Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kemajuan zaman sekarang semakin memperlihatkan betapa
s a y a n g n y a m a n u s i a k e p a d a hewan yang mereka miliki. Memelihara
hewan merupakan bukti konkrit bahwa manusia dan hewan dapat hidup
saling berdampingan, sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan yang bersama-sama
bertanggung jawab dalam menjaga kelestarian alam. Secara sadar atau
tidak sadar hal ini menumbuhkan minat masyarakat untuk memiliki dan
memelihara hewan, dan kini semakin m e n i n g k a t k a r e n a b a n y a k h a l
yang bisa kita pelajari dari hewan -hewan peliharaan tersebut.
Tentunya ada banyak hal yang harus di perhatikan dalam memlihara
hewan kesayangan kita, seperti memberikan makan, tempat tinggal
yang nyaman, kebebasan berekspresi dan kebebasan lainnya. Harus
diketahui bahwa kesehatan seekor hewan harus juga diperhatikan
apabila ada sesuatu yang menimpanya contohnya terkena penyakit atau
terjadi sebuah kecelakaan. Sebuah trauma mekanik atau lebih sering dikenal
kecelakaan bisa menyebabkan susunan kerangka tubuh berupa tulang bisa patah
(fraktur, bisa juga kelainan tulang tersebut merupakan bawaan atau dapatan
contohnya Hip Dysplasia.

Hip Dysplasia merupakan salah satu penyakit kelemahan sendi yang


menyebakan ketidakharmonisan hubungan articulatio coxofemoralis, tercatat
sampai kepada 30% dari kasus ortopedic pada anjing adalah permasalahan Hip
Dysplasia. Kasus ini terjadi terutama  pada ras medium dan besar, misalnya jenis
Saint Bernard, Rottweiler, Golden Retriever, Siberian Husky, Labrador Retriever,
German Sheperd atau Herder dan lain-lain. Tetapi tidak  berarti anjing jenis kecil
tidak mengalami kelainan ini. Jenis kelamin tertentu pada anjing tidak
mempengaruhi frekwensi kejadian penyakit ini.

Secara klinis anjing yang terserang Hip Dysplasia biasanya akan pincang pada
kaki  belakang, anjing sukar atau lambat merubah posisi dari bentuk rebah ke
posisi berdiri, kadang-kadang anjing menunujukkan gejala meloncat-loncat

1
dengan kaki belakang (kaki  belakangnya tidak berayun sama sekali) selain bentuk
tungkai belakangnya tidak lurus, melainkan X atau O.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Hip Dysplasia ?
2. Bagaimana Gejala Klinis dari Hip Dysplasia pada Anjing?
3. Bagaimana Pengobatan dari Hip Dysplasia pada Anjing ?
4. Bagaimana Pencegahan untuk Hip Dysplasia pada Anjing ?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari dibuatnya paper Genetika Veteriner yang berjudul Hip
Dysplasia Kelainan Genetik Penyebab Kelumpuhan pada Anjing yaitu untuk
mengetahui definisi tentang Hip Dysplasia, gejala klinis yang ditimbulkan dari
Hip Dysplasia pada anjing, pengobatan dari Hip Dysplasia pada anjing, dan untuk
mengetahui pencegahan Hip Dysplasia pada anjing. Pembuatan paper ini juga
untuk memenuhi tugas remidi mata kuliah Genetika Veteriner Fakultas Kedoktern
Hewan Universitas Udayana.

1.4. Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari dibuatnya paper Genetika Veteriner yang berjudul Hip
Dysplasia Kelainan Genetik Penyebab Kelumpuhan pada Anjing yaitu agar para
mahasiswa Kedokteran Hewan dan pembaca dapat mengetahui definisi tentang
Hip Dysplasia, gejala klinis yang ditimbulkan dari Hip Dysplasia pada anjing,
pengobatan dari Hip Dysplasia pada anjing, dan untuk mengetahui pencegahan
Hip Dysplasia pada anjing.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyakit Genetik

Genetika (dari bahasa Yunani genno yang berarti "melahirkan") merupakan


cabang biologi yang penting saat ini. Ilmu ini mempelajari berbagai aspek yang
menyangkut pewarisan sifat dan variasi sifat pada organisme maupun suborganisme
(seperti virus dan prion). Ada pula yang dengan singkat mengatakan, genetika adalah
ilmu tentang gen. Bidang kajian genetika dimulai dari wilayah molekular hingga
populasi. Secara lebih rinci, genetika berusaha menjelaskan :

1. Material pembawa informasi untuk diwariskan (bahan genetik),


2. Bagaimana informasi itu diekspresikan (ekspresi genetik), dan
3. Bagaimana informasi itu dipindahkan dari satu individu ke individu yang lain
(pewarisan genetik).

Penyakit genetik atau kelainan genetik adalah sebuah kondisi yang disebabkan
oleh kelainan oleh satu atau lebih gen yang menyebabkan sebuah kondisi fenotipe
klinis. Beberapa penyebab penyakit genetik antara lain :

 Ketidaknormalan jumlah kromosom seperti dalam sindrom Down (adanya


ekstra kromosom 21) dan sindrom Klinefelter (jantan dengan 2 kromosom X).
 Mutasi gen berulang yang dapat menyebabkan sindrom X rapuh atau penyakit
Huntington.
 Gen rusak yang diturunkan dari induk. Dalam kasus ini, penyakit genetik juga
dikenal dengan istilah penyakit keturunan . Kondisi ini terjadi ketika individu
lahir dari dua individu sehat pembawa gen rusak tersebut, tetapi dapat juga
terjadi ketika gen yang rusak tersebut merupakan gen yang dominan.

2.2. Anjing
Anjing adalah mamalia yang telah mengalami domestikasi dari serigala sejak
15.000 tahun yang lalu atau mungkin sudah sejak 100.000 tahun yang lalu
berdasarkan bukti genetik berupa penemuan fosil dan tes DNA (McGourty,
Christine, 2002). Penelitian lain mengungkap sejarah domestikasi anjing yang
belum begitu lama.

3
Klasifikasi Anjing :
Kerajaan : Animalia
Upakerajaan : Eumetazoa
Filum : Chordata
Upafilum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Upakelas : Theria
Ordo : Carnivora
Upaordo : Caniformia
Famili : Canidae
Upafamili : Caninae
Genus : Canis
Spesies : C. Lupus

Anjing ras sangat bervariasi dalam ukuran, penampilan dan tingkah laku
dibandingkan dengan hewan peliharaan yang lain. Sebagian besar anjing masih
mempunyai ciri-ciri fisik yang diturunkan dari serigala. Anjing adalah hewan
pemangsa dan hewan pemakan bangkai, memiliki gigi tajam dan rahang yang kuat
untuk menyerang, menggigit, dan mencabik-cabik makanan. Ciri-ciri khas dari
moyang serigala masih bertahan pada anjing, walaupun penangkaran secara selektif
telah berhasil mengubah bentuk fisik berbagai jenis anjing ras. Anjing memiliki otot
yang kuat, tulang pergelangan kaki yang bersatu, sistem kardiovaskuler yang
mendukung ketahanan fisik serta kecepatan berlari, dan gigi untuk menangkap dan
mencabik mangsa. Bila dibandingkan dengan struktur tulang kaki manusia, secara
teknis anjing berjalan berjingkat dengan jari-jari kaki.

2.3. Hip Dysplasia


Salah satu cacat dalam keluarga yang paling dikenal yaitu, Hip Dysplasia pada
anjing. Hip Dysplasia adalah salah satu yang paling umum ortopedi penyakit pada
anjing. Semua jenis anjing dapat dipengaruhi oleh Penyakit perkembangan ini.
Namun, terutama mempengaruhi menengah dan besar berkembang biak anjing seperti
Jerman Shepherd Dog. Nyeri dan penurunan mobilitas kaki belakang dan fungsi
adalah hasil akhir proses penyakit kompleks ini.

4
Karena Hip Dysplasia ditentukan dengan evaluasi subjektif dari radiograf atau
dengan palpasi, misklasifikasi merupakan satu faktor. Faktor lainnya seperti
pemberian pakan, keseimbangan Dietary Electrolyte, dan kesinambungan latihan
selama pertumbuhan awal dapat mempengaruhi liabilitas pada anjing Hip Dysplasia.

