Jangan Lihat, Bahaya!!!!
Jangan Lihat, Bahaya!!!!
Disusun Oleh:
AGUS HUSEIN DAULAY 219 210 027
Grup Tutor A3
Diketahui Oleh:
Fasilitator
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan hasil laporan
tutorial blok Sistem Dermatomuskulo-skeletal ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Dalam penyusunan laporan tutorial blok Sistem Dermatomuskulo-skeletal ini, penulis
menyadari sepenuhnya banyak terdapat kekurangan di dalam penyajiannya. Hal ini disebabkan
terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa tanpa
adanya bimbingan dan bantuan dari semua pihak tidaklah mungkin hasil laporan tutorial blok
Sitem Dermatomuskulo-skeletal ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan dengan baik.
2. dr. Sumihar Pasaribu, M.Biomed. Selaku dosen atas segala masukkan, bimbingan dan
kesabaran dalam menghadapi segala keterbatasan penulis.
Akhir kata, segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada penulis,
mendapatkan balasan dari Tuhan, serta laporan tutorial blok Sistem Dermatomuskulo-skeletal ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan para pembaca umumnya.
i
DAFTAR ISI
ii
PEMICU
Pada suatu pagi, seorang ibu menyiapkan sarapan pagi berupa dadar telur untuk lauk roti. Tiba-
tiba tangannya tersentuh penggorengan telur, ia menarik tangannya yang perih.
I. KLARIFIKASI ISTILAH
-
Seorang ibu
Tangannya tersentuh
penggorengan telur, lalu menarik
tangannya yang perih
1
V. LEARNING OBJECTIVE
1. Bagaimana menetapkan derajat luka bakar?
2. Menjelaskan macam-macam reseptor pada kulit!
3. Menjelaskan struktur kulit!
4. Menjelaskan pertolongan pertama yang harus dilakukan berdasarkan pemicu!
5. Menjelaskan fungsi kulit!
6. Menjelaskan mengapa si ibu menarik tangannya!
7. Menjelaskan mekanisme gerak refleks saat kulit terkena benda panas!
VI. PEMBEHASAN
1. Menetapkan derajat luka bakar
Penilaian derajat luka bakar:
1. Derajat I
a. Disebut juga luka bakar superficial
b. Mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai mengenai daerah
dermis. Sering disebut sebagai epidermal burn
c. Kulit tampak kemerahan, mungkin dapat ditemukan bulla, sedikit oedem dan
terasa nyeri.
d. Biasanya sembuh dalam 3 hingga 6 hari dan tidak menimbulkan jaringan
parut saat remodeling
2. Derajat II
a. Superficial partial thickness:
Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis
Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat daripada luka
bakar derajat I
Ditandai dengan bulla yang muncul beberapa jam setelah terkena luka
Bila bula disingkirkan akan terlihat luka bewarna merah muda yang
basah
Luka sangat sensitif dan akan menjadi lebih pucat bila terkena tekanan
2
Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu (bila tidak terkena
infeksi), tapi warna kulit tidak akan sama seperti sebelumnya dan akan
meninggalkan jaringan parut.
b. Deep partial thickness
Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis
Disertai juga dengan bulla
Permukaan luka berbecak merah muda dan putih karena variasi dari
vaskularisasi pembuluh darah (bagian yang putih punya hanya sedikit
pembuluh darah dan yang merah muda mempunyai beberapa aliran
darah)
Luka akan sembuh dalam 3-9 minggu.
3. Derajat III
1. Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen
2. Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung saraf dan pembuluh
darah sudah hancur.
3. Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot dan tulang
4. Kulit akan tampak kering dan mungkin ditemukan bulla berdinding tipis,
dengan tampilan luka yang beragam dari warna putih, merah terang hingga
tampak seperti arang
5. Penyembuhan luka yang terjadi sangat lambat dan biasanya membutuhkan
donor kulit.
3
Berespons terhadap tekanan dalam yang dipertahankan dan regangan kulit,
seperti selama pemijatan, dan lambat dalam beradaptasi juga untuk menerima
rangsangan panas.
d. Badan Meissner: Raba Kuat/Dalam
Sensitif terhadap sentuhan ringan yang menggetarkan, seperti menggelitik
dengan bulu, dan cepat dalam beradaptasi.
e. Badan Krause: Dingin
Merupakan ujung saraf perasa pada kulit yang peka terhadap rangsangan
dingin. Memiliki sebuah kapsula tebal yang menyatu dengan endoneurium.
3. Struktur kulit
Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau korium, dan
jaringan subkutan (hypodermis) atau subkutis.
a. Epidermis
Epidermis terbagi atas empat lapisan yaitu:
1. Lapisan Basal atau Stratum Germinativum
2. Lapisan Malpighi atau Stratum Spinosum
3. Lapisan Granular atau Sratum Granulosum
4. Lapisan Tanduk atau Stratum Korneum
Pada telapak tangan dan kaki terdapat lapisan tambahan di atas lapisan granular
yaitu Stratum Lusidium atau lapisan-lapisan jernih. Stratum Lusidium, selnya pipih,
4
bedanya dengan stratum granulosum ialah sel-selnya sudah banyak yang kehilangan
inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Dalam lapisan
terlihat seperti suatu pita yang bening, batas- batas sel sudah tidak begitu terlihat,
disebut stratum lusidium.
Lapisan basal atau germinativum, disebut stratum basal karena sel-selnya terletak
di bagian basal. Stratum germinativum menggantikan sel-sel yang di atasnya dan
merupakan sel-sel induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di
dalamnya terdapat butir-butir yang halus disebut butir melanin warna. Sel tersebut
disusun seperti pagar (palisade) di bagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran
yang disebut membran basalis. Sel-sel basalis dengan membran basalis merupakan
batas terbawah dari epidermis dengan dermis. Ternyata batas ini tidak datar tetapi
bergelombang. Pada waktu kerium menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut
papila kori (papila kulit), dan epidermis menonjol ke arah korium. Tonjolan ini disebut
Rete Ridges atau Rete Pegg (prosessus interpapilaris).
Lapisan granular atau stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel–sel pipih
seperti kumparan. Sel–sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan
permukaan kulit. Dalam sitoplasma terdapat butir–butir yang disebut keratohiolin
yang merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh karena banyaknya butir–butir
stratum granulosum. Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel
(inti selnya sudah mati) dan mengandung zat keratin.
5
mengatur suhu tubuh, menyebabkan panas dilepaskan dengan cara penguapan.
Kelenjar ekrin terdapat di semua daerah di kulit, tetapi tidak terdapat pada selaput
lendir. Seluruhnya berjumlah antara 2 sampai 5 juta, yang terbanyak di telapak tangan.
Sekretnya cairan jernih, kira–kira 99% mengandung klorida, asam laktat, nitrogen, dan
zat lain. Kelenjar apokrin adalah kelenjar keringat besar yang bermuara ke folikel
rambut. Terdapat di ketiak, daerah anogenital, puting susu, dan areola. Kelenjar
sebaseus terdapat di seluruh tubuh, kecuali di tapak tangan, tapak kaki, dan punggung
kaki. Terdapat banyak kulit kepala, muka, kening, dan dagu. Sekretnya berupa sebum
dan mengandung asam lemak, kolesterol, dan zat lain.
Kuku merupakan lempeng yang terbuat dari sel tanduk yang menutuoi permukan
dorsal ujung jari tangan dan kaki. Lempeng kuku terdiri dari 3 bagian yaitu pinggir
bebas, badan, dan akar yang melekat pada kulit dan dikelilingi oleh lipatan kulit lateral
dan proksimal. Fungsi kuku menjadi penting waktu mengutip benda–benda kecil.
b. Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis
dilapisi oleh membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis
tetapi batas ini tidak jelas hanya kita ambil sebagai patokan ialah mulainya
terdapat sel lemak. Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu bagian atas, pars papilaris
(stratum papilar) dan bagian bawah, retikularis (stratum retikularis). Batas antara
pars papilaris dan pars retikularis adalah bagian bawahnya sampai ke subkutis.
Baik pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari jaringan ikat longgar yang
tersusun dari serabut–serabut yaitu serabut kolagen, serabut elastis dan serabut
retikulus.
6
c. Subkutis
Subkutis terdiri dari kumpulan–kumpulan sel–sel lemak dan di antara
gerombolan ini berjalan serabut–serabut jaringan ikat dermis. Sel–sel lemak ini
bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir, sehingga membentuk seperti
cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama
pada tiap–tiap tempat dan juga pembagian antar laki–laki dan perempuan tidak
sama (berlainan). Guna penikulus adiposus adalah sebagai shock braker atau
pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau
untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan
tubuh. Di bawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.
5. Fungsi kulit
Fungsi utama kulit:
1. Proteksi
7
Epitel berlapis berkeratin pada epidermis melindungi permukaan tubuh
dari abrasi mekanis dan membentuk sawar fisik bagi patogen atau
mikroorganisme asing. Karena terdapat lapisan glikolipid diantara sel-sel stratum
granulosum, epidermis juga impermeabel terhadap air. Lapisan ini juga
menghambat pengeluaran cairan tubuh melalui dehidrasi. Meningkatnya sintesis
pigmen melanin oleh melanosit juga melindungi kulit dari radiasi ultraviolet yang
merusak.
2. Regulasi Suhu
Latihan fisik atau lingkungan panas meningkatkan pengeluaran keringat.
Berkeringat menurunkan suhu tubuh dengan penguapan (evaporasi) keringat dari
permukaan kulit. Selain berkeringat, regulasi suhu juga melibatkan peningkatan
dilatasi pembuluh darah yang membawa lebih banyak darah ke lapisan permukaan
kulit sehingga pendinginan darah meningkatkan pengeluaran panas. Sebaliknya,
pada suhu dingin, panas tubuh dihemat dengan konstriksi pembuluh-pembuluh
darah superfisial, berkurangnya aliran darah ke kulit, dan tertahannya panas inti di
tubuh.
3. Persepsi Sensorik
Kulit adalah organ sensorik besar, mendeteksi lingkungan eksternal.
Banyak ujung saraf sensorik berkapsul atau bebas di kulit berespons terhadap
rangsangan suhu (panas atau dingin), sentuh, nyeri, dan tekanan.
4. Ekskresi
Melalui pembentukan keringat oleh kelenjar keringat, air, garam natrium,
urea, dan zat sisa bernitrogen diekskresikan melalui permukaan kulit.
5. Pembentukan Vitamin D
Vitamin D dibentuk dari molekul prekursor yang disintesis di epidermis
ketika kulit terpajan terhadap berkas ultraviolet dari matahari. Vitamin D esensial
untuk menyerap kalsium dari mukosa usus dan untuk metabolisme normal
mineral.
8
Si ibu menarik tangannya adalah sebagai mekanisme gerak refleks untuk
menjauhi panas yang ada pada penggorengan telur tersebut. Sebagaimana refleks
adalah setiap respons yang terjadi secara otomatis tanpa upaya sadar. Jalur saraf yang
terlibat dalam melaksanakan aktivitas refleks dikenal sebagai lengkung refleks, yang
biasanya mencakup lima komponen dasar:
1. Reseptor sensorik: berespons terhadap rangsangan, yaitu perubahan fisik atau
kimiawi yang dapat dideteksi di dalam lingkungan reseptor. Sebagi respons
terhadap rangsangan tersebut, reseptor menghasilkan potensial aksi.
2. Jalur aferen: memancarkan potensial aksi yang dihasilkan reseptor ke pusat
integrasi.
3. Pusat integrasi: mengolah potensial aksi yang dipancarkan oleh jalur aferen.
4. Jalur eferen: menyalurkan instruksi dari pusat integrasi ke efektor.
5. Efektor: otot atau kelenjar untuk melaksanakan respons yang diinginkan.
9
(Refleks Lucut)
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan pemicu tangan si ibu terkena luka bakar derajat satu (ringan) yaitu luka
bakar yang mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai mengenai daerah dermis
dengan kulit tampak kemerahan, sedikit oedem dan terasa nyeri (perih). Pertolongan yang
harus segera dilakukan adalah mendinginkan luka bakar denga air mengalir selama 10-20
menit, jika air mengalir tidak tersedia gunakan kompres dengan handuk yang basah. Luka
bakar tidak perlu dibalut, cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa
nyeri dan melebabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen)
untuk mengatasi rasa nyeri dan pembengkakan.
10
DAFTAR PUSTAKA
David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Surabaya: Surabaya Plastic
Surgery.
Eroschenko, Victor P. 2015. Atlas Histologi Difiore dengan Kolerasi Fungsional. Jakarta: EGC
Price, A.S., dan Wilson, L.M. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6.
Jakarta: EGC.
St. John Ambulance. First aid: First on the Scene: Activity Book, Chapter 19.
Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem Edisi 8. Jakarta: EGC.
11