Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PENGENDALIAN POPULASI KUCING LIAR DI LINGKAR

KAMPUS IPB UNIVERSITY DRAMAGA SAAT PANDEMI COVID-19

BELLA UTHAMI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
ANALISIS PENGENDALIAN POPULASI KUCING LIAR DI LINGKAR
KAMPUS IPB UNIVERSITY DRAMAGA SAAT PANDEMI COVID-19

BELLA UTHAMI

Proposal Penelitian
sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
Judul Skripsi : Analisis Pengendalian Populasi Kucing Liar Di Lingkar Kampus IPB
University Dramaga Saat Pandemi Covid-19.
Nama : Bella Uthami
NIM : B04170182

Disetujui oleh

Pembimbing 1:
__________________
Dr. Drh. Gunanti, MS

Pembimbing 2:
Dr. Drh. Savitri Novelina, MSi, PAVet __________________

Diketahui oleh

Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Kedokteran Hewan:


Prof. Drh. Ni Wayan Kurniani Karja, M.P., Ph.D __________________
NIP: 196308101988031004

Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kucing merupakan hewan peliharaan yang telah didomestikasi sejak 3000-4000 tahun
lalu pada zaman mesir kuno, kucing domestikasi (Felis domesticus) adalah hewan domestik
yang merupakan keturunan dari kucing eropa (Felis sylvestris) dengan kucing hutan afrika
(Felis lybica). , Ffelis domesticus termaksud masuk dalam kelas mamalia, ordo karnivora,
sub ordo feliformia, famili felidae (Lesmana 2008). Kucing adalah salah satu hewan
peliharaan terpopuler di dunia yang dapat dipelihara oleh masyarakat indonesia, baik di
perkotaan maupun di pedesaan (Budiana et al 2006). Kucing merupakan binatang yang jinak
dan bersahabat dengan manusia disekitarnya. Populasinya juga mengalami peningkatan
dalam jumlah besar. Peningkatan populasi hewan dalam jumlah besar menjadi masalah
tersendiri bagi kesehatan manusia, terutama hewan kecil seperti kucing karena hewan-hewan
tersebut dapat menularkan dan membawa berbagai agen penyakit (Lesmana 2008).
Hewan peliharaan di rumah yang harus diperhatikan adalah pola makan dan minum
yang teratur terutama dalam memelihara kucing yang sangat sensitif terhadap makanan dan
minuman. Pola makan dan minum ini sangat perlu sekali diperhatikan supaya kucing yang
kita pelihara tidak mengalami kekurangan gizi atau mengalami obesitas. Kucing kampung
yang ada di Indonesia tidak semuanya tempat hidupnya sama. Beberapa kucing hidupnya liar
dan ada yang dipelihara oleh manusia. Kucing kampung mudah dijumpai di berbagai tempat
seperti pasar, sekolah, tempat wisata, dan terminal. Tempat hidup kucing sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan kucing (Budiana et al 2006).
Kucing merupakan hewan yang memiliki siklus birahi seasonal polyestrus.
Percampuran betina dan jantan pada masa birahi akan menghasilkan kemungkinan
kebuntingan yang cukup tinggi. Kucing merupakan tipe hewan dengan kemampuan bunting
dan partus beberapa fetus atau disebut multipara. Sehingga dalam satu kali periode
kebuntingan, 1-6 ekor anak kucing akan lahir. Jika tidak ada kontrol populasi terhadap
kucing, baik betina maupun jantan, dalam satu tahun, jumlah populasi kucing dapat
bertambah hingga 18 kali lipat. Berdasarkan data OIE tahun 2018, jumlah populasi kucing di
Jawa Barat yaitu 8341 ekor (OIE 2018).
Kekhawatiran atas kepadatan populasi kucing domestik liar adalah masalah global
yang terkait dengan kesejahteraan kucing dan risiko terhadap kesehatan masyarakat
(zoonosis) (Flockhart dan Coe 2018). Semakin bertambahnya populasi, makan semakin besar
kemungkinan manusia akan bertemu atau terpapar dengan kucing liar yang berkemungkinan
berperan sebagai pembawa penyakit zoonosis. Populasi yang berlebihan juga akan
berdampak pada persaingan untuk mendapatkan makanan, sehingga kesejahteraan hewan pun
tidak terpenuhi. Penangkapan, steril dan pelepasan kembali (trap neuter release/ TNR)
digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Upaya ini dilakukan
untuk mengurangi ukuran populasi dengan mengurangi tingkat pertumbuhan dan reproduksi
(Kreisler et al. 2019). Upaya sterilisasi merupakan solusi yang paling efektif menekan
ledakan populasi kucing lokal. Namun semua upaya tersebut hanya dapat dilakukan oleh
dokter hewan di rumah sakit atau klinik hewan yang memiliki fasilitas memenuhi standar
operasi. Mobilitas yang kurang menjadi sebuah masalah untuk mengefisienkan upaya
menekan ledakan populasi. Sterilisasi pada hewan yang dilakukan saat ini dapat dibedakan
secara medis, dengan tindakan operasi pengambilan organ reproduksi hewan jantan (kastrasi)
atau hewan betina (ovariohisterectomy) (Katherine dan Linda 2013).
Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi, menganalisa kehidupan kucing-


kucing liar di lingkar kampus IPB University Dramaga di tengah masa pandemik covid-19
dan mengupayakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi populasi.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dari hasil analisa mengenai
bagaimana kehidupan kucing-kucing liar akibat dari dampak masa pandemik.

TINJAUAN PUSTAKA

Kucing Liar??? Definisi kucing liar??

Kucing adalah salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia. Populasinya juga
mengalami peningkatan dalam jumlah besar. Peningkatan populasi hewan dalam jumlah
besar menjadi masalah tersendiri bagi kesehatan manusia, terutama hewan kecil seperti anjing
dan kucing karena hewan-hewan tersebut dapat menularkan dan membawa berbagai agen
penyakit. Salah satu solusi untuk mengendalikan tingginya populasi hewan seperti kucing dan
anjing adalah dengan melakukan tindakan sterilisasi baik pada jantan maupun betina
(Lesmana 2008).
Kucing yang dipelihara maupun yang tidak dipelihara bisa terserang oleh ektoparasit,
tergantung pada kondisi lingkungannya. Contohnya adalah kucing yang dirawat, diberi
makanan dan minuman serta tempat tinggal yang baik oleh pemeliharanya dapat mengurangi
potensi terserang ektoparasit. Disamping itu kucing yang berkeliaran bebas mencari makan
dan tempat tinggal di berbagai tempat, berpotensi terserang ektoparasit lebih tinggi (Bowman
2009).
Kucing merupakan jenis hewan peliharaan yang sangat umum ditemui. Namun, tidak
semua individu kucing menjadi hewan peliharaan. Hal ini bergantung pada keunikan dan
kecenderungan kesenangan pemilik terhadap ras tertentu atau motivasi memelihara. Pemilik
hewan peliharaan tak jarang memperlakukan hewan peliharaannya secara istimewa, mulai
dari pemberian makan, memandikan dengan shampo khusus hingga membawa hewan
peliharaan mereka secara rutin ke dokter hewan untuk melakukan pemeriksaan. Kucing yang
telah mengalami domestikasi dikenal dengan nama ilmiah Felis catus atau Felis
domesticus.kucing menggunakan variasi vokalisasi dan tipe bahasa tubuh untuk komunikasi,
meliputi: meowing, purring, hissing, growling, squeking, chriping, clicking, dan grunting
(Mariandayani 2012).

Kesejahteraan Hewan

Kesejahteraan hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik
dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan
ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap
hewan yang dimanfaatkan manusia (UU RI No 18 Tahun 2009). Sasaran dari kesejahteraan
hewan adalah semua hewan yang berinteraksi dengan manusia dimana intervensi manusia
sangat mempengaruhi kelangsungan hidup hewan, bukan hewan yang hidup di alam. Prinsip
5F (Five freedom) atau lima kebebasan mengacu pada Farm Animal Welfare Council yang
menjamin penerapan kesrawan pada hewan secara manusiawi yaitu bebas rasa lapar dan
haus (hewan diberi kemudahan akses untuk minum dan pakan sesuai diet, rasa panas dan
tidak nyaman (hewan diberi naungan yang nyaman untuk beristirahat); rasa nyeri, trauma
dan penyakit (hewan diberikan pencegahan dan pengobatan yang sesuai dengan
penanganannya); ketakutan dan stres jangka panjang (mencegah penderitaan hewan
seminimal mungkin); dan mengekspresikan tingkah laku alami (hewan diberikan ruang gerak
dan fasilitas sesuai kebutuhan hewan (Mellor 2016).
Kesejahteraan hidup bukan hanya diperoleh manusia tetapi hewan juga memiliki dan
membutuhkan hak-hak untuk memperoleh kesejahteraan selama hidupnya. UU No 18 tahun
2009, kesejahteraan hewan (animal welfare) adalah segala urusan yang berhubungan dengan
keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan
dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak
terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia. Kesejahteraan hewan yang baik dibuktikan
dengan terpenuhinya lima aspek kebebasan hewan (five freedom) yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup bagi semua hewan (Huda 2013).

Nutrisi

Nutrisi adalah keseluruhan berbagai proses dalam tubuh makhluk hidup untuk
menerima bahan–bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan–bahan tersebut
agar menghasilkan berbagai aktivitas dalam tubuhnya sendiri. Bahan–bahan tersebut dikenal
dengan istilah nutrient (unsur gizi, yaitu; air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
mineral) (Back E.M 2000). Kebutuhan energi untuk kucing dewasa yang kurang aktif
berkisar antara 60-70 kkal energi metabolis/kg, sedangkan untuk kucing yang aktif berkisar
antara 80-90 kkal/kg BB.
Makanan kucing harus memiliki kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh kucing (Knight
2005). Membutuhkan nutrisi adalah salah ciri mahluk hidup. Menurut Back E.M (2000),
perilaku dalam melanja (mendapatkan makanan), tidak hanya mencakup makan, tetapi juga
aktivitas apa pun yang digunakan oleh hewan untuk mencari, mengenali, dan menangkap
makanan. Contoh perilaku melanja dapat ditemukan pada kucing. Kucing lebih suka makan
sendiri daripada berkoloni, kucing berburu di siang dan malam hari, dan lebih menyukai
makanan yang sesuai dengan temperatur tubuhnya (sekitar 101oF/38oC) (Anonim 1, 2015).

Sterilisasi

Sterilisasi merupakan tindakan bedah yang dilakukan dalam pengangkatan organ


reproduksi pada hewan jantan maupun betina. Kastrasi atau orchiectomy adalah tindakan
bedah yang dilakukan pada testis berupa pengambilan atau pemotongan testis dari tubuh.
Kastrasi ini dilakukan pada hewan jantan dalam keadaan tidak sadar (anestesi umum)
(Amiruddin et al. 2015). Kastrasi umumnya dilakukan untuk sterilisasi (mengontrol
populasi), pengemukan hewan, mengurangi sifat agresif, serta salah satu pilihan terapi dalam
menangani kasus-kasus patologi pada testis atauskrotum. Tindakan kastrasi yang dilakukan
pada hewan ditunjukan pada beberapa hal, yaitu hewan yang dikastrasi akan menimbun
lemak baik diantara maupun didalam muskuluus, agresifitas serta libido dapat dikurangi
sehingga mempermudah perawatan (Tilley dan Smith 2000). Syarat kucing yang akan
dilakukan kastrasi adalah harus dalam keadaan sehat. sebagian besar kucing dikastrasi ketika
berumur sekitar 5-8 bulan, para ahli perilaku hewan menyarankan melakukan kastrasi pada
kucing yang memasuki masa puber, karena dapat mencegah munculnya sifat/perilaku kucing
yang tidak diinginkan. Sebelum pelaksanaan operasi pasien telah diperiksa keadaan fisik dan
semua dalam keadaan normal. Hal tersebut dapat diketahui melalui pemeriksaan fisik berupa
inspeksi ada atau tidaknya keabnormalannya bagian tubuh, pengukuran berat badan, pulsus,
temperatur, membrane mukosa, penentuan umur, frekuensi jantung, frekuensi nafas dengan
cara auskultasi (Pertiwi 2004).
Sterilisasi pada kucing betina merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengontrol populasi kucing yang dikenal juga dengan ovariohisterektomi.
Ovariohisterektomi adalah istilah dalam kedokteran yang terdiri dari ovarioctomi dan
histerektomi. Ovarioctomi adalah tindakan mengeluarkan ovarium dari rongga abdomen dan
histerektomi adalah tindakan memotong uterus dari rongga abdomen (Itvatea 2006). Operasi
ovariohisterectomi bersifat permanen dan hewan yang telah disterilkan tidak lagi melewati
heat cyclus. Heat cyclus atau estrus merupakan kondisi hewan yang mengalami masa subur
dan siap untuk dikawinkan dengan pejantan. Ovariohisterektomi (OH) merupakan tindakan
pengambilan ovarium, corpus uteri dan cornua uteri dari rongga abdomen (Nelson 2003).
Selain digunakan untuk mencegah meningkatnya populasi hewan, ovariohisterektomy dapat
digunakan untuk terapi karena adanya tumor pada ovarium, kista ovari atau tumor pada
uterus dan pyometra. Operasi ini juga akan mempengaruhi perubahan tingkah laku sehingga
mudah dikendalikan dan lebih jinak. Perubahan tingkah laku juga dapat dilihat dari hewan
tidak berahi lagi, tidak bunting, dan tidak dapat menyusui (Nelson 2003).

