Anda di halaman 1dari 7

Nama : Annisa Zahara

NIM : 171000144

Tugas Jaminan Sosial Dan Asuransi Kesehatan

Jaminan Sosial Terhadap Dampak Pandemi COVID-19

Tidak dipungkiri bahwa masa pandemi COVID-19 dirasakan oleh seluruh

masyarakat yang ada di dunia, termasuk Indonesia. Untuk mencegah, menanggulangi,

dan mengurangi penyebaran COVID-19 di masyarakat, pemerintah menetapkan beberapa

kebijakan. Perkembangan kebijakan pemerintah dalam menanggulangi COVID-19 sejak

awal munculnya kasus positif COVID-19 di Indonesia diawali dengan pelarangan semua

penerbangan dari dan ke Tiongkok sejak 5 Februari, lalu pemerintah menerbitkan lima

protokol utama yang berkaitan dengan COVID-19, yaitu protokol kesehatan, protokol

komunikasi, protokol pengawasan perbatasan, protokol area institusi pendidikan, serta

protokol area publik dan transportasi. Mulai 4 Maret sudah dilakukan pemindaian suhu

penumpang MRT yang memasuki stasiun dan tidak memberikan akses pada orang-orang

yang memiliki demam tinggi. Pada 14 Maret, pemerintah Indonesia sudah menyatakan

pandemi COVID-19 sebagai bencana nasional dan setelah itu ditetapkan kebijakan

menjaga jarak sosial yang dilakukan melalui usaha belajar dari rumah, bekerja dari

rumah, dan beribadah dari rumah. Sejumlah tempat hiburan dan tempat umum lainnya

yang memicu keramaian orang juga ditutup.

Hingga akhirnya pemerintah menetapkan Pembatasan Sosial Berskala

Besar(PSBB) di beberapa daerah. Hingga tanggal 22 April 2020 mencapai dua provinsi

dan 21 kabupaten/kota, dua provinsi itu yaitu DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat.

Sementara 21 Kabupaten/Kota antara lain Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Depok,
Kota Bogor, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota Pekanbaru, Kota Makassar,

Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kabupaten

Sumedang, Kota Tegal, Kota Banjarmasin, Kota Tarakan, Kota Surabaya, Kabupaten

Sidoarjo dan Kabupaten Gresik.

Pembatasan Sosial Berskala Besar(PSBB) mengharuskan masyarakat untuk tidak

berkerumun lebih dari lima orang di ruang publik namun aturan ini dikecualikan bagi

pemenuhan kebutuhan pokok dan pangan, bahan bakar, komunikasi, obat dan alat medis,

keuangan, perbankan, logistik dan laundry pakaian. Tempat-tempat wisata, hiburan, dari

mall sampai warung internet wajib tutup selama pemberlakuaan PSBB, aturan ojek online

yang disarankan hanya berfokus melayani pesan antar makanan di rumah saja,

pengangkutan menggunakan mobil pribadi hanya berlaku untuk dua orang saja, dan

pelarangan berkumpul di rumah ibadah.

Tentunya kebijakan ini akan berdampak kepada masyarakat, terutama dampak

ekonomi. Karena banyaknya pegawai yang di PHK, tidak bisa berjualan seperti biasanya,

ataupun penjualan menjadi berkurang karena banyak orang yang memilih untuk tidak

berbelanja kebutuhan selain bahan pokok dan lebih memilih untuk memasak sendiri

dirumah masing-masing. Selain berkurangnya pendapatan untuk kebutuhan sehari-hari,

bahkan bisa saja bukan berkurang tetapi tidak mendapatkan pendapatan sama sekali. Hal

inilah yang membuat resah masyarakat dan memicu masyarakat untuk tidak mematuhi

kebijakan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah bahkan kemungkinan terburuknya

adalah masyarakat akan mencuri untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari

Namun, dalam menyikapi hal ini sebenarnya pemerintah sudah menjamin jaminan

sosial bagi seluruh masyarakat yang terkena dampak COVID-19. Hal ini tercantum pada
beberapa undang-undang, yaitu Undang-Undang Kekarantinaan Kesehatan, Undang-

