PENDAHULUAN
1
dari itulah hampir semua bahan makanan asal hewan khususnya daging tercemar oleh
mikroorganisme dan parasit lainya.
Hal ini yang melatarbelakangi para petugas untuk memeriksa kesehatan babi sebelum
di potong (ante-mortem) serta memeriksa kelayakan daging babi setelah di potong (ante-
mortem) di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung pada saat menjelang Hari Raya
Galungan pada tahun 2017 lalu.
Berdasarkan latar belakang yang dibuat oleh penulis, maka rumusan masalah yang
dapat diambil antara lain :
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui bagaimana prosedur
pemeriksaan pada saat antemortem, bagaimana prosedur pemeriksaan pada saat
postmortem, dan mengetahui bagaimana daging yang aman untuk dikonsumsi dari hasil
pemeriksaan ante-post mortem.
Manfaat dari penulisan paper ini adalah agar mahasiswa FKH serta pembaca
mengetahui bagaimana prosedur yang baik pada saat pemeriksaan ante-post mortem,
serta ,mengetahui daging yang aman untuk dikonsumsi dari hasil pemeriksaan ante-post
mortem.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Ante Mortem adalah pemeriksaan kesehatan setiap ekor sapi, ternak atau unggas yang
akan dipotong. Pemeriksaan ante mortem dilakukan dengan mengamati dan mencatat
ternak sebelum disembelih/dipotong yang meliputi jumlah ternak, jenis kelamin, keadaan
umum, serta kelainan yang tampak.
3
dan acak-acakan menunjukkan hewan kurang sehat. Kelenjar getah bening, kelenjar getah
bening yang mudah diamati adalah yang berada di daerah bawah telinga, daerah ketiak
dan selangkangan kiri dan kanan. Apabila ada peradangan kemudian membengkak tanpa
diraba akan terlihat jelas pembesaran di daerah dimana kelenjar getah bening berada.
Daerah anus, bersih tanpa ada kotoran, darah dan luka. Apabila hewan diare, kotoran
akan menempel pada daerah sekitar anus (Hayati dan Choliq, 2009).
Pemeriksaan post mortem yang dilakukan antara lain pemeriksaan karkas pada
limfoglandula, pemeriksaan kepala yaitu pada bibir, mulut, otot masseter, dan
pemeriksaan organ dalam seperti paru-paru, jantung, ginjal, hati, serta limpa.
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan dengan intensitas normal
setiap hari. Jika terdapat abnormalitas pada karkas, organ visceral atau bagian-bagian
karkas lainnya dapat dikonsumsi, diproses lebih lanjut atau tidak (Soeparno, 1992).
4
2.3 Daging Babi
Babi adalah sejenis hewan ungulata dan merupakan hewan yang aslinya berasal
dari Eurasia. Orang Arab biasa menyebutkan khinzir. Sedang orang Jawa biasa
menyebutnya babi atau celeng, meski kadang dibedakan di antara keduanya. Babi biasa
diternak dan celeng hidup liar di hutan. Dalam ilmu biologi, babi termasuk dalam :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo :Artiodactyla
Familia : Suidae
Genus : Sus
Dalam mata rantai makanan, babi termasuk omnivora, yang berarti mengkonsumsi
baik daging maupun tumbuh-tumbuhan. Babi adalah hewan yang kerakusannya dalam
makan tidak tertandingi hewan lain. Ia memakan semua makanan yang ada di depannya
(Kumari, 2009).
Menurut Soeparno (2005) faktor kualitas daging yang dimakan terutama meliputi
warna, keempukan dan tekstur, flavor dan aroma termasuk bau dan cita rasa serta
jus daging (juiciness).
Ciri-ciri dari daging babi adalah baunya khas, daging lebih kenyal dan mudah
direnggangkan, cenderung berair, warna lebih pucat, harga lebih murah dari pasaran
daging sapi, seratnya lebih halus dari pada daging sapi, lemaknya tebal dan cenderung
berwarna putih, dan elastik. Lemak babi sangat basah dan sulit dipisah dari dagingnya
(Kumari, 2009).
5
Komposisi kimia daging bervariasi di antara spesies, bangsa, atau individu ternak,
dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan serta nutrisinya. Nilai nutrisi daging
berhubungan dengan kandungan protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin yang
terdapat dalam daging tersebut. Kontribusi kalori dapat berasal dari protein, lemak, dan
karbohidrat dalam jumlah yang terbatas, sedangkan kontribusi kalori sebagai bahan
pangan yang lebih vital berasal dari protein, mineral tertentu, dan vitamin B (Suardana
dan Swacita, 2008). Protein adalah komponen bahan kering yang terbesar dari daging.
Nilai nutrisi daging yang tinggi disebabkan karena daging mengandung asam-asam
amino esensial yang lengkap dan seimbang (Forrest et al, 1975 ; Frankel, 1983). Selain
protein, daging mengandung air, lemak, karbohidrat dan komponen anorganik. Daging
mengandung sekitar 75 persen air dengan kisaran 68-80 persen, protein sekitar 19 persen
(16-22%); substansi-substansi non protein yang larut 3,5% serta lemak sekitar 2,5% (1,5-
13,0%) dan sangat bervariasi (Forrest et al.,1975 ; Lawrie, 1979).
6
BAB 3
PEMBAHASAN
Cara menilai hewan sehat dapat meminta pemilik hewan untuk mendirikan dan
menjalankan hewan. Dilihat dari segala sisi, periksa gizi dan coba untuk memberikan
7
pakan pada hewan, periksa kaki dan kukunya, serta lihat keadaan rambut serta lubang
alami tubuh dan mata.
Ciri-ciri klinis hewan yang sehat pada saat dilakukan pemeriksaan ante mortem
adalah hewan yang aktif bergerak, bergairah, mata cerah, kulit/bulu/rambut mengkilat,
nafsu makan baik, penampilan tegap, tidak berpenyakit dan fisik sempurana. Setelah
pemeriksaan ante mortem dilaksanakan dan mendapatkan hasil maka dapat diputuskan
bahwa hewan tersebut diizinkan dan layak dipotong serta dikonsumsi atau tidak.
a. Kepala
Inspeksi seluruh permukaan kepala, mata, bagian mulut, hidung/moncong dan
lidah. Lidah diturunkan untuk dilakukan inspeksi dan palpasi, perhatikan jika
terdapat adanya lepuh-lepuh dan abses.
Pada pemeriksaan post mortem di LPD Desa Adat Tuban tidak ditemukan adanya
kelainan dan bagian kepala dari babi tidak diikitsertakan dalam bagian daging yang
dibagikan kepada masyarakat, dan dibuang
b. Paru-paru
Organ paru biasanya digantung bersama-sama dengan organ lainnya seperti
esophagus, trakea, jantung dan sebagian diafragma. Pemeriksaan paru dapat
dilakukan dengan melakukan inspeksi dan palpasi seluruh permukaan paru,
inspeksi trakea, dan insisi jika perlu untuk melihat bagian dalam. Dan perhatikan
pula alveoli.
c. Jantung
Pada pemeriksaan jantung dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi seluruh
permukaan, perhatikan apakah terdapat abses, benjolan-benjolan dan lakukan
insisi untuk melihat apakah terdapat kelainan dan ada atau tidaknya darah.
9
d. Hati
Pemeriksaan hati dapat dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi seluruh
permukaan hati, perhatikan apakah terdapat abses, benjolan-benjolan dan parasite.
e. Limpa
Pemeriksaan limpa dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi seluruh permukan
dan amati apakah terdapat pembesaran atau tidak.
f. Ginjal
Lakukan dengan cara inspeksi dan insisi.
g. Karkas
Pemeriksaan karkas dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi seluruh
permukaan karkas : otot, tulang, pleura, peritoneum, dan diafragma. Perhatikan
apakah terdapat terdapat kelainan kondisi, perdarahan, perubahan warna,
kebersihan, bau, dan abses.
Pemeriksaan post mortem di LPD Desa Adat Tuban mendapatkan hasil bahwa yang
diberikan pada masyarakat setempat adalah daging tanpa jeroan. Jeroan diguakan untuk
pakan ternak. Keputusan pemeriksaan post mortem adalah daging diedarkan untuk
konsumsi.
10
3.3 Daging yang Aman Dikonsumsi Hasil Pemeriksaana Ante-Post Mortem
Daging-daging yang aman untuk dikonsumsi untu masyarakat luas adalah daging
yang memiliki warna yang pink (pada babi sedikit pucat), tidak mengandung penyakit
parasite ataupun mikroorganisme lainnya terutama yang bersifat zoonosis, bau yang segar
(tidak busuk), konsistensi yang baik, dan tekstur yang baik, dan perlu diperhatiakan pula
untuk kebersihan pada daging. Jika pada jeroan yang akan dikonsumsi dapat dilihat ada
atau tidaknya parasit ataupun benjolan-benjolan, abses ataupun cacing dan tumor dalam
jeroan tersebut.
Hal yang dapat dilakukan untuk menciptakan daging yang aman untuk di konsumsi
adalah selalu menjaga kebersihan tempat pengolahan daging mulai dari pemotongan,
sampai dengan pemasakan di dapur, diperhatikan agar tidak adanya kontaminasi baik dari
pada tempat maupun alat yang digunakan. Dan pastikan pula hewan yang akan
dikonsumsi telah mendapat pemeriksaan dari dokter hewan ataupun petugas yang berada
dibawah pengawasan dokter hewan agar terjaminnya kesehatan dan keamanan daging
yang akan di konsumsi.
11
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ante mortem dan post mortem sangat penting dilakukan agar terjaminnya kesehatan
daging yang sehat dan aman serta layak untuk dikonsumsi. Dengan dilakukannya ante
dan post mortem juga dapat mengurangi atau bahkan mencegah daging terinfeksi atau
terkontaminasi penyakit yang bersifat zoonosis.
Pokok penting dari pemeriksaan ante post mortem ini juga akan berdampak baik bagi
ekonomi jika daging dipasarkan. Pemeriksaan karkas sampai jeroan sangat diperlukan
dengan cara melakukan inspeksi, palpasi, bahkan dapat dilakukan insisi demi
pemeriksaan sampai bagian dalam organ.
4.2 Saran
Pemeriksaan ante mortem dan post mortem sebaiknya selalu dilakukan terutama jika
sudah mendekati hari raya agar kesehatan manusia dan hewan tetap terjaga dengan baik
dan menghasilkan hewan yang aman dan layak untuk dikonsumsi.
12
DAFTAR PUSTAKA
Akoso,T. B. 1991. Manual Untuk Paramedik Kesehatan Hewan, 2ed, Omaf-Cida Disease
Investigasi center.
Bearden HJ, and JW Fuquay. 1992. Applied Animal Reproduction Third Edition Prentice
Hall. Englewood Cliffs. New Jersey.
Hayati, Choliq. 2009. Ilmu Reproduksi Hewan. PT. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.
Masitoh Dewi. 2015. SOP Pemeriksaan Ante-mortem. Dinas Pertanian, Perikanan dan
Peternakan, UPTD Rumah Potong Hewan, Blitar.
Ressang, A. A. 1984. Pathologi Khusus Veteriner. Fad Project Khusus Investigasi Unit
Bali.
13