PENDAHULUAN
Secara klinis anjing yang terserang Hip Dysplasia biasanya akan pincang pada
kaki belakang, anjing sukar atau lambat merubah posisi dari bentuk rebah ke
posisi berdiri, kadang-kadang anjing menunujukkan gejala meloncat-loncat
1
dengan kaki belakang (kaki belakangnya tidak berayun sama sekali) selain bentuk
tungkai belakangnya tidak lurus, melainkan X atau O.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyakit Genetik
Penyakit genetik atau kelainan genetik adalah sebuah kondisi yang disebabkan
oleh kelainan oleh satu atau lebih gen yang menyebabkan sebuah kondisi fenotipe
klinis. Beberapa penyebab penyakit genetik antara lain :
2.2. Anjing
Anjing adalah mamalia yang telah mengalami domestikasi dari serigala sejak
15.000 tahun yang lalu atau mungkin sudah sejak 100.000 tahun yang lalu
berdasarkan bukti genetik berupa penemuan fosil dan tes DNA (McGourty,
Christine, 2002). Penelitian lain mengungkap sejarah domestikasi anjing yang
belum begitu lama.
3
Klasifikasi Anjing :
Kerajaan : Animalia
Upakerajaan : Eumetazoa
Filum : Chordata
Upafilum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Upakelas : Theria
Ordo : Carnivora
Upaordo : Caniformia
Famili : Canidae
Upafamili : Caninae
Genus : Canis
Spesies : C. Lupus
Anjing ras sangat bervariasi dalam ukuran, penampilan dan tingkah laku
dibandingkan dengan hewan peliharaan yang lain. Sebagian besar anjing masih
mempunyai ciri-ciri fisik yang diturunkan dari serigala. Anjing adalah hewan
pemangsa dan hewan pemakan bangkai, memiliki gigi tajam dan rahang yang kuat
untuk menyerang, menggigit, dan mencabik-cabik makanan. Ciri-ciri khas dari
moyang serigala masih bertahan pada anjing, walaupun penangkaran secara selektif
telah berhasil mengubah bentuk fisik berbagai jenis anjing ras. Anjing memiliki otot
yang kuat, tulang pergelangan kaki yang bersatu, sistem kardiovaskuler yang
mendukung ketahanan fisik serta kecepatan berlari, dan gigi untuk menangkap dan
mencabik mangsa. Bila dibandingkan dengan struktur tulang kaki manusia, secara
teknis anjing berjalan berjingkat dengan jari-jari kaki.
4
Karena Hip Dysplasia ditentukan dengan evaluasi subjektif dari radiograf atau
dengan palpasi, misklasifikasi merupakan satu faktor. Faktor lainnya seperti
pemberian pakan, keseimbangan Dietary Electrolyte, dan kesinambungan latihan
selama pertumbuhan awal dapat mempengaruhi liabilitas pada anjing Hip Dysplasia.
5
BAB 3
PEMBAHASAN
Hip Dysplasia pada anjing tidak ada bedanya dengan masalah yang sama yang
bisa terjadi pada manusia. Penyakit tulang pada anjing yang satu ini terjadi karena
buruknya kesehatan tulang dan sendi, dan dapat menyebabkan rasa sakit
berkepanjangan. Hip dysplasia adalah gangguan atau penyakit yang ditandai dengan
osifikasi lambat dari caput femur, kelemahan pinggul sendi, dan singularitas di posisi
acetabulum dan kepala tulang paha yang mengakibatkan subluksasi (Todhunter et al.,
1999).
Salah satu cacat dalam keluarga yang paling dikenal yaitu, Hip Dysplasia pada
anjing. Dahulu, cacat ini diduga oleh para Dokter Hewan dan pemulia disebabkan
oleh gen tunggal, autosom, resesif. Dalam penelitian berbeda mengenai Hip
Dysplasia pada anjing Jerman Shepherd, hasil perkawinan cacat x cacat rata-rata 86%
anak adalah cacat. Perkawinan serupa pada Labor, cacat x cacat menghasilkan rata-
rata 63% anak cacat.
