Anda di halaman 1dari 5

Tugas PPDH 6 Ektoparasit

Savira Salsabilah B0901201037


Ektoparasit pada kuda
1. Stomoxys Calcitrans (Lalat Kandang)
Lalat ini hidup tersebar luas di dunia, dan hidup menghisap darah hewan berdarah
panas. Hewan yang diserang ialah sapi, kerbau dan kuda. selain itu mereka juga
menyerang manusia, kelinci,tikus dan kera. Lalat ini bertelur di atas kotoran yang banyak
terdapat di kandang-kandang dan tempat lain dimana kelembaban dan zat organiknya
banyak terdapat. Jumlah telur yang dihasilkan berkisar antara 632 sampai 820 butir telur
selama 20 kali bertelur. Hal ini akan terjadi pada kondisi yang sesuai dan lalat dalam
keadaan kenyang. Larva akan menjadi pupa selama tidak lebih dari 4 hari. Setelah lalat
kandnag menghisap darah mereka akan beristirahat di tembok-tembok dan pohon-pohon
serta tempat lain yang terang. Mereka lebih menyukai hidup bergerombol di tempat
terang. Faktor-faktor kelembaban dan cahaya sangat besar pengaruhnya terhadap
kehidupan dan perkembangan selanjutnya dari lalat ini. Pada tempat-tempat bekas
gigitan lalat akan timbul papula-papula kecil. Kejadian iritasi pada kaki menyebabkan
kuda meendang dan menghentakkan kakinya. Stomoxys calcitran secara alami bertindak
sebagai vektor dari bakter Dermatophilus dan sevagai vektor mekanik dari protozoa
Trypanosoma evansi yang menyebabkan penyakit surra. Sedangkan Trypanosoma brucei
menyebabkan penyakit nagana pada kuda dan sapi di Afrika. Penyakit anthrax dan
anemia infeksiosa equi ditularkan juga oleh lalat ini
2. Haematobia Exigua ( Lalat kerbau)
Spesies dewasa menyerang hewan piara terutama kerbau, sapi, dan kuda. kadang-
kadang lalat ini juga menyerang mnausia. Lalat ini berkembang biak dengan cara bertelur.
Telur-telur itu diletakkan pada tinja kerbau atau sapi yan masih segar, ia kurang menyukai
tinja kuda sabgai tempat bertelur. Telur lalat ini diletakkan satu per satu secara berdekatan
di atas permukaan tinja. Masa inkubasi telur pada umumnya kurang dari 24 jam. Para
peneliti di Australia menemukan bahwa kelembaban yang optimal untuk lalat ini adalah
50-68%. Apabila larva siap menjadi pupa, larva turun ke tanah dan segera mancari
tempat. Faktor-faktor yang memepengaruhi aktivitas lalat dewasa adalah intensitas
cahaya, arah udara, terutama temperatur suhu dan kelembababan. Lalat ini rentan
terhadap suhu rendah. Lalat akan mati jika berada di suhu dibawah 9 oC. Hewan akan
menggosok-gosokkan bagian tubuh yang terkena gigitan, yang mengakibatkan terjadinya
beberapa kerusakan kulit. Karena adanya dermatitis alergi ini, umumnya hewan menjadi
gelisah

