Anda di halaman 1dari 5

Nama Andi Maisya Rezki

NIM B0901201057

PRE-TEST
1. Jelaskan fase-fase siklus estrus pada sapi betina beserta dengan hormon yang
mengaturnya, sertakan jaringan yang mensekresikan hormon tersebut.
Siklus estrus pada sapi betina terbagi menjadi fase folikular dan fase luteal. Fase
folikular tebagi menjadi proestrus dan estrus, sedangkan fase luteal terbagi menjadi
metestrus dan diestrus. Fase proestrus terjadi selama 3 hari, estrus selama 12-24 jam,
Metestrus 3-5 hari dan diestrus selama 13 hari pada sapi betina.

1. Proestrus
Fase proestrus ditandai dengan folikel tumbuh di bawah pengaruh Follicle
Stimulating Hormone (FSH) dan menghasilkan cairan folikel dan estradiol. Sistem
reproduksi memulai persiapan untuk pelepasan ovum dari ovarium. Serviks
mengalami relaksasi gradual dan makin banyak mensekresikan mucus. Mucus
menjadi terang transparan dan menggantung pada akhir proestrus. Akhir dari fase
ini, betina mulai menunjukkan perhatian pada jantan.

2. Estrus
Periode estrus adalah masa puncak keinginan untuk kawin ditandai dengan
manifestasi birahi secara fisik. Fase ini ditandai dengan pembesaran folikel de
graaf dan ovum mengalami pematangan. Estradiol dari folikel de graaf
menyebabkan perubahan pada saluran reproduksi (bengkak, merah, tegang,
berlendir) sehingga terjadi penerimaan terhadap pejantan. Pada dasarnya sistem
hormonal yang mempengaruhi fase estrus berpusat pada gonadotropin dari hipofisa
interior dan FSH dan estrogen dari ovarium. Dalam fase estrus, hormon FSH dalam
darah menurun, sedangkan sekresi LH meningkat guna merangsang terjadinya
ovulasi, selanjutnya ovum terlempar dari folikel de Graaf ke bagian atas tuba
uterin. Pada akhir fase estrus terjadi ovulasi.

3. Metestrus
Metestrus merupakan fase mulai tumbuhnya corpus luteum setelah terjadi
ovulasi atau sering disebut dengan fase luteal. Setelah fase estrus, corpus luteum
(CL) tumbuh cepat dari sel-sel granulosa folikel yang telah pecah di bawah
pengaruh LH. Fase ini di bawah pengaruh hormon progesteron yang dihasilkan
oleh CL, dimana progesteron dapat menghambat sekresi FSH, sehingga menekan
pembentukan folikel de graaf dan mencegah terjadinya estrus. Sekresi mucus
menurun dan terjadi pertumbuhan endometrium secara cepat sebagai persiapan
uterus untuk menerima dan memberi makan embrio.

4. Diestrus
Fase terakhir dan terlama siklus estrus. Fase diestrus merupakan fase
pematangan corpus luteum dan pengaruh progesteron sangat nyata terhadap saluran
reproduksi. Uterus mengalami penebalan pada endometrium dan kelenjar-
kelenjarnya berhipertrofi, serta otot-otot mengendor. Serviks menutup dan lendir
vagina menjadi keruh dan lengket serta mucosa vagina pucat. Pada fase ini, mulai
terjadi perkembangan folikel primer dan sekunder dan untuk persiapan kembali ke
fase proestrus.

2. Jelaskan tentang parameter yang dievaluasi saat breeding soundness evaluation


(BSE)!

Breeding Soundness Examination/Evaluation (BSE) merupakan serangkaian test


atau evaluasi terhadap hewan pejantan berdasarkan fertilitas dan reproduksi, struktur
fisik dan genetik sehingga mampu meningkatkan sifat genetik dan performan
keturunannya. Adapun tahapan protokol dasar BSE pada sapi jantan adalah sebagai
berikut :

1) Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan


Pemeriksaan fisik melalui inspeksi, palpasi dan perkusi serta pengukuran
pada beberapa bagian tubuh diantaranya:
 Sistem lokomosi, ada tidaknya bengkak persendian, infeksi kuku, dan
lain-lain
 Kecacatan (Conformation defects ) contohnya sickle hock, cow hock.
 Pemeriksaan skor tubuh (Body condition score), skala BCS 1-5
(skotlandia) dan 1-9 (nebraska). Hal ini penting untuk kebutuhan
nutrisi reproduksi.
 Kesehatan mata
 Kesehatan mulut, gigi, rahang dan leher
 Penyakit kulit misal ringworm
Riwayat kesehatan, meliputi:
 Informasi utama meliputi identitas, umur, breed, berat badan/bobot
tubuh, vaksinasi, pengobatan sebelumnya, suhu dan kondisi mekanikal
(demam, hernia)
 Informasi tambahan meliputi nutrisi (jenis-rasio, suplemen), relokasi (2
bulan terakhir), catatan kawin (frekuensi, jumlah betina, CR%, pedet,
dll), dan perilaku kawin (kesakitan, abnormal penis).
2) Pemeriksaan organ repoduksi
Organ reproduksi eksterna
 Testis dan skrotum ( tunika dartos dan vaginalis, testis)
 Epididimis (caput, corpus, cauda epididimis, ligamentum inguinalis
testis)
 Preputium
 Penis
 Funiculus spermaticus
Organ reproduksi interna
Palpasi pada organ interna dilakukan secara per-rektal untuk mendeteksi
abnormalitas pada organ interna. Pemeriksaan kelenjar lengkap meliputi
kelenjar ampula vas deferens, vesikularis/seminal vesicles, prostat (corpus,
pars, disseminata), bulbourethralis.
3) Pengukuran lingkar skrotum
Pengukuran linkar skrotum dilakukan dengan mengurut kedua testis
kebawah dengan hati-hati hingga menyempit di bagian dasar skrotum.
Pengukuran dalam sentimeter dilakukan pada area yang paling lebar. Ketika
menilai lingkar skrotum umur pejantan perlu dipertimbangkan dikarenakan
beberapa pejantan muda mengalami gangguan sehingga tidak mencapai
ukuran yang matang dan tidak dapat dinilai sebagai bibit yang memuaskan.
4) Evaluasi serving capacity
Libido merupakan keinginan dan antusiasme dari pejantan untuk
melakukan mounting dan usaha untuk mengawini betina. Hal tersebut dikenal
dengan dorongan sex dan kemampuan dari pejantan untuk melakukan dan
menyelesaikan proses perkawinan. Metode test libido pada beef bulls yaitu
dengan cara menempatkan 2 betina yang disedasi ringan di kandang jepit
(jarak 5-7m), kemudian beberapa jantan disimuli sex dengan cara dibiarkan di
kandang untuk melihat jantan lain menaiki betina di kandang jepit selama 5-10
menit, setelah itu beberapa jantan dimasukkan kandang dgn beberapa betina
direstrain, aktivitas seks dicatat selama 10 menit. Pemberian skor diberikan
dengan rentang 0-10 untuk penilaian libido.
5) Koleksi dan evaluasi semen
Koleksi semen dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti rectal
massage, elektro ejakulasi, dan vagina buatan. Evaluasi semen melalui
pemeriksaan pada volume, warna, konsentrasi, motilitas dan morfologi
spermatozoa serta volume dan konsentrasi. Karakteristik semen normal yaitu
berwarna putih krem dan bebas dari kontaminasi (darah, urin, kotoran maupun
nanah).
Sperma motil - progresif Penilaian
>70 Sangat baik
50-69 Baik
30-49 Cukup
<29 Kurang
6) Pemeriksaan mikrobiologik atau parasitik
Pada pemeriksaan mikrobiologik diperlukan dengan tujuan untuk
mencegah adanya penurunan kualitas sperma yang digunakan dalam
inseminasi buatan. Pemeriksaan dilakukan dengan mengambil sampel, seperti:
 Sampel semen: mengambil minimal 2 ml semen segar dan diidentifikasi
secara bakteriologik atau serologik. Pemeriksaan dilakukan dengan
mengidentifikasi :
 Mycobacterium tubercullosis dan paratuberculosis
 Vibrio, Trichomonas, Brucella, Ab anti-brucella
 Mycoplasma
 Sampel darah: mengambil darah pada vena jugularis/vena auricularis/vena
magna/vena coccygea. Kemudian dilakukan pemeriksaan serologis dan
bakteriologis
 Sampel preputium: identifikasi terhadap trichomonas fetus dan vibrio.
7) Klasifikasi Breeding Soundness Examination (BSE)
Setelah dilakukan berbagai pemeriksaan kemudian dilakukan
penilaian tersebut maka dapat akan ditarik kesimpulan apakah seekor
pejantan tersebut termasuk pejantan unggul atau tidak dengan
klasifikasi sebagai berikut;
 Bibit potensial yang memuaskan (Satisfactory Potential Breeder).
Sapi jantan harus lulus Pemeriksaan Fisik, dan mencapai nilai
minimum dari :
Lingkar skrotal : sesuaikan dengan umur
Motilitas sperma : > 30%,
Morfologi spermatozoa : > 70% normal
Pejantan yang ditempatkan pada klasifikasi ini telah siap sebagai Bibit
 Bibit potensial tidak memuaskan (Unsatisfactory Potential Breeder)
Pejantan tidak mencapai nilai minimal dari penilaian BSE.
Pejantan yang ditempatkan pada kaegori ini tidak akan dijadikan
Bibit.
 Penundaan klasifikasi (Classification deferred)
Pejantan dapat menjalani pemeriksaan kembali dilain waktu
untuk menetapkan apakah dia dapat ditempatkan pada kategori Bibit
potensial yang memuaskan atau tidak