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Mei s.d. Agustus 2020. Penelitian dilakukan di
lingkungan kampus IPB University Dramaga dan Ruang Operasi Hewan Besar RSHP FKH
IPB.

Analisis Data

Data yang diperoleh adalah tabulasi data kejadian populasi di lingkar kampus IPB
University Dramaga Bogor tahun 2020. Pengolahan data dilakukan pada Microsoft Excel
2019 kemudian dianalisis dengan metode deskriptif. Hasil analisis data yang diperoleh
kemudian dipadankan menggunakan berbagai sumber pustaka yang relevan.

DAFTAR PUSTAKA

[OIE] Office International des Epizooties. 2018. Animal Population: Cats, 2018. [Internet].
[diuduh 511 Mei 2020], Tersedia pada:
https://www.oie.int/wahis_2/public/wahid.php/Countryinformation/Animalpopulation
Amiruddin, Syafruddin, Desky S, Siregar N.T., Sayuti A, Harris A. 2015. Pengaruh
pemberian getah buah pepaya dari povidone iodine terhadap kesembuhan luka
kastrasi pada kucing (Felis domestica) jantan. Jurnal Medika Veterinaria. 9(1): 44-47.
Anonim 1. 2015. “The Natural Feeding Behaviour of Cats”. http://www.hillspet.com/cat-
care/natural-feeding-behavior-of-cats.html, diakses tanggal 15 Mei 2015.
Beck. E Mary. (2000). Nutrition and dietics For Nurse. New York: Aspen Publisher.
Bowman, D.D. 2009. Georgis Parasitologi for Veterinery. 8th Ed. Saundres an Imprint of
Elsevier Science.
Budiana, N.S dan Muhammad A.S. 2006. Membiakkan Kucing Ras. Penebar Swadaya.
Jakarta. 8-10.
Flockhart DTT andCoel JB. 2018. Multistate matrix population model to assess the
contributions and impacts on population abundance of domestic cats in urban areas
including owned cats, unowned cats, and cats in shelters. Journal.pone.
Huda, M. N. (2013). Peran animals asia dalam penanggulangan penyiksaan hewan di Cina.
Journal Ilmu Hubungan Internasional. 1 (3): 741 - 752.
Itvatia A. 2006. Pet and Flower House. [Skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponogoro.
Katherine, M dan Linda, R. 2013. Contraception and Fertility Control in Dogs and Cats.
Portland: Alliance for Conception in Cats and Dogs. Hal 19-24.
Knight, A. 2005. “In Defense of Vegetarian Cat Food”. Journal of the America Veterinary
Medical Association. 226 (4): 512-3.
Kreisler RE, Cornell HNand Levy JK. 2019. Decrease in Population and Increase in Welfare
of Community Cats in a Twenty-Three Year Trap-Neuter-Return Program in Key
Largo, FL: The ORCAT Program. (6).
Lesmana, T. 2008. Morfogenetika Kucing (Felis domesticus) di Jakarta
Timur.Skripsi.Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Alam Institut
Pertanian Bogor. Hal 1.
Mariandayani, H.N. 2012. Keragaman kucing dopmestic (Felis domesticus) Berdasarkan
Morfogenetik. Jurnal peternakan sriwijaya. 1(1):3-10
Meek PD, 2003. Home range of house cats Felis catus living within a National Park.
Australian Mammalogy. 25: 51-60.
Mellor DJ. 2016. Moving beyond the “Five Freedoms” by updating the “Five Provisions”
and introducing aligned “Animal Welfare Aims”. Animals. 6:59.
Nelson, R. W, Couto, C.G.2003.Small Animal Internal Medicine.Eds-3. Missouri: Mousby.
Pertiwi RA. 2004. The comparison of the clinical effects between sulfas atropine-xylazine-
ketamine and sulfas atropine-midazolam-ketamine in Cats. Forum Pascasarjana. 27:
123-134
Tilley LP dan Smith FWJ. 2000. The 5 Minute Veterinary Consult Canine and Feline. Williams
& Wilkins. USA
UU RI. 2009. Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun 2009. Tentang Peternakan
dan Kesejahteraan Hewan.

Anda mungkin juga menyukai