Sistem Kardiovaskular
LAPORAN TUTORIAL
MODUL 1
NYERI DADA
KELOMPOK 6
Mengetahui,
Dosen Tutor
Ketua Sekretaris
MODUL NYERI DADA
3. Memahami hubungan antara nyeri dada dan struktur anatomi, histopatologi dan
patofisiologi dari penyakit kardiovaskular.
4. Memahami hal-hal yang berhubungan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada
penderita kardiovaskular dengan keluhan nyeri dada.
III. Skenario 2
Seorang laki-laki berumur 35 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri dada.
Nyeri dirasakan dibelakang dinding dada dan terasa menusuk. Nyeri ini menyebar ke
punggung dan dirasakan memburuk jika bernapas dalam dan membaik jika bersandar ke
depan. Disamping itu dia mengalami flu-like illness beberapa hari terakhir yang diikuti
dengan demam, hidung beringus dan batuk. Dia tidak memiliki riwayat penyakit
sebelumnya dan tidak ada riwayat minum obat. Dia menyangkal bahwa dia merokok,
minum alkohol dan menggunakan obat terlarang. Pada pemeriksan fisis dia terlihat
mengalami nyeri yang sedang dengan tekanan darah 125/85, nadi 105 kali permenit,
respirasi 18 kali permenit, saturasi oksigen 98%. Sekarang ini dia tidak mengalami
demam. Pada pemeriksaan kepala dan leher diperoleh mukus jernih pada rongga hidung
dan eritema ringan pada orofaring. Lehernya lemas dengan ada limfadenopati anterior.
Pada auskultasi dada, dalam batas normal. Vena jugular tidak melebar. Pemeriksaan
jantung diperoleh takikardi dengan tiga komponen suara dengan intensitas tinggi.
Pemeriksaan abdomen dan ekstremitas normal
V. Kata Kunci
1. laki-laki berumur 35 tahun
2. Nyeri dibelakang dinding dada dan terasa menusuk, menyebar ke punggung.
3. Nyeri dirasakan memburuk jika bernapas dalam dan membaik jika bersandar ke
depan.
4. Mengalami flu-like illness beberapa hari terakhir yang diikuti dengan demam,
hidung beringus dan batuk
5. Tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya dan tidak ada riwayat minum obat.
6. Dia menyangkal bahwa dia merokok, minum alkohol dan menggunakan obat
terlarang.
7. Nyeri yang sedang dengan tekanan darah 125/85, nadi 105 kali permenit, respirasi
18 kali permenit, saturasi oksigen 98%.
8. Sekarang dia tidak mengalami demam
9. Pemeriksaan kepala dan leher diperoleh mukus jernih pada rongga hidung dan
eritema ringan pada orofaring
10. Ada limfadenopati anterior
11. Auskultasi dada normal
12. Vena jugular tidak melebar
13. Pemeriksaan jantung diperoleh takikardi dengan tiga komponen suara dengan
intensitas tinggi.
14. Pemeriksaan abdomen dan ekstremitas normal.
VI. Pertanyaan
1. Jelaskan anatomi, histologi dan fisiologi dari organ yang terkait!
2. Jelaskan jenis-jenis nyeri dada dan mekanismenya!
3. Jelaskan interpretasi pemeriksaan fsik pada skenario!
4. Jelaskan hubungan Flu-like illness, demam, batuk, hidung beringus, Eritema, mukus
jernih, limfadenopati, takikardi dengan tiga komponen suara dengan intensitas
tinggi pada penyakit yang diderita!
5. Jelaskan differential diagnosis
a. Perikarditis
b. Myokarditis
c. Pneumonia
d. Infark miokard
e. Gastritis
Gambar 4 : Stimulasi listrik dan sistem konduksi di sepanjang aksis jantung yang
dipotong
Jantung menyampaikan stimulasi listrik dan sistem konduksi yang terdiri dari
kardiomiosit yang termodifikasi, bukannya serabut-serabut saraf. Sistem ini dibagia
menjadi bagian-bagian berikut ini:2
1. Nodus sinu-atrial (nodus sinuatrialis, nodus SA; nodus KEITH-FLACK)
2. Nodus atrioventrikularis (nodus atrioventricularis; nodus AV, nodus TAWARA)
3. Atrioventrikularis (fasciculus atrioventricularis, berkas HIS)
4. Cabang berkas kanan dan kiri (Crus dextrum dan sinistrum nodus TAWARA)
Gambar 5 : Persarafan pada jantung
Fungsi sistem konduksi listrik dan myocardium dapat dimodifikasi melalui
persarafan otonom untuk menyesuaikan kebutuhan seluruh tubuh. Ini adalah tujuan
plexus cardiacus terdiri dari serabut saraf simpatis dan parasimpatis. Badan sel
(perikarya) serabut saraf parasimpatis pascaganglionik terdapat di dalam ganglion
cervicalis trunkus simpatis (truncus symphaticus) dan mencapai plexus cardiacus melalui
tiga saraf (Nn. Cardiaci cervicales superior, medius dan inferior). Serabut saraf
parasimpatis berasal dari serabut saraf preganglionik dari N. Vagus (X) dan mencapai
plexus cardiacus sebagai Rr. Cardiaci cervicales superior dan inferior, dan sebagai Rr.
Cardiaci thoracici.2
Gambar 6 : Vena-vena jantung aspektus anterior
A. coronaria dextra berasal dari sinus aorta kanan dan berjalan di sulcus coronarius
ke tepi inferior (margo dexter). Berlanjut ke facies diaphragmatica yang pada sebagian
besar kasus, R. Interventricularis posterior dicabangkan sebagai cabang terminal.
Cabang-cabang penting dari A. Coronaria dextra:2
1. R. Coni arteriosi
2. R. Nodi sinuatrialis; ke nodus SA
3. R. Marginalis dextra
4. R. Posterolateralis dextra
5. R. Nodi atrioventrikularis; ke nodus AV
6. R. Interventricularis; menyuplai berkas HIS
A. coronaria sinistra berasal dari sinus aorta kiri dan bercabang sesudah 1 cm
membentuk R. Interventricularis anterior, yang berjalan ke apex jantung, dan R.
Circumflexus yang terakhir berjalan di dalam sulcus coronarius mengelilingi tepi jantung
kiri untuk mencapai bagian posterior jantung. Cabang-cabang penting dari A. Coronaria
sinistra:2
1. R. Interventricularis anterior
a. R. Coni arteriosi
b. R. Lateralis atau R. Diagonalis
c. Rr. Intervetriculares septales
2. R. Circumflexus
a. R. Nodi sinuatrialis; ke nodus SA
b. R. Marginalis sinistra
c. R. Posterior ventriculi sinistra
Histologi
a. Jantung
jantung adalah organ berotot yang berkontraksi secra ritmis memompa darah
melalui sistem sirkulasi. terdiri dari tiga lapisan utama dari dalam ke luar.3
1. Endokardium terdiri atas selapis sel endotel gepeng yang berada di atas selapis
tipis subendotel jaringan ikat longgar yang mengandung serat elastin dan
kolagen, selain sel otot polos. Yang menghubungkan miokardium pada lapisan
subendotel adalah selapis jaringan ikat, yang mengandung vena, saraf, dan
cabang penghantar impuls jantung.3
3. Epikardium di lapisi epitel selapis gepeng yang di topang selapis jaringan ikat.
Lapisan jaringan ikat longgar subperikardium mengandung vena, saraf, dan
banyak adiposit. Lapisan ini dapat disetarakan dengan lapisan viseral
perikardium yaitu membran serosa tempat jantung berada. Di antara lapisan
viseral dan parietal terdapat cairan pelumas memudahkan pergerakan jantung.3
Jantung memiliki katup yang terdiri atas jaringan ikat fibrosa padat di pusat
yang ke dua sisinya di lapisi oleh lapisan endotel. Dasar katup melekat pada annulus
fibrosus, yang merupakan bagian skeleton fibrosa. Regio fibrosa yang padat ini di
sekitar katup jantung yang menambatkan dasar katup dan merupakan tempat origo
dan insersio serabut otot jantung.3
Serabut distal pada berkas AV di bentuk oleh sel-sel yang serupa denga sel
nodus AV. Serabut otot penghantar atau serabut purkinje ini memiliki satu atau dua
inti di pusat dan sitoplasmanya kaya akan mitokondria dan glikogen. Miofibril
jarang di jumpai dan terbatas pada bagian tepi sitoplasma. Setelah menyusun jejaring
subendokardium penghantar, serabut tersebut memasuki lapisan miokardium di ke
dua ventrikel, suatu susunan penting yang memungkinkan stimulus kontraksi
mencapai lapisan terdalam pada otot ventrikel.3
Sel saraf ganglionik dan saraf otonom terdapat di dekat daerah nodus
sinoatrial dan nodus atrioventrikuler, yang mempengaruhi timbulnya frekuensi
denyut dan irama jantung, saat berlangsungnya kegiatan olahraga dan stres
emosional. Rangsangan divisi parasimpatis memperlambat denyut jantung, sedang
rangsang simpatis mempercepat irama pacu jantung.3
b. Pembuluh Darah
Semua pembuluh darah yang beerukuran lebih besar dari diameter tertentu
memiliki struktural yang sama dan menunjukkan gambaran umum konstruksinya.
Pembuluh darah umumnya terdiri atas :3
1. Tunika intima memiliki satu lapis sel endotel, yang di topang oleh selapis tipis
subendotel jaringan ikat longgar yang kadang-kadang mengandung sel otot
polos. Pada arteri intima dipisahkan dari tunika media oleh suatu lamina elastica
interna, yaitu komponen teluar intima. Lamina ini terdiri atas elastin, memiliki
celah memberikan nutrisi ke sel-sel bagian dalam dinding pembuluh. Karena
tekanan darah dan kontraksi pembuluh menghilang pada saat kematian,tunika
intima arteri pada umumnya tampak berombak-ombak pada sediaan jaringan. 3
2. Tunika media, yaitu lapisan tengah terutama terdiri atas lapisan konsentris sel-
sel otot polos yang tersususn secara berpilin. Di antara sel-sel otot polos
terdapat berbagai serat dan lamela elastin, serat retikular kolagen tipe III,
proteoglikan dan glikoprotein yang ke semuanya dihasilkan sel-sel ini. Pada
arteri tunika media memiliki lamina elastika eksterna yang lebih tipis yang
memisahkannya dari tunika adventitia.3
3. Tunika adventitia atau tunika eksterna terutama terdiri dari serat kolagen tipe I
dan elastin. Lapisan adventisia berangsur menyatu dengan jaringan ikat stromal
organ pada tempat pembuluh darah berada.3
Vena, darah yang memasuki vena menerima tekanan yang sangat rendah dan
bergerak menuju jantung melaui kontraksi tunika media dan kompresi eksternal dari
otot sekitar dan organ lain. Katup menonjol dari tunika intima untuk mencegah
aliran balik darah. Tunika intima umumnya memilki lapisan subendotel tipis dan
tunika media terdiri atas berkas-berkas kecil sel otot polos yang berbaur dengan
serat-serat retikular dab jalinan halus serat elastin.3
Kapiler memiliki variasi struktural yang memungkinkan berbagai tingkat
pertukaran metabolik, dikelompokkan menjadi tiga tipe bergantung pada kontinuitas
sel endotel dan lamina externa.3
1. Kapiler kontinu atau somatik memungkinkan pertukaran zat dan di tandai
dengan kontinuitas khusus sel endotel di dindingnya. kapiler ini merupakan
jenis kapiler tersering dan ditemukan di semua jenis jaringan otot, janringan
ikat, kelenjar eksokrin, dan jaringan saraf. Di sejumlah tempat, tetapi tidak di
sistem saraf.3
2. kapiler berfenestra memungkinkan pertukaran molekul yang lebih luas melalui
endotel dan ditandai dengan adanya fenestra sirkular kecil melalui sel endotel
pipih yang sangat tipis dan mengandung proteoglikan heparan tetapi tidak
lapisan ganda lipid. Lamina basal pada kapiler berfenestra bersifat kontinu yang
menutupi fenestra. Kapiler berfenestra di jumpai di jaringan tempat
berlangsungnya pertukaran zat secara ceapat antar jaringan dan darah, seperti di
ginjal, usus, pleksus choroideus, dan kelenjar endokrin.3
3. Kapiler sinusoid memungkinkan pertukaran makromolekul secara maksimal
sera di antara jaringan dan darah serta secara maksimal serta di antara jaringan
dan darah serta memiliki karakteristik berikut. Sel endotel memiliki fenestra
besar tanpa diafragma, sel suatu lapisan diskontinu dan terpisah satu sama lain
oleh ruang yang lebar, lamina basal juga bersifat diskontinu. Sinusoid berbentuk
ireguler dan berdiameter yang lebih besar ketimbang diameter kapiler lain,
yakni sifat yang memungkinkan aliran darah yang lambat. Kapiler sinusoid
ditemukan di hati,limpa, sejumlah organ endokrin dan sum-sum tulang.3
Fisiologi
Fungsi utama jantung adalah memompa darh ke seluruh tubuh dimana pada saat
memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Untuk fungsi tersebut,
otot jantung mempunyai kemampuan untuk menimmbulkan rangsangan listrik. Aktifitas
kontraksi jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh selalu didahului oleh aktifitas
listrik.4
Siklus Jantung
Darah kaya oksigen yang kembali ke atrium kiri ini kemudian mengalir ke dalam
ventrikel kiri, bilik pompa yang memompa atau mendorong darah ke semus sistim tubuh
kecuali paru. Jadi, sisi kiri jantung memompa darah yang kaya akan O2 ke dalam
sirkulasi sistemik. Arteri besar yang membawa darah menjauhi ventrikel kiri adalah
aorta. Aorta bercabang menjadi arteri besar dan mendarahi berbagai jaringan tubuh.5
Peristiwa yang terjadi pada jantung berawal dari permulaan sebuah denyut jantung
sampai berakhirnya denyut jantung berikutnya disebut siklus jantung (cardiac cycle).
Setiap siklus dimulai oleh pembentukan potensial aksi yang spontan di dalam nodus
sinus (sinoatrioventricular node/ SA node). Nodus ini terletak pada dinding lateral
superior atrium kanan dekat tempat masuk vena cava superior, dan potensial aksi
menjalar dengan cepat sekali melalui kedua atrium dan kemudian melalui berkas A-V ke
ventrikel. Karena ada pengaturan khusus sistem konduksi dari atrium menuju ke
ventrikel, ditemukan keterlambatan selama lebih dari 1/10 detik sewaktu impuls jantung
dihantarkan dari atrium ke ventrikel. Keadaan ini menyebabkan atrium akan berkontraksi
mendahului ventrikel, sehingga akan memompakan darah ke dalam ventrikel sebelum
kontraksi ventrikel yang kuat. Jadi, atrium bekerja sebagai pompa primer bagi ventrikel,
dan ventrikel selanjutnya akan menyediakan sumber kekuatan yang utama untuk
memompakan darah ke sistem pembuluh darah.5
Gambar Cardiac Cycle menjelaskan berbagai peristiwa berbeda yang terjadi selama
siklus jantung (cardiac cycle). Kurva pertama yang paling atas adalah elektrokardiogram
(EKG/ECG), Ketiga kurva berikutnya secara berurutan menunjukkan perubahan-
perubahan tekanan di dalam aorta, ventrikel kiri, dan atrium kiri. Kurva kelima
melukiskan perubahan volume ventrikel, kurva keenam adalah fonokardiogram, yang
merupakan rekaman bunyi yang dihasilkan oleh jantung–terutama oleh katup jantung–
sewaktu memompakan darah.5
Aktivitas listrik sel yang dicatat secara grafik melalui elektroda intrasel
memperlihstksn bentuk khas yang disebut potensial aksi. Aktivitas listrik dari semua
mikardium secar keseluruhan dapat dilihat dalam suatu elektrokardiogram. Gelombang
pada alaktrokardium memcarminkan penyebaran rangsang listrik melalui miokardium
ventrikel kiri dan atrium.5
Jantung secara bergantian berkontraksi untuk mengosngkan dan berelaksai
untuk mengisi. Kontraksi desebabkan oleh penyebaran eksitasi keseluruh jantung
sementara relaksai mengikuti repolarisasi otot jantung. Atrium dan ventrikel melakuka
siklus sistol dan diastol secara terpisah. Dua tipe potensial aksi merupakan potensial aksi
respon cepat dan respon lambat. Dua tipe ini diklasifikasikan menurut penyebab
depolarisasi primer yaitu saluran Na cepat dan Ca lambat.5
Keluhan dan gejala nyeri dada dapat bersumber di jantung (kardinal) maupun
selain jantung (nonkardiak). Gejala nyeri dada yang disebut dengan istilah “angina”
sebenarnya lebih tepat disebut rasa tidak nyaman di dada (chestdiscomfort), karena
tidak selalu dipersepsikan sebagai nyeri oleh pasien. Keluhan ini biasanya
dihubungkan dengan penyakit jantung koroner (PJK), namun bisa disebabkan oleh
berbagai hal selain PJK seperti penuomonia, perkarditis, refluks gastroesofageal,
atau nyeri otot dada.7
Nyeri dada kardinal tipikal timbul akibat iskemia atau infak miokard akut yang
disebabkan ruptur plak aterosklerosis pada pembuluh darah koroner dan
menyebabkan sumbatan baik total mau subtotal. Manifestasi klinis nyeri dada
tipikal:7
1. Kualitas – Nyeri seperti diremas, menahan beban berat, mencekik atau adanya
rasa tidak nyaman di dada. Angina biasanya tidak bersifat tajam sepeti ditusuk
dan tidak berubah kualitasnya bila ada perubahan posisi atau respirasi.7
2. Durasi – Episode angina biasanya hilang timbul, berlangsung selama beberapa
menit. Nyeri yang konstan dan berlangsung terus-menerus selama beberapa jam
biasanya bukan angina.7
3. Lokasi – Biasanya substernal, namun sering disertai penjalaran ke leher, rahang,
epigastrium, atau lengan. Nyeri yang berlokasi di atas mandibula, bawah
epigastrium atau pada daerah lateral dinding dada biasanya bukan angina.7
Gambar 14 : Lokasi nyeri dada selama angina atau MI
4. Pemicu – angina biasanya dicetuskan oleh aktivitas fisik atau stres emosional
dan nyeri akan berkurang dengan istirahat. Nitrat sublingual juga akan
mengurangi nyeri pada angina dalam 30 detik sampai beberapa menit.7
Beberapa keluhan pasien sangat mendukung kemungkinan infak miokard akut
(IMA), dan beberapa keluhan lain justru semakin menurunkan kemungkinan suatu
infak miokard akut.7
Nyeri dada akibat PJK atau angina mempunyai kekhususan karena merupakan
salah satu kondisi darurat yang harus medapat penanganan segera. Berdasarkan hal
ini angina diklasifikasikan menjadi angina tipikal, atipikal, dan angina non kardiak.7
Angina yang khas yaitu nyeri dada retrosternal, kualitas dan durasinya
Timbulnya angina dipicu oleh aktivitas fisik dan atauemosi
kelainan :
B. Tekanan Darah
Menurut JNC 8
Gambar 15 : Panduan hipertensi menurut JNC 8
C. Nadi
D. Nafas
Pernapasan / Respirasi7
4. Hubungan Flu-like illness, demam, batuk, hidung beringus, Eritema, mukus jernih,
limfadenopati, takikardi dengan tiga komponen suara dengan intensitas tinggi pada
penyakit yang diderita
Pada kasus diatas, pasien kemungkinan mengalami infeksi. Pada mulanya,
patogen menginfeksi saluran pernapasan sehingga bermanifestasi klinis sama seperti
gangguan saluran pernapasan seperti flu, mukus jernih dan hidung beringus.
Dikatakan flu like illness dikarenakan patogen yang menginfasi adalah bukan
merupakan Virus Influenza.8
Sebagai bentuk serangan balik oleh tubuh akan dikerahkan sel-sel imun tubuh
seperti makrofag yang akan mengenali patogen dikarenakan pirogen eksogen yang
dikeluarkan atau dibantu oleh sistem komplemen oleh tubuh sehingga makrofag
memfagosit patogen, setelah itu makrofag akan mengeluarkan pirogen endogen (IL-
1, 6, 8, 11, TNFα, TNFβ dll) yang akan melewati pembuluh darah dan sampai ke
pusat sistem pengatur suhu tubuh pada hipothalamus anterior, disana pirogen
endogen khususnya IL 1 akan merangsang sel-sel epitel untuk mensekresikan asam
arakhidonat, selanjutnya asam arakhidonat akan menstimulasi pengeluaran PGE2
yang nantinya akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh sehingga tubuh mengira
bahwa saat ini suhu tubuh sedang dibawah titik normal sehingga mekanisme respon
tubuh pada awalnya adalah dengan mengigil dan nantinya terjadi demam.9
Makrofag juga akan membawa antigen dari patogen ke organ limfatik terdekat
dalam hal ini limfonodus untuk dipresentasikan antigennya. Namun dikarenakan sel
imun yang terbentuk terlalu banyak sehingga terjadi pembengkakan dari organ
linfonodusnya.10
Bunyi Friction Rub yang terjadi mempunyai 3 komponen suara dimana ketiga
komponen suara tersebut terjadi bersamaan sistol atrium, sistol ventrikel dan
pengisian fase cepat dari ventrikel. Bunyi ini terjadi dikarenakan gesekan antara dua
lapisan perikardium yang terinflamasi.12
5. Differential diagnosis
Infark Gastritis
Gejala Perikarditis Miokarditis Pneumonia
Miokard
Laki-laki 35 th + + +/- + +
Nyeri dada di
belakang dada
dan terasa + - + + +
menusuk
menyebar ke
punggung
Limfadenopati + + + - +/-
Memberat saat
inspirasi dan
membaik saat + - - - -
bersandar ke
depan
Takikardia + - + + +/-
Tiga komponen
suara dengan + - - - -
intensitas tinggi
1. Definisi
Perikarditis adalah inflamasi pada pericardium, baik lapisan parietal,
visceral maupun keduanya.13
A. Perikarditis Akut13
Perikarditis akut adalah peradangan primer maupun sekunder
pericardium parietalis/viseralis atau keduanya.. Perikarditis akut ini
merupakan suatu gejala dan/atau tanda-tanda yang dihasilkan dari
peradangan perikard yang durasinya tidak lebih dari 1-2 minggu,
banyak kasus dianggap idiopatik.13
Etiologi
Etiologi bervariasi luas mulai dari:13
a. Virus
b. Bakteri
c. Tuberculosis
d. Jamur
e. Uremia
f. Neoplasia
g. Autoimun
h. Trauma
i. Infark jantung
j. idiopatik
Patofisiologi
Salah satu reaksi radang pada perikarditis akut adalah penumpukan
cairan (eksudasi) di dalam rongga perikard yang disebut sebagai efusi
perikard. Efek hemodinamik efusi perikard ditentukan oleh jumlah dan
kecepatan pembentukan cairan perikard. Efusi yang banyak atau timbul
cepat akan menganggu fase pengisian ventrikel sehingga volume
diastolic, cardiac output berkurang. Kompensasinya adalah takikardi,
tetapi pada tahap yang kritis akan menyebabkan gangguan sirkulasi
dengan penurunan tekanan darah serta gangguan perfusi organ.14
Manifestasi klinlis
Pasien dengan perikarditis akut tanpa komplikasi sering muncul
gejala tidak nyaman dan cemas, demam ringan beserta takikardi.
Keluhan paling sering adalah sakit atau nyeri dada yang tajam,
retrostrenal atau sebelah kiri. Bertambah sakit bila bernafas batuk dan
menelan. Keluhan lainnya yaitu rasa sulit bernapas karena nyeri
pleuritik diatas atau karena efusi perikard.13
Pemeriksaan penunjang
1. Elektrokardiografi (EKG)
Elektrokardiografi menunjukkan elevasi segmen ST.
Gelombang T umumnya ke atas, tetapi bila ada miokarditis maka
akan kebawah (inversi).13
2. Foto toraks
Foto paru dapat normal atau menunjukkan patologi (misalnya
bila penyebabnya tumor paru, TBC, dan lain-lain). Foto jantung
normal atau membesar (bila ada efusi pericard).13
3. Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan :
Leukosit, ureum, kreatinin, enzim jantung, mikrobiologis,
parasitologis, serologis, virologist, patologis dan imunologis untuk
mencari penyebab peradangan dari sediaan darah, cairan perikard
atau jaringan biopsy perikard.13
4. Enzim jantung
Pemeriksaan enzim jantung dapat menunjukkan serum
sensitivitas C-reactive protein (hsCRP) meningkat pada sekitar ¾
dari pasien perikarditis akut.13
5. Ekokardiografi
a. Menunjukkan efusi perikard, perkiraan jumlah dan lokasinya.
b. Menilai kontraktilitas ventrikel kiri (akan terganggu bila ada
miokarditis).
c. Membedakan perikarditis dengan infark miokard.13
Tata Laksana
Prinsip tata laksana adalah sebagai berikut:13
1. Jika diagnosis telah dicurigai tetapi tidak yakin, maka pada
pemeriksaan dengarkan pericardial rub dan lihat frekuensi EKG
untuk mendapatkan diagnose pastinya.13
2. Jika diagnosis dicurigai atau diyakini, lakukan pemeriksaan
lanjutan untuk membantu menegakkan diagnose dan menentukan
apakah diagnosis penykit ini akibat penyebab spesifik atau tidak,
maka lakukan pemeriksaan:13
a. Rontgen dada
b. Hemogram
c. hsCRP
d. Ekokardiografi
e. Troponin I
f. Pertimbangkan serum ANA jika pasiennya perempuan muda
3. Jika diagnose ditegakkan, lakukan terapi dengan NSAID +
Kolkisin13
NSAID dipakai sebagai dasar pengobatan medikamentosa.
Kortikosteroid (prednisolon oral 60mg/hari) diperlukan bila
sakitnya tidak teratasi dengan NSAID.13
Perikarditis rekurens (non bacterial-virus yang dibuktikan
dengan PCR dapat diobat dengan kolkisin 1-2 mg/hari). 13
B. Perikarditis Konstriktif
Perikarditis Konstriktif adalah akhi dari proses inflamasi pada
pericardium. Peradangan kronik perkard menyebabkan penebalan,
fibrosis, fusi visceral dan parietal perikard yang mengurangi rongga
perikard.13
Etiologi
Perikarditis konstriktif terjadi akibat:13
a. Idiopatik
b. Radiasi
c. Berhubungan dengan operasi
d. Infeksi
e. Neoplastik
f. Gangguan autoimun
g. Remia
h. Berhubungan dengan trauma
i. Sarcoid
j. Terapi methysergide
Patomekanisme
Perikarditis konstriktif ini terjadi jika dari perikarditis akut
semakin memburuk dan reaksi radang terus berlanjut, perikard
mengalami fibrosis, jaringan parut meluas, penebalan, kalsifikasi dan
juga terisi eksudat yang menyebabkan terhambatnya proses diastolik
ventrikel, mengurangi isi sekuncup dan semenit serta mengakibatkan
kongesti sistemik.14
Manifestasi Klinis
Biasanya ditemukan tanda dan gejala dari gagal jantung kanan.
Pada tahap awal ditemukan edema ekstremitas bawah, keluhan perut
yang tidak nyaman, kongesti hepar pasif. Jika perkembangan konegesti
hepar yang semakin memburuk, maka dapat berkembang menjadi
asites, anasarka, ikterus sekunder untuk sirosis jantung. Dan juga bisa
ditemukan gejala dari gagal jantung kiri seperti dispnea, batuk,
ortopneu juga dapat muncul. Pada tahap akhir efek dari cardiac output
yang rendah, biasanya pasien mengalami kakexia, pengecilan otot dan
mudah lelas.13
Pemeriksaan Penunjang
a. EKG
Menunjukkan voltase rendah (low voltage) atau gelombang T
yang mendatar (generalized T wave flatteing).13
b. Foto toraks
Foto toraks menunjukkan perkapuran pada setengah pasien
terutama jika etiologi Tubeculosis.13
c. Ekokardiografi Doppler
Menunjukkan variasi aliran darah yang besar saat diastolic
melalui katup mitral dengan gambaran konstriktif.13
d. MRI dan CT scan
Menghasilkan gambaran penebalan dan kalsifikasi
perikaridum.13
e. Kateterisasi
Ditemukan kesamaan tekanan akhir doastolik dari keempat
ruang jantung dengan gelombang Y yang dominan.13
Tata laksana
Penatalaksaan dapat dimulai dengan diuretic untuk
mengurangi gejala sesak dan retensi cairan. Reseksi perikard
(perikardiektomi) merupakan terapi kausal dan umumnya akan
memperbaiki keluhan dan memperbaiki prognosis.14
2. Komplikasi Perikarditis
Pericarditis dapat menyebabkan berbagai komplikasi, yaitu
tamponade jantung, aritmia jantung, nyeri dada terus-menerus.14
3. Prognosis Perikaditis
a. Perikardiektomi dapat memperbaiki keluhan dan prognosis
penyakit.14
b. Pasien yang sudah mengalami fibrosis atau atrofi miokard memiliki
prognosis yang buruk.14
DAFTAR PUSTAKA
1. Iqbal, Basri, dkk., 2015. Buku Ajar Anatomi Biomedik I. Makassar: Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.
2. Paulsen, Friedrich dan Jens Weschke., 2014. Sobotta Atlas Anatomi Manusia Organ-
Organ Dalam. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
3. Mescher, Anthony L. 2015. Histologi Dasar JUNQUEIRA. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
4. Sherwood, Lauralee., 2015. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem Edisi 8. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
5. Price,Sylvia A., 2006. Anatomi dan Fisiologi Jantung dalam Patofisiologi Konsep Klinis
Peoses-proses Penyakit edisi 6.Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
6. Irmalita,dkk., 2015. Pedoman Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. Jakarta: Central
Communications.
7. Setiati, siti, Nafrialdi, Idrus Alwi, Ari Fahrial Syam, Marcellus Simadibrata., 2013.
Panduan Sistematis Untuk Diagnosis Fisis Anamnesis& Pemeriksaan Fisis
Komprehensif. Jakarta: Interna Publishing.
8. Harun, Riyanto., 2009. Penyakit Mirip Flu atau«Flu Like Syndrom. Jakarta :Maguri.
9. Silbernagl, Stefan & Lang, Florian., 2000. Atlas Berwarna Patofisiologi. Jerman :
Stuttgart..
10. Oehadian, Amaylia., 2013. Pendekatan diagnosis Limfadenopati. CDK-209/Vol. 40 No.
10. Bandung . Sub Bagian Hematologi-Onkologi Medik, Bagian Ilmu Penyakit Dalam,
RS Hasan Sadikin/Universitas Padjadjaran
11. Lippincot, Williams & Wilkins., 2010. Atlas Patofisiologi. Edisi III. Philadelphia.
Library of Congress Cataloging-in-Publication Data
12. Lilly, S Leonard., 2011. Patofisiologi dari penyakit jantung. Edisi V. Philadelphia.
Library of Congress Cataloging-in-Publication Data
13. Bonow, Robert O, et all., 2012. Braunwald’s heart disease 10th edition. Philadelphia :
Elsevier Sauders.
14. Setiati, Siti, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing
15. Rubenstein, David, et al. 2005. Lecture Notes : Kedokteran Klinis. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
16. Thaler, Malcom S., 2007. Satu-Satunya Buku EKG Yang anda Perlukan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
17. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S., 2009. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I edisi V. Jakarta: Interna Publishing.