NIM : 171000144
awal munculnya kasus positif COVID-19 di Indonesia diawali dengan pelarangan semua
penerbangan dari dan ke Tiongkok sejak 5 Februari, lalu pemerintah menerbitkan lima
protokol utama yang berkaitan dengan COVID-19, yaitu protokol kesehatan, protokol
protokol area publik dan transportasi. Mulai 4 Maret sudah dilakukan pemindaian suhu
penumpang MRT yang memasuki stasiun dan tidak memberikan akses pada orang-orang
yang memiliki demam tinggi. Pada 14 Maret, pemerintah Indonesia sudah menyatakan
pandemi COVID-19 sebagai bencana nasional dan setelah itu ditetapkan kebijakan
menjaga jarak sosial yang dilakukan melalui usaha belajar dari rumah, bekerja dari
rumah, dan beribadah dari rumah. Sejumlah tempat hiburan dan tempat umum lainnya
Besar(PSBB) di beberapa daerah. Hingga tanggal 22 April 2020 mencapai dua provinsi
dan 21 kabupaten/kota, dua provinsi itu yaitu DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat.
Sementara 21 Kabupaten/Kota antara lain Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Depok,
Kota Bogor, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota Pekanbaru, Kota Makassar,
Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kabupaten
Sumedang, Kota Tegal, Kota Banjarmasin, Kota Tarakan, Kota Surabaya, Kabupaten
berkerumun lebih dari lima orang di ruang publik namun aturan ini dikecualikan bagi
pemenuhan kebutuhan pokok dan pangan, bahan bakar, komunikasi, obat dan alat medis,
keuangan, perbankan, logistik dan laundry pakaian. Tempat-tempat wisata, hiburan, dari
mall sampai warung internet wajib tutup selama pemberlakuaan PSBB, aturan ojek online
yang disarankan hanya berfokus melayani pesan antar makanan di rumah saja,
pengangkutan menggunakan mobil pribadi hanya berlaku untuk dua orang saja, dan
ekonomi. Karena banyaknya pegawai yang di PHK, tidak bisa berjualan seperti biasanya,
ataupun penjualan menjadi berkurang karena banyak orang yang memilih untuk tidak
berbelanja kebutuhan selain bahan pokok dan lebih memilih untuk memasak sendiri
bahkan bisa saja bukan berkurang tetapi tidak mendapatkan pendapatan sama sekali. Hal
inilah yang membuat resah masyarakat dan memicu masyarakat untuk tidak mematuhi
Namun, dalam menyikapi hal ini sebenarnya pemerintah sudah menjamin jaminan
sosial bagi seluruh masyarakat yang terkena dampak COVID-19. Hal ini tercantum pada
beberapa undang-undang, yaitu Undang-Undang Kekarantinaan Kesehatan, Undang-
Undang Kebencanaan, dan UUD 1945. Berikut pasal-pasal dalam undang-undang yang
berkaitan dengan jaminan sosial untuk masyarakat dalam masa pandemi COVID-19.
karantina wilayah, dan karantina rumah sakit didalamnya terdapat pasal yang
tidak terdapat pasal yang menyebutkan tentang jaminan sosial untuk masyarakat
terdampak.
Karantina Rumah
kesehatan masyarakat yang terjadi hanya di dalam satu rumah. Masyarakat yang
karantina rumah, kebutuhan hidup dasar bagi orang dan makanan hewan ternak
yang berada dalam karantina rumah menjadi tanggung jawab pemerintah pusat”.
Karantina Wilayah
tercantum dalam pasal 55 ayat (1) yang berbunyi “Selama dalam karantina
wilayah, kebutuhan hidup dasar orang dan makanan hewan ternak yang berada
Karantina rumah sakit dilaksanakan kepada seluruh orang yang berkunjung, orang
yang bertugas, pasien dan barang, serta apapun di suatu rumah sakit bila
penyakit yang ada di ruang isolasi keluar ruang isolasi. Seluruh petugas kesehatan
dan pasien selama karantina rumah sakit akan mendapatkan jaminan sosial
tindakan karantina rumah sakit, kebutuhan hidup dasar seluruh orang yang
pemerintah daerah”.
orang di suatu wilayah tertentu. PSBB paling sedikit meliputi peliburan sekolah
bantuan sembako yang terdiri dari beras, gula, minyak, sabun, dan lainnya juga
republik Indonesia. Tentunya hal ini juga akan menjadi pertimbangan pemerintah
untuk memberikan jaminan sosial bagi masyarakatnya selama masa bencana nasional.
sebagaimana terdapat pada pasal 6 yang berbunyi “Tanggung jawab pemerintah dalam
masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana secara adil dan sesuai dengan
dalam bentuk dana siap pakai; g) pemeliharaan arsip/dokumen otentik dan kredibel
dari ancaman dan dampak bencana.” Dalam pasal ini jelas disebutkan bahwa
tanggung jawab pemerintah selama masa penanggulangan bencana salah satunya ialah
penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana secara
Belanja Daerah yang memadai”. Jika pada pasal 6 mengatur tanggung jawab
pemerintah dalam lingkup pusat atau nasional, pasal 8 mengatur tanggung jawab
Dalam undang-undang ini dijelaskan lebih lengkap tentang hak masyarakat selama
kewajiban masyarakat pasal 26 ayat (1) yang berbunyi : “Setiap orang berhak : a)
berkaitan denga diri dan komunitasnya; dan f) melakukan pengawasan sesuai dengan
juga disebutkan dalam pasal 26 ayat (2) yang berbunyi : “Setiap orang yang terkena
Pada UUD 1945 juga disebutkan adanya jaminan sosial untuk masyarakat. Hal ini
tercantum dalam pasal 28H ayat (3) yang berbunyi : “Setiap orang berhak atas
utuh.
Dari berbagai undang-undang yang sudah disebutkan diatas maka dapat diambil
untuk kehidupan sehari-hari bahkan berpikir untuk melakukan tindakan negatif agar dapat
COVID-19 ini. Dalam menanggulangi pandemi COVID-19 harus terjalin kerja sama
antara masyarakat dan pemerintah. Masyarakat seharusnya mematuhi seluruh aturan yang
ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah harus menjalankan tugas dan kewajibannya
dalam pemenuhan hak jaminan sosial masyarakat selama masa pandemi COVID-19.