
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak
seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman
berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku
sehinga saat daun jagung mengering, maka dapat mengurangi diameter batang (Bahri, S. 2007).
Pada pola tanam monokultur, kami melakukan penanaman jagung dengan jarak 20 X 80
cm. Hal ini bertujuan agar tanaman jagung mengalami perebutan unsur hara mikro maupun
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR – DASAR AGRONOMI
(AGT- 202)
“APLIKASI DOSIS PUPUK NITROGEN (N)
PADA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG”
OLEH
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012
KATA PENGANTAR
Dasar-dasar Agronomi adalah mata kuliah Program Studi Agroekoteknologi fakultas pertanian
universitas bengkulu dengan kode (AGT- 202) berbobot SKS 3(2-1), menjadi mata kuliah wajib
pada Program Studi Agroekoteknologi dan Agribisnis. Untuk mencapai Tujuan Instruksionak
Umum yang ditargetkan, kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam dua bentuk yaitu
perkuliahan dengan bobot 2 sks dan praktikum dengan bobot 1 sks. Di dalam latar belakang dan
tujuan laporan ini membahas tentang budidaya tanaman jagung yang telah dipraktekkan
dilapangan dalam mata kuliah Dasar Dasar Agronomi.
Jagung sebagai tanaman pangan di Indonesia, menduduki urutan kedua setelah padi. Namun
jagung mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya dengan padi.
Di Negara agraris seperti Indonesia, sangat mendukung dikembangkannya komoditi jagung.
Sebab tanaman jagung memiliki potensi yang cukup untuk dibudidayakan dan mudah
diusahakan. Peranan panagan keanekaragaman kebutuhan pangan dari bahan jagung sangat
diperlukan dalam usaha tani ini, Sehingga tidak mustahil komoditi jagung pada dewasa ini
mendapat perhatian. Bahkan dalam jangka waktu yang relative pendek areal penanaman jagung .
Pada kesempatan ini saya sebagai penyusun mencoba membuat laporan praktikum Dasar Dasar
Agronomi berupa laporan Aplikasi Dosis Pupuk Nitrogen (N)Pada Budidaya Tanaman Jagung
dan Budi Daya Jagung.
Laporan ini disusun untuk tujuan mahasiswa dapat menghitung dosis pupuk N dan
mempraktekkan cara pemupukannya pada pembudidaya tanaman jagung serta para mahasiswa
bisa menambah pengetahuan mereka di Jurusan Budidaya Pertanian sebagai bekal di lapangan.
Saya sebagai penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan ini, saya
berharap semoga hasil laporan ini bermanfaat dan diterima oleh dosen pembimbing.
Hormat saya
ABEN CANDRA
E1J010070
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dataran rendah, umur jagung berkisar antara 3-4 bulan, tetapi di dataran tinggi di atas 1000
m dpl berumur 4-5 bulan. Umur panen jagung sangat dipengaruhi oleh suhu, setiap kenaikan
tinggi tempat 50 m dari permukaan laut, umur panen jagung akan mundur satu hari (Hyene
1987).
Areal dan agroekologi pertanaman jagung sangat bervariasi, dari dataran rendah sampai dataran
tinggi, pada berbagai jenis tanah, berbagai tipe iklim dan bermacam pola tanam. Tanaman jagung
dapat ditanam pada lahan kering beriklim basah dan beriklim kering, sawah irigasi dan sawah
tadah hujan, toleran terhadap kompetisi pada pola tanam tumpang sari, sesuai untuk pertanian
subsistem, pertanian komersial skala kecil, menengah, hingga skala sangat besar. Suhu optimum
untuk pertumbuhan tanaman jagung rata-rata 26-300C dan pH tanah 5,7-6,8 (Subandi et al.
1988). Produksi jagung berbeda antardaerah, terutama disebabkan oleh perbedaan kesuburan
tanah, ketersediaan air, dan varietas yang ditanam. Variasi lingkungan tumbuh akan
mengakibatkan adanya interaksi genotipe dengan lingkungan (Allard and Brashaw 1964), yang
berarti agroekologi spesifik memerlukan varietas yang spesifik untuk dapat memperoleh
produktivitas optimal.
Produksi jagung di Indonesia selama 5 tahun terakhir terus meningkat, pada tahun 2006
mencapai sekitar 12 juta ton dan pada tahun 2010 diperkirakan meningkat menjadi 13,6 juta ton.
Pengguna jagung yang terbesar adalah industri pakan ternak, kemudian menyusul untuk industri
makanan dan untuk konsumsi langsung manusia. Kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak
berkisar 5 juta ton/tahun dengan laju kenaikan sekitar 10% - 15% setiap tahunnya. Dengan
demikian seharusnya produksi jagung dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan pabrikan
pakan ternak. Namun demikian, produksi jagung di Indonesia umumnya bersifat musiman dan
wilayahnya tersebar di berbagai daerah/ wilayah. Kondisi ini menyebabkan pasokan (supply)
jagung dan proses pengumpulannya untuk keperluan pabrik pakan ternak tidak terjamin
kuantitas, kualitas maupun kontinyuitasnya. Hal ini menyebabkan para industri pakan ternak
cenderung melakukan impor jagung. Ketergantungan pabrik pakan ternak terhadap jagung impor
sangat tinggi yaitu sekitar 40% atau lebih kurang 1 juta ton pertahun. Hal tersebut disebabkan
karena para industri pakan ternak lebih senang untuk melakukan impor karena terjaminnya
pasokan yang kontinyu serta terjaminnnya kualitas/mutu dengan harga yang relatif lebih rendah.
Pada saat ini pabrikan pakan ternak memiliki kapasitas penyimpanan jagung dalam bentuk silo
dan gudang-gudang penyimpanan yang sangat terbatas. Sementara itu, para petani dan pedagang
juga belum memiliki gudang penyimpanan atau silo yang memadai, sehingga pada saat panen
raya produksi jagung melimpah dan harga menjadi rendah. Keadaan ini menyebabkan hilangnya
kesempatan petani untuk meningkatkan pendapatannya. Hal ini dikhawatirkan akan mendorong
keengganan petani untuk menanam jagung di masa depan.
· Jenis-Jenis Jagung
Jenis jagung dapat diklasifikasikan berdasarkan: (i) sifat biji dan endosperm, (ii) warna biji, (iii)
lingkungan tempat tumbuh, (iv) umur panen, dan (v) kegunaan. Jenis jagung berdasarkan
lingkungan tempat tumbuh meliputi: (i) dataran rendah tropik (<1.000 m dpl), (ii) dataran rendah
subtropik dan mid-altitude (1.000-1.600 m dpl), dan (iii) dataran tinggi tropik (>1.600 m dpl).
Jenis jagung berdasarkan umur panen dikelompokkan menjadi dua yaitu jagung umur genjah dan
umur dalam. Jagung umur genjah adalah jagung yang dipanen pada umur kurang dari 90 hari,
jagung umur dalam dipanen pada umur lebih dari 90 hari. Sejalan dengan perkembangan
pemuliaan tanaman jagung, jenis jagung dapat dibedakan berdasarkan komposisi genetiknya,
yaitu jagung hibrida dan jagung bersari bebas. Jagung hibrida mempunyai komposisi genetik
yang heterosigot homogenus, sedangkan jagung bersari bebas memiliki komposisi genetik
heterosigot heterogenus. Kelompok genotipe dengan karakteristik yang spesifik (distinct),
seragam (uniform), dan stabil disebut sebagai varietas atau kultivar, yaitu kelompok genotipe
dengan sifat-sifat tertentu yang dirakit oleh pemulia jagung. Diperkirakan di seluruh dunia
terdapat lebih dari 50.000 varietas jagung.
Ø Mahasiswa dapat menghitung dosis pupuk N dan mempraktekkan cara pemupukannya pada
pembudidaya tanaman jagung
Ø Mahasiswa dapat menentukan kebutuhan jumleh setiap jenis bahan dari saprodi yang akan
diperlukan untuk kegiatan usaha pertanian.
Ø Mahasiswa dapat melakukan pengamatan kualitatif dan kuantitatif secara benar terhadap
setiap peubah pertumbuhan tanaman dan dapat mengkorelasikan antara data peubah ke dalam
bentuk informasi sederhana dan lengkap.
Apakah ada hubungan pemberian Dosis pupuk N 90 Kg/Ha terhadap pertumbuhan dan hasil
pada tanaman jagung ?