3. Jelaskan faktor yang mempengaruhi keberhasilan program IB!

a) Faktor kualitas semen beku


Inseminasi buatan harus menggunakan semen beku yang berkualitas. SNI
menyatakan syarat kualifikasi motilitas dengan minimal 40% dan mengandung
minimal 25 juta sel.
b) Deteksi birahi
Deteksi birahi yang tepat dan akurat adalah hal penting dan termasuk
faktor penentu kesuksesan IB. Deteksi birahi dilakukan dengan
memperrhatikan tanda-tanda birahi dengan baik sehingga IB dapat dilakukan
tepat pada waktunya.
c) Kondisi resipien
Hewan betina sebagai resipien perlu diperhatikan kondisinya karena dapat
mempengaruhi fertilitasnya.
d) Keterampilan inseminator
Ketermpilan inseminator juga salah satu penentu dalam keberhasilnya IB.
Prosedur yang ada di lapangan harus dilakukan oleh inseminator meliputi cara
handling semen, thawing, palpasi rektal, dan prosedur IB yang sesuai.
Inseminator yang berpengalaman dan mempunyai sertifikat yang resmi akan
membantu pelakasaan IB sehingga lancar.

4. Jelaskan metode koleksi semen dan evaluasi semen yang harus dilakukan?

 Rectal massage
Metode ini dapat dilakukan pada hewan ruminansia besar contohnya sapi
dan kerbau, kuda serta ternak unggas contohnya ayam.
Prosedur : tangan dimasukkan ke dalam rektum untuk melakukan palpasi
berurutan pada kelenjar vas deferens dan kelenjar vesikularis ke depan dan ke
belakang selama kurang lebih 2 menit. Namun kualitas semen cenderung
rendah dikarenakan kontaminasi urin dan mikroorganisme pada preputium.
 Elektro ejakulasi
Metode ini diperuntukkan untuk hewan yang tidak mampu menaiki hewan
pemancing atau ketika vagina buatan tidak bisa digunakan.
Prosedur : alat berbentuk batang karet dengan panjang kira-kira 60 cm dan
diameter 5 cm dimasukkan ke dalam rektum dan dilakukan penekanan pada
dasar pelvis. Setelah itu, stimulasi diberikan secara ritmik selama 5-10 detik.
 Vagina buatan
Metode ini dilakukan dengan menggunakan pejantan unggul yang sehat
dan terlatih dan diperlukan juga hewan pemancing serta kandang jepit.
Prosedur : hewan pejantan akan dibiarkan menaiki hewan pemancing
(mounting) dapat berupa hewan betina atau jantan maupun menggunakan
patung terbak yang dibuat sedemikian agar pejantan menggangap pemacing
sebagai hewan betina dan kemudian semen dapat ditampung.

5. Jelaksan cara palpasi rektal dan kegunaannya

Langkah-langkah palpasi rektal, yaitu sebagai berikut.


 Petugas harus menggunakan sop yaitu sepatu boot, pakaian lapang,
menggunakan sarung tangan plastik, kuku petugas harus dipotong pendek dan
tidak boleh menggunakan aksesoris seperti cincin, jam tangan atau gelang
 Perhatikan jarak dan posisi untuk aman dari tendangan sapi sebelum palpasi
 Kemudian, sarung tangan diberi pelicin yaitu sabun
 Lalu, tangan dimasukkan ke dalam rektum dalam posisi membentuk kerucut
dan diteruskan sampai melampaui organ reproduksi. Apabila ada feses yang
banyak di rektum, maka harus dikeluarkan terlebih dahulu
 Perabaan dilakukan dan dirasakan berdasarkan setiap perubahan atau lekuk
pada organ reproduksi
Kegunaan palpasi rektal
 Inseminasi buatan/IB
 Evaluasi estrus
 Pemeriksaan kebuntingan
 Deteksi terhadap kemajiran

Anda mungkin juga menyukai