Undang Kebencanaan, dan UUD 1945. Berikut pasal-pasal dalam undang-undang yang

berkaitan dengan jaminan sosial untuk masyarakat dalam masa pandemi COVID-19.

a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan

Dalam Undang-Undang ini, disebutkan bahwa penyelenggaraan kekarantinaan

kesehatan di wilayah terbagi menjadi karantina rumah, karantina wilayah, karantina

rumah sakit, dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dalam

menyelenggarakan karantina kesehatan harus didasarkan pada pertimbangan

epidemiologis, besarnya ancaman, efektifitas, dukungan sumber daya, teknis

operasional, pertimbangan ekonomi, sosial, budaya dan keamanan. Karantina rumah,

karantina wilayah, dan karantina rumah sakit didalamnya terdapat pasal yang

menjamin bantuan sosial untuk masyarakat terdampak. Namun dalam

penyelenggaraan Pembatasan Sosial Berskala Besar(PSBB) dalam undang-undang ini

tidak terdapat pasal yang menyebutkan tentang jaminan sosial untuk masyarakat

terdampak.

 Karantina Rumah

Karantina rumah dilaksanakan pada situasi ditemukannya kasus kedaruratan

kesehatan masyarakat yang terjadi hanya di dalam satu rumah. Masyarakat yang

mengalami karantina rumah akan mendapat jaminan sosial sebagaimana yang

tercantum dalam pasal 52 ayat (1) yang berbunyi “Selama penyelenggaraan

karantina rumah, kebutuhan hidup dasar bagi orang dan makanan hewan ternak

yang berada dalam karantina rumah menjadi tanggung jawab pemerintah pusat”.
 Karantina Wilayah

Karantina wilayah dilaknakan kepada seluruh anggota masyarakat di suatu

wilayah apabiladari hasil konfirmasi laboratorium sudah terjadi penyebaran

penyakit antar anggota masyarakat di wilayah tersebut. Masyarakat yang

mengalami karantina wilayah akan mendapat jaminan sosial sebagaimana yang

tercantum dalam pasal 55 ayat (1) yang berbunyi “Selama dalam karantina

wilayah, kebutuhan hidup dasar orang dan makanan hewan ternak yang berada

di wilayah karantina menjadi tanggung jawab pemerintah pusat”.

 Karantina Rumah Sakit

Karantina rumah sakit dilaksanakan kepada seluruh orang yang berkunjung, orang

yang bertugas, pasien dan barang, serta apapun di suatu rumah sakit bila

dibuktikan berdasarkan hasil konfirmasi laboratorium telah terjadi penularan

penyakit yang ada di ruang isolasi keluar ruang isolasi. Seluruh petugas kesehatan

dan pasien selama karantina rumah sakit akan mendapatkan jaminan sosial

sebagaimana yang tercantum dalam pasal 58 yang berbunyi “Selama dalam

tindakan karantina rumah sakit, kebutuhan hidup dasar seluruh orang yang

berada di rumah sakit menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan/atau

pemerintah daerah”.

 Pembatasan Sosial Berskala Besar(PSBB)

Dalam pasal 59 disebutkan bahwa PSBB bertujuan untuk mencegah meluasnya

penyebaran penyakit kedaruratan kesehatan masyarakat yang sedang terjadi antar

orang di suatu wilayah tertentu. PSBB paling sedikit meliputi peliburan sekolah

dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagaamaan dan pembatasan kegiatan di

tempat atau fasilitas umum.


Tidak terdapat pasal yang menjelaskan lebih rinci tentang jaminan sosial yang

didapat masyarakat selama penyelenggaraan PSBB. Namun dalam kenyataannya,

selama masa pandemi COVID-19, masyarakat mendapat jaminan sosial seperti

bantuan sembako yang terdiri dari beras, gula, minyak, sabun, dan lainnya juga

sejumlah uang dari pemerintah.

b. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana

Pandemi COVID-19 sudah ditetapkan menjadi bencana nasional oleh presiden

republik Indonesia. Tentunya hal ini juga akan menjadi pertimbangan pemerintah

untuk memberikan jaminan sosial bagi masyarakatnya selama masa bencana nasional.

