Anda di halaman 1dari 18

Kelompok III

SARANA TATA USAHA NEGARA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas :

Mata Kuliah : Hukum Administrasi Negara

Dosen Pembimbing : Novita Angraeni, SH.

Disusun oleh :

Abdul Wahid
NIM. 1802110617
Pitriani
NIM. 1802110627
Rina Helmina
NIM. 1802110586

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA

FAKULTAS SYARIAH

PROGAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur dengan hati dan pikiran yang tulus kepada Allah SWT, yang atas
berkat dan rahmat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk membantu
menambahkan ilmu dan pengetahuan kita bersama.

Shalawat dan salam selalu terucapkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para
keluarga dan sahabat karena atas berkat usaha dan kerja kerasnyalah kita bisa memeluk dan
merasakan indahnya Islam.

Selanjutnya makalah yang berjudul Sarana Tata Usaha Negara disusun dalam
rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Administrasi Negara. Semoga
dengan terselesainya makalah ini bisa membantu dan bermanfaat bagi kita semua. Kami
sebagai penyusun juga menyadari bahwasanya didalam makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekeliruan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kepada para pembaca untuk
memberi kritik dan saran yang bersifat membangun guna tercapainya perubahan kearah yang
lebih baik.

Wassalammu,alaikum Wr. Wb.

Palangkaraya, Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................................i
Kata Pengantar ......................................................................................................................ii
Daftar Isi ...............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................1
D. Metode Penulisan ......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Instrumen atau sarana tata usaha negara .................................................2


B. Instrumen atau sarana tata usaha negara ...................................................................3

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ...............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hukum Administrasi Negara adalah sekumpulan peraturan hukum yang
mengikat badan-badan negara baik yang tertinggi maupun yang trendah jika badan-
badan itu mulai menggunakan wewenangnya yang ditentukan dalam HTN ( negara
dalam arti bergerak). Hukum Tata Usaha Negara mempelajari tentang jenis hukum,
bentuk serta akibat hukum yang dilkaukan para fungsionaris sehubungan dengan
pelaksanaan tugas kewajibannya. Sehingga Hukum Tata Negara maupun Hukum
Administrasi Negara bagian-bagian yang terpenting yang termasuk sistematikanya akan
menentukan tempat-tempatnya yang sangat tepat.

Dalam system penyelenggaraan pemerintahan dimana pun itu dilakukan atau


diterapkan apalagi di Indonesia, maka keberadaan dari instrument atau sarana (alat)
pemerintahan memegang peran yang sangat penting dan menentukan, bahkan kalau
boleh disebutkan sangatlah vital guna melancarkan pelaksanaan fungsi atau tugas
pemerintahan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian instrument atau sarana tata usaha negara?
2. Apa saja instumen tata usaha negara?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian instrument atau sarana tata usaha negara.
2. Untuk mengetahui instrument tata usaha negara.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah metode penelusuran dan
pencarian buku-buku yang ada di perpustakaan dan penelusuran di internet.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Instrumen Tata Usaha Negara atau Pemerintahan.

Instrumen pemerintahan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah alat-alat atau
sarana-sarana yang digunakan oleh pemerintahan atau administrasi negara dalam
melaksanakan tugas-tugasnya. Dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan,
pemerintah atau administrasi negara melakukan berbagai tindakan hukum dengan
menggunakan sarana atau instrument seperti alat tulis menulis, sarana transportasi dan
komunikasi, gedung-gedung perkantoran, dan lain-lain, yang terhimpun dalam public
domain atau kepunyaan public. Disamping itu, pemerintahan juga menggunakan
berbagai instrumen yuridis dalam menjalankan kegiatan mengatur dan menjalankan
urusan pemerintahan dan kemasyarakatan, seperti:

a. Peraturan perundang-undangan (algemeen verbindende voorschriften) dan


keputusan-keputusan tata usaha negara yang memuat pengaturan yang bersifat umum
(besluiten van algemene strekking ).
b. Peraturan-peraturan kebijaksanaan ( beleidsregels, policy rules)
c. Rencana ( het plan), perizinan dan sebagainya.1

Instrument atau sarana pemerintahan merupakan bagian dari instrument


penyelenggaraan negara dalam arti luas. Oleh karena itu, dalam penggunaan intrumen
atau sarana pemerintahan tidak boleh bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan
atau digariskan dalam penyelenggaraan pemerintahan negara, seperti penggunaan
instrument hukum khususnya instrument peraturan perundang-undangan yang harus
diperhatikan hierarki atau tata urutan peraturan perundang-undangan agar instrument
peraturan yang digunakan tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi
tingkatannya. Hal ini sejalan pula dengan asas peraturan perundang-undangan, yakni

1
Ridwan HR, ”Hukum Administrasi Negara”, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hal.129

2
asas hierarkitas dimana peraturan yang lebih rendah tingkatannya tidak boleh
bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.2

Dalam melaksanakan berbagai fungsi dan tugas pemerintahan itu, maka organ
atau badan pemerintahan memilki atau mempunyai kewenangan untuk dapat
menggunakan berbagai jenis instrumen atau sarana pemerintahan yang diwujudkan
dalam suatu tindakan atau perbuatan pemerintahan. Suatu tindakan atau perbuatan
pemerintahan dalam hukum adminstrasi dapat dikelompokkan kedalam dua jenis
tindakan atau perbuatan pemerintah yakni, tindakan atau perbuatan yang membawa
akibat hukum seperti mengeluarkan suatu peraturan perundang-undangan (regeling) atau
mengeluarkan suatu ketetapan atau keputusan (beschikking) dan tindakan atau
perbuatan yang tidak membawa suatu akibat hukum tertentu atau biasa disebut dengan
tindakan atau perbuatan nyata.3

Dalam kepustakaan hukum administrasi dikenal berbagai jenis instrument


pemerintahan yang dapat digunakan oleh pemerintah yang dapat digunakan oleh
pemerintah untuk melaksanakan fungsi dan tugasnya yang dibagi menjadi dalam dua
kategori, yakni instrument sarana public dan instrument sarana hukum privat atau
keperdataan.4

A. Instrumen Tata Usaha Negara


1. Peraturan
Dalam kepustakaan hukum administrasi dijelaskan, bahwa instrument hukum
public berupa penggunaan peraturan perundang-undangan (algemene verbindende
voorscriften )dan keputusan pemerintahan yang memuat peraturan yang bersifat
umum (besluiten van algemene strekking) memegang peran penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Diberikannnya kewenangan kepada pemerintahan

2
Aminuddin Ilman, ”Hukum Tata Pemerintahan” , Jakarta: Prenadamedia Group, 2014, hal. 149
3
Ibid., hal. 150
4
Ibid., hal 152

3
untuk menggunakan insturumen (sarana) peraturan perundang-undangan maupun
keputusan tersebut bersifat mnegatur.5
Secara teoritis , istilah “perundang-undangan” mempunyai dua pengertian, yaitu
sebagai berikut:
a. Perundang-undangan merupakan proses pembentukan proses membentuk
peraturan-peraturan negara, baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah.
b. Perundangan-undangan adalah segala peraturan negara yang merupakan hasil
pembentukan peraturan –peraturan, baik ditingkat pusat maupun di tingkat
daerah.6

Peraturan perundang-undangan memiliki ciri-ciri berikut ini:

a. Peraturan perundang-undangan bersifat umum dan komprehensif.


b. Peraturan perundang-undangan bersifat universal.
c. Ia memiliki kekuatan untuk mengoreksi dan memperbaiki dirinya sendiri.
Berdasarkan penjelasan Pasal 1 angak 2 UU No.5 tahun 1986 tentang peradilan
tata usaha negara, peraturan perundang-undangan adalah semua peraturan yang
bersifat mengikat secara umum yang dikeluarkan oleh Badan Perwakilan Rakyat
bersama pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, serta semua
keputusan badan atau pejabat tata usaha negara, baik di tingkat pusat maupun di
tingkat daerahyang juga mengikat umum.7
Peraturan (regeling) tidak hanya memberi atau menjadi dasar bagi tindakan
atau perbuatan pemerintahan namun sekaligus juga memberi batasan pada
tindakan atau perbuatan pemerintahan tersebut. Karakteristik utama tindakan atau
perbuatan hukum pemerintah selalu harus berlandaskan pada peraturan, sehingga
tidak ada satu pun tindakan atau perbuatan pemerintah yang tidak berlandaskan
pada aturan yang dibuat untuk itu. Peratuean sekaligus menjadi dasar untuk
menilai atau mengukur, apakah suatu tindakan atau perbuatan hukum pemerintah
5
Aminuddin Ilman, ”Hukum Tata Pemerintahan” , Jakarta: Prenadamedia Group, 2014, hal. 153
6
Ridwan HR, ”Hukum Administrasi Negara”, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hal. 134
7
Ibid., hal 135

4
berdasarkan pada peraturan atau tidak. Sehingga, bila mana terdapat suatu
tindakan atau perbuatan hukum pemerintah yang tidak didasarkan pada peraturan,
maka jelas tindakan atau perbuatan itu termasuk kategore perbuatan yang
sewenang-wenang adanya (tindakan tanpa dasar), yang memungkinkan warga
masyarakat yang terkena dampak atau akibat dari tindakan tersebut dapat menguji
keabsahan dari tindakan atau perbuatan pemerintah tersebut dengan mengajukan
keberatan atau gugatan kepada pemerintah selaku penyelenggara pemerintahan
sebagai suatu perbuatan melanggar hukum oleh penguasa.8
2. Keputusan atau ketetapan tata usaha negara
Istilah ketetapan atau keputusan tata usaha negara atau pemerintahan (
beschikking) atau yang lazimnya sering disebut dengan istilah keputusan
pemerintahan merupakan instrument penting yang digunakan oleh pemerintah dalam
mewujudkan suatu tindakan atau perbuatan hukum pemerintahan (bestuurs
rechtshandelingen).
Menurut sejarah, istilah ketetapan atau keputusan ini pertama kali
diperkenalkan oleh seorang sarjana jerman bernama Otto Meyer dengan memberi
nama atau istilah verwaltungsakt. Istilah ini kemudian diperkenalkan secara luas
sehingga sampai di belanda dengan sebutan beschikking.
Dapat disimpulkan pengertian dari keputusan atau ketetapan pemerintah
merupakan suatu keputusan tertulis dari organ atau badan pemerintahan yang
mempunyai akibat hukum dan juga merupakan perbuatan hukum public bersegi satu
(yang dilakukan oleh alat-alat pemerintahan berdasarkan suatu kekuasaan istimewa).
Dengan kata lain, keputusan atau ketetapan dalah suatu tindakan atau perbuatan
hukum yang sepihak dalam bidang pemerintahan yang dilakukan oleh suatu badan
atau organ pemerintahan berdasarkan wewenang yang luar biasa.9
a. unsur-unsur keputusan/ketetapan.
1). Suatu pernyataan kehendak tertulis.

8
Aminuddin Ilman, ”Hukum Tata Pemerintahan” , Jakarta: Prenadamedia Group, 2014, hal. 156
9
Ibid., Hal. 161

5
2). Diberikan berdasarkan kewajiban atau kewenangan dari hukum tata negraa
atau hukum administrasi negara.
3). Bersifat sepihak
4). Dengan mengecualikan keputusan yang bersifat umum.
5). Yang dimaksudkan untuk penentuan,penghapusan atau pengakhiran
hubungan hukum yang sudah ada atau mneciptakan hubungan hukum baru, yang
memuat penolakan sehingga terjadi penentapan, perubahan, penghapusan atau
penciptaan.
6). Berasal dari organ pemerintahan.
Berdasarkan pasal 1 angka 3 UU No.5 Tahun 1986, ketetapan didefinisikan
sebagai “ suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau pejabat
TataUsaha Negara yang berdasarkan peraturan perubdang-undangan yang
berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat
hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata”. berdasarkan definisi ini
tampak bahwa KTUN memilki unsur-unsur antara lain:
a. penetapan tertulis
b. dikeluarkan oleh badan/pejabat TUN
c. berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d. bersifat konkret, individual dan final.
e. menimbulkan akibat hukum
f. seseorang atau badan huku perdata10
A.M Donner dalam Utrecht mengemukakan, bahwa akibat dari suatu
ketetapan atau keputusan yang tidak abash dapat berakibat:
a. ketetapan itu harus dianggap batal sama sekali.
b. berlakunya ketetapan itu dapat digugat.
- Dalam banding (beroep)
- Dalam pembatalan oleh ajbatan karena bertentangan dengan undang-
undang
10
Ridwan HR, ”Hukum Administrasi Negara”, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hal.150

6
- dalam penarikan kembali oleh kekuasaan yang berhak mengeluarkan
ketetapan iut.
c. dalam hal ketetapan tersebut, sebelum dapat berlaku memerlukan persetujuan
suatu badan pemerintahan yang lebih tinggi, maka persetujuan itu tidak diberi.
d. ketetapan itu diberi tujuan laindaripada tujuan permulaannya.11
3. Peraturan–peraturan Kebijaksanaan (BeleidsregelsPolicy Ruler)

Pelaksanaan pemerintahan sehari-hari menunjukan betapa badan atau penjabat


negara kerap kali menempuh berbagai langkah kebijaksanaan tertentu antara lain
menciptakan apa yang kini sering dinamakan peraturan kebijaksaan (beleidsregels,
polici rule). Produk semacam peraturan kebijaksanaan ini tidak terlepas dari kaitan
penggunaan freies ermessen, yaitu badan atau pejabat tata usaha negara yang
bersangkutan merumuskan kebijaksanaannya itu dalam berbagai bentuk “jurisdische
regeis”, seperti halnya peraturan, pedoman, pengumuman surat edaran dan
mengumumkan kebijaksanaan itu. Suatu peraturan kebijaksanaan pada hakikatnya
merupakan produk dari perbuatan tata usaha negara yang bertujuan “naarbuiten gebrachi
schrifielijk beleid (menampakan keluar suatu kebijakan tertulis)” namun tanpa disertai
kewenangan pembuatan peraturan dari badan atau penjabat tata usaha negara yang
menciptakan peraturan kebijaksanaan tersebut. Peraturan-peraturan kebijaksanaan
dimaksud pada kenyataanya sudah menjadi bagian dari kegiatan pemerintahan saat ini.

Peraturan-peraturan kebijaksanaan bukan peraturan perundang-undangan. Badan


yang mengeluarkan peraturan-peraturan kebijaksanaan adalah tidak memilki
kewenangan pembuatan peraturan (wetgevende bevoegdheid). Peraturan-peraturan
kebijaksanaan juga tidak mengikat hukum secara langsung namun mempunyai revelansi
hukum. Peraturan-peraturan kebijaksanaan memberi peluang bagaimana suatu badan
usaha negara menjalankan kewenangan pemerintahan (beschiking bevoegdheid). Hal
tersebut dengan sendirinya harus dikaitkan dengan kewenangan pemerintahan atas dasar

11
Aminuddin Ilman, ”Hukum Tata Pemerintahan” , Jakarta: Prenadamedia Group, 2014, hal. 180-181

7
penggunaan discretionaire karena jika tidak demikian tidak akan ada tempat bagi
peraturan-peraturan kebijaksanaan.

Menurut Robert Baldwin dan John Houghton, peraturan kebijakan meliputi


bentuk-bentuk sebagai berikut.

a. Procedural rules. Misalnya aturan untuk pedoman atau petunjuk bagi pemohon
lisensi untuk The Gaming Board, aturan penjara yang menetapkan aturan disiplin
bagi narapidana, aturan atau petunjuk pelaksanaan bedasarkan The Policy and
Criminal Evidence Act 1984, dan lain-lain.
b. Interpretative guides, yaitu pernyataan atau pengumuman resmi dari suatu
departemen atau badan-badan yang isinya menjelaskan bagaimana suatu aturan
akan diinterpretasi atau diterapkan, pernyataan ukuran-ukuran yang harus diikuti,
standar yang harus diterapkan atau dipertimbangkan yang harus diambil.
c. Instruction to officials. Misalnya, berbagai surat edaran oleh Departemen Penjara
(Prison Departement Circulars), Standing Orders (intruksi atau prosedur yang
berlaku tetap atau sampai diubah atau dibatalkan), Surat Edaran Home office
(departemen pemerintah yang bertanggung jawab atas urusan imigrasi,
pemberantasan terorisme, kepolisian, kebijakan tentang obat-obatan terlarang, dan
terkait lmu pengetahuan dan penelitian) kepada Magistrate Court (pengadilan
tingkat paling rendah dimana perkara pidana dimulai) atau Home office Circulars
to magistrates courts, Surat Edaran Home Office kepada Chief Constables
(pejabat kepala kepolisian di setiap teritorial angkatan kepolisian di Inggris Raya,
kecuali The City of London Policy dan The Metropolitan Police) atau Home Office
Circulars to Chief Constables.
4. Rencana (Het Plan) 
Pada negara hukum kemasyarakatan modern rencana selaku figur hukum dari
hubungan hukum administrasi tidak dapat lagi dihilangkan dari pemikiran. Rencana
rencana dijumpai pada berbagai bidang kegiatan pemrintahan misalnya pengaturan tata
ruang, pengurusan kesehatan dan pendidikan. Rencana merupakan keseluruhan tindakan

8
yang saling berkaitan dari tata usaha negara yang mengupayakan terlaksananya keadaan
tertentu yang tertib (teratur). Suatu rencana perumusan terdiri dari bagian berikut ini:

a. Peta Perencanaan
Disini terdapat peruntukan dari tanah dimaksud. Peta perencanaan itu dapat
dipandang sebagai suatu himpunan keputusan yang saling berlainan.
b. Peta Berkenaan Dengan Penggunaan (Pemanfaatan)
Peraturan berkenaan penggunaan (pemanfaatan) ini dapat dipanadang sebagai
peraturan perundang undangan. Bagi wilayah dari rencana itu dapat diberlakukan
secara berulang kali.

Pada dasarnya rencana rencana pembangunan yang dibuat oleh badan-badan


tata usah negara didasarkan pada besarnya porsi belanja dan subsidi dalam anggaran
pendapatan belanja Negara (APBN) bagi kegiatan tiap sektor dari departemen atau
non departemen dan jawaban yang bersangkutan. Besarnya anggaran pendapatan
dan belanja negara (APBN) dari tiap tahun anggaran ditetapkan dengan undang
undang. Terdapat beberapa rencana pembangunan yang secara langsung
menimbulkan akibat hukum bagi seorang warga atau badan hukum perdata.
Adakalanya suatu rencana peruntukkan kepentingan umum dapat menyebabkan
seseorang warga atau badan hukum perdata kehilangan hak atas tanahnya sendiri
manakala hak tanah itu dicabut guna kepentingan umum.

Dikemukakan bahwa setiap rencana kegiatan yang diperkirakan mempunyai


dampak terhadap lingkungan hidup wajib dibuatkan penyajian apabila kegiatan
itu merupakan :

a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam.


b. Eksploitasi sumber daya alam baik yang sudah diperbaharui maupaun yang tidak
diperbaharui.
c. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,
kerusakan dan kemerosotan pemanfaatan sumber daya alam.

9
d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan social dan
budaya.12

5. Izin pemerintahan

Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat
pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat.1 Perizinan maksudnya dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi sertifikat,
penentuan kuota dan izin untuk melaksanakan sesuatu usaha yang biasanya hanya
dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang
bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan. Sementara
itu menurut Menurut Basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi
satu yang menghasilkan peraturan dalam hal persyaratan dan prosedur sebagaimana
ditetapkan oleh perundang-undangan yang berlaku.13

Terdapat istilah lain yang memiliki kesejajaran dengan izin yaitu:

a) Lesensi
Lesensi pengertiannya secara umumnya, memberi izin, misalnya memberi
izin menggunakan nama. Lesensi memiliki beberapa syarat dan syarat itu sangat
tergantung kepada apa yang mau dilesensikan. Kalau untuk nama atau merek,
tentunya nama tersebut sudah berkembang, lesensi itu bisa untuk produk atau
merek industri apa saja.
b) Konsesi
Konsesi merupakan penetapan yang memungkinkan kosesionaris mendapat
dispensasi, izin, lisesnsi, dan juga semacam wewenang pemerintah yang
memungkinkannya, misalnya, membuat jalan, jembatan layang, dan sebagainya.
c) Dispensasi

12
A’an Efendi, Freddy Poernomo, Hukum Administrasi, Jakarta Timur: Sinar Grafika, 2017, Hlm. 232
13
M. Hadjon Philipus, Pengantar Hukum Perizinan, Yuridika, 1993, Surabaya, hal.2.

10
Dispensasi (pelepasan/pembebasan) adalah pernyataan dan pejabat
administrasi yang berwenang, bahwa suatu ketentuan undang-undang tertentu
memang tidak berlaku terhadap kasus yang diajukan seseorang di dalam surat
permintaannya.14

6. Sarana hukum keperdataan (Gebruik Van privaatrecht/civil instruments)


Badan hukum atau pejabat tata usaha negara bertindak melalui dua macam
peranan, yakni :
a. Selaku pelaku hukum publik yang menjalankan kekuasaan public yang dijelmakan
dalam kualitas penguasa sepeti badan badan tata usaha negara dan berbagai jabatan
yang diserahi wewenang penggunaan kekuasaan politik.
b. Selaku pelaku hukum keperdataan yang melakukan pelbagai perbuatan hukum
keperdataan seperti halnya mengikat perjanjian jual beli, sewa menyewa,
pemborosan dan sebagainya yang dijelmakan dalam kualitas badan hukum.
Selaku pelaku hukum publik badan atau pejabat tata usaha negara memiliki
hak dan wewenang istimewa untuk menggunakan dan menjalankan kekuasaan public.
Berdasarkan penggunaan kekuasaan public dimaksud badan atau pejabat tata usaha
negara dapat secara sepihak menetapkan pelbagai peraturan dan keputuasn yang
mengikat warga dan peletakkan hak dan kewajiban tertentu dank arena itu menimbulkan
akibat hukum bagi mereka itu.
UU No 5 Tahun 1986 menegaskan bahwa keputusan tata usaha negara yang
merupakan perbuatan hukum perdata tidak termasuk keputusan tata usaha negara dalam
arti beschikingyang dapat dibawakan ke hadapan hukum pengadilan tata usaha negara
(pasal 2 butir b).
Pelaksanaan pemborongan untuk suatu proyek dan pembelian dalam jumlah barang
tertentu atau jasa dilakukan melalui :
a. Pelelangan Umum

14
Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika, , 2010, Jakarta.
Op.cit, hal. 168,

11
b. Pelelangan Terbatas
c. Penujukan Langsung
d. Pengadaan Langsung.15

7. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Pemerintah seperti halnya dengan subyek hukum lainnya juga


menginvestasikan sejumlah modal dalam bentuk usaha perniagaan. Berbagai bentuk
badan usaha milik negara lebih dikenal dengan perusahaan negara. Sebelum tahun 1960,
terdapat beberapa bentuk perusahaan negara yang diatur dalam peraturan produk
pemerintah hindia belanda. Seperti halnya jawatan penggadaian, jawatan kereta api,
perusahan garam dan soda negeri, perusahan percetakan negara, perusahan listrik negara
dan air minum negara. Terdapat pula bank indutri negara. Yang dibentuk berdasarkan
udang-undang darurat nomor lima tahun 1952. juga terdapat perisahan negara yang
bebentuk perseroan terbatas. Misalnya PT. Pertambangan timah belitung.

Pada tahun 1967, pemerintah mengeluarkan instruksi presiden, nomor 17


tahun 1967, tentang pengarahan dan peyederhanaan perusahaan negara kedalam tiga
bentuk pokok usaha negara, yakni :

1. perusahaan (negara) jawatan (departemen agency), disingkat perjan

2. perusahaan (negara) umum (public corporation), disingkat perum

3. perusahaan (negara) persero (public/state company), disingkat persero.

Dari tiga usaha negara dimaksudkan, trdapat pula beberapa perusahaan negara yange
mempunyai status khusus, sperti halnya PN. Pertamina yang didirikan berdasarkan
peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1968 dan beberapa bank negara seperti bank
indonesia berdasarkan undang-undang nomor 13 tahun 1968.Diberlakukan pula

15
Ahmad Fajrin,https://www.academia.edu/37745292/SARANA_TATA_USAHA_NEGARA

12
peraturan pemerintah nomor 12 tahun 1969 tentang perusahaan perseroan. Peraturan
pemerintah nomor 12 tahun 1969 ini mengatur tentang penyetaraan modal negara dalam
perseroan.

Kemudian diberlakukan pula peraturan pemerintah nomor 3 tahun 1983


tentang tata cara pembinaan dan pengawasan perusahaan jawatan, perusahaan umum,
dan perusahaan persero. Peraturan pemerintah ini secara khusus mengatur pembinaan,
pngelolaan, pengawasan, dan biri tata usaha dari ketiga bentuk usaha negara. .
Ditegaskan, bahwa sifat-sifat badan usaha negara adalah sebagai berikut:
 perjan berusaha dibidang penyediaan jasa-jasa bagi msyarakat, termasuk
pelayanan kepada masyarakat.
 Perum berusaha di bidang penyediaan pelayanan bagi kemanfaatan umum
disamping mendapatkan keuntungan.
 Persero bertujuan untuk memupuk keuntungan dan berusaha dibidang-bidang
yang dapat mendorong berkembangnya sektor swasta dan atao koperasi diluar
bidang usaha perjan dan perum.16

16
Ibid

13
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan dimana pun itu dilakukan
atau diterapkan apalagi di Indonesia, maka keberadaan dari instrument atau
sarana (alat) pemerintahan memegang peran yang sangat penting dan
menentukan, bahkan kalau boleh disebutkan sangatlah vital guna melancarkan
pelaksanaan fungsi atau tugas pemerintahan.

Instrumen pemerintahan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah alat-alat


atau sarana-sarana yang digunakan oleh pemerintahan atau administrasi negara
dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dalam menjalankan tugas-tugas
pemerintahan, pemerintah atau administrasi negara melakukan berbagai tindakan
hukum dengan menggunakan sarana atau instrument seperti alat tulis menulis,
sarana transportasi dan komunikasi, gedung-gedung perkantoran, dan lain-lain,
yang terhimpun dalam public domain atau kepunyaan public. Disamping itu,
pemerintahan juga menggunakan berbagai instrumen yuridis dalam menjalankan
kegiatan mengatur dan menjalankan urusan pemerintahan dan kemasyarakatan,
diantaranya seperti:

a. Peraturan perundang-undangan (algemeen verbindende voorschriften) dan


keputusan-keputusan tata usaha negara yang memuat pengaturan yang bersifat
umum (besluiten van algemene strekking ).
b. Peraturan-peraturan kebijaksanaan ( beleidsregels, policy rules)
c. Rencana ( het plan), perizinan dan sebagainya.
d. Izin pemerintahan
e. Sarana hukum keperdataan (Gebruik Van privaatrecht/civil instruments)
f. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

14
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, A’an, Poernomo, Freddy, Hukum Administrasi, Jakarta Timur:


Grafika, 2017

Fajrin,Ahmad,https://www.academia.edu/37745292/SARANA_TATA_USA
NEGARA

HR, Ridwan, ”Hukum Administrasi Negara”, Jakarta: Raja Grafindo Pe


2006

Anda mungkin juga menyukai