1.4 Hipotesis
Ada hubungan pemberian Dosis pupuk N 90 Kg/Ha terhadap pertumbuhan dan hasil pada
tanaman jagung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di
luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat, dapat
tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang agak kering. Tetapi untuk
pertumbuhan optimalnya, jagung menghendaki beberapa persyaratan Iklim :
a) Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim
sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah
yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS.
b) Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal
sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman
jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan
menjelang musim kemarau.
c) Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang
ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/ merana, dan memberikan hasil biji yang kurang baik
bahkan tidak dapat membentuk buah.
d) Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi bagi pertumbuhan
tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27 derajat C. Pada proses
perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 derajat C.
e) Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan,
karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil. (Makarim et al. 2003)
Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur
Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk Urea berbentuk butir-butir
kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH2 CONH2, merupakan pupuk yang mudah larut
dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan
di tempat kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan
pengertian setiap 100 kg urea mengandung 46 kg Nitrogen.
Unsur hara Nitrogen yang dikandung dalam pupuk Urea sangat besar kegunaannya bagi tanaman
untuk pertumbuhan dan perkembangan, antara lain:
1. Membuat daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau daun
(chlorophyl) yang mempunyai peranan sangat panting dalam proses fotosintesa
Konsep serupa juga digunakan untuk rekomendasi pemupukan yang baru pada tanaman jagung
di Nebraska(Amerika Serikat), dengan penekanan khusus pada pemahaman potensi hasil dan
senjang hasil sebagai dasar perbaikan rekomendasi pengelolaan hara yang bersifat spesifik lokasi
(Dobermann et al. 2003). Pengelolaan hara spesifik lokasi berupaya menyediakan hara bagi
tanaman secara tepat, baik jumlah, jenis, maupun waktu pemberiannya, dengan
mempertimbangkan kebutuhan tanaman, dan kapasitas lahan dalam menyediakan hara bagi
Pengapuran masih cukup relevan dalam upaya ameliorasi lahan kering yang bereaksi masam
dengan kandungan Al yang tinggi dan pada lahan pasang surut sulfat masam untuk menetralisasi
keracunan Al maupun Fe.Tidak tersedianya kapur pada saat yang tepat dan biaya pengapuran
yang mahal sering menjadi kendala dalam upaya peningkatan produktivitas lahanmelalui
pengapuran.Penggunaan bahan organik perlu mendapat perhatian yang lebih besar,mengingat
banyaknya lahan yang telah mengalami degradasi bahan organik,di samping mahalnya pupuk
anorganik (urea, ZA, SP36, dan KCl). Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus tanpa
tambahan pupuk organik dapat menguras bahan organik tanah dan menyebabkan
degradasikesuburan hayati tanah.
Tanaman jagung membutuhkan paling kurang 13 unsur hara yang diserap melalui tanah. Hara N,
P, dan K diperlukan dalam jumlah lebih banyak dan sering kekurangan, sehingga disebut hara
primer. Hara Ca, Mg, dan S diperlukan dalam jumlah sedang dan disebut hara sekunder. Hara
primer dan sekunder lazim disebut hara makro. Hara Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl diperlukan
tanaman dalam jumlah sedikit, disebut hara mikro. Unsur C, H, dan O diperoleh dari air dan
udara. Beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara dalam tanah untuk dapat diserap
tanaman antara lain adalah total pasokan hara, kelembaban tanah dan aerasi, suhu tanah, dan sifat
fisik maupun kimia tanah. Keseluruhan faktor ini berlaku umum untuk setiap unsur hara
(Olsonand Sander 1988).
Pola serapan hara tanaman jagung dalam satu musim mengikuti pola akumulasi bahan kering
sebagaimana dijelaskan oleh Olson dan Sander(1988). Sedikit N, P, dan K diserap tanaman pada
pertumbuhan fase 2, danserapan hara sangat cepat terjadi selama fase vegetatif dan pengisian
biji. Unsur N dan P terus-menerus diserap tanaman sampai mendekati matang, sedangkan K
terutama diperlukan saat silking. Sebagian besar N dan P dibawa ke titik tumbuh, batang, daun,
dan bunga jantan, lalu dialihkan kebiji. Sebanyak 2/3-3/4 unsur K tertinggal di batang. Dengan
demikian, N dan P terangkut dari tanah melalui biji saat panen, tetapi K tidak.
Pemupukan N, P, K, Dan S
Pupuk yang diberikan pada tanaman jagung di Indonesia umumnya mengandungvhara makro N,
P, K, dan S, tetapi belum mengandung hara mikro,vkarena belum ada sentra sentra
pengembangan jagung yang berindikasi kekurangan hara mikro.
Tidak semua pupuk yang diberikan ke dalam tanah dapat diserap oleh tanaman. Nitrogen yang
dapat diserap hanya 55-60% (Patrick and Reddy1976), P sekitar 20% (Hagin and Tucker 1982),
K antara 50-70% (Tisdale andNelson 1975), dan S sekitar 33% (Morris 1987). Tanggapan
tanaman terhadap pupuk yang diberikan bergantung pada jenis pupuk dan tingkat kesuburan
tanah. Karena itu, takaran pupuk berbeda untuk setiap lokasi. Metode untuk menentukan
kebutuhan pupuk didasarkan pada persamaan yang dikembangkan oleh Dobermann dan Cassman
(2002):
di mana:
Berkaitan dengan sifat tanah, bentuk pupuk menentukan efisiensi dan efektivitas pemupukan.
Pada tanah masam dengan kandungan Al tinggi,fiksasi hara (P) akan tinggi, sedangkan pada
tanah basa (kapuran) persaingan serapan oleh Ca akan tinggi pula. Karena itu, pupuk yang cocok
untuk kedua kondisi tersebut adalah yang dapat melepaskan hara secara perlahan (slow release)
atau pupuk yang mempunyai kandungan yang dapat menetralisasi kondisi tersebut.Hara N yang
bersumber dari urea tidak berbeda dengan yang bersumber dari ZA untuk tanaman jagung pada
tanah dengan pH <6 (Fadhly et al.1993, Gunarto 1986, Subandi et al. 1990).
Pada tanah kapuran di Sinjai, Sulawesi Selatan, pupuk ZA memberikan kadar N daun, panjang
tongkol,dan hasil yang lebih tinggi dibanding urea (Gunarto et al. 1986). Hal tersebut disebabkan
karena tanah kapuran tanggap terhadap hara S, sehingga Za lebih efektif dibanding urea.
Pemberian hara P dalam bentuk fosfat alam pada lahan sulfat masam relatif lebih baik dibanding
pemberian dalam bentuk TSP (Raihana 1993).Sebaliknya pada tanah kapuran, pemberian P
dalam bentuk TSP lebih baik dibanding fosfat alam (Sudaryono 1998).Pemberian hara P pada
tanah Ultisol dalam bentuk SP36 sama baiknya dengan TSP, walaupun kadar P2O5 pada SP36
(36%) lebih rendah dibadingTSP (46%). Hal yang sama juga terjadi pada tanah sulfat masam
(Noor danNingsih 1998).
Selain takaran dan bentuk pupuk, waktu dan cara pemupukan juga berperan penting dalam
meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Waktu dan cara pemberian pupuk berkaitan erat
dengan laju pertumbuhan tanaman dimana hara dibutuhkan oleh tanaman dan kehilangan pupuk
(dapat terjadimelalui proses pencucian, penguapan, dan fikssasi). Hara N banyak menguap dan
tercuci, hara K banyak tercuci, sedangkan hara P terfiksasi didalam tanah.Untuk mengurangi
kehilangan N, pemberian pupuk N harus dilakukan secara bertahap.
Hasil penelitian Tirtoutomo et al. (1991) menunjukkan bahwa pemberian N 1/3 bagian pada saat
tanam dan 2/3 bagian pada 30 HST atau 1/3 bagian pada waktu tanam, 1/3 bagian pada 30 HST,
dan 1/3 bagian pada 45 HST relatif lebih baik dari segi hasil maupun efisiensi serapan N,
dibanding dengan pemberian seluruhnya pada saat tanam atau 2/3takaran pada waktu tanam dan
1/3 takaran pada 30 HST. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Gunarto (1986), di mana
pemberian N 1/2 bagian awal tanam dan 1/2 bagian pada saat 30 HST memberikan hasil dan
serapan hara yang lebih tinggi dibanding jika pupuk N diberikan seluruhnya padasaat tanam.
Pemberian N secara tugal atau larik lebih hemat 55-66% dibanding cara sebar atau siram (urea
dilarutkan). Pemberian 45 kg N/ha secara tugal atau larik memberikan hasil yang setara dengan
pemberian 90kg N/ha secara sebar atau disiram (Fadhly et al. 1993).
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
· Flour corn atau soft corn (Zea mays L. amylacea Sturt= jagung tepung)
Banyak orang yang mengklasifikasikan tanaman jagung menurut sistem penggolongan dari
masing-masing seperti Metzger, Alefeld, Harz dan Kornicke, tetapi hanya sedikit yang
menggunakanny. Sistem penggolongan (klasifikasi) yang sering digunakan yaitu penggolongan
yang disusun oleh Sturtevant’s, Grebencsikow, Kuleshow dan sistem penggolongan dari inggris
dan jerman menurut jenisnya.
Tanaman jagung jenis flour corn atau soft corn sangat berarti di Amerika selatan, sebagian Peru,
Bolivia dan Columbia serta di Afrika. Biji jagung ini banyak mengandung zat pati/tepung
sehingga sebagian orang mengenal dengan nama jagung tepung. Biji jagung ini bersifat lunak
dan merupakan jagung yang tertua. Pada endosperm (Cadangan makanan) dalam biji biasanya
berisi tepung lunak. Apabila kena panas mudah pecah.
Biji jagung yang berbentuk gigi kuda ini telah berkembang di lading jagung Amerika Serikat,
Meksiko Utara dan terjadi peningkatan usaha di Eropa setelah jagung tersebut masuk ke Eropa.
Bentuk biji jagung jenis ini merupakan akibat dari depresi pada bagian tengah atau bagian atas
biji. Lekukan yang menjadi cirri khas ini disebabkan pengerutan lapisan tepung pada saat biji
mongering, sedangkan bagian samping dari biji mengalami pengerasan.pengerutan biji dari zat
tepung yang lunak ini menyebabkan biji seperti gigi kuda.
Pada permukaan bijinya ditandai dengan warna bersinar dan agak keras. Sedangkan kandungan
zat tepung yang lunak dalam biji hanya sedikit dan letaknya di dilam (tengah). Biji jagung ini
lebih tahan terhadap serangan hama (insekta) dan gangguan luar lainnya seperti keadaan hujan
yang tidak teratur. Bijinya yang tidak berkerut pada saat mengering atau waktu masak
menyebabkan daya tahan terhadap serangan hama, khususnya hama gudang akan lebih baik.
- jagung yang berbiji pipih dan meruncing yang disebut tipe Rice pop corn.
- Jagung yang bentuk bijinya bulat dan kompak/mampat,disebut tipe pearl pop corn.
Tanaman jagung ini dapat menyumbangkan hasil untuk keperluan konsumsi manusia. Hasil
produksinya yang berupa jagung muda apabila telah direbus mempunyai rasa enakdan manis.
Rasa manis ini disebabkan kandungan zat gulnya yang terlalu tinggi, bahkan di meksiko ada
beberapa varieta jagung yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat sirup. Disamping itu
terdapat gen yang resesif yang dapat mencegah perubahan gula menjadi pati.
Jagung manis mempunyai ciri-ciri, biji yang masih muda bercahaya dan bewarna jernih seperti
kaca sedangkan biji yang telah masak dan kering akan menjadi keriput/berkerut. Kandungan
protein dan lemak di dalam biji lebih tinggi dari jagung biasa sehingga banyak diusahakan secara
besar-besaran di Amerika.
Untuk membedakan jagung manis dan jagung biasa, pada umumnya jagung manis berambut
putih sedangkan jagung biasa berambut merah. Umur jagung manis antara 60 sampai 70 hari,
namun pada dataran tinggi yaitu 400 meter diatas permukaan laut atau lebih, biasanya bisa
mencapai 80 hari.
· Pod corn (Zea mays L. tunicate Sturt = jagung bungkus)
Bentuk bijinya sangat sederhana dan mempunyai daun pembungkus ganda yaitu kelobot yang
bentuknya kecil berasal dari sekam. Mahkota menyelubungi setiap biji pada janggel sedangkan
tongkolnya terselubung oleh kelobot besar. Jadi bijinya tidak nampak.
Biji jagung ini kurang menguntungkan bila diusahakan tetapi seperti di Amerika seperti
Uruguay, Paraguay juga jenis ini banyak ditanam sebab dianggap lebih dulu ada.
Jenis jagung ini warnanya jernih seperti lilin sehingga sering disebut waxy corn. Bijinya kecil
dan mengkilap. Biji jagung ini mengandung zat pati yang berbeda dari jagung lain. Zat pati yang
dibentuk mengandung erythrodextrine, tepung substansi keras lain. Jagung jenis ini berasal dari
Asia, dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi sebab dapat menggantikan kedudukan tepung
tapioca dan bahan pengganti.
BAB III
METODE PERCOBAAN
Untuk pelaksanaan kegiatan ini akan diperlukan bahan dan alat sebagai berikut:
Bahan: - Benih jagung
- Pupuk Urea
- SP 36
- KCl
- Dan Pestisida Furadan 3G
Alat : - Cangkul, Sabit, Tugal Meteran, Ajir, Tali Rafia, Timbangan
Pada praktikum ini akan dicoba taraf dosis pemupukan Nitrogen Yang terdiri dari : D2 = 90 kg N
per hektar (dosis sedang)
· Cara Kerja :
1. Tentukan Lahan yang datar berukuran 2 m x 2,4 m, kemudian dibersihkan dari gulma atau
sisa-sisa tanaman yang ada.
2. buatlah bedengan berukuran 2,4 x 2 m
3. Sebagai pembatas antar bedengan buatlah siring berukuran lebar 50 cm dan dalam 30 cm
4. Buatlah lubang tanam dengan menugal sedalam 5-7 cm berjarak tanam 60 cm x 40 cm pada
setiap petakan.
5. Masukan 2 butir benih jagung dan 5-10 butir Furadan 3 G ke dalam setiap lubang tanam,
kemudian tutuplah dengan tanah sembil ditekan lemah.
6. Rawatlah pertanaman seluas 2 m x 2,4 m untuk setiap praktikum, hingga panen. Perawatan
meliputi :
a. Lakukan pengairan setiap hari jika tanah kurang lembab.
b. Lakukan pemupukan dengan dosis per hektar, N sesuai perlakuan pada umur 0 hari setelah
tanam sebanyak 1/3 bagian dosis Urea, 1 bagian dosis SP 18 dan 1 bagian dosis KCL per petak
dengan cara dibenam sedalam 5 cm pada aluran yang berjarak 7-10 cm dari sebelah kanan dan
kiri barisan tanaman. Dengan cara yang sama 2/3 bagian urea diberikan saat tanaman berumur 3
mingggu setelah tanam.
c. Lakukan pengendalian dulma secara manual (mekanik) dengan cara mencabuti semua gulma
yang tumbuh pada petakan tersebut.
d. Lakukan pengendalian hama secara mekanik dengan cara menangkap dan membunuh setiap
hewan yang mengganggu tanaman (kecuali binatang dilindungi/dipelihara) cukup dihalau
(diusir) saja.
7. Lakukan Pemanenan tongkol jagung pada umur 10 mst dengan cara mematahkan dari
batangnya.
· Pengamatan
Untuk memperoleh data yang akan digunakan dalam pembuatan laporan, lakukanlah pengamatan
secara cermat terhadap 10 tanaman sampel peubah pertumbuhan dan hasil tanaman sejak
tanaman berumur 1 mst hingga panen, yang meliputi :
a. Amati tipe perkecambahan benih jagung pada umur 1 mst.
b. Amati jumlah tanaman yang tumbuh pada seluruh petakan anda dan hitunglah daya
tumbuhnya.
c. Ukurlah tinggi tanaman dari pangkal batang/ permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi
dengan cara menguncupkan tajuk tanaman secara vertical.
d. Hitunglah jumlah seluruh daun yang bewarna hijau dan telah membuka sempurna pada setiap
tanaman sampel.
e. Lakukan pengamatan luas daun per tanaman (A) dengan cara sebagai mengukur panjang (p)
dan lebar (1) maksimum dari setiap daun efektif, lalu hitunglah luas daunnya dengan rumus
sebagai berikut :
A = Σ (p x 1 x 0,75)
f. Amatilah berat segar batang + kelobot,daun, dan akar per tanaman sampel
g. Amatilah tongkol tanpa kelobot meliputi : berat, panjang, diameter, jumlah barisan biji per
barisan rata-rata dari setiap tongkol sampel.
Keterangan :
Ø Pengamatan terhadap peubah a,b,c dan d dilakukan seminggu sekali hingga panen
Ø Pengamatan terhadap peubah e, f, dan g dilakukan pada saat panen
· Metode Pelaksanaan :
A. Teknik Pengamatan.
Ambilah satu contoh tanaman sebagai objek pengamatan. Lakukan pengukuran terhadap tinggi
tanaman, diameter batang, jumlah daun dan bobot tanaman dengan cara :
a. Tinggi/panjang total tanaman : Diamati dengan cara mengukur panjang tanaman dari pangkal
batang kr ujung daun terjauh dari pangkal batang ( untuk tanaman jagung).alat yang digunakan
meteran
b. Diameter batang diukur sisi batang yang berukuran maksimim. Pengukuran menggunakan
janka sorong.
c. Luas daun diukur dengan cara menghitung jumlah luasan mm2 dari kertas millimeter blok
yang tertutup oleh lembaran daun terukur yang diletak rata di atasnya. Alat yang digunakan :
millimeter blok, pensil, dan counter.
d. Bobot hasil pertanaman dengan cara menimbang semua buah/biji/umbi/polong yang ada pada
satu tanaman. Alat yang digunakan : timbangan digital/Ohouse.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Pada praktikum dasar-dasar agronomi, didapat data hasil sebagai berikut :
1. Sebelum panen
Persiapan Lahan
Persiapan lahan untuk tanaman jagung meliputi pengolahan tanah dan pembuatan saluran
drainase. Pengolahan tanah dapat dilakukan 2 (dua) kali, pertama kegiatan pembongkahan tanah
dan kedua meratakan, menghaluskan serta membersihkan gulma dan sisa tanaman. Kemudian
dibuat saluran di sekeliling lokasi pertanaman. Pada tanah berpasir, pengolahan tanah dapat
dilakukan secara minimum sedangkan pada tanah berlempung berat maka pengolahan tanah
dilakukan secara sempurna. Untuk tanah yang mempunyai struktur yang gembur, pengolahan
tanah tidak perlu dilakukan secara sempurna, cukup diolah sepanjang barisan tanaman sedalam
lapisan olah, yaitu sekitar 2 – 4 cm.
Penanaman
Penanaman tanaman jagung harus memperhatikan kondisi kelembaban tanah. Pada saat
tanam tanah harus cukup lembab tapi tidak terlalu basah. Untuk lahan kering penanaman dapat
dilakukan dua kalli dalam setahun yaiut; pada Bulan Oktober atau November dan pada Bulan
Maret atau April. Penanammn jagung dilakukan dengan cara menugal pada kedalaman 3 – 5 cm,
tiap lubang diisi 2 benih. Setelah 15 hari dilakukan penjarangan sekaligus penyulaman pada
tanaman yang mati agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan optimal serta seragam.
Pemupukan
Produksi jagung dipengaruhi oleh pupuk, tanpa dilakukan pemupukan produksi jagung akan
rendah. Sebaliknya pemupukan yang berlebihan tidak hanya berpengaruh negatif terhadap lingkungan
dan produksi tetapi juga dapat menurunkan pendapatn petani, oleh karena itu penggunaan pupuk perlu
memperhatikan aspek efisiensinya. Dosis pemupukan jagung di lahan kering adalah; 300 kg/ha Urea, 200
kg/ha SP-36, dan 100 kg/ha KCL. Dengan cara dan waktu aplikasi 1/3 bagian Urea dan seluruh SP-36 dan
KCL diberikan dalam larikan di samping barisan tanaman pada saat tanam. Selanjutnya 2/3 bagian Urea
diberikan saat tanaman berumur 30 HST biasanya dilakukan bersamaan dengan penyiangan. Setelah
dilakukan penyiangan, pada acara ke 7 tanggal 8-09-2010, dilakukan observasi pemupukan dengan
menggunakan insektisida Saung Decis. Decis 25 EC adalah insektisida racun kontak dan lambung
berbentuk pekatan berwarna kuning jernih yang dapat di emulsikan. Decis 2.5 EC
Grup : Insektisida
Bahan Aktif : Deltamethrin 25 g/l
Ukuran Kemasan: 50 ml, 80 ml, 300 ml, 500 ml, 5 liter
Decis adalah insektisida non sistemik, yang bekerja pada serangga dengan cara kontak dan
pencernaan. Decis menguasai spektrum besar dari serangga hama yang berbeda seperti Lepidoptera,
Homoptera, dan Coleoptera. Decis juga aktif untuk beberapa serangga hama dari kelas lain seperti
Hemiptera (hama), Orthoptera (belalang), Diptera (lalat) dan Thysanoptera (thrips.) Sekarang ini hampir
semua Pyrethroid terdiri atas beberapa isomers yang antaranya aktif, dan beberapa diantaranya tidak
aktif. Bahan aktif Decis yang terdiri atas hanya satu isomer, yaitu isomer murni D-CIS. Selalu lebih baik
untuk memakai isomer yang paling aktif daripada campuran optik isomers untuk melakukan perawatan
pada tanaman.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan (sanitasi), pembumbunan, pengaturan drinase
dan aerasi. Pengturan aerasi sangat penting untuk memperlancar aliran udara yang masuk dan
keluar ke petakan tanamn agar terhindar dari serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur atau
busuk pelepah (Rhizoctonia sp). Pertumbuhan jagung akan lebih baik apabila tidak terjadi
persaingan dengan gulma dalam mendapatkan unsur hara, terutama pada fase pertumbuhan awal.
Penyiangan pertama dapat dilakukan pada umur 10 – 15 HST dan penyiangan kedua dilakukan
pada umur 20 – 30 HST.
1. Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas
permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar
tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak
tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam
penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat
dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman
yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman
berumur 15 hari.
3. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar
tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya
aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di
sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman.
Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.
4. Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya
menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar
sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.
Dari hasil pemanenan tanaman jagung didapat data sampel sebagai berikut:
(N1)
Sampel Berat Berat Berat Berat Diameter Diameter
Total (Kg) Akar (Kg) Batang Tongkol Batang Tongkol
(Kg) (gr) (cm) (cm)
1 0,7 0,4 0,3 99,9 2,1 3,12
2 0,9 0,3 0,6 381,5 2,4 9,5
Rata-rata 0,8 0,35 0,45 240,7 2,25 6,31
B. Pembahasan
Ultisol merupakan tanah ber- pH rendah yang konsentrasi ion H+ melebihi ion OH+. Tanah ini
mengalami pencucian yang berat, dan bersifat masam disebabkan oleh tercucinya basa-basa dari
komplek jerapan dan hilang melalui drainase. Pada keadaan basa-basa habis tercuci, tinggallah
kation Al dan H sebagai kation dominan, tanah-tanah ini dapat mengandung Al, Fe dan Mn
terlarut dalam jumlah besar. Sumber kemasaman lain yaitu adanya hasil dekomposisi bahan
organik dan oksidasi senyawa pirit Pada Ultisol, ketersediaan unsur hara sangatlah kecil. Hal ini
disebabkan rendahnya pH yang mengakibatkan reaksi-reaksi pada tanah tidak dapat berlangsung
dengan baik serta kelarutan Al dan Fe yang terlalu tinggi sehingga mengikat unsur hara P
menjadi bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman dan keberadaannya menjadi racun bagi
tanaman.
pH tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui dua cara, yaitu pengaruh langsung ion
hidrogen dan pengaruh tidak langsung terhadap tersedianya unsur hara tertentu serta
mempengaruhi ketersediaan hara N dan P. Pada pH tanah lebih kecil dari 5.0 dan lebih besar dari
8.0 maka unsur N dalam tanah tidak dapat diserap tanaman akibat terhambatnya proses
nitrifikasi. Pada pH lebih kecil dari 5.0 unsur hara fosfat kurang tersedia pada tanah masam.
Dalam pengelolaan tanah ini untuk budidaya pertanian terdapat kendala yang menghambat
pertumbuhan dan produksi tanaman. Kendala ini antara lain sifat kesuburan tanah yang sangat
rendah, tingginya kadar unsur-unsur yang merusak dan meracuni akar tanaman dan menghambat
perkembangan mikroba yang bermanfaat bagi tanah dan tanaman.
Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki sifat dari tanah Ultisol adalah pemberian kapur yang
memberikan pengaruh yang baik terhadap ketersediaan hara fosfat, menurunkan kelarutan
aluminium, besi dan mangan serta meningkatkan keterediaan hara tanaman. Disamping itu
pemberian unsur hara N
melalui pemupukan dengan Urea dilaporkan juga dapat menurunkan pH tanah. Berdasarkan
uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang pengaruh tingkat pemberian
pupuk Urea dan kapur Dolomit terhadap perubahan pH tanah, serapan N dan P serta
pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada Ultisol.
Sebagian besar lahan penanaman jagung ini berupa lahan kering. Masalah utama penanaman
jagung di lahan kering adalah kebutuhan air sepenuhnya tergantung pada curah hujan,
bervariasinya kesuburan lahan dan adanya erosi yang mengakibatkan penurunan kesuburan
lahan. Selain itu masalah lain di lahan kering adalah memiliki pH dan kandungan bahan organik
yang rendah. Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, menaikan bahan serap
tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan
bagi tanaman. Sedangkan pemberian pupuk urea dapat merangsang pertumbuhan secara
keseluruhan khususnya cabang, batang, daun, dan berperan penting dalam pembentukan hijau
daun.
Pupuk urea mudah menguap dan tercuci sehingga pemberiannya dilakukan beberapa kali agar
kebutuhan unsur hara N tanaman dapat terpenuhi. Urea merupakan pupuk nitrogen yang
dibutuhkan oleh tanaman untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang,
cabang, dan daun. Kekurangan nitrogen menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, daun menjadi
hijau muda dan jaringan-jaringannya mati Lingga dan Marsono (2008) menyatakan pupuk urea
termasuk pupuk yang higrokopis (menarik uap air) pada kelembapan 73% sehingga urea mudah
larut dalam air dan mudah diserap oleh tanaman. Jika diberikan ke tanah, pupuk ini akan mudah
berubah menjadi amoniak dan karbondioksida yang mudah menguap. Sifat lainnya ialah mudah
tercuci oleh air sehingga pada lahan kering pupuk nitrogen akan hilang karena erosi. Maka dari
itu pemberian pupuk urea secara bertahap perlu dilakukan agar unsur nitrogen tersedia bagi
tanaman jagung di lahan kering.
Dosis pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tongkol namun berpengaruh
nyata terhadap diameter tongkol. Pada dosis pupuk urea 90 kg/ha rata-rata panjang maupun
diameter tongkol menunjukan nilai. Perbeda yang nyata juga terlihat pada bagian tengah maupun
ujung pada diameter tongkol, yaitu lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, tetapi tidak
berbeda nyata antar perlakuan dosis pupuk urea.
Pemberian pupuk urea memberikan pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun,
dan diameter batang. Peningkatan dosis pupuk kandang berbanding lurus dengan peningkatan
tinggi tanaman dan jumlah daun. Semakin besar dosis pupuk kandang, maka tinggi tanaman dan
jumlah daun semakin besar pula. Respon tersebut diduga berkaitan dengan kelebihan dari pupuk
kandungan yang dapat menaikan bahan serap tanah terhadap air dan membantu penyerapan hara
dari pupuk kimia yang ditambahkan. Pupuk kandang memiliki rasio C/N sebesar 48.3,
menunjukan tingkat dekomposisi yang sangat tinggi sehingga laju produksi nitrat cepat tersedia
bagi tanaman. Pemberian kapur berperan dalam memperbaiki pH tanah. Hal ini berpengaruh
terhadap tanaman dalam menyerap air dan hara dari dalam tanah, sehingga pertumbuhannya
berkembang dengan baik.
Tinggi tanaman mempengaruhi jumlah daun. Semakin besar tinggi tanaman, maka jumlah daun
semakin besar pula. Jumlah daun semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur
tanaman. Tinggi tanaman juga mempengaruhi diameter batang. Semakin besar tinggi tanaman,
maka diameter batang semakin besar dan sebaliknya.
Diameter batang berpengaruh terhadap kekokohan tanaman agar tidak mudah roboh ketika
menghasilkan tongkol. Diameter batang jagung yang besar biasanya menghasilkan tongkol yang
besar pula dan sebaliknya. Diameter batang juga berpengaruh terhadap bobot brangkasan dan
tinggi tanaman, semakin besar diameter batang maka semakin tinggi bobot brangkasan dan
tinggi tanaman.
Pada fase vegetatif, tinggi tanaman akan terus meningkat pada umur tertentu kemudian
pertumbuhannya akan terhenti. Pemberian pupuk urea yang mengandung nitrogen berperan
dalam merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang, cabang, dan daun. Selain
itu, nitrogen juga berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam
proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentukan protein, lemak, dan berbagai
persenyawaan organik lainnya.
Unsur P berperan dalam pembentukan bunga, buah, dan biji. Ketersediaan unsur P di dalam
tanah sangat sedikit. Sebagian besar terdapat dalam bentuk yang tidak dapat diambil oleh
tanaman dan terjadi pengikatan (fiksasi) oleh Al pada tanah masam atau Ca pada tanah alkalis
Pemberian pupuk kandang dapat menetralkan tanah masam dan penambahan pupuk NPK dapat
menyediakan kebutuhan unsur P bagi tanaman
Efektivitas cara aplikasi pada takaran pupuk urea yang sama dihitung dengan rumus :
Hasil biji cara tugal/dilarutkan (t/ha)
Efektivitas cara aplikasi = ---------------------------------------------- X 100%
Hasil biji cara disebar (t/ha)
Tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat air berlebihan. Pada
waktu musim penghujan atau waktu musim hujan hampir berakhir, benih jagung ini dapat
ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia selama pertumbuhan tanaman jagung. Pada saat
penanaman sebaiknya tanah
dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi dahulu, kecuali
bila diduga 1-2 hari lagi hujan akan turun. Pembuatan lubang tanaman dan penanaman biasanya
memerlukan 4 orang (2 orang membuat lubang, 1 orang memasukkan benih, 1 orang lagi
memasukkan pupuk dasar dan menutup lubang). Jumlah benih yang dimasukkan per lubang
tergantung yang dikehendaki, bila dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang
dimasukkan 3 biji per lubang, bila dikehendaki 1 tanaman per lubang, maka benih yang
dimasukkan 2 butir benih per lubang.
Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan yang
dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang dikehendaki hanya 2
atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik,
dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan
tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang
akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati.
Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam
penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman hendaknya menggunakan benih dari
jenis yang sama. Waktu penyulaman paling lambat dua minggu setelah tanam.
Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak 200-300 kg,
pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCl sebanyak 50-100 kg. Pemupukan dapat
dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (pupuk dasar), pupuk diberikan bersamaan
dengan waktu tanam. Pada tahap kedua (pupuk susulan I), pupuk diberikan setelah tanaman
jagung berumur 3-4 minggu setelah tanam. Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk
diberikan setelah tanaman jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar.
SIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan penanaman jagung pada kebun percobaan ,
APLIKASI DOSIS PUPUK NITROGEN (N) PADA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG”
adalah sebagai berikut :
1. Aplikasi pupuk nitrogen dengan dosis 90 Kg/Ha pada tanaman jagung mendapatkan hasil yang
relatif tidak jauh berbeda. Hal ini disebabkan, bahwa pemberian pupuk N dengan jumlah dan
waktu yang tepat berpengaruh terhadap komponen hasil (panjang tongkol dan lingkar tongkol).
Dimana pemberian pupuk pada perlakuan aplikasi paling sesuai dengan kebutuhan untuk
pertumbuhan tanaman.
2. Pada pengamatan terhadap rata-rata produktivitas, terlihat bahwa pemberian pupuk N yang
berbeda dapat mempengaruhi produktivitas. Dari hasil analisis didapatkan bahwa perlakuan
dosis 90 Kg/Ha N/ mencapai produktivitas lebih besar, namun tidak berbeda nyata dengan
perlakuan keduanya.
DAFTAR PUSTAKA
NN. Pedoman Bercocok Tanam Padi,Jagung, Palawijaya dan Sayur-sayuran. Badan Pelaksana
Bimas.1993
NN. DeskripsiVarietas Padi, Jagung, dan Palawijaya. BPTP V JawaTengah & DIY dan BIP Jawa
Tengah. 1987.
Hartmann, HT. et all. Plant Science, Growth Development andUtilization of Cultivated Plants.
Prentice Hall inc. 1981.
NN. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Jakarta: DirektoratPerlindungan Tanaman
Pangan, Direktorat Jendral PertanianTanaman Pangan, 1989.
Ir. Edhi Turmudi, MS. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Agronomi.Laboratorium Agronomi,
Jurusan Pertanian. Fakultas PertanianUniversitas Bengkulu (UNIB).2008.
http://sendhysaputro90.wordpress.com/category/daerah/page/3/, diakses pada tanggal 04 januari
2011
http://sumsel.litbang.deptan.go.id/index.php/profil/tugas-dan-fungsi/129-bd-jgng, diakses pada
tanggal 04 januari 2011
http://www.lembahpinus.com/index.php?option=com_content&task=view&id=180&Itemid=29,
diakses pada tanggal 04 januari 2011
http://krakatautetapjaya.wordpress.com/2010/01/24/decis-2-5-ec/, diakses pada t anggal 04
januari 2011
Laporan Dasar-Dasar Agronomi-Perlakuan Pada Pemupukan Tanaman Jagung
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Siklus pertama merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan
kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia
yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah
dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat.
Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga
menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga
ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji),
dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku
industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang
dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga
sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Banyak pendapat dan teori mengenai asal tanaman jagung, tetapi secara umum para ahli
sependapat bahwa jagung berasal dari Amerika Tengah atau Amerika Selatan. Jagung secara
historis terkait erat dengan suku Indian, yang telah menjadikan jagung sebagai bahan makanan
sejak 10.000 tqhun yang lalu
1.2.Tujuan
Untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis (Zea mays
saccharata stut) terhadap pemberian pupuk Urea, KCl dan pupuk kandang.
Untuk mengetahui perbandingan antara p0,p1, p2, p3, p4
1.3. Hipotesis
Respons terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung manis (Zea mays saccharata
stut) terhadap pemberian pupuk kandang
Ada respons terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung manis (Zea mays
Saccharata Sturt.) terhadap pemberian perlakuan pupuk Urea + KCl
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.I Deskripsi Jagung
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain
gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung
juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di
Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan
pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan
istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung
tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan
furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan
farsmasi.
Klasifikasi Jagung
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
.Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan
karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati
umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau
seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada
kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis tidak
mampu memproduksi pati sehingga bijinya terasa lebih manis ketika masih muda.
2.4. Syarat Tumbuh
Jagung di Indonesia kebanyakan ditanam di dataran rendah baik di tegalan, sawah tadah
hujan maupun sawah irigasi. Sebagian terdapat juga di daerah pegunungan pada ketinggian
1000- 1800 m di atas permukaan laut. Tanah-tanah yang dikehendaki adalah gembur dan subur,
karena tanaman jagung memerlukan aerasi dan drainase yang baik. Jagung dapat tumbuh baik
pada berbagai macam tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi
pertumbuhannya. Tanah-tanah berat masih dapat ditanami jagung dengan pengerjaan tanah lebih
sering selama pertumbuhannya, sehingga aerasi dalam tanah berlangsung dengan baik. Air tanah
yang berlebihan dibuang melalui saluran drainenase yang dibuat dinatar barisan jagung.
Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk jagung adalah sekitar 5,5 - 7,0. Tanah dengan
kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus
terhadap miringnya tanah, derigan maksud untuk mencegah keganasan erosi yang terjadi pada
waktu turun hujan besar. Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari
sinar matahari dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin.
Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung
oleh Pohon-pohonan atau bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan
berkurang. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 – 270 C.
3.3. Metoda
Melalui praktikumsecara langsung di lapangan
3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Penyiapan Lahan
Pembersihan Lahan
Pembersihan areal penanaman jagung terutama terhadap rumput-rumput liar atau gulma
yang dapat menjadi inang berbagai macam penyakit dan dapat meningkatkan kelembaban areal
kebun. Pembersihan juga dilakukan terhadap tanaman keras lainya yang dapat menggangu
tanaman jagung, terutama yang menghambat sinar matahari.
Pekerjaan pembersihan lahan ini bisa dilakukan secara manual dengan menggunakan
tenaga manusia jika lahannya tidak terlalu luas, bisa juga dengan menggunakan traktor buldozer
jika lahannya luas.
Pembajakan atau Pencangkulan
Lahan yang sudah dibersihkan bisa langsung dibajak atau dicangkul dengan kedalaman
sekitar 30-40 cm. Sewaktu pencangkulan ini, rumput dan sisa tanaman lunak yang dibiarkan
menumpuk sewaktu dilakukan pembersihan lahan bisa dicampur sekaligus dengan tanah
sehingga membusuk dan dapat menjadi pupuk. Tujuan pencangkulan ini adalah untuk membalik
tanah dan mengubah struktur tanah yang tadinya padat atau keras menjadi gembur atau remah,
sehingga tanaman jagung dengan mudah dapat menembus tanah untuk mengambil zat makanan.
Pembuatan Guludan
Tanah yang sudah dicangkul sebaiknya didiamkan terkena sinar matahari selama kurang
lebih dua minggu supaya terjadi pertukaran udara dan bibit penyakit atau hama yang berada
didalam tanah hilang. Setelah tanah terjemur, pekerjaan pembuatan guludan bisa langsung
dilakukan. Guludan ini digunakan sebagai tempat penanaman jagung. Tujuannya untuk
mencegah akar tanaman jagung tergenang air pada musim hujan, selain untuk mengatur jarak
tanam. Untuk mengoptimalkan penyiran matahari, jarak antar guludan atau lebar parit adalah ±
40-60 cm dengan tinggi guludan ± 40 cm dan lebar guludan 40-60 cm.
Pemupukan Awal
Pemupukan awal ini dilakukan sebelum gukudan ditanam, pemupukan pertama dengan
menggunakan pupuk organik seperti kotoran sapi, kotoran kambing, ayam atau juga kuda.
Pemupukan dilakukan dengan cara menyebarkan pupuk secara merata diatas guludan.
3.4.2 Penanaman
Penanaman jagung dilakukan dengan cara penugalan, kedalaman lubang tanam ±5 cm.
Jumlah benih perlubang tanam sebanyak 2 biji ditambah Puraden dengan jarak tanam 75cm x 25
cm.
3.4.3 Pemeliharaan
Penyulaman
Bibit yang ditanam tdak semuanya dapat hidup sempurna. Bahkan, kadang-kadang ada
yang mati. Hal ini, selain diakibatkan cara penanaman yang tidak benar, juga diakibatkan factor
sinar matahari yang terlalu panas, hujan yang terlalu besar, atau serangan hama dan penyakit.
Untuk menanggulangi hal tersebut, saat tanaman berumur 7-10 hari setelah penanaman.
Penyulaman atau mengganti bibit tanaman jagung yang mati dengan bibit tanaman jagung
yang baru.
Penjarangan
Penjarangan dapat dilakukan 2-3 minggu setelah penanaman. Caranya dengan memotong
batang tanaman menggunkan gunting atau pisau tajam. Tanaman yang diambil adalah tanaman
yang pertumbuhannya sehat.
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi
batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan
tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan
waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul,
kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan membentuk guludan yang
memanjang.
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2010/2011
BAB I.PENDAHULUAN
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain
gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung
juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di
Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan
pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan
istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung
tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan
furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan
farmasi.
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150
hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk
tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian
antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur
dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas
dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan
ini.
Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut".
Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian
besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif
dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi
atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk
roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung
cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun
terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan
ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia
Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting
dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman
(monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut
floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan
tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna
kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di
antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu
tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat
menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga
jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya
(protandri).
1.2. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui pengaruh jumlah benih perlubang tanam terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman jagung
1.3. HIPOTESIS
Bahwa jumlah benih perlubang tanam akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman
jagung.
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain
gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung
juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di
Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan
pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan
istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung
tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan
furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan
farmasi.
Deskripsi
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150
hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk
tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman
jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi
6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga
jantan. Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan
"rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian
besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif
dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi
atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk
roset. Batang beruas-ruas, ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung
cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun
terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan
ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia
Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting
dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman
(monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut
floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan
tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna
kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di
antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu
tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat
menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga
jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya
(protandri).
Keanekaragaman
Jagung yang dibudidayakan memiliki sifat bulir/biji yang bermacam-macam. Di dunia terdapat
enam kelompok kultivar jagung yang dikenal hingga sekarang, berdasarkan karakteristik
endosperma yang membentuk bulirnya:
– Indentata (Dent, "gigi-kuda")
– Indurata (Flint, "mutiara")
– Saccharata (Sweet, "manis")
– Everta (Popcorn, "berondong")
– Amylacea (Flour corn, "tepung")
– Glutinosa (Sticky corn, "ketan")
– Tunicata (Podcorn, merupakan kultivar yang paling primitif dan anggota subspesies yang
berbeda dari jagung budidaya lainnya).
Dipandang dari bagaimana suatu kultivar ("varietas") jagung dibuat dikenal berbagai tipe
kultivar:
– galur murni, merupakan hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih
– komposit, dibuat dari campuran beberapa populasi jagung unggul yang diseleksi untuk
keseragaman dan sifat-sifat unggul
– sintetik, dibuat dari gabungan beberapa galur jagung yang memiliki keunggulan umum (daya
gabung umum) dan seragam
– hibrida, merupakan keturunan langsung (F1) dari persilangan dua, tiga, atau empat galur yang
diketahui menghasilkan efek heterosis.
Warna bulir jagung ditentukan oleh warna endosperma dan lapisan terluarnya (aleuron), mulai
dari putih, kuning, jingga, merah cerah, merah darah, ungu, hingga ungu kehitaman. Satu tongkol
jagung dapat memiliki bermacam-macam bulir dengan warna berbeda-beda, karena setiap bulir
terbentuk dari penyerbukan oleh serbuk sari yang berbeda-beda.
Kandungan gizi
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan
karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati
umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau
seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada
kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis
diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan
sukrosa.
Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah:
• Kalori : 355 Kalori
• Protein : 9,2 gr
• Lemak : 3,9 gr
• Karbohidrat : 73,7 gr
• Kalsium : 10 mg
• Fosfor : 256 mg
• Ferrum : 2,4 mg
• Vitamin A : 510 SI
• Vitamin B1 : 0,38 mg
• Air : 12 gr
• Dan bagian yang dapat dimakan 90 %.
Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah,
namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak.
Pemanfaatan
Selain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan, saat ini jagung juga dijadikan sebagai
sumber energi alternatif. Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai
bahan campuran pengganti fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang telah
mencampur polimer jagung dan plastik menjadi bahan baku casing komputer yang siap
dipasarkan.
Dalam pertumbuhan jagung yang ditanam di lahan perkebunan Universitas Jambi, bahwa jarak
tanam jagung tersebut berukuran 2x3 m.
Jumlah benih perlubang tanam dalam setiap petak lahan berbeda-beda. Dalam petak pertama
dalam setiap lubang nya diisi tiga benih jagung. Dalam petakan yang kedua diisi dua benih
jagung. Ini dilakukan agar pada saat jagung berumur satu minggu dapat dipilih mana tanaman
jagung yang dapat hidup tumbuh dan dipilih berdasarkan tumbuh yang paling bagus.
Dalam percobaan ini di lakukan penanaman jagung dengan dua petak tanam dimana petak satu di
tanam dua benih per lubang dan petak dua di tanam tiga benih per lubang.Setelah dilakukan
penanaman benih dan tumbuh dilakukan penyeleksian tanaman yang di anggap bagus
pertumbuhannya dengan memotong salah satu tanaman yang di anggap tidak bagus
pertumbuhannya,dimana petak satu pada awal tanamnya dua tanaman manjadi satu tanaman dan
petak dua pada awal tanamnya tiga tanaman menjadi dua tanaman.Hal ini dilakukan agar
tanaman yang tumbuh adalah tanaman yang berkwalitas bagus.
Perbedaan perlakuan ini dimana pada petak satu terdapat satu tanaman jagung per lubang dan
petak dua terdapat dua tanaman jagung per lubang untuk mengetahui pada petak tanaman mana
yang lebih bagus pertumbuhannya.
Pada petak satu terdapat satu tanaman jagung per lubang,dari hasil yang di amati bahwa pada
petak tanaman jagung satu pertumbuhan tanaman jagungnya sangat bagus dengan batang yang
lebih tinggi,besar,dan daun lebih lebar.Hal ini di karenakan persaingan unsur hara dan sinar
matahari antara tanaman jagung lainnya sedikit.
Sangat berbeda pertumbuhannya dengan tanaman jagung pada petak dua yang terdapat dua
tanaman jagung per lubang,dari hasil yang di amati pada petak tanaman jagung dua pertumbuhan
tanaman jagungnya sangat kurang bagus dengan batang yang berukuran kecil,rendah,dan daun
yang tidak lebar.Hal ini karenakan persaingan unsur hara dan sinar matahari antara tanaman
jagung lainnya sangat banyak.Jumlah benih jagung dalam satu lubang tanam sangat berpengaruh
terhadap laju pertumbuhan tanaman jagung tersebut,karena tanaman jagung tersebut saling
bersaing memperebutkan unsur hara dan sinar matahari untuk proses pertumbuhan tanaman
jagung tersebut.
3.4.3.Penyulaman
Satu minggu setelah tanam ,ada tanaman jagung yang tidak tumbuh atau mati maka dilakukanlah
penyulaman. Penyulaman menggunakan benih dari jenis yang sama. Yang ada pada lubang
tanaman yang tanaman nya berlebih. Dan dipindahkan pada lubang yang tanaman mati atau tidak
tumbuh. Jagung yang tidak tumbuh atau mati bisanya , selain karena adanya serangan hama dan
penyakit ,bias juga karena kelengasan tanahnya yang rendah (kekeringan).
3.4.4.Penyiangan
Penyiangan dimaksudkan untuk membersihkan / menghilangkan tumbuhan pengganggu
(gulma)yang dapat merugikan pertumbuhan tanaman jagung. Dan juga pengurangan jumlah
tanaman pada tiap lubang karena tiap lubang segaja benih ditaruh berlebih satu karena
mengantisipasi tanaman yang tidak tumbuh. Sehingga setiap lubang pada petak pertama terdapat
1 tanaman dan setiap lubang pada petak 2 terdapat 2 tanaman . penyiangan pertam kali dilakukan
pada waktu tanaman jagung berumur kira – kira 14 hari setelah tanam. Dan untuk penyiangan
gulma berikutnya dilakukan pada saat ada anggota kelompok berada pada pembagian waktu
penyiraman.
3.4.5.Penyiraman
Penyiraman dilakukan dilakukan mulai dari tanaman jagung tumbuh dan disiram tiap hari pada
sore hari sekitar pada pukul 15.00 – 18.00. dan banyaknya air yang disiram tergantung pada
orang yang piket pada hari itu berbeda – beda .
3.4.6 Pemupukan
Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali. Yang pertama dilakukan pada saat jagung di tanam.
Dosis pupuk saat pemupukan pertama adalah Urea 83 kg/ ha atau 50 gr/petak, Sp36 150 kg/ ha
atu 90 gr/petak dan KCl 75 kg/ ha atau 45 gr/petak. Pemupukan yang kedua dilakukan 4 minggu
setelah tanam, pupuk yang di berikan adalah pupuk Urea dengan dosis 167 kg/ha atau 100
gr/petak. Pupuk diberikan dengan cara larikan pada tiap-tiap baris tanaman. Untuk Urea pada
pemupukan pertama tiap barisan di berikan 12,5 gr/ baris. Tsp di berikan 22,5 gr/ baris dan KCl
diberikan 11,25 gr/baris. Pada pemupukan yang kedua pupuk urea yang di berikan 25 gr/ baris.
3.5.Variabel
3.5.1. Tinggi tanaman
Pengukuran tinggi tanaman jagung merupakan pengukuran terhadap prosespertumbuhan atau
proses vegetative. Pengukuran ini dilakukan pada minggu ke 2 setelah penanaman hingga batas
akhir proses vegetative yakni ditandai dengan munculnya malay , malay menandakan bahwa
tanaman jagung telah mengalami proses generative. Teknis pengukuran tinggi tanaman jagung
yakni dari pagkal batang sampai titik akhir tumbuh yakni pada daun terpanjang.
3.5.2.Lebar daun
Pengukuran lebar daun dilakukan pada minggu ke 5 dari penanaman. Lebar daun yang diukur
adalah lebar daun ke enam , hal ini dilakukan karena daun ke enam merupakan indicator
pertumbuhan yang lebih baik dari daun lainnya. Teknis pengukuran yakni ukuran terlebar dari
daun ke enam tersebut. Pengukuran lebar daun sampai batas akhir proses vegetative pada jagung
yakni sampai muncul malay.
3.5.4.Jumlah tongkol
Jumlah tongkol diperoleh dari tanaman jagung yang telah mengalami pembuahan . dan dihitung
keseluruhan buah yang di hasilkan tanaman jagung.
3.5.5.Analisis data.
Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap variable yang diamati maka data yang diperoleh dari
hasil pengamatan dianalisis secara statistic menggunakan analisi ragam atau perbandingan untuk
semua pengukuran.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
PETAK KE 2
TANAMAN SAMPLE KE TINGGI TANAMAN
T.TANAMAN 1 T.TANAMAN 2 RATA – RATA
1 37,5 cm 41 cm 39.25 cm
2 37,5 cm 33,5 cm 37.5 cm
3 35,5 cm 28 cm 31.75 cm
4 39 cm 31 cm 35 cm
5 31,5 cm 30 cm 30.75 cm
6 36 cm 41 cm 38.5 cm
7 38 cm 36 cm 37 cm
8 34,5 cm 32 cm 33.25 cm
9 39 cm 39,5cm 39 cm
PETAK KE 2
TANAMAN SAMPLE KE TINGGI TANAMAN
T.TANAMAN 1 T.TANAMAN 2 RATA – RATA
1 111,5 cm 107 cm 109.25
2 94,6 cm 93 cm 93.8
3 83 cm 96,7 cm 89.85
4 98,5 cm 94 cm 94
5 82 cm 93 cm 87.5
6 92 cm 113,5 cm 102.75
7 98,5 cm 98,5 cm 98.5
8 93 cm 69 cm 81
9 96 cm 89 cm 92.5
PETAK KE 2
TANAMAN SAMPLE KE TINGGI TANAMAN
T.TANAMAN 1 T.TANAMAN 2 RATA – RATA
1 156 cm 172,5 cm 164.25
2 150 cm 152 cm 151
3 146 cm 159 cm 152.5
4 163 cm 144,5 cm 153.75
5 145 cm 161 cm 153
6 162 cm 180 cm 171
7 166 cm 163,7 cm 164.85
8 158 cm 128 cm 143
9 159 cm 157 cm 158
PETAK KE 2
TANAMAN SAMPLE KE LEBAR DAUN JAGUNG
LEBAR DAUN JAGUNG 1 LEBAR DAUN JAGUNG 2 RATA – RATA
1 5,8 cm 5,9 cm 5.85
2 5,4 cm 5,5 cm 5.5
3 5,6 cm 5,8 cm 5.7
4 5,6 cm 5,6 cm 5.6
5 4,7 cm 5 cm 4.85
6 5,4 cm 5,7 cm 5.55
7 5,5 cm 5,4 cm 5.45
8 4,2 cm 5,1 cm 4.65
9 6,9 cm 4,9 cm 5.9
PETAK KE 2
TANAMAN SAMPLE KE LEBAR DAUN JAGUNG
LEBAR DAUN JAGUNG 1 LEBAR DAUN JAGUNG 2 RATA – RATA
1 5,6 cm 5,9 cm 5.75
2 5,4 cm 5,5 cm 5.45
3 5,6 cm 5,8 cm 5.7
4 5,6 cm 5,6 cm 5.6
5 4,8 cm 5,5 cm 5.15
6 5,8 cm 5,9 cm 5.85
7 5,5 cm 5,4 cm 5.45
8 4,3 cm 5,6 cm 4.95
9 6,9 cm 5,3 cm 6.1
PETAK KE 2
TANAMAN SAMPLE KE LEBAR DAUN JAGUNG
LEBAR DAUN JAGUNG 1 LEBAR DAUN JAGUNG 2 RATA – RATA
1 5,6 cm 5,7 cm 5.65
2 5,3 cm 5,3 cm 5.3
3 5,5 cm 5,5 cm 5.5
4 5,5 cm 5,5 cm 5.5
5 4,5 cm 4,7 cm 5.1
6 5,7 cm 5,4cm 5.55
7 5,4 cm 5,5 cm 5.45
8 5,5 cm 4,4 cm 4.95
9 5,1 cm 6,8 cm 5.95
4.2.PEMBAHASAN
Dari pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dibedakan dua fase
yaitu: fase vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif dimulai dari fase kecambah dilanjutkan
denagn fase vegetatif,akar batang daun yang cepat pada akhirnya pertumbuhan vegetatif menjadi
lambat sehingga dinamai fase generatif,dalam fase vegatatif ini tanaman jagung membutuhkan
banyak air. Fase generatif dinamai dengan pembentukan primordia. Proses pembungaan yang
mencakup pristiwa penyerbukan dan pembuahan. Penyerbukan yang terjadi pada tanaman
jagung biasannya di bantu dengan angin, yaitu dengan cara menebarkan tepung sari kemudian
menjatuhkan pada tangkai. Letak bunga jantan dan bunga betina tidak berada di satu
tempat,bunga jantan pada ujung batang yang sedang berbunga, sedangkan bunga betina berada
dipertengahan batang atau tongkol.
Variabel yang di amati
1.Tinggi tanaman
Perlakuan dalam pemberian jumlah bibit yang berbeda per lubang tanam pada praktikum ini,
menyebabkan terjadinnya perbedaan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat
terlihat pada tanaman jagung petak pertama yang berisi satu tanaman perlubang dan petak kedua
yang berisi duas tanaman per lubang. Tanaman jagung pada petak pertama tumbuh lebih tinggi
dan subur dibandingkan dengan tanaman jagung pada petak kedua, itu terjadi karena pada
petakan kedua terjadi persaingan dalam memenuhi kebutuhan akan unsur hara, air, cahaya, dan
unsur hara lainnya.
Tanaman cendrung lebih tinggi pada petakan pertama karena persingan yang terjadi tidak bagitu
besar,namun ada juga tanaman pada petak kedua yang lebih subur dibanding dengan tanman
pada petak pertama. Ini terjadi karena faktor –faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman jagung seperti ketidakrataan dalam pemberian pupuk, ataupun kandungan unsurhara
yang berbeda. Karena setiap jengkal tanah memiliki kandungan unsur hara yang berbeda. Pada
tabel terlihat bahwa tanaman sampel ke 8 pada petakan pertama,tumbuh lebih subur dengan
tinggi 190 cm dan pada petakan kedua tanaman tumbuh lebih kecil dari yang lain dengan tinggi
150,5 cm. Pengukuran tinggi pada variabel ini, diakhiri saat tanaman jagung sudah 75 % tumbuh
malai,dan pada saat itu pula pertumbuhan vegetatif pada tanaman jagung berakhir.
2. lebar daun ke 6
Daun ke 6 adalah daun yang tumbuh pada lamina batang jagung ke 6, di hitung dari daun yang
paling pertama kali keluar saat berkecambah. Daun ke 6 merupakan indikator kesuburan tanman
dan pada daun ini bentuk daunnya sudah sempurna, pengamatan pada daun ke 6 ini, dimulai
pada minggu ketiga setelah tanam. Dari pengamatan, terlihat bahwa daun ke 6 pada petakan
pertama memiliki lebar daun lebih besar daripada petakan kedua. Terbukti bahwa perlakuan
jumlah bibit per kubang tanam mempengaruhi lebar daun ke 6.
Persaingan yang terjadi antara dua tanaman yang berada dalam satu lubang memepengaruhi
kemampuan akar dalam penyerapan unsur hara, sehingga unsur hara yang diserap oleh tanaman
menjadi sedikit karena terbagi dua. Selain itu, kemampuan tanaman untuk menyerap sinar
matahari untuk proses fotosintesis jadi ikut berkurang karena terjadi persaingan pada daun.ketika
daun daun ke 6 sudah menguning, dan mulai layu, ini menandakan bahwa fase vegetatif telah
berakhir dan dimulainnya fase generatif.
3.tumbuhnya malai
Tumbuhnya malai pada ujung tanaman jagung merupakan indikator dimulainya fase
generatif,mulsi bungs jantan yang tumbuh pada ujung tanaman jagung. Bunga jantan ini yang
kemudian akan jatuh pada tangkai sari tongkol jagung dan proses pembentukan biji akan
berlangsung.
Pertumbuhan malai tidak seragam, hal ini disebabkan ole tingkat kesuburan yang berbeda. Jika
tanaman subur maka malai akan tumbuh lebih cepat tepat poada waktunya, tetapi malai akan
tetap tumbuh walau tanaman tidak subur. Pupuk P mempengaruhi fase generatif tanaman. Seperti
pertumbuhan malai dan tongkol jagung pada pelepah daun. Jika tanaman kekurangan unsur P,
maka pertumbuhannya terutama fase generatif akan terhambat,sehingga tonkol jagung akan
muncul dengan ukuran yang lebih kecil.
BAB V.KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Jagung yang di tanam sebanyak 2 perlubang menghasilkan lebih baik dalam pertumbuhan
maupun hasil.dan juga bahwa tanaman itu juga dapat tumbuh normal apabila tiap tanaman itu
mendapat perlakuan yang sama dari segi pemupukan penyiraman dan lain - lain
5.2 Saran
Dalam laporan praktikum ini disarankan bahwa agar lebih lanjut dilakukan penelitian yang
dalam , dan laporan ini sebagai bahan dalam pembudidayaan jagung selanjtnya .
LAMPIRAN
utara
Timur barat
selatan