5
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1. Definisi Hip Dysplasia

Hip Dysplasia pada anjing tidak ada bedanya dengan masalah yang sama yang
bisa terjadi pada manusia. Penyakit tulang pada anjing yang satu ini terjadi karena
buruknya kesehatan tulang dan sendi, dan dapat menyebabkan rasa sakit
berkepanjangan. Hip dysplasia adalah gangguan atau penyakit yang ditandai dengan
osifikasi lambat dari caput femur, kelemahan pinggul sendi, dan singularitas di posisi
acetabulum dan kepala tulang paha yang mengakibatkan subluksasi (Todhunter et al.,
1999).

Hip Dysplasia adalah perkembangan penyakit orthopaedic yang merupakan


penyakit turunan dengan manifestasi berupa penurunan kesesuaian antara caput femur
dengan acetabulum (Skurková dan Ledecky 2009). Menurut Birchard dan Sherding
(2006), Hip Dysplasia merupakan kesalahan perkembangan persendian pinggul yang
dicirikan oleh derjat kelemahan yang bervariasi dengan subluksasio pada umur awal.
Kondisi ini terjadi oleh deformasi dari bentukan acetabulum dan caput femur.
Kejadan ini sering diikuti oleh degenerative joint disease.

Salah satu cacat dalam keluarga yang paling dikenal yaitu, Hip Dysplasia pada
anjing. Dahulu, cacat ini diduga oleh para Dokter Hewan dan pemulia disebabkan
oleh gen tunggal, autosom, resesif. Dalam penelitian berbeda mengenai Hip
Dysplasia pada anjing Jerman Shepherd, hasil perkawinan cacat x cacat rata-rata 86%
anak adalah cacat. Perkawinan serupa pada Labor, cacat x cacat menghasilkan rata-
rata 63% anak cacat.

Selama ini faktor genetik sering kali dianggap sebagai penyebab masalah Hip
Dysplpasia. Namun saat menjelaskan bagaimana penyakit anjing yang satu ini terjadi,
Dr. Jacqueline Davidson yang adalah seorang profesor pada Texas A&M College of
Veterinary Medicine & Biomedical Sciences mengatakan bahwa genetik bukanlah
faktor satu-satunya. “Hip Dysplasia itu multi-faktor, artinya ada banyak hal yang
menyebabkan anjing tertentu bisa terkena”, jelasnya. Menurut Dr. Davidson, anjing
yang lahir dari pasangan yang bebas Hip Dysplasia kemungkinannya untuk terkena
memang lebih kecil.
6
Hip Dysplasia adalah penyakit bawaan yang mempengaruhi anjing,
berkembang biak sebagian besar besar. Hal ini menyebabkan kelemahan dan
kepincangan ke ruang belakang, dan akhirnya mengarah ke arthritis yang
menyakitkan. arthritis ini berlangsung dengan beberapa nama; osteoartritis penyakit
sendi degeneratif, arthrosis.

Penyakit ini begitu umum, dan begitu melemahkan, bahwa organisasi


veteriner khusus yang disebut Yayasan Orthopedic untuk Hewan (OFA)
diselenggarakan. Penyakit ini merupakan yang menyebabkan kombinasi dari anjing
genetik cenderung mendapatkan penyakit ini berinteraksi dengan faktor-faktor
lingkungan yang menyebabkan terjadinya gejala Hip Dysplasia perkembangan
pinggul mengacu pada kontinum kelainan.

3.2. Gejala Klinis Hip Dysplasia pada Anjing

Gejala Hip Dysplasia tidak dapat dideteksi pada anakan yang masih kecil,
tetapi biasanya muncul  dalam masa pertumbuhan yang cepat, antara usia 4-9 bulan.
Hip Dyisplasia pada anjing muda timbul pelan-pelan dimulai dengan adanya tanda-
tanda DJD (Degenerative Joint Disease), sedangkan pada anjing dewasa timbul
secara progresif. Persendian Coxo Femoralis geraknya mulai terbatas. Urat daging
kaki belakang tampak mengecil (Atropi). Bagian kaki belakang tampak adanya
perubahan bentuk misalnya bengkok. Anjing tidak mau melompat atau naik tangga.
Ada tanda-tanda kifosis (melengkung) pada ke dua kaki belakang. Timbul rasa sakit
bila kaki belakang dimanipulasi terutama posisi extension (diluruskan). Gejala klinis
Hip Dysplasia yang akut sering timbul pada umur kurang dari 12 bulan ; sedangkan
gejala-gejala yang kronis sering ditemukan pada hewan-hewan dewasa.

