Anda di halaman 1dari 6

Volume 1 Nomor 1 January-June 2023

https://journal.bengkuluinstitute.com/index.php/IJoTES

Article Review

Hemophilia in Dogs and Options for Treatment

Hemofilia pada Anjing dan Pilihan untuk Perawatan

Mela Eka1, Nuri Cahyani2, Julia Anggraini3


1,2,3Program Studi Tadris Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam
Negeri Kediri, Jawa Timur, Indonesia
*E-mail korespondensi: melaeka15@gmail.com

Abstract
Hemophilia is an inherited bleeding disorder, and is a hereditary disorder linked to the X chromosome so
that clinical symptoms occur in male animals, while females act as carriers. This article aims to increase
understanding of hemophilia in dogs and efforts to appropriate diagnosis and treatment strategies for
dogs with hemophilia. The method used is a literature study in the form of journals. The results of this
article discuss the symptoms and appropriate treatment efforts for dogs with hemophilia. Through a
better understanding of hemophilia, we can find out the symptoms, diagnosis, and manage hemophilia
in dogs more efficiently, and provide appropriate treatment or treatment.

Keywords: Hemophilia, carrier, dog, X chromosome, inherited disorde

Abstrak
Hemofilia adalah gangguan perdarahan yang diwariskan, dan merupakan kelainan turunan yang
berkaitan dengan kromosom X sehingga gejala klinis timbul pada hewan jantan, sedangkan hewan
betina berperan sebagai carrier. Artikel ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang
hemofilia pada anjing dan upaya strategi diagnosis serta pengobatan yang tepat untuk anjing penderita
hemofilia. Metode yang digunakan yaitu studi literatur berupa jurnal. Hasil dari artikel ini membahas
tentang gejala dan upaya pengobatan yang tepat terhadap anjing yang mengalami hemofilia. Melalui
pemahaman tentang hemofilia yang lebih baik, kita dapat mengetahui gejala, diagnosis, serta mengelola
hemofilia pada anjing secara lebih efisien, dan memberikan penangganan atau pengobatan yang tepat.

Kata Kunci : Hemofilia, carrier, anjing, kromosom X, kelainan turunan

PENDAHULUAN
Hemofilia adalah gangguan perdarahan yang jarang terjadi pada manusia,
namun juga dapat memengaruhi hewan, termasuk anjing. Hemofilia merupakan
salah satu gangguan koagulopati pada anjing yang bersifat inheritance atau turunan
sebagai hasil dari adanya defisiensi faktor VIII bagi hemofilia A dan faktor IX pada
penderita hemofilia B. Kedua kelainan tersebut sangat berkaitan dengan kromosom

International Journal of Technology, Education Halaman 1-6 1


and Social Humanities (IJoTES)
Volume 1 Nomor 1 Juli-Desember 2023
https://journal.bengkuluinstitute.com/index.php/IJoTES

X, sehingga gejala klinis akan timbul pada hewan jantan, jarang terjadi pada hewan
betina dan biasanya betina akan berperan sebagai carrier (Nielssen 2007). Gejala
klinis yang timbul berupa pendarahan yang bersifat spontan dan akan bervariasi
pada setiap individu. Gangguan hemofilia telah beberapa kali dilaporkan terjadi
pada beberapa ras anjing murni dan juga mongrel. Ras anjing yang paling sering
dilaporkan mengalami gangguan hemofilia A diantaranya German shepherd,
German shorthaired pointer, dan Siberian husky. Penyakit ini ditandai oleh
gangguan dalam pembekuan darah akibat defisiensi faktor-faktor pembekuan
tertentu. Hemofilia pada manusia telah menjadi subjek penelitian yang luas, tetapi
sedikit informasi yang tersedia mengenai kasus serupa pada anjing.
Dalam beberapa dekade terakhir, telah ditemukan serta dilaporkan beberapa
kasus hemofilia pada anjing, dan pemahaman terhadap kondisi ini masih terbatas.
Pemahaman mengenai hemofilia pada anjing menjadi penting, terutama karena
anjing sering dijadikan hewan peliharaan dan bahkan sebagai donor darah untuk
hewan lain. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi ini, kita dapat
meningkatkan perawatan dan manajemen kesehatan anjing yang menderita
hemofilia serta mengetahui gejala atau ciri-ciri anjing yang mengidap hemofilia.
Belakangan ini, sejumlah penelitian yang dipublikasikan menyoroti kasus
hemofilia pada anjing sebagai faktor kunci dalam memahami fenomena hemofilia
pada anjing. Hasil ini memberikan landasan penting untuk penelitian lebih lanjut dan
menunjukkan pentingnya memahami genetika hemofilia pada anjing. Melalui
pendekatan komprehensif terhadap literatur yang relevan, kami telah
mengidentifikasi tren dan temuan utama dari banyak penelitian sebelumnya yang
menjadi dasar tinjauan kasus hemofilia pada anjing. Penelitian yang sama
dipublikasikan dalam jurnal berjudul “Hemofilia pada anjing siberian husky.”
Dalam konteks ini, ulasan ini bertujuan untuk menyajikan kasus hemofilia
pada anjing. Melalui analisis mendalam terhadap kasus ini dan tinjauan literatur,
kami berupaya memperkaya pemahaman tentang hemfolia pada anjing, gejala dan
pengobatan yang tepat untuk anjing penderita hemofilia. Artikel ini juga membahas
pilihan pengobatan potensial bagi pemilik anjing yang terkena dampak. Pengetahuan
yang didapat dari kasus-kasus tersebut diharapkan dapat memperluas wawasan
mengenai hemofilia pada hewan pelihararaan dan memberikan kontribusi yang
berharga bagi kesehatan anjing yang terkena penyakit tersebut.

METODE PELAKSANAAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif dengan studi
literatur dari berbagai sumber yang telah terpublikasi diantaranya beberapa judul
jurnal hemofilia pada anjing siberian husky dan kemajuan iptek untuk kemaslahatan
umat yang terpublikasi pada Google Scholar. Dalam penilitain diperoleh hasil
hemofilia merupakan penyakit yang dapat diturunkan. Sehingga anjing yang
diketahui telah terkena hemofilia atau yang berperan sebagai carrier sebaiknya tidak
digunakan untuk indukan maupun pejantan. Tingkat keparahan pada kasus
hemofilia dapat dipengaruhi atau berkaitan dengan tingkat aktivitas dan ukuran dari
suatu hewan. Hewan yang memilki ukuran besar dan melakukan aktivitas yang
tinggi memiliki kemungkinan untuk memunculkan gejala klinis yang lebih parah
dibandingkan dengan hewan yang memiliki ukuran yang lebih kecil dengan aktivitas
yang rendah (Tunjungsari, 2019).

2 Halaman 1-6 International Journal of Technology,


Education and Social Humanities (IJoTES)
Volume 1 Nomor 1 January-June 2023
https://journal.bengkuluinstitute.com/index.php/IJoTES

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hemofilia yaitu penyakit turunan sebagai hasil dari adanya defisiensi faktor
VIII bagi hemofilia A dan faktor IX pada penderita hemofilia B yang keduanya
berkaitan dengan kromosom X, terjadi pada hewan jantan, jarang terjadi pada hewan
betina dan biasanya betina akan berperan sebagai carrier.
Kasus hemofilia sangat berkaitan dengan gangguan hemostasis pada tubuh
hewan. Menurut Ettinger (2017), hemofilia dengan faktor VIII sebanyak 6-20%
bersifat ringan, tidak akan menyebabkan adanya tendensi terjadinya pendarahan,
akan tetapi pada penderita dengan faktor VIII antara 2-5% akan menunjukkan
terjadinya pendarahan yang diakibatkan oleh trauma yang bersifat minor, sedangkan
penderita dengan faktor kurang dari 2% akan mengakibatkan terjadinya pendarahan
parah dan dapat menyebabkan kematian.
Hemofilia A dan B disebabkan oleh defisiensi atau disfungsi protein faktor
VIII dan faktor IX, dan ditandai dengan perdarahan yang berkepanjangan dan
berlebihan setelah trauma ringan atau kadang-kadang bahkan secara spontan. Ada
juga hemofilia C, yang terjadi karena defisiensi faktor pembekuan XI tetapi jarang
terjadi.
Hemofilia diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahannya. Hemofilia
mungkin ringan, sedang, atau berat, tergantung pada tingkat faktor pembekuan
darah dalam darah. Tiga bentuk utama hemofilia meliputi:
1. Hemofilia A: Disebabkan oleh kurangnya faktor pembekuan darah VIII
sekitar 85% penderita hemofilia memiliki penyakit tipe A.
2. Hemofilia B: Disebabkan oleh kekurangan faktor IX.
3. Hemofilia C: Beberapa dokter menggunakan istilah ini untukmerujuk pada
kurangnya faktor pembekuan XI.
Penyakit Von Willebrand: Bagian dari molekul faktor VIII yang dikenal
sebagai faktor von Willebrand atau kofaktor ristocetin berkurang. Faktor von
Willebrand membantu trombosit (sel darah yang mengontrol pendarahan) menempel
pada lapisan vena atau arteri. Faktor yang hilang ini mengakibatkan waktu
perdarahan yang lama karena trombosit tidak dapat menempel pada dinding
pembuluh dan membentuk sumbatan untuk menghentikan perdarahan.
Hemofilia merupakan penyakit yang menurun (Nielssen 2007). Sehingga
hewan yang telah diketahui mengalami hemofilia atau berperan sebagai carrier
sebaiknya tidak digunakan sebagai indukan maupun pejantan. Hewan yang akan
melakukan operasi bedah baik mayor atau minor, khususnya pada ras yang memiliki
predisposisi tinggi terhadap kejadian hemofilia, sebaiknya melakukan pemeriksaan
PT dan aPTT (Nielssen 2007). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
pendarahan spontan pada hewan yang mengalami hemofilia. Anjing dengan
kelainan koagulasi ini sangat penting untuk didiagnosa sejak dini, sehingga apabila
anjing tersebut harus dilakukan operasi, dokter hewan dapat menentukan arah

International Journal of Technology, Education Halaman 1-6 3


and Social Humanities (IJoTES)
Volume 1 Nomor 1 Juli-Desember 2023
https://journal.bengkuluinstitute.com/index.php/IJoTES

pengobatan dan pencegahan untuk menghindari terjadinya komplikasi baik saat


operasi maupun postoperasi.
Gejala hemofilia pada anjing bermacam-macam, pendarahan berulang,
pendarahan di bawah kulit, memar selama injeksi vaksin, pendarahan selama
pertumbuhan gigi, pendarahan dari hidung, adanya darah di tinja atau urin, dll.
Gejala klinis dapat bervariasi pada setiap hewan, bergantung kepada lokasi organ
yang mengalami gangguan. Menurut Ettinger (2017), gejala klinis pada pasien
hemofilia dapat berupa gangguan secara lokal seperti hematoma (seringkali pada
area injeksi), pendarahan dengan waktu yang lama setelah trauma atau bedah,
pendarahan mukosa, dan kepincangan akibat hemarthrosis. Hal yang serupa
dilaporkan juga oleh pada anjing mixed- breed (Jonkisz et al. 2016). Tanda-tanda
yang tidak diketahui, terutama jika mengenai organ dalam, misalnya saluran
pernapasan, membahayakan nyawa hewan. Jika diduga ada hemofilia, dokter hewan
akan menggunakan tes khusus untuk menentukan dan mengklarifikasi diagnosisnya.
Diagnosis hemofilia A didasarkan pada penentuan faktor pembekuan VIII dalam
darah anjing dan masih banyak cara diagnosis lain seperti dengan pengujian carrier,
diagnosis prenatal, dan diagnosis posnatal.
Strategi pengobatan hemofilia dapat dilakukan melalui pengobatan terapi gen
yang merupakan salah satu cara penyembuhan penyakit hemofilia dengan
memperbaiki kerusakan genetis, yaitu melalui penggantian gen dengan yang tidak
rusak dan berfungsi normal. Penyembuhan melalui terapi gen ini tidak dapat secara
permanen dan masih harus dilakukan secara berkala. Studi terapi gen terhadap
hemofilia masih terus dikembangkan, percobaan kepada binatang telah dilakukan.
Sebuah kasus terapi gen yang dilakukan pada seekor anjing yang mengidap
hemofilia dapat sembuh dalam waktu 30 hari, namun serangan hemofilia kembali
terjadi setelah itu. Pada manusia penderita hemofilia, masa penyembuhan setelah
terapi gen memerlukan waktu satu hingga dua tahun (Arsal, A. F., dkk, 2023).
Pengobatan hemofilia dapat juga dilakukan dengan pengelolaan pendarahan
akut untuk memenuhi kondisi hemostasis yang cepat, atau juga dapat menggunakan
pendekatan profilaksis. Proses pengobatan harus memperhatikan dosis, jadwal, dan
level target. Selain itu, pengobatan yang aman juga dapat menggunakan faktor VIII
rekombinan yang dikombinasikan dengan inaktivasi virus dan teknologi skrining.
Komplikasi pada hemofilia dapat terjadi karena adanya inhibitor yang menekan
fungsi kerja dari faktor VIII dan IX, kejadian artropati hemofilik dari perdarahan
musculoskeletal yang berulang, serta pseudotumor yang berpotensi pada
pendarahan jaringan lunak. Salah satu cara untuk mencegah perdarahan adalah
membatasi penderita dari aktivitas fisik yang beresiko. Pencegahan juga dapat
dilakukan dengan cara memastikan penderita hemofilia memiliki sistem kekebalan
normal dan rutin menerima vaksin yang disuntikkan secara subkutan atau
intramuskular dengan catatan dilakukan dengan benar.

KESIMPULAN
Hemofilia merupakan gangguan hemostasis yang terjadi pada hewan. Kasus
hemofilia sangat berkaitan dengan tingkat keparahan faktor pembekuan darah yang
rendah. Hemofilia A dan B disebabkan oleh defisiensi atau disfungsi faktor VIII dan
IX, sedangkan hemofilia C terjadi karena defisiensi faktor pembekuan XI. Penyakit
Von Willebrand juga merupakan gangguan yang melibatkan faktor pembekuan
darah. Hemofilia dapat diklasifikasikan menjadi ringan, sedang, atau berat

4 Halaman 1-6 International Journal of Technology,


Education and Social Humanities (IJoTES)
Volume 1 Nomor 1 January-June 2023
https://journal.bengkuluinstitute.com/index.php/IJoTES

tergantung pada tingkat faktor pembekuan dalam darah. Hemofilia merupakan


penyakit yang diturunkan dan hewan yang mengalami hemofilia atau menjadi
pembawa sebaiknya tidak digunakan sebagai indukan atau pejantan. Sebelum
melakukan operasi, terutama pada ras yang berisiko tinggi terhadap hemofilia, perlu
dilakukan pemeriksaan untuk mencegah pendarahan spontan. Pengobatan hemofilia
dapat dilakukan dengan pengelolaan pendarahan akut atau profilaksis. Komplikasi
hemofilia dapat terjadi, termasuk adanya inhibitor yang menekan fungsi kerja faktor
pembekuan dan adanya pseudotumor. Pencegahan perdarahan dapat dilakukan
dengan membatasi aktivitas fisik yang berisiko dan memastikan sistem kekebalan
normal serta menerima vaksin secara rutin. Terapi gen juga merupakan metode
penyembuhan hemofilia dengan mengganti gen yang rusak dengan yang normal,
namun pengobatan ini tidak bersifat permanen dan perlu dilakukan secara berkala.

DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, I. N. F., Prananda, H. W. A., & Putra, A. S. 2017. COAGULATION
PROFILE IN VON WILLEBRAND’S DISEASE IN DOG.
Ambarwati dan Novalia Susanti.2006. "KEMAJUAN IPTEK UNTUK
KEMASLAHANTAN UMAT." SUHUF XVIII.(2) , 156-165 melalui
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/handle/11617/891
Arsal, A. F., Fauzi, A. Z., Permana, A. A., Noris, M., Rasmani, R., AS, A. P., ...
& Perdana, A. T. (2023). Bioteknologi. Global Eksekutif Teknologi.
Ettinger SJ, Feldman EC, Cote E. 2017. Textbook of Veterinary Internal
Medicine 8thEdition. USA : Elsevier.
Jonkisz P, Kurosad A, Sikorska-Kopylowicz A. 2016. Severe Haemo-philia
A in Mixed-Breed Dog –A Case Report. Research & Reviews: Journal of
Veterinary Sciences. 2(1): 44-46.
Nielssen A. 2007. Coagulopathies. Didalam: Rubin S, Carr A, editor. 2007.
Canine Internal Medicine Secrets. USA : Mosby Elsevier.
Rahmadona, D. (2022). Hemofilia. Jurnal Kedokteran, 11(3), 1125-1139.

International Journal of Technology, Education Halaman 1-6 5


and Social Humanities (IJoTES)
Volume 1 Nomor 1 Juli-Desember 2023
https://journal.bengkuluinstitute.com/index.php/IJoTES

Tunjungsari, L., & Pradianto, B. I. (2019). Hemofilia pada anjing siberian


husky. ARSHI Veterinary Letters, 3(4), 63-64.

6 Halaman 1-6 International Journal of Technology,


Education and Social Humanities (IJoTES)

Anda mungkin juga menyukai