Anda di halaman 1dari 5

Penyakit tidak menular (PTM) adalah penyakit atau kondisi medis yang tidak dapat ditularkan

dari satu individu ke individu lainnya. Mayoritas PTM terjadi di negara berpendapatan rendah
dan menengah. Berdasarkan data WHO, PTM merupakan penyebab dari 68% kematian di dunia
pada tahun 2012. Diprediksi, PTM akan terus meningkat. PTM merupakan tantangan dalam
dunia kesehatan.

Menurut World Health Organization (2008), diperkirakan 36 juta dari 57 juta kematian di
seluruh dunia disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular (PTM). Penyakit ini termasuk penyakit
utama seperti penyakit jantung, kanker, penyakit pernapasan kronis dan diabetes, termasuk
sekitar 9 juta kematian sebelum usia 60 (United Nations, General Assembly, 2011). WHO
memperkirakan,pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% mortalitas dan 60% seluruh
morbiditas di dunia. Diperkirakan negara yangpaling merasakan dampaknya adalah negara
berkembangtermasuk Indonesia.

Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi
yang disebut sebagai silent killer yang menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya
morbiditas dan kecacatan (United Nations, General Assembly, 2011). Menurut WHO dan the
International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi
diseluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiaptahunnya. Tujuh dari setiap 10
penderita tersebut tidakmendapatkan pengobatan secara adekuat. Apabila tidak dapat teratasi,
maka tekanan darah tinggi akan mengakibatkan jantung bekerja keras hingga pada suatu saat
akan terjadi kerusakan yang serius (Muhammadun, 2010).

Usaha

Penyakit tidak menular (PTM) menjadi salah satu penyebab utama kematian di dunia. Kematian
akibat PTM tahun 2015 sebesar 17 juta orang pada usia <70 tahun. Sebesar 82% kematian
tersebut berada pada negara berkembang. Empat jenis PTM utama penyebab kematian adalah
penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pernafasan kronis, dan diabetes melitus. Penyakit
kardiovaskuler menjadi penyebab terbanyak kematian karena PTM tahun 2015 sebesar 17,7
juta orang. Kematian akibat PTM utama selain penyakit kardiovaskuler tahun 2015 adalah
kanker sebesar 8,8 juta orang, penyakit pernafasan kronis sebesar 3 juta orang, dan diabetes
mellitus sebesar 1,6 juta orang (WHO, 2017).

Proporsi kematian akibat PTM di Indonesia mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, tahun 2001, dan Riskesdas tahun 2007 selalu
terjadi peningkatan yakni dari 41,7% (tahun 1995); 49,9% (tahun 2001) menjadi 59,5% (tahun
2007). Hal yang sama terjadi pada faktor risiko PTM obesitas serta merokok yang mengalami
peningkatan. Peningkatan sebesar 12,6% pada faktor risiko PTM merokok terjadi direntang
tahun 2007 hingga 2013 (Kemenkes RI, 2013). Di Indonesia, provinsi Jawa Timur berada di
urutan enam dari sepuluh besar provinsi dengan prevalensi diabetus melitus serta hipertensi
berdasarkan wawancara terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 2,1% serta 10,7% (Kemenkes
RI, 2013).

Berbagai faktor risiko dapat memicu PTM. Faktor risiko tersebut yaitu faktor genetik, gaya
hidup hingga fisiologis. Faktor gaya hidup yang berpengaruh adalah merokok, konsumsi alkohol,
konsumsi makanan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, berat badan lebih, dan obesitas. Gaya
hidup tersebut dapat menyebabkan perubahan fisiologis tubuh seperti tekanan darah tinggi,
gula darah tinggi, dan lemak darah tinggi yang berpotensi menimbulkan PTM (Riley, et al.,
2016).

Tekanan darah merupakan tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah.
Tekanan darah dapat meningkat ataupun menurun, penurunan tekanan darah disebut
hipotensi yang disebabkan oleh bayak faktor diantaranya perdarahan, tidak adekuatnya
penggantian cairan (dehidrasi), syok dan lain sebagainya.1Sedangakan peningkatan tekanan
darah atau yang disebut juga hipertensi merupakan pembunuh diamdiam karena hanya
menimbulkan beberapa gejala, itupun jika ada. Seseorang dapat menderita hipertensi selama
bertahuntahun tanpa menyadarinya.
Meningkatnya tekanan darah dapat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya keturunan,
kegemukan, kurangnya aktifitas, dan lain sebaginya. Hipertensi yang tidak terkontrol, maka baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan kerusakan organ target. Kerusakan
organ tersebut akan mempengaruhi prognosis pasien hipertensi.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 6 Prevalensi hipertensi pada usia
remaja sebesar 8,4%.7Prevalensi hipertensi menurut Provinsi pada kelompok usia 18 tahun
keatas yang dinilai berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah yaitu sebesar 31,7%. Prevalensi
tertinggi terdapat pada Provinsi Kalimantan Selatan yaitu 39,6% dan Papua Barat termasuk
prevalensi terendah yaitu 20,1%, sedangkan pada Provinsi Sulawesi Utara terdapat 31,2%.

Meningkatnya jumlahpenderita hipertensi berhubungan dengan pertumbuhan penduduk serta


adanya faktor risiko perilaku diet yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, kelebihan berat
badan dan paparan stress persisten. Permasalahan gizi pada orang dewasa cenderung
didominasi oleh kelebihan berat badan. Karakteristik obesitas abdominal sebagai faktor risiko yang lebih kuat
terhadap penyakit jantung dari pada obesitas secara umum adalah adanya akumulasi lemak sekitar daerah abdominal. 6 Salah
satu cara menilai massa lemak abdominal (subkutan dan intra abdominal) adalah dengan cara pengukuran lingkar pinggang.
Pengukuran lingkar pinggang digunakan untuk menentukan obesitas sentral sedangkan pengukuran indeks massa tubuh
digunakan untuk mengukur obesitas seluruh tubuh.

Di seluruh dunia prevalensi obesitas atau kelebihan berat, meningkat dua kali lipatantara tahun
1980dan 2008, pada tahun 1980 hanya 5% laki-laki dan8% perempuan di dunia mengalami
obesitas, sedangkan pada tahun 2008, 10% pria dan 14% wanita mengalami obesitas.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010 prevalensi status gizi (kelebihan berat
badan atau overweight) di Indonesia pada kelompok remaja umur 16-18 tahun (IMT/U)
berdasarkan Provinsi yaitu sebesar 1,4%, tertinggi terdapat pada Yogyakarta sebesar 4,1 %
sedangkan Provinsi Sulawesi Utara terdapat 2,1%. Sedangkan pada usia 18 tahun keatas
Provinsi Sulawesi Utara termasuk prevalensi tertinggi terhadap obesitas yaitu sekitar 37,1%,
dan yang terendah yaitu sebesar 13,0% di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Prevalensi obesitas
pada laki-laki lebih rendah (16,3%) dibanding perempuan (26,9%).
Indeks massa tubuh sangat terkait dengan hipertensi. Angka kejadian hipertensi pada obesitas
menurutSwedish Obese Studydidapatkan sebesar 13,5% dan angka tersebut akan terus
meningkat seiring dengan peningkatan indeks massa tubuh (IMT)dan waist-hip- ratio (WHR).
Waist hip- ratio merupakan pengukuran yang mudah, cepat dan tidak invasif yang dapat
digunakan yang dapat menggambarkan distribusi lemak tubuh.

Hasil penelitian oleh Aviani RDK dan Sulcan M tahun 2013 menunjukan, prevalensi hipertensi
obesitik pada remaja awal sebesar 7,5%. Berdasarkan penelitian Hipertensi pada responden
obes usia dewasa di Indonesia menunjukan, prevalensi hipertensi pada responden obes Sebesar
48,6%, presentase pada laki-laki obes terdapat 50,1% dan perempuan 47,9%. Hasil tersebut
lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi hipertensi pada obes yang dilaporkan oleh hasil
Swedish Obese Study.

Keadaan stres yang berat merupakan penyebab salah satu terjadinya hipertensi, baik lansia,
dewasa muda dan usia pertengahan. Sebagai penurunan resiko terjadinya kerusakan organ
tubuh semisal ginjal, jantung dan lainnya dapat dilakukan dengan mengurangi pengkonsumsian
garam, serta memberikan motivasi penghilang stres atau membuat situasi yang nyaman yang
bisa dikondisikan untuk menurunkan tingkat stres bagi penderita hipertensi (International
journal of hypertension, 2011).Menurut American Heart Association (AHA) hipertensi yaitu
keadaan medis yang terjadi peningkatan tekanan darah dalam jangka waktu yang lama dengan
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.Hipertensi merupakan
peningkatan tekanan darah lebih dari 140\90 mmHg menurut Joint National Committee (JNC)
VII, tekanan darah pada orang dewasa (berusia lebih 18 tahun). Hipertensi atau yang sering
disebut sebagai “ the silent disease “ karena penderita sering tidak mengetahui gejalanya atau
gangguan yang sering tidak disadari. Hipertensi juga merupakan penyebab penyakit degeneratif
karena biasanya semakin bertambahnya umur tekanan darah perlahan akan bertambah
(Triyanto, 2014).

Stres yang terjadi pada masyarakat aka memicu terjadinya kenaikan tekanan darah dengan
suatu mekanisme yang memicu meningkatnya kadar adrenalin. Stres akan menstimulasi saraf
simpatis akan muncul peningkatan tekanan darah dan curah jantung yang meningkat. Stres
akan bertambah tinggi jika resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung meningkat
yang sehingga menstimulasi syaraf simpatis. Sehingga stres akan bereaksi pada tubuh yang
antara lain termasuk peningkatan tegangan otot, peningkatan denyut jantung dan
meningkatnya tekanan darah. Reaksi ini dimunculkan ketika tubuh bereaksi secara cepat yang
tidak digunakan, maka akan dapat memicu terjadinya penyakit yang termasuk penyakit
hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai