Disusun Oleh:
1. Nur Afifatur Rohmah (1303041)
2. Resti Fatimah (1303043)
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas “Makalah
Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Hipospadia” Makalah ini diajukan guna memenuhi
tugas Sistem Hematologi dan Imunologi.
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini adanya bantuan berbagai pihak,
untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya
kepada kami
2. Ns., Fery Agusman MM, SKM., M.Kep., Sp.Kom. Ketua STIKES Karya Husada
Semarang
3. Dosen pembimbing Sistem Hematologi dan Imunologi Ns. M. Jamaluddin, S.Kep.
4. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
Sejalan dengan materi yang sedang kami pelajari dan diketahui sebelumnya, semoga
dengan adanya makalah ini setidaknya dapat bermanfaat untuk menambah wawasan
pengetahuan yang berhubungan dengan Sistem Hematologi dan Imunologi.
Kami meyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki sehinggga dapat selesai dengan
baik. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
penyempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit ini pertama kali dikenal pada keluarga Judah yaitusekita abad kedua
sesudah Masehi di Talmud. Pada awal abad ke-19sejarah baru hemofilia baru dimulai
dengan dituliskannya silsilahkeluarga Kerajaan Inggris mengenai penyakit ini oleh
Otta (1803).
Kata hemofilia pertama kali muncul pada sebuah tulisan yang ditulis oleh
Hopff di Universitas Zurich, tahun 1828. Dan menurut ensiklopedia Britanica, istilah
hemofilia (haemophilia) pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter
berkebangsaan Jerman, Johann Lukas Schonlein (1793 - 1864), pada tahun 1928.
Pada abad ke 20, pada dokter terus mencari penyebab timbulnya hemofilia. Hingga
mereka percaya bahwa pembuluh darah dari penderita hemofilia mudah pecah.
Kemudian pada tahun 1937, dua orang dokter dari Havard, Patek dan Taylor,
menemukan pemecahan masalah pada pembekuan darah, yaitu dengan menambahkan
suatu zat yang diambil dari plasma dalam darah. Zat tersebut disebut dengan "anti -
hemophilic globulin". Di tahun 1944, Pavlosky, seorang dokter dari Buenos Aires,
Argentina, mengerjakan suatu uji coba laboratorium yang hasilnya memperlihatkan
bahwa darah dari seorang penderita hemofilia dapat mengatasi masalah pembekuan
darah pada penderita hemofilia lainnya dan sebaliknya. Ia secara kebetulan telah
menemukan dua jenis penderita hemofilia dengan masing - masing kekurangan zat
protein yang berbeda - Faktor VIII dan Faktor IX. Dan hal ini di tahun 1952,
menjadikan hemofilia A dan hemofilia B sebagai dua jenis penyakit yang berbeda
Meskipun hemofilia telah lama dikenal di dalam kepustakaan kedokteran, tetapi di
Jakarta baru tahun 1965 diagnosis laboratorik diperkenalkan oleh Kho Lien Keng
dengan Thromboplastin Generation Time (TGT) di samping prosedur masa
perdarahan dan masa pembekuan. Pengobatan yang tersedia di rumah sakit hanya
darah segar, sedangkan produksi Cryoprecipitate yang dipakai sebagai terapi utama
hemofilia di Jakarta, diperkenalkan oleh Masri Rustam pada tahun 1975.
Pada tahun 2000 hemofilia yang dilaporkan ada 314, pada tahun 2001 kasus
yang dilaporkan mencapai 530. Diantara 530 kasus ini, 183 kasus terdaftar di RSCM,
sisanya terdaftar di Bali, Bangka, Bandung, Banten, Lampung, Medan, Padang,
Palembang, Papua, Samarinda, Semarang, Surabaya, Ujung Pandang dan Yogyakarta.
Di antara 183 pasien hemofilia yang terdaftar di RSCM, 100 pasien telah diperiksa
aktivitas faktor VIII dan IX. Hasilnya menunjukkan 93 orang adalah hemofilia A dan
7 pasien adalah hemofilia B. Sebagian besar pasien hemofilia A mendapat
cryoprecipitate untuk terapi pengganti, dan pada tahun 2000 konsumsi cryoprecipitate
mencapai 40.000 kantong yang setara dengan kira-kira 2 juta unit faktor VIII.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan hemofilia ?
b. Apa penyebab dari penyakit hemofilia ?
c. Apa saja jenis-jenis dari hemofilia ?
d. Apa saja tanda dan gejala dari hemofilia ?
e. Apa patofisiologi dan pathway dari hemofilia ?
f. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada penderita hemofilia ?
g. Bagaimana penatalksanaan pada penderita hemofilia ?
h. Apa saja komplikasi dari penderita hemofilia ?
i. Bagaimana asuhan keperawatan pada penderita hemofilia ?
C. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengertian dari hemofilia.
b. Untuk mengetahui dan memahami tentang penyebab dari penyakit hemofilia.
c. Untuk mengetahui dan memahami tentang jenis-jenis dari hemofilia.
d. Untuk mengetahui dan memahami tentang tanda dan gejala dari hemofilia.
e. Untuk mengetahui dan memahami tentang patofisiologi dan pathway dari
hemofilia.
f. Untuk mengetahui dan memahami tentang pemeriksaan penunjang pada penderita
hemofilia.
g. Untuk mengetahui dan memahami tentang penatalksanaan pada penderita
hemofilia.
h. Untuk mengetahui dan memahami tentang komplikasi dari penderita hemofilia.
i. Untuk mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan pada penderita
hemofilia.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hemofilia
Hemofilia adalah suatu penyakit yang diturunkan dan dapat menyerang siapa
saja. Penderita hemofilia terbanyak adalah pria. Wanita akan mengalami hemofilia
jika ayahnya adalah penderita hemofilia dan ibunya adalah pembawa sifat (carrier ).
Hemofilia adalah penyakit koagulasi darah kongenital karena anak kekurangan
faktor pembekuan VIII (Hemofilia A) atau faktor IX (HemofiliaB).
Hemofilia adalah penyakit kelainan darah, dimana darah sulit membeku
dengan sendirinya. Hemofilia bersifat menurun. Diturunkan dari ibu kepada anaknya
pada saat anak tersebut dilahirkan.
Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter ataudidapat yang paling
sering dijumpai, bermanifestasi sebagai episode perdarahan intermiten.
Hemofilia disebabkan oleh mutasi gen faktor VIII (F VIII) atau faktor IX (F
IX), dikelompokkan sebagai hemofolia A dan hemofilia B. Kedua gen tersebut
terletak pada kromosom X,sehingga termasuk penyakit resesif terkait-X
(Ginsberg,2008). Olehkarena itu, semua anak perempuan dari laki-laki yang
menderita hemofilia adalah karier penyakit, dan anak laki-laki tidak terkena.Anak
laki-laki dari perempuan yang karier memiliki kemungkinan50% untuk menderita
penyakit hemofilia. Dapat terjadi wanita homozigot dengan hemofilia (ayah
hemofilia, ibu karier), tetapi keadaan ini sangat jarang terjadi. Kira-kira 33% pasien
tidak memiliki riwayat keluarga dan mungkin akibat mutasi spontan (Hoffbrand,
Pettit, 1993).
Hemofilia merupakan kelainan perdarahan herediter terikat faktor resesif yang
dikarakteristikkan oleh defisiensi faktor pembekuan esensial yang diakibatkan oleh
mutasi pada kromosom X (Wiwik Handayani, 2008).
Hemofilia adalah penyakit perdarahan akibat kekurangan faktor pembekuan
darah yang diturunkan (herediter) secara sex-linked recessive pada kromosom X (Xh).
Meskipun hemofilia merupakan penyakit herediter tetapi sekitar 20-30% pasien tidak
memiliki riwayat keluarga dengan gangguan pembekuan darah, sehingga diduga
terjadi mutasi spontan akibat lingkungan endogen maupun eksogen (Aruet al, 2010).
B. Etiologi Hemofilia
Beberapa penyebab Hemofilia adalah karena anak kekurangan faktor pembekuan VIII
(Hemofilia A) atau faktor IX (Hemofilia B).
Ada beberapa faktor untuk untuk bisa terjadinya hemofilia antara lain adalah:
1. Faktor congenital
Bersifat resesif autosomal herediter. Kelainan timbul akibat sintesis faktor
pembekuan darah menurun. Gejalanya berupa mudahnya timbul kebiruan pada
kulit atau perdarahan spontan atau perdarahan yang berlebihan setelah suatu
trauma.
Pengobatan : dengan memberikan plasma normal atau konsetrat faktor yang
kurang atau bila perlu diberikan transfusi darah.
2. Faktor didapat.
Biasanya disebabkan oleh defisiensi faktor II ( protombin ) yang terdapat pada
keadaan berikut :
Neonatus, karena fungsi hati belum sempurna sehingga pembekuan faktor darah
khususnya faktor II mengalami gangguan. Pengobatan : umumnya dapat sembuh
tanpa pengobatan atau dapat diberikan.
D. Klasifikasi Hemofilia
Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu :
a. Hemofilia A (pembentukan darah tidak normal) dikenal juga dengan nama :
- Hemofilia klasik karena jenis hemophilia ini adalah yang paling banyak
kekurangan factor pembekuan darah.
- Hemofilia kekurangan factor VIII karena kekurangan factor VIII protein pada
darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
b. Hemofilia B (pembekuan darah terhambat) dikenal juga dengan nama :
- Christmas Disease karena ditemukan pertama kalinya pada seseorang
bernama Steven Christmas dari Kanada.
- Hemofilia kekuarang factor IX karena kekurangan factor IX protein pada
darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
E. Derajat Hemofilia
Berat < 1% dari jumlah normalnya Perdarahan dapat terjadi begitu saja tanpa
sebab yang jelas dan terjadi beberapa kali
sebulan
A. Pengkajian
1. Anamnesis
Anamnesis yang perlu dipertanyakan:
a. Biodata Klien Biasanya lebih banyak terjadi pada pria karena mereka hanya
memiliki 1 kromosom X. Sedangkan wanita, umumnya menjadi pembawa sifat
saja (carrier).
b. Riwayat Penyakit Sekarang Sering terjadi nyeri pada luka, pembengkakan,
perdarahan pada jaringan lunak, penurunan mobilitas, perdarahan mukosa oral,
ekimosis subkutan diatas tonjolan-tonjolan tulang.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Focus primer yang sering terjadi pada hemofilia adalah seringterjadi
infeksi pada daerah luka, dan mungkin terjadi hipotensi akibat perdarahan
yang terus menerus dan apabila sering terjadi perdarahan yang terusmenerus
pada daerah sendi akanmengakibatkan kerusakan sendi, dan sendi yang paling
rusakadalah sendi engsel, seperti patella, pergelangan kaki, siku. Pada sendi
engsel mempunyai sedikit perlindungan terhadap tekanan, akibatnya sering
terjadi perdarahan.
Sedangkan pada sendi peluru seperti panggul dan bahu, jarang terjadi
perdarahan karena pada sendi peluru mempunyai perlindungan yang baik.
Apabila terjadi perdarahan, jarang menimbulkan kerusakan sendi.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah riwayat penyakit hemofilia atau penyakit herediterseperti kekurangan
faktor VIII protein dan faktor pembekuan IX dan Keluarga yang tinggal
serumah, ataupun penyakit herediterlainnya yang ada kaitannya dengan
penyakit yang diderita kliensaat ini.
2. Pengkajian sistem neurologik
a. Pemeriksaan kepala
b. Reaksi pupil
c. Tingkat kesadaran
d. Reflek tendo
e. Fungsi sensoris
3. Hematologi
a. Tampilan umum
b. Kulit : (warna pucat, petekie, memar, perdarahan membran mukosa atau dari
luka suntikan atau pungsi vena)
c. Abdomen (pembesaran hati, limpa)
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. Nadi, tekanan darah, suhu badan
d. Tanda-tanda kulit dan mukosa
e. Tanda-tanda anemia
f. Aktivitas
Gejala :Kelelahan, malaise, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas.
Tanda :Kelemahan otot, somnolen
g. Sirkulasi
Gejala :Palpitasi
Tanda :Kulit, membran mukosa pucat, defisit saraf serebral/ tanda perdarahan
serebra
h. Eliminasi
Gejala :Hematuria
i. Integritas ego
Gejala :Persaan tak ada harapan, tak berdaya
Tanda :Depresi, menarik diri, ansietas, marah
j. Nutrisi
Gajala :Anoreksia, penurunan berat badan
k. Nyeri
Gejala :Nyeri tulang, sendi, nyeri tekan sentral, kram otot
Tanda :Perilaku berhati-hati, gelisah, rewel
l. Keamanan
Gejala :Riwayat trauma ringan, perdarahan spontan.
Tanda :Hematom
B. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko kekurangan volume cairan b.d faktor resiko kehilangan cairan melalui rute
abnormal (perdarahan)
b. Nyeri b.d perdarahan dan faktor trauma
c. Hambatan mobilitas fisik b.d efek perdarahan pada sendi dan jaringan lain. d.
Resiko syok
C. Intervensi
MANAJEMEN CAIRAN
Pertahankan posisi tirah
baring selama masa akut
Kaji adanya
peningkatan
JVP, edema dan asites
Tinggikan kaki saat
berbaring
Buat jadwal masukan
cairan
Monitor intake nutrisi
Timbang BB secara
berkala
Monitor TTV
Pantau haluaran urine
(karakteristik, warna, ukuran)
Keseimbangan cairan
secara 24 jam
Monitor tanda dan
gejala asites dan edema
Ukur lingkaran abdomen,
awaaaasi tetesan infus
Pantau albumin serum
Kaji turgor kulit
2 Nyeri b.d perdarahan dan faktor NOC :
trauma. Pain Level,
Pain control,
Batasan karakteristik : Comfort level Kriteria Hasil : Pain Management
• Laporan secara verbal atau non Mampu mengontrol nyeri (tahu - Lakukan pengkajian nyeri
verbal penyebab nyeri, mampu secara komprehensif
• Fakta dari observasi
menggunakan tehnik termasuk lokasi,
• Posisi antalgic untuk menghindari
nyeri nonfarmakologi untuk karakteristik, durasi,
• Gerakan melindungi mengurangi nyeri, mencari frekuensi, kualitas dan
• Tingkah laku berhati-hati bantuan) faktor presipitasi
• Muka topeng Melaporkan bahwa nyeri - Observasi reaksi
• Gangguan tidur (mata sayu, berkurang dengan menggunakan nonverbal dari
tampak capek, sulit atau gerakan manajemen nyeri ketidaknyamanan
kacau, menyeringai) Mampu mengenali nyeri (skala, - Gunakan teknik
• Terfokus pada diri sendiri komunikasi terapeutik
intensitas, frekuensi dan tanda
• Fokus menyempit (penurunan
persepsi waktu, kerusakan proses nyeri) untuk mengetahui
berpikir, penurunan interaksi Menyatakan rasa pengalaman nyeri pasien
dengan orang dan lingkungan) nyaman setelah nyeri - Kaji kultur yang
• Tingkah laku distraksi, contoh : berkurang mempengaruhi respon
jalan-jalan, menemui orang lain Tanda vital dalam nyeri
dan/atau aktivitas, aktivitas rentang normal - Evaluasi pengalaman
berulang-ulang) nyeri masa lampau
• Respon autonom (seperti - Evaluasi bersama pasien
diaphoresis, perubahan tekanan dan tim kesehatan lain
darah, perubahan nafas, nadi dan tentang ketidakefektifan
dilatasi pupil) kontrol nyeri masa lampau
• Perubahan autonomic dalam
- Bantu pasien dan keluarga
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku) untuk mencari dan
• Tingkah laku ekspresif (contoh : menemukan dukungan
gelisah, merintih, menangis, - Kontrol lingkungan yang
waspada, iritabel, nafas dapat mempengaruhi nyeri
panjang/berkeluh kesah) seperti suhu ruangan,
• Perubahan dalam nafsu makan pencahayaan dan
dan minum kebisingan
- Kurangi faktor presipitasi
Faktor yang berhubungan :
nyeri
Agen injuri (biologi, kimia, fisik,
- Pilih dan lakukan
psikologis)
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
- Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
- Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen
nyeri
Analgesic Administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
- Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
- Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
- Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
- Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
- Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
- Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
3 Hambatan mobilitas fisik b.d efek Join movement : active TERAPI AKTIVITAS:
AMBULASI
perdarahan pada sendi dan jaringan Mobility level
Definisi : membantu pasien
lain. Self care: ADLs memulai aktivitas fisik
Transfer pervomance untuk memperkuat fungsi
tubuh selama perawatan dan
Batasan Karateristik: melindungi dari sakit atau
- Penurunan waktu reaksi Kriteria Hasil: cedera
- Kesulitan membolak balikkan - Klien mampu melakukan Intervensi :
monitoring vital
posisi aktivitas fisik
sign sebelum dan sesudah
- Dispnea setelah beraktivitas - Menegrti tujuan dari latihan dan lihat respon
pasien saat latihan
- Perubahan cara berjalan peningkatan mobilitas
konsultasikan
- Gerakan gemetar - Memverbalisasikan dengan fisioterapis
- Etc perasaan dalam tentang rencana ambulasi
sesuai dengan kebutuhan
Faktor yang berhubungan meningkatkan kekuatan dan bantu klien untuk
Pengobatan kemampuan pindahan menggunakan tongkat saat
pembatasan gerak berjalan dan cegah terhadap
- Memperagakan cedera
Kurang pengetahuan
tentang penggunaan alat bantu ajarkan pasien
kegunaan pergerakan fisik untuk mobilisasi ( walker) atau tenaga kesehatan
Indeks masa tubuh diatas lain tentang teknik
75 ambulasi kaji
tahun persentil sesuai dengan usia kemampuan pasien dalam
mobilisasi
Kerusakan persepsi sensori latih pasien dalam
Tidak nyaman, nyeri pemenuhan kebutuhan ADL
Kerusakan muskuloskeletal dan secara mandiri sesuai
neuromuskular kemampuan
Intoleransi aktivitas dampingi dan bantu pasien
Depresi mood/cemas saat mobilisasi dan bantu
Kerusakan kognitif pemenuhan kabutuhan ADL
Penurunan kekuatan otot berikan alat bantu
Keengganan untuk memulai bila pasien memerlukan
gerak ajarkan bagaimana merubah
Gaya hidup yang menetap, tidak posisi dan berikan bantuan
digunakan jika diperlukan
Malnutrisi umum atau
selektif Kehilangan integritas
struktur tulang
B. Saran
Hendaknya para tenaga kesehatan khususnya perawat dapat mengerti maupun
memahami tentang penyakit hemofilia sehingga selain mampu untuk melakukan
tindakan keperawatan kepada pasien, juga mampu mengerti mengenai asuhan
keperawatan pada anak dengan hemofilia.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif, H. K. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan NANDA NIC NOC . Yogyakarta: Media Action.
Cecily. L Betz. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Alih bahasa Jan Tambayong.
EGC:Jakarta.
Hemofilia Indonesia. (n.d.). Retrieved Mei, 30, 2015, from Hemofilia Indonesia:
http://www.hemofilia.or.id/hemofilia.php