Dalam UU ini, diatur tanggung jawab pemerintah dalam penanggulangan bencana,

sebagaimana terdapat pada pasal 6 yang berbunyi “Tanggung jawab pemerintah dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi : a) pengurangan risiko bencana

dan pemaduan pengurangan risiko bencana dengan program pembangunan ; b)

perlindungan masyarakat dari dampak bencana; c) penjaminan pemenuhan hak

masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana secara adil dan sesuai dengan

standar pelayanan minimum; d) pemulihan kondisi dari dampak bencana; e)

pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara yang memadai; f) pengalokasian anggaran penanggulangan bencana

dalam bentuk dana siap pakai; g) pemeliharaan arsip/dokumen otentik dan kredibel

dari ancaman dan dampak bencana.” Dalam pasal ini jelas disebutkan bahwa

tanggung jawab pemerintah selama masa penanggulangan bencana salah satunya ialah

penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana secara

adil dan sesuai dengan standar pelayanan minimum.


Selain pasal 6, terdapat juga pasal yang menyebutkan tentang jaminan sosial yaitu

pas al 8 yang berbunyi “Tanggung jawab pemerintah daerah dalam penyelenggaraan

penanggulangan bencana meliputi : a) penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan

pengungsi yang terkena bencana sesuai dengan standar pelayanan minimum; b)

perlindungan masyarakat dari dampak bencana; c) pengurangan risiko bencana dan

pemaduan pengurangan risiko bencana dengan program pembangunan; d)

pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah yang memadai”. Jika pada pasal 6 mengatur tanggung jawab

pemerintah dalam lingkup pusat atau nasional, pasal 8 mengatur tanggung jawab

pemerintah dalam lingkup daerah.

Dalam undang-undang ini dijelaskan lebih lengkap tentang hak masyarakat selama

penanggulangan bencana, sebagaimana disebutkan dalam Bab V tentang hak dan

kewajiban masyarakat pasal 26 ayat (1) yang berbunyi : “Setiap orang berhak : a)

mendapatkan perlindungan nasional sosialdan rasa aman, khususnya bagi kelompok

masyarakat rentan bencana; b) mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan ketrampilan

dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana; c) mendapatkan informasi secara

tertulis dan/atau lisan tentang kebijakan penanggulangan bencana; d) berperan serta

dalam perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan program penyediaan bantuan

pelayanan kesehatan termasuk dukungan psikososial; e) berpartisipasi dalam

pengambilan keputusan terhadap kegiatan penanggulangan bencana, khususnya yang

berkaitan denga diri dan komunitasnya; dan f) melakukan pengawasan sesuai dengan

mekanisme yang diatur atas pelaksanaan penanggulangan bencana”. Hak masyarakat

juga disebutkan dalam pasal 26 ayat (2) yang berbunyi : “Setiap orang yang terkena

bencana berhak mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar”.


c. Undang-Undang Dasar 1945

Pada UUD 1945 juga disebutkan adanya jaminan sosial untuk masyarakat. Hal ini

tercantum dalam pasal 28H ayat (3) yang berbunyi : “Setiap orang berhak atas

jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai

manusia yang bermartabat”. Artinya, dalam menghadapi dampak pandemi COVID-

19 masyarakat akan dipenuhi jaminan sosial untuk mengembangkan dirinya secara

utuh.

Dari berbagai undang-undang yang sudah disebutkan diatas maka dapat diambil

kesimpulan bahwa seharusnya masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan kebutuhan dasar

untuk kehidupan sehari-hari bahkan berpikir untuk melakukan tindakan negatif agar dapat

memenuhinya. Karena pemerintah bertanggung jawab dan memiliki kewajiban untuk

memenuhi jaminan sosial kepada masyarakat selama masa menanggulangi pandemi

COVID-19 ini. Dalam menanggulangi pandemi COVID-19 harus terjalin kerja sama

antara masyarakat dan pemerintah. Masyarakat seharusnya mematuhi seluruh aturan yang

ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah harus menjalankan tugas dan kewajibannya

dalam pemenuhan hak jaminan sosial masyarakat selama masa pandemi COVID-19.

Anda mungkin juga menyukai