Selama ini faktor genetik sering kali dianggap sebagai penyebab masalah Hip
Dysplpasia. Namun saat menjelaskan bagaimana penyakit anjing yang satu ini terjadi,
Dr. Jacqueline Davidson yang adalah seorang profesor pada Texas A&M College of
Veterinary Medicine & Biomedical Sciences mengatakan bahwa genetik bukanlah
faktor satu-satunya. “Hip Dysplasia itu multi-faktor, artinya ada banyak hal yang
menyebabkan anjing tertentu bisa terkena”, jelasnya. Menurut Dr. Davidson, anjing
yang lahir dari pasangan yang bebas Hip Dysplasia kemungkinannya untuk terkena
memang lebih kecil.
6
Hip Dysplasia adalah penyakit bawaan yang mempengaruhi anjing,
berkembang biak sebagian besar besar. Hal ini menyebabkan kelemahan dan
kepincangan ke ruang belakang, dan akhirnya mengarah ke arthritis yang
menyakitkan. arthritis ini berlangsung dengan beberapa nama; osteoartritis penyakit
sendi degeneratif, arthrosis.
Gejala Hip Dysplasia tidak dapat dideteksi pada anakan yang masih kecil,
tetapi biasanya muncul dalam masa pertumbuhan yang cepat, antara usia 4-9 bulan.
Hip Dyisplasia pada anjing muda timbul pelan-pelan dimulai dengan adanya tanda-
tanda DJD (Degenerative Joint Disease), sedangkan pada anjing dewasa timbul
secara progresif. Persendian Coxo Femoralis geraknya mulai terbatas. Urat daging
kaki belakang tampak mengecil (Atropi). Bagian kaki belakang tampak adanya
perubahan bentuk misalnya bengkok. Anjing tidak mau melompat atau naik tangga.
Ada tanda-tanda kifosis (melengkung) pada ke dua kaki belakang. Timbul rasa sakit
bila kaki belakang dimanipulasi terutama posisi extension (diluruskan). Gejala klinis
Hip Dysplasia yang akut sering timbul pada umur kurang dari 12 bulan ; sedangkan
gejala-gejala yang kronis sering ditemukan pada hewan-hewan dewasa.
Gejala tergantung dari tingkat kelonggaran sendi, peradangan sendi dan lama
waktu penyakit tersebut. Gejala-gejala yang biasanya muncul, yaitu:
Aktivitas menurun
Pincang atau lumpuh kaki belakang (satu atau dua kaki)
Kelihatan tidak nyaman saat mencoba untuk berbaring atau berdiri
Ragu-ragu atau enggan untuk berlari, melompat atau menaiki tangga
7
Cara berjalan seperti lompatan kelinci
Kedua kaki belakangnya berdekatan secara tidak normal
Nyeri pada sendi panggul
Sendi melonggar atau mengendur
Beberapa anjing bisa mengeluarkan bunyi klik yang bisa didengar saat mereka
berjalan atau naik untuk bangun
Massa otot berkurang di kaki belakang (dalam kasus kronis)
Menurut Morgan (2008), gejala klinis dari Hip Dysplasia diantaranya adalah
kepincangan dapat menjadi lebih parah setelah exercise dan kepincangan tersebut
bervariasi dari ringan dan intermittent sampai kepincangan yang tidak menumpukan
8
kakinya di lantai. Gejala klinis lain adalah penurunan fleksio dan ekstensio pada
pinggul ketika berjalan, atrophy pada otot pelvis, kelemahan sendi, dan kesakitan
selama pemeriksaan persendian coxofemoral. Diagnosis dari Hip Dysplasia dapat
dilakukan dengan pemeriksaan radiografi.
Salah satu cara yang dapat sedikit meringankan rasa sakit akibat Hip
Dysplasia ini adalah dengan mengurangi berat badan. Mengajaknya untuk bergerak
ringan secara rutin setiap hari bermanfaat untuk membantu penguatan otot sehingga
beban pada tulang sedikit berkurang. Berhasil tidaknya pengobatan Hip Dysplasia
tergantung dari tingkat keparahan Hip Dysplasia saat anjing itu dibawa pergi berobat
ke dokter hewan. Pada kasus Hip Dysplasia yang sudah parah sulit untuk
disembuhkan.