Gejala tergantung dari tingkat kelonggaran sendi, peradangan sendi dan lama
waktu penyakit tersebut. Gejala-gejala yang biasanya muncul, yaitu:

 Aktivitas menurun
 Pincang atau lumpuh kaki belakang (satu atau dua kaki)
 Kelihatan tidak nyaman saat mencoba untuk berbaring atau berdiri
 Ragu-ragu atau enggan untuk berlari, melompat atau menaiki tangga

7
 Cara berjalan seperti lompatan kelinci
 Kedua kaki belakangnya berdekatan secara tidak normal
 Nyeri pada sendi panggul
 Sendi melonggar atau mengendur
 Beberapa anjing bisa mengeluarkan bunyi klik yang bisa didengar saat mereka
berjalan atau naik untuk bangun
 Massa otot berkurang di kaki belakang (dalam kasus kronis)

Gambar 1 : Gambaran radiologi ventrodorsal persendian pinggul normal

Gambar 2 : Gambaran radiologi ventrodorsal persendian pinggul Hip Dyplasia

Menurut Morgan (2008), gejala klinis dari Hip Dysplasia diantaranya adalah
kepincangan dapat menjadi lebih parah setelah exercise dan kepincangan tersebut
bervariasi dari ringan dan intermittent sampai kepincangan yang tidak menumpukan

8
kakinya di lantai. Gejala klinis lain adalah penurunan fleksio dan ekstensio pada
pinggul ketika berjalan, atrophy pada otot pelvis, kelemahan sendi, dan kesakitan
selama pemeriksaan persendian coxofemoral. Diagnosis dari Hip Dysplasia dapat
dilakukan dengan pemeriksaan radiografi.

3.3. Pengobatan Hip Dysplisia pada Anjing

Salah satu cara yang dapat sedikit meringankan rasa sakit akibat Hip
Dysplasia ini adalah dengan mengurangi berat badan. Mengajaknya untuk bergerak
ringan secara rutin setiap hari bermanfaat untuk membantu penguatan otot sehingga
beban pada tulang sedikit berkurang. Berhasil tidaknya pengobatan Hip Dysplasia
tergantung dari tingkat keparahan Hip Dysplasia saat anjing itu dibawa pergi berobat
ke dokter hewan. Pada kasus Hip Dysplasia yang sudah parah sulit untuk
disembuhkan.

Ada 3 cara pengobatan

1. Pengobatan Konservatif – untuk anjing muda


 Kontrol pertumbuhan dengan mengatur pemberian makanannya
 Berikan pola exercise yang benar (jangan boleh lari akan tetapi diajak
jalan santai dengan tali)
 Berikan obat-obat suplemen yang mengandung glukosamin dan
chondroitin
 Berikan vit C yang cukup dan obat-obat anti radang non steroid

2. Operasi (Femoral Head Ostectomy)

Operasi pemotongan caput Femur ini hanya dilakukan pada anjing yang beratnya
kurang dari 30 kg dan hewan tersebut betul-betul kesakitan bila menggunakan
kakinya. Operasi sebaiknya dilakukan oleh dokter hewan yang sudah mempunyai
pengalaman cukup untuk melakukan operasi ini, karena resikonya sangat besar.

9
Gambar 3. Gambaran radiologi ventrodorsal persendian pinggul pasca operasi Femoral
Head Ostectomy

3. Penggantian persendian (Hip Replacement)

Operasi ini belum dapat dilakukan oleh dokter hewan Indonesia karena biaya
penggantian persendian yang cukup mahal, komplikasinya tinggi dan memerlukan
seorang dokter hewan yang betul-betul ahli.

Gambar 4. Gambaran radiologi ventrodorsal persendian pinggul pasca operasi Hip


Replacement

Untuk anjing yang sedang mendapat perawatan medis, sangat penting bagi
pemilik anjing untuk memonitor berat badan dan menghindari obesitas pada anjing.
Pemilik anjing juga perlu menghindari olahraga berat dan berikanlah olahraga ringan

10
secara teratur. Berenang sangat bermanfaat jika ada, karena bisa membantu
mempertahankan massa otot yang baik. Jika dokter hewan meresepkan obat, anda
harus memperhatikan potensi efek samping dari obat tersebut. Jika anjing anda baru
saja menjalani operasi TPO atau THR, istirahat yang ketat sangat penting selama 6
minggu diikuti dengan peningkatan bertahap dalam olahraga, memulai olahraga yang
terkontrol dengan berjalan kaki secara perlahan-lahan dan singkat menggunakan
leash/tali yang harus dilakukan setelah 2 minggu sejak operasi. Sering memperhatikan
bekas sayatan operasi untuk melihat apakah ada pembengkakan, kemerahan atau
sayatannya terbuka.

3.4 Pencegahan Hip Dysplasia pada Anjing

Sebaiknya anjing-anjing yang dipelihara diperiksa kesehatannya secara cermat


termasuk kondisi dari persendian Coxo Femoralisnya Bilamana sudah terbukti
pejantan atau induknya kedapatan menderita Hip Dysplasia sebaiknya tidak
dibiakkan. Di beberapa negara maju, pemeriksaan DNA untuk mengetahui kasus Hip
Dysplasia pada anjing-anjing yang akan dibiakkan sudah merupakan persyaratan.

11
BAB 4

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Hip dysplasia adalah gangguan atau penyakit yang ditandai dengan osifikasi
lambat dari caput femur, kelemahan pinggul sendi, dan singularitas di posisi
acetabulum dan kepala tulang paha yang mengakibatkan subluksasi (Todhunter et al.,
1999).

Selama ini faktor genetik sering kali dianggap sebagai penyebab masalah Hip
Dysplpasia. Genetik bukanlah faktor satu-satunya. Hip Dysplasia itu multi-faktor,
artinya ada banyak hal yang menyebabkan anjing tertentu bisa terkena. Anjing yang
lahir dari pasangan yang bebas Hip Dysplasia kemungkinannya untuk terkena
memang lebih kecil.

Gejala klinis dari Hip Dysplasia diantaranya adalah kepincangan dapat


menjadi lebih parah setelah exercise dan kepincangan tersebut bervariasi dari ringan
dan intermittent sampai kepincangan yang tidak menumpukan kakinya di lantai.
Gejala klinis lain adalah penurunan fleksio dan ekstensio pada pinggul ketika
berjalan, atrophy pada otot pelvis, kelemahan sendi, dan kesakitan selama
pemeriksaan persendian coxofemoral. Diagnosis dari Hip Dysplasia dapat dilakukan
dengan pemeriksaan radiografi.

Cara yang dapat sedikit meringankan rasa sakit akibat Hip Dysplasia ini
adalah dengan mengurangi berat badan. Mengajak anjing untuk bergerak ringan
secara rutin setiap hari bermanfaat untuk membantu penguatan otot sehingga beban
pada tulang sedikit berkurang. Ada 3 cara pengobatan, yaitu Pengobatan Konservatif
– untuk anjing muda, Operasi (Femoral Head Ostectomy), dan Penggantian
persendian (Hip Replacement).

4.1 Saran
Kita sebagai calon dokter hewan kedepannya tidak hanya mampu mengobati
hewan namun harus mampu mengetahui penyakit ataupun mendiagnosa dengan benar
tentang suatu penyakit. Selain itu juga untuk para pemelihara anjing harus mengetahui
bagaimana gejala, penangan, dan pencegahan dari Hip Dysplasia agar anjing yang
dipelihara senantiasa sehat tanpa ada suatu penyakit yang sangat fatal terjadi. Sebagai

12
pemilik anjing juga harus melatih anjingnya dalam porsi yang cukup tanpa dalam
porsi berlebih, serta harus rutin memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi
pada anjing yang dipelihara dan rutin memeriksakan anjing peliharaannya pada dokter
hewan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Skurkova L, Ledecky V. 2009. Early diagnosis of canine hip dysplasia. Folia


Veterinaria 53(2): 77-82.

Sumarna Vivi, Engeline A. 2015. Displasia Perkembangan Panggul Awal (Lahir


Hingga Usia 4 Bulan). Jurnal Biomedik (JBM), Volume 7, Nomor 1.

Purwanto Deborah Bianti, Ni Nyoman Werdi Susari, I Ketut Puja. 2015. Prevalence
of Musculoskeletal Disorders in Kintamani Dog. Jurnal Ilmu dan Kesehatan
Hewan, Vol 3 No 2: 65-68.

Admin. 2016. Masalah Hip Displasia Pada Kesehatan Anjing. Diakses pada tanggal
15 Desember 2016.

14

Anda mungkin juga menyukai