3. Culicoides sp.
Culicoides lazim ditemukan di aerah panas dan lembab. Secara umum lalat ini disebut
dengan sandfly atau agas. Telur diletakkan diatas tanaman yang tumbuh di dalam air.
Berbagai spesies mempunyai habitat yang bervariasi seperti : lumpur, pasir ditepi muara,
sungai, danau, kolam daun dan lubang-lubang pohon. setelah telur-telur menetas larva
tetap tidak bergerak selama dua menit. Bentuk larva panjang dan pipih, mempunyai duri
dibagian ujungnya. Dipermukaan tanah gerak-geriknya seperti ular, sedangkan di dalam
air a akan berenang dengan bebas. Pada waktu akn menjadi pupa, larva menarik diri
dengan duri-durinya kemudian menuju ke air dangkal atau kedalam lubang-lubang basah
yang mengandung zat organik. Lalat ini dapat menyerang hewan siang hari, tetapi
biasanya mulai menggangu di waktu sore hari. Lalat ini sangat aktif pada suhu antara 9,5-
17,5oC. Kemudian akan menghilang pada hari yang panas dan kering. Hewan yang
terkena gigitan lalat ini akan merasakan gatal dan sakit. Keadaan ini mendorong hewan
untuk menggosok-gosokkan tubuhnya pada berbagai obyek. Lesio dan dermatitis alergi
ini biasanya terbatas pada tubuh bagian dorsal termasuk pangkal ekor, pantat, sepanjang
punggung, bahu, kepala dan telinga. Pada bagian epidermis terjadi pengelupasan sel,
menimbulkan masalah gumpalan masa sel yang bertumpuk dari eksudat serum dan cairan
jaringan. Pada kasus kronis sampai beberapa tahun, kulit menjadi tebal dan kasar, kering
serta mengalami kegundulan di beberapa tempat.
4. Tabanus sp.
Lalat betina akan menghisap darah,bagian mulutnya berkembang menjadi alat
penggunting dan penghisap, sedangkan lalat jantan makan sari bunga. Lalat tabanus lebih
suka meletakkan telurnya pada tumbuh-tu,buhan. Sebagian besar kelompok telur
ditemukan pada rumpun tumbuhan di dekat dinding kandang. Telur diletakkan pada
bagian tumbuhan atau benda lain disusun rapi dan berlapis-lapis menjadi satu kelompok.
Telur akan menetas pada hari ke tujuh dan jatuh kedalam air atau lumpur. Larva terdapat
kira-kira dua atau tiga inci diatas tanah rawa dan disekitar danau,kolam dan sungai. Lama
stadium larva kira-kira dua sampai tiga bulan. Lalat Tabanus banyak dijumpai pada
musim panas dan terik matahari, terutama di dekat tempat berkembang biaknya. Ia sangat
aktif pada cuaca panas dan lembab. Tempat predileksinya dalah bagian samping bawah
abdomen, sekitar pusar, kaki dan leher. Setelah kenyang lalat akan beristirahat pad akulit-
kulit kayu, batu-batuan, dinding bangunan atau dibawah permukaan daun. Kulit hewan
yang tergigit sering mengeluarkan darah dalam jangka waktu agak lama dan menimbilkan
luka yang pedih. Tabanus merupakan induk semang antara yang utama dari Trypanosoma
evansi dan memindahkannya secara mekanik. Jenis penyakit lain yang juga dapat
ditularkan oleh lala ini adalah anthrax, anemia infeksiosa equi dan anaplasmosis
5. Gasterophilus sp
Lalat ewasa aktif pada bulan september sampai januari. Gastrophilus intestinalis
meletakkan telurnya dengan dikaitkan pada bulu kaki depan dan panggul kuda. beberapa
telur lainnya dikaitkan pada bulu tengkuk dan punggung, tetapi yang paling digemari
adalah dibawah tubuh. Telur setiap menetas pada hari kelima sampai kesepuluh,
memerlukan udara lembab dan rangsangan lidah kuda. hal ini terjadi pada waktu kuda
menjilat-jilat tubuhnya. Perkembangan beberapa telur mengalami hambatan terutama
dimusim dingin. Telur menetas menjadi larva diluar mulut dan tetap tinggal di tempat
selama seminggu,suatu saat larva akan merayap masuk kerongga mulut dan menembus
lidah bagian anterior. Perkembangan larva terdiri dari tiga instar. Beberapa larva instar
pertama akan bersembunyi dalam kantung diantara gigi serta gusi, instar kedua akan
menempel selama beberapa hari di faring san di sisi epiglotis yang kemudian pergi
menuju lambung. Dalam waktu 5 minggu larva molting disaluran pencernaan, dan larva
dewasa akan ikut keluar bersama tinja sesudah itu menjadi pupa ditanah dalam waktu tiga
sampai empat minggu. Lalat dewasa akan menyebabkan gangguan pada saat mulai
bertelur. Spesies yang lebih sering menggangu yani spesies G. Nasalis, karena menyerang
bibir dn leher secara tiba-tiba. Instar pertama lalat G. Nasalis dan G. Intestinalis
mengadakan penetrasi diantara jaringan gusi atau di sisi sisi gigi molar yang akan
menimbulkan kantung-kantung nanah dan iritasi yang berlebihan. Hewan merasa sakit
dalam mengunyah dan pertumbuhannya akan terhambat. Apabila infeksi berat maka
timbul gangguan pencernaan berupa obstruksi saluran pencernaan. Adanya infestasi larva