Operasi pemotongan caput Femur ini hanya dilakukan pada anjing yang beratnya
kurang dari 30 kg dan hewan tersebut betul-betul kesakitan bila menggunakan
kakinya. Operasi sebaiknya dilakukan oleh dokter hewan yang sudah mempunyai
pengalaman cukup untuk melakukan operasi ini, karena resikonya sangat besar.
9
Gambar 3. Gambaran radiologi ventrodorsal persendian pinggul pasca operasi Femoral
Head Ostectomy
Operasi ini belum dapat dilakukan oleh dokter hewan Indonesia karena biaya
penggantian persendian yang cukup mahal, komplikasinya tinggi dan memerlukan
seorang dokter hewan yang betul-betul ahli.
Untuk anjing yang sedang mendapat perawatan medis, sangat penting bagi
pemilik anjing untuk memonitor berat badan dan menghindari obesitas pada anjing.
Pemilik anjing juga perlu menghindari olahraga berat dan berikanlah olahraga ringan
10
secara teratur. Berenang sangat bermanfaat jika ada, karena bisa membantu
mempertahankan massa otot yang baik. Jika dokter hewan meresepkan obat, anda
harus memperhatikan potensi efek samping dari obat tersebut. Jika anjing anda baru
saja menjalani operasi TPO atau THR, istirahat yang ketat sangat penting selama 6
minggu diikuti dengan peningkatan bertahap dalam olahraga, memulai olahraga yang
terkontrol dengan berjalan kaki secara perlahan-lahan dan singkat menggunakan
leash/tali yang harus dilakukan setelah 2 minggu sejak operasi. Sering memperhatikan
bekas sayatan operasi untuk melihat apakah ada pembengkakan, kemerahan atau
sayatannya terbuka.
11
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Hip dysplasia adalah gangguan atau penyakit yang ditandai dengan osifikasi
lambat dari caput femur, kelemahan pinggul sendi, dan singularitas di posisi
acetabulum dan kepala tulang paha yang mengakibatkan subluksasi (Todhunter et al.,
1999).
Selama ini faktor genetik sering kali dianggap sebagai penyebab masalah Hip
Dysplpasia. Genetik bukanlah faktor satu-satunya. Hip Dysplasia itu multi-faktor,
artinya ada banyak hal yang menyebabkan anjing tertentu bisa terkena. Anjing yang
lahir dari pasangan yang bebas Hip Dysplasia kemungkinannya untuk terkena
memang lebih kecil.
Cara yang dapat sedikit meringankan rasa sakit akibat Hip Dysplasia ini
adalah dengan mengurangi berat badan. Mengajak anjing untuk bergerak ringan
secara rutin setiap hari bermanfaat untuk membantu penguatan otot sehingga beban
pada tulang sedikit berkurang. Ada 3 cara pengobatan, yaitu Pengobatan Konservatif
– untuk anjing muda, Operasi (Femoral Head Ostectomy), dan Penggantian
persendian (Hip Replacement).
4.1 Saran
Kita sebagai calon dokter hewan kedepannya tidak hanya mampu mengobati
hewan namun harus mampu mengetahui penyakit ataupun mendiagnosa dengan benar
tentang suatu penyakit. Selain itu juga untuk para pemelihara anjing harus mengetahui
bagaimana gejala, penangan, dan pencegahan dari Hip Dysplasia agar anjing yang
dipelihara senantiasa sehat tanpa ada suatu penyakit yang sangat fatal terjadi. Sebagai
12
pemilik anjing juga harus melatih anjingnya dalam porsi yang cukup tanpa dalam
porsi berlebih, serta harus rutin memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi
pada anjing yang dipelihara dan rutin memeriksakan anjing peliharaannya pada dokter
hewan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto Deborah Bianti, Ni Nyoman Werdi Susari, I Ketut Puja. 2015. Prevalence
of Musculoskeletal Disorders in Kintamani Dog. Jurnal Ilmu dan Kesehatan
Hewan, Vol 3 No 2: 65-68.
Admin. 2016. Masalah Hip Displasia Pada Kesehatan Anjing. Diakses pada tanggal
15 Desember 2016.
14