BLOK 6
SISTEM DERMATO MUSKULOSKELETAL
Disusun Oleh:
Claudio Immanuel Gurning 219 210 014
Grup Tutor A2
Diketahui Oleh :
Fasilitator
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat melimpahnya Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun hasil tutorial ini. Dengan Selesainya tutorial ini,
saya mengucapkan terimakasih kepada dr. Ivonne Ruth Situmeang, MKes, MPdKed sebagai
fasilitator yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan tutorial ini. Saya menyadari
bahwa tutorial ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun
materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
tutorial selanjutnya. Akhir kata semoga tutorial ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.
2
DAFTAR ISI
PEMICU………………………………………………………………………….1
KLARIFIKASI ISTILAH………………………………………………………...1
IDENTIFIKASI MASALAH……………………………………………………..1
ANALISA MASALAH…………………………………………………………...1
KERANGKA KONSEP…………………………………………………………...2
LEARNING OBJECTIVE………………………………………………………....3
HASIL DISKUSI…………………………………………………………………..4-5
KESIMPULAN…………………………………………………………………….6
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..7
3
Pemicu :
Seorang ibu muda bersama putra sulung yang berusia 11 tahun datang ke puskesmas
singosari dengan keluhan muncul bercak-bercak putih di wajah sejak beberapa minggu yang
lalu.Keluhan awalnya kecil kemudian makin melebar, tidak ada keluhan gatal dan perih.Sang
ibu sudah membeli salep antijamur di apotik dan mengolesi ke wajah sang anak tetapi
keluhan tidak membaik tetapi semakin melebar.Hobi sang anak adalah bermain bola dan
menjadi anggota klub sepak bola.Status generalisata dalam batas normal.Status dermatologis
pada regio fasialis dekstra dijumpai Makula hipopigmentasi ukuran plakat dengan batas tidak
tegas disertai skuama halus,regio zigomatikus sinistra dijumpai makula hipopigmentasi
multiple ukuran lentikuler batas tidak tegas dengan erosi dan skuama halus.
I. Klasifikasi Istilah
- Makula hipopigmentasi : Perubahan warna kulit yang terjadi lebih terang dari
kulit asli
- Strauma halus : Lapisan kulit yang terlepas seperti ketombe.
- Makula hipopigmentasi multiple ukuran lentikuler: keadaan kulit yang lebih
terang dari kulit asli sebesar biji jagung.
4
IV. Kerangka Konsep
♂ 11 tahun
puskesmas
Keluhan :
Status dermatologis:
- regio fasialis dekstra : macula hipopigmentasi ukuran plaakat dengan
batas tidak tegas disertai skuama halus
- regio zigomatikus sinistra : macula hipopigmentasi multiple ukuran
lentikuler batas tidak tegas dengan erosi dan skauma halus.
- pityriasis verticolor
- vitiligo
- piebaldism
5
V. Learning Objective
1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi pembentuan pigmen kulit
2. Menjelaskan ruam primer dan sekunder
3. Cara membedakan DD
4. Patofisiologi pada os
5. Faktor predisposisi pada kasus
6. Gejala klinis pada os
7. Penyakit komplikasi pada pada os
8. Bagaimana terjadinya perubahan kulit pada kasus di atas
9. Teori-teori pada vertiligo
10. Tatalaksana yang di perlukan pada os
11. Edukasi dan prognosis pada kasus
6
VI. Pembahasan Learning Objectrive
1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi pembentuan pigmen kulit
JAWAB:
Kulit adalah kelenjar holokrin yang cukup besar dan melakukan respirasi seperti
jaringan tubuh lainnya. Organ tubuh ini merupakan yang paling besar dalam melapisi
seluruh bagian tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya.
Pada orang dewasa, kulit memiliki luas 1,6-1,9 m2, dengan tebal 0,05–0,3 cm
7
- Eritema adalah makula yang bewarna merah, seperti pada dermatitis lupus,
eritematosus.
- Papula adalah penonjolan padat diatas permukaan kulit, berbatas tegas, berukuran
kurang dari ½ cm.
- Nodula sama seperti papula tetapi diameternya lebih besar dari 1 cm, misalnya pada
prurigo nodularis.
Ruam kulit sekunder
- Skuama adalah pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kulit.
- Krustosa adalah onggokan cairan darah, kotoran, nanah, dan obat yang sudah
mengering diatas permukaan kulit, misalnya impetigo krustosa, dermatitis kontak.
- Erosi adalah kerusakan kulit sampai stratum spinosum.
- Ekskoriasi adalah kerusakan kulit sampai ujung stratum papilaris sehingga kulit
tampak merah disertai bintik bintik perdarahan.
3.Cara membedakan DD
JAWAB:
Vitiligo
Terdapat beberapa cara untuk mendiagnosis vitiligo, yaitu:
1. Evaluasi klinis Diagnosis vitiligo didasarkan atas anamnesis dan gambaran klinis.
Pada anamnesis ditanyakan: a. awitan penyakit
b. riwayat keluarga tentang timbulnya lesi dan uban yang timbul dini
c. riwayat penyakit kelainan tiroid, alopesia areata, diabetes melitus, dan anemia
pernisiosa.
d. kemungkinan faktor pencetus, misalnya stres, emosi, terbakar surya, dan pajanan
bahan kimiawi.
e. riwayat inflamasi, iritasi, atau ruam kulit sebelum bercak putih.
2. Pemeriksaan histopatologi Dengan pewarnaaan Hematoksilin Eosin (HE)
tampaknya normal kecuali tidak ditemukan melanosit, kadang-kadang ditemukan
limfosit pada tepi makula.
3. Pemeriksaan biokimia Pemeriksaan histokimia pada kulit yang diinkubasi dengan
DOPA menunjukkan tidak adanya tirosinase. Kadar tirosin plasma dan kulit normal.
Diagnosis pada vitiligo ditegakkan dengan pemeriksaan fisik.
8
Pitiriasis versikolor atau dikenal dengan panu
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan mikroskopis, dan
pemeriksaan menggunakan lampu wood antara lain :
Pemeriksaan dengan lampu wood
Pemeriksaan ini dilakukan dikamar atau ruangan yang gelap sehigga metode ini
klinisi harus mempersiapkan ruangan yang sesuai beserta lampu wood yang akan
digunakan untuk mendiagnosis pasien. Hasil dari pemeriksaan ini kulit yang terkena
pitiriasis versikolor akan berfluoresensi menjadi kuning keemasan.
Piebaldism
Konfirmasi diagnosis :
Diagnosis banding piebaldisme termasuk kelainan bawaan atau didapat lainnya yang
ditandai oleh lesi kulit yang berkurang:
Vitiligo: tidak ada saat lahir. Kondisi ini biasanya dimulai pada masa kanak-kanak
atau dewasa muda. Rambut rusak. Bercak putih depigmented dengan keterlibatan
simetris. Kecenderungan untuk kulit buatan.
Sindrom Vogt-Koyanagi-Harada:
penyakit autoimun yang memengaruhi mata, kulit, sistem pendengaran, dan sistem
saraf pusat.
9
Albinisme okulokutan: sensitivitas kulit terhadap radiasi ultraviolet, cacat visual
(nystagmus, fotofobia, penurunan ketajaman visual), peningkatan risiko kanker kulit
nonmelanoma
4.Patogenesis pada os
JAWAB:
Pathogenesis dari vitiligo pada saat ini blm jelas. Diperkirakan ada beberap
kemungkinan. Menurut teori mekanisme imun seluler, tejadi destruksi melanosit pada
vitiligo diperantarai secara langsung oleh autoderaktif sitology sel T.
10
-Stress atau mengalami kurangnya percaya diri akibat timbulnya bercak putih pada
bagian wajah atau bagian kulit yang dapat terlihat.
-Hilangnya sebagian pendengaran (hypoacusis)
-Penyakit autoimun seperti penyakit Addison, hipertiroidisme, atau lupus.
11
anak – anak34. Kortikosteroid topikal memberikan hasil repigmentasi yang meluas,
lebih cepat tapi kurang stabil.
12
gejala”vitiligo. Terapi yang dapat kita lakukan pada os yang mengalami vitiligo
dengan pemberian obat golongan kortikosteroid atau juga calcipotriene. Namun untuk
memastikan kembali os menderita sakit apa ,dibutuhkan pendapat ahli penyakit kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A.C., E.J. Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Setiawan I.,
Tengadi K.A., Santoso A, penerjemah; Setiawan I, editor. Jakarta: EGC. Terjemahan
dari Textbook of Medical Physiology.
Halder RM, Taliaferro SJ. Vitiligo. Dalam: Goldsmith L, Katz S, Glichrest B, Paller A,
Leffell D, Wolff K, editor. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Edisi ke 7.
New York: McGraw-Hill Inc;2008
13
Junqueira L.C., J.Carneiro, R.O. Kelley. 1997. Histologi Dasar. Ed ke-8. Tambayang J,
penerjemah. Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Basic Histology.
Rika Lukas, Hendra Tarigan Sibero. Vitiligo, Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin, fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Rumah Sakit Umum Pusat
Moehammad Hoesin, Palembang.
Siregar, C.J.P, 2003. Farmasi Rumah Sakit Teori & Penerapan. Jakarta : EGC
14