ini menyebabkan kuda menjadi gelisah dan seringkali mengalami kolik. Ditempat
melekatnya larva tersebut menimbulkan peritonitis. Selain itu akan ditemui gejala ulcerasi
di daerah oesofagus dan lambung. Keadaan ini merupakan luka yang paling umum. Larva
gastrophilus juga dikenal sebagai peradangan dan pemborokan dan membrana mukosa
lambung dan duodenum
6. Damalinia equi
Damalinia equi merupakan kutu penggigit, sepanjang hidupnya kutu penggigit
menetap di tubuh induk semangnya, kecuali apabila terjadi kontak tubuh anatar kuda
yang berdekatan, maka kutu-kutu itu dapat pindah ke kuda yang lain. telur-telur yang
berada dalam tubuh kutu betina tidak akakn berkembang pad suhu dibawah 16oC dan
diatas 44.5oC. secara umum telur-telurnya dikaitkan pada bulu induk semang. Penyebaran
telur ini dipengaruhi oleh faktor temperatur dan diameter bulu, telur yang dihasilkan akan
brjumlah sedikit bila temperatur permukaan tubuh diatas 39oC, sedangkan pada
temperatur 32-37oC akan mencapai jumlah telur maksimal. Damalinia equi tidak dapat
mengaitkan telurnya pada bulu yang bertipe kasar. Di tempat-tempat seperti bulu tengkuk
dan ekor serta kaki tidak dijumapi adaya telur-telur kutu tersebut. Selama musim dingin
populasi kutu kuda semakin meningkat jumlahnya, hingga mencapai puncaknya ada akhir
musim dingin dan awal musim semi. Pada saat musim dingin kehadiran Damalinia equi
akan berjumlah sangat banyak, sedangkan pada musim semi akan menyebabkan rontok
pada bulu-bulu kuda. Kutu ini menggerogoti kulit dengan mulutnya, hal ini menyebabkan
iritasi. Kuda yang merasa kesakitan akan menggaruk dan menggosok-gosokkan bagian
dari kulitnya yang terkena serangan. Akibatnya sebagian besar dari leher, bahu dan
panggul menjadi gundul dan rentan terhadap infeksi sekunder. Damalinia equi juga
berperan sebagai vektor perantara dari anemia infeksiosa equi
7. Haemotopinus asini
Kutu ini disebut juga sebagai kutu penghisap,seluruh hidup dan perkembangannya
berlangsung ditubuh kuda. seringkali mengaitkan telurnya pada bulu yang bertipe
kasar(panjang) terutama di bagian tengkuk, ujung ekor dan kaki depan. Kutu muda yang
baru keluar bergerak perlahan menuju kulit, disana mereka memulai menusuk dan
mengisa darah, ia akan mencaoai bentuk dewasa setelah melalui tiga sadium nimfa,
selajtnya siap menghasilkan telur dalam waktu 11-12 hari. Parasit ini akan meningkat
jumlahnya dengan cepat pada musim dingin dan akan berkurang pad asaat musim semi
waktu pergantian bulu. Kutu penghisap ini lebih umum terdapat di dasar bulu tengkuk
dan leher. Kutu ini menghisap makannyan berkali-kali dan setiap kali akan menimbulkan
iritasi. Dalam keadaan infestasi berat dapat menyebabkan anemia. Selain pda bulu
tengkuk dan ekor ia juga ditemui pada bulu kaki bagian bawah. Di daerah ini sering
terjadi dermatitis dengan intensitas yang bervariasi.
8. Psoroptes sp
Terdapat dua spesies Psoroptes pada kuda, yakni Psoroptes cuniculi dan Psoroptes
equi. Spesies yang pertama disebut dengan tungau telinga, sedangkan yang kedua
menyebabkan masalah pada kulit. Psoroptes betina dewasa meletakkan telurnya di
pinggir luka dan menetap dalam waktu satu sampai tiga hari. Pada hari kedua dan ketiga
larva akan berganti menjadi nimfa, kemudian menjadi betina dewasa yang segera kawin
dalam tiga atau empat hari. Tungau betina meletakkan telur sebanyak 90 butir selama
hidupnya yakni sekitar30-40 hari. Siklus hidup ini dari telur hingga dewasa memerlukan
waktu 10-12 hari. Tungau ini menusuk kulit untuk mengisap cairan limfe dan merangsang
suatu reaksi setempat dalam bentu peradangan kecil disertai keluarnya serum. Tungau ini
menyebabkan kudis di daerah yang tertutup bulu-bulu panjang seperti dasar bulu surai
dan ekor. Permukaan kulit yang tertutup bulu panjang akan mengalami luka dan timbul
kerak. Tempat ini sudah tidak sesuai lagi bagi tungau. Oleh karena itu ia berpindah lagi
ke pinggiran luka, akibatnya semakin memperluas proses luka.
9. Sarcoptes Scabiei var equi
Tunga betina bertelur di liang epidermis kulit, yang kemudian menetas dan melewati
tahap larva dan nimfa dalam 2-3 minggu. Penularannya melauli kontak langsung antar
hewan tetapi juga dapat terjadi oleh fomites (misalnya pakaian pengendara, alas kandang,
tali kekakng. Tungau ini mati dalam kondisi yang panas, namun dapat bertahan lama
dalam kondisi yang hangat, gelap dan lembab. Lesi klinis terdiri dari papula berkrusta,
sisik dan alopecia yang dimulai di kepala, telinga, dan leher dan berlanjut ke bagian
caudal. Kudis sarcoptic yang tidak diobati dapat menyebabkan kelemahan umum yang
serius, penurunan berat badan, dan bahkan kematian

Pengendalian dan pengobatan


Pengendalian ektoparasit diperlukan untuk memberantas atau mengurangi populasi
ektoparasit disekitar hewan. Populasi ektoparasit dapat dikendalikan melalui beberapa cara
yaitu :
1. Pengendalian melalui pengelolaan lingkungan, seperti : modifikasi lingkungan dan
manipulasi lingkungan
2. Pengendalian secara hayati dengan menggunakan makhluk hidup, seperti : predator,
patogen, parasitoid
3. Pengendalian secara kimiawi meliputi penggunaan insektisida, zat pengatur
pertumbuhan,feromon, dan bahan sterilisasi kimiawi
4. Pengendalian genetik melalui teknik pelepasan jantan mandul
5. Pengendalian secara terpadu

 Tindakan pengendalian untuk infestasi kutu tergantung pada spesies yang terlibat.
Perawatan topikal atau sistemik acaricidal biasanya dikombinasikan dengan
perubahan manajemen seperti membersihkan brush kuda, dan peralatan lainnya.
Akarisida yang biasa diguakan termasuk piretroid sintetis, organofosfat, dan
avermectin. Produk biasanya diaplikasikan sebagai semprotan atau mencelupkan
kuda, atau diberikan secara sistematis
 Hewan yang dicurigai terdapat infestasi dari sarcoptes scabiei baiknya di isolasi dan
kandang harus dirawat serta diberikan desinfektan. Hewan dapat diobati secara
topikal menggunakan organofosfat, preparat piretroid sintestis atau 2% belerang kapur
yang dioleskan atau dicelupkan atau disemprotkan.
 Pengendalian terhadap lalat penghisap darah yang menjadi ektoparasit pada kuda
yaitu dengan cara rutin membersihkan kandang, membuang/menimbun kotoran ke
tempat tertentu. Dapat dilakukan Modifikasi lingkungan : Pengeringan lahan,
Pengaturan sistem irigasi. Manipulasi lingkungan : (perputaran padang
pengembalaan,pengeringan padang pengembalaan. Pengendalian hayati :
memanfaatkan musuh/predator dari ektoparasit. Pengendalian kimiawi :insektisida
(karbamat yg banyak digunakan, lebih aman dan kurang mencemari lingkungan.

Sumber yang Digunakan

Sutikno. 1986. Ektoparait pada kuda dan masalah yang ditimbulkannya


[skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor
Hadi, U.K. dan Soviana, S. (2010). Hama Ektoparasit: Pengenalan,
identifikasi, dan Pengendaliannya. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai