Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 6
SISTEM DERMATO MUSKULOSKELETAL

Dea Lestari Bangun


219 210 011
Grup Tutor A2

Diketahui Oleh :

Fasilitator

dr. Ivonne Ruth Situmeang, MKes, MPd.Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmatNya kami dapat
menyelesaikan laporan tutorial ini dengan tujuan agar menambah wawasan bagi penulis
maupun pembaca terhada pmasalah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang telah berkenan untuk membaca
laporan tutorial ini .Kami menyadari bahwa laporan ini masih tidak sempurna. Oleh sebab itu,
kami menerima kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan laporan ini.

Besar harapan kami, laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 30 juni 2020

Penulis

Dea Lestari Bangun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
Pemicu :.............................................................................................................................................1
I. Klasifikasi Istilah.......................................................................................................................1
II. Identifikasi Masalah...................................................................................................................1
IV. Kerangka Konsep...................................................................................................................2
V. Learning Objective....................................................................................................................3
VI. Pembahasan Learning Objectrive..........................................................................................3
KESIMPULAN.....................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................10
Pemicu :
Seorang ibu muda bersama putra sulung yang berusia 11 tahun datang ke puskesmas
singosari dengan keluhan muncul bercak-bercak putih di wajah sejak beberapa minggu yang
lalu.Keluhan awalnya kecil kemudian makin melebar, tidak ada keluhan gatal dan perih.Sang
ibu sudah membeli salep antijamur di apotik dan mengolesi ke wajah sang anak tetapi
keluhan tidak membaik tetapi semakin melebar.Hobi sang anak adalah bermain bola dan
menjadi anggota klub sepak bola.Status generalisata dalam batas normal.Status dermatologis
pada regio fasialis dekstra dijumpai Makula hipopigmentasi ukuran plakat dengan batas tidak
tegas disertai skuama halus,regio zigomatikus sinistra dijumpai makula hipopigmentasi
multiple ukuran lentikuler batas tidak tegas dengan erosi dan skuama halus.

I. Klasifikasi Istilah
- Makula hipopigmentasi : Perubahan warna kulit yang terjadi lebih terang dari
kulit asli
- Strauma halus : Lapisan kulit yang terlepas seperti ketombe.
- Makula hipopigmentasi multiple ukuran lentikuler: keadaan kulit yang lebih
terang dari kulit asli sebesar biji jagung.

II. Identifikasi Masalah


1. Muncul bercak-bercak putih diwajah
2. Bercak semakin lebar setelah diberi salep anti jamur
3. kemungkinan sering terpapar matahari,karena sering bermain bola

III. Analisa Masalah


1. Muncul bercak-bercak putih diwajah :
- Kemungkinan karna terkena paparan sinar matahari
- Infeksi jamur
- Kurangnya melanin (pigmen dikulit)
- Bawaan genetik
2. Bercak semakin lebar
- Alergi terhadap saleb antijamur
- Menggunakan obat,tetapi tidak menjaga kebersihan pada wajahnya.
3. Kemungkinan sering terpapar matahari,karena sering bermain
- Adanya perilaku lingkungan yang tidak sehat
- Penurunan system kekebalan tubuh
IV. Kerangka Konsep

♂ 11 tahun

puskesmas

Keluhan :

-bercak-bercak putih pada wajah

-bercak putih melebar saat di oles


obat antijamur

Bercak-bercak putih pada wajah : Bercak melebar :


-terkena paparan sinar matahari -alergi terhadap obat antijamur
-infeksi mikroorganisme -tidak sesuai dosis penggunaan
-kurangnya melanin dikulit -pemakaian obat tidak higenis
-perilaku tidak sehat
-penurunan system kekebalan tubuh
-genetik

Status generalisata: dalam batas normal

Status dermatologis:
- regio fasialis dekstra : macula hipopigmentasi ukuran plaakat dengan
batas tidak tegas disertai skuama halus
- regio zigomatikus sinistra : macula hipopigmentasi multiple ukuran
lentikuler batas tidak tegas dengan erosi dan skauma halus.

- pityriasis verticolor
- vitiligo
- piebaldism
V. Learning Objective
1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi pembentuan pigmen kulit
2. Menjelaskan ruam primer dan sekunder
3. Cara membedakan DD
4. Patogenesis pada os
5. Faktor predisposisi pada kasus
6. Gejala klinis pada os
7. Penyakit komplikasi pada pada os
8. Bagaimana terjadinya perubahan kulit pada kasus di atas
9. Teori-teori pada vertiligo
10. Tatalaksana yang di perlukan pada os
11. Edukasi dan prognosis pada kasus

VI. Pembahasan Learning Objectrive


1.Menjelaskan anatomi dan fisiologi pembentuan pigmen kulit

Anatomi :

Kulit adalah kelenjar holokrin yang cukup besar dan melakukan respirasi seperti
jaringan tubuh lainnya. Organ tubuh ini merupakan yang paling besar dalam
melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada di
dalamnya.

Secara histologis kulit tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis,
lapisan dermis, dan lapisan subkutan. Tidak ada garis tegas yang memisahkan
lapisan dermis dan subkutan. Subkutan ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar
dan sel-sel yang membentuk jaringan lemak, sedangkan lapisan epidermis dan
dermis dibatasi oleh taut dermoepidermal.

Epidermis merupakan jaringan epitel berlapis pipih dengan sel epitel yang
mempunyai lapisan tertentu. Lapisan ini terdiri dari lima lapisan yaitu lapisan tanduk
(stratum korneum), lapisan bening (stratum lusidum), lapisan berbutir (stratum
granulosum), lapisan bertaju (stratum spinosum), dan lapisan benih (stratum
germinativum).

Dermis merupakan jaringan ikat fibroelastis yang didalamnya terdapat pembuluh


darah, pembuluh limfa, serat saraf, kelenjar keringat, dan kelenjar minyak.

Lapisan subkutan adalah kelanjutan dari lapisan dermis, terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya
Histologi :

Fungsi kulit sangat kompleks dan berkaitan satu dengan lainnya di dalam tubuh
manusia. Fungsi kulit tersebut antara lain sebagai pelindung bagian dalam tubuh,
mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa metabolisme, pengindra, pengatur
suhu tubuh dengan mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot dinding pembuluh
darah kulit, pembentukan pigmen kulit, produksi vitamin K, dan sebagainya.

2.Menjelaskan ruam primer dan sekunder

Ruam kulit dapat dibedakan atas ruam primer dan ruam sekunder

Ruam primer merupakan ruam yang terjadi sebagai akibat langsung dari penyakit
yang dialami, misalnya makula, papul, nodul, plak, urtika, vesikel, bula, pustul, dan
kista.

Adapun ruam sekunder adalah ruam hasil perkembangan lesi primer atau perubahan
pada lesi primer yang disebabkan oleh faktor eksternal seperti garukan, trauma,
maupun infeksi sekunder. Bentuk dari ruam sekunder diantaranya adalah skuama,
krusta, erosi, ekskoriasi, ulkus, fisura, dan linefikasi

3.Cara membedakan DD

Dapat membedakan dari gejala dan tanda, contoh nya seperti ,Vitiligo adalah
penyakit yang memiliki tanda tidak gatal serta penyebab bukan karena jamur dan
bakteri, dan Piebaldism adalah penyakit genetik , ciri khas Bercak putih terdapat
pada bagian sentral dari kulit serta rambut kepala sedangkan Pitiriasis versikolor
adalah penyakit yang memiliki gejala gatal dan disebabkan oleh jamur
4.Patogenesis pada os

Patogenesis vitiligo belum dapat dijelaskan dengan pasti. Ada beberapa hipotesis
yang dikemukakan yaitu :

1 Autoimmune hipotesis Merupakan teori yang banyak diterima, dimana immune


sistem tubuh akan menghancurkan melanosit

2.Neurogenik hipotesis merupakan bahan toksik terhadap melanosit dan dapat


menghambat proses melanogenesis

3.Self- destruct teori oleh Lerner, menyebabkan menumpuknya bahan toksik


(campuran phenolik) yang menghancurkan melanosit

4.Autocytotoxic hipotesis, menyebabkan timbulnya kerusakan struktur yang penting


seperti mitochondria

5.Genetik hipotesis Vitiligo diperkirakan dapat diturunkan secara khromosom


autosomal. Cacat genetik ini menyebabkan dijumpainya melanosit yang abnormal
dan muda

5.Faktor predisposisi pada kasus

Faktor predisposisi infeksi jamur ini terdiri dari faktor endogen seperti:

a. Genetik

Predisposisi genetik terjadi pada keluarga yang rentan terhadap infeksi jamur

b.Usia

Pada usia 15-64 tahun yang merupakan usia produktif bekerja sehingga produksi
kelenjar keringat

c. Produksi sebum dan keringat

Produksi sebum oleh kelenjar sebasea akan mempengaruhi pertumbuhan


berlebihan Malassezia. Orang dengan hiperhidrosis mempunyai kecenderungan
untuk terjadi pertumbuhan jamur ini.

d. Faktor imunologi

Insidensi infeksi jamur meningkat pada sejumlah penderita dengan penekanan


sintem imun tinggi misalnya penderita kanker,

e. Malnutrisi

Kekurangan beberapa zat gizi akan memudahkan pertumbuhan jamur oportunis.


f. Suhu dan kelembaban

Daerah tropis dengan suhu panas dan kelembaban tinggi akan meningkatka
produksi sebum dan keringat sehingga pertumbuhan Malassezia sp. meningkat

6.Gejala klinis pada os

Gejala klinis,yakni munculnya bercak putih di tubuh (hipopigmentasi). Warna putih


dan besarnya area yang terkena vitiligo akan semakin besar seiring waktu.

Berikut gejala vitiligo :

- Hilangnya warna kulit, biasanya pertama kali muncul di area wajah, tangan, alat
kelamin, dan di sekitar lubang tubuh.
- Hilangnya warna rambut, biasanya pertama kali muncul di kulit kepala, alis, bulu
mata, kumis, atau jenggot.
- Hilangnya warna pada jaringan yang melapisi bagian dalam mulut dan hidung
(selaput lendir).
- Beberapa penderita merasakan nyeri dan gatal di area kulit yang terserang vitiligo.
- Muncul ruam kemerahan di area kulit penderita yang terserang vitiligo setelah
terpapar sinar matahari.
- Dalam beberapa kasus, warna bercak di bagian tengah berwarna putih, sedangkan
di bagian pinggir berwarna kecoklatan atau kemerahan.

7.Penyakit komplikasi pada pada os

Virtiligo adalah masalah kulit jangka panjang yang menyebabkan bercak putih tidak
merata.Bercak putih itu muncul ketika melanosit di dalam kulit mati. Melanosit
adalah sel yang bertanggung jawab memproduksi pigmen kulit, melanin yang
memberi warna kulit dan melindunginya dari sinar matahari.

Kondisi ini juga bisa memengaruhi mata, bagian dalam mulut dan rambut. Dalam
kebanyakan kasus. Selain itu, orang yang menderita vitiligo juga akan lebih peka
terhadap cahaya. Artinya, area kulit yang terpengaruh akan lebih sensitif terhadap
sinar matahari daripada yang tidak.

8.Bagaimana terjadinya perubahan kulit pada kasus di atas

Penyebab vitiligo terjadi ketika sel-sel penghasil pigmen (melanosit) mati atau
berhenti memproduksi melanin. Pigmen yang memberi warna kulit, rambut, dan
mata. Bagian-bagian kulit yang terkena menjadi lebih terang atau putih. Terkait
mengapa sel-sel tersebut gagal atau mati bisa dikarenakan:

- Gangguan di mana sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan


melanosit di kulit
- Riwayat keluarga (keturunan)
- Kejadian pemicu, seperti terbakar sinar matahari, stres, ataupun paparan bahan
kimia industri.
9.Teori-teori pada vertiligo

Etiologi dan Patogenesis

Vitiligo disebabkan oleh kerusakan melanosit dan mempunyai patogenesis yang

multifaktorial .Dari berbagai teori patogenesis penyakit, teori yang paling banyak
diterima adalah faktor genetik dan non genetik yang saling berinteraksi untuk
mempengaruhi fungsi dan ketahanan hidup melanosit, yang akhirnya menyebabkan
destruksi pada melanosit.

10.Tatalaksana yang di perlukan pada os.

Penatalaksanaan pada vitiligo yang pertama yaitu pemberian terapi yang bertujuan
untuk menghentikan progresifitas vitiligo dan memacu repigmentasi.Terapi vitiligo
secara umum dibagi menjadi terapi non bedah (terapi fisik dan medikal) dan terapi
bedah.Berbagai modalitas terapi vitiligo terbaru bekerja dengan memacu proliferasi
melanosit atau mempengaruhi faktor-faktor inflamasi. Namun sampai saat ini belum
ada terapi tunggal yang mempunyai efektifitas konsisten dengan efek samping yang
relatif minimal. Beberapa hasil penelitian yang sudah menunjukkan adanya
keberhasilan terapi vitiligo yakni dengan menggunakan terapi kombinasi takrolimus
topikal dan fototerapi NBUVB juga kombinasi terapi takrolimus topikal.

11.Edukasi dan prognosis pada kasus

Edukasi:

1.Vitiligo merupakan penyakit kulit kronis, proesif, sulit ditebak perjalan


penyakitnya, tetapi dapat diobati dan tidak menular

2.Lesi baru dapat timbul akibat gesekan, garukan dan trauma tajam dan trauma
tumpul repetitive

3.Respon terapi setiap pasien berbeda-beda, dan membutuhkan waktu serta tenaga
yang tidak sedikit untuk mengetahui terapi yang paing efektif untuk setiap pasien

4.Terapi vitiligo membutuhkan kesabaran karena respin terapi bias cepat maupun
lmbat

5.Vitiligo dapat pula disertai kelainan autoimun lain (20-25%,) sehingga bergantung
pada anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat diperlukan pemeriksaan lab tambhaan

6.Kelainan vitiligo dapat diturunkan (10-15%) baik berupa vitiligo ataupun


manifestasi auto imun lainnya

Prognosis :
Perjalanan penyakit vitiligo dapat bervariasi dan tidak dapat di prediksi.
Repigmentasi spontan yang secara kosmetik memuaskan pasien jarang terjadi.
Bintik repigmentasi pada bercak menandakan bahwa melanosit yang berasal dari
lapisan akar terluar pada folikel rambut memproduksi melanin. Penting untuk
menentukan apakah vitiligonya stabil atau progresif, yang kedepannya menentukan
pemilihan terapi
KESIMPULAN :
Berdasarkan scenario terdapat gejala, keluhan dan juga dilihat dari status dermatologisnya
yaitu : regio fasialis dekstra dijumpai macula hipopigmentasi ukuran plaakat dengan batas
tidak tegas disertai skuama halus, regio zigomatikus sinistra dijumpai macula hipopigmentasi
multiple ukuran lentikuler batas tidak tegas dengan erosi dan skauma halus bahwa
kemungkinan os tersebut terkena penyakit vitiligo. Dimana vitiligo merupakan penyakit yang
terjadi dikarenakan terjadi nya kerusakan melanosit dan dapat memengaruhi warna kulit atau
gangguan pigmentasi. Vitiligo ini juga diduga karna yang mana diketahui anak tersebut hobi
bermain sepakbola dimana anak tersebut bermain sepakbola pada terik matahari , kemudian
wajah anak tersebut adalah bagian kulit yang rentan terbakar sinar matahari , sinar matahari
ini memiliki sinar uv , maka dari itu ketika wajahnya terpapar sinar matahari harusnya akan
terbentuk pigmen kulit melanin untuk melindungi dari paparan sinar matahari , tetapi
dikarenakan anak tersebut memiliki produksi melanin yang sedikit maka muncullah
gejala”vitiligo. Terapi yang dapat kita lakukan pada os yang mengalami vitiligo dengan
pemberian obat golongan kortikosteroid atau juga calcipotriene. Namun untuk memastikan
kembali os menderita sakit apa ,dibutuhkan pendapat ahli penyakit kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Birle AS, Spritz RA, Norris D. Vitiligo. Dalam: Gold smith LG, Katz Sl, Gilchres BA, Paller
AS, Leffell DJ, Wolff K, (ed). Fitz patrick;s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-8.
New York: McGraw-Hill Medical; 2012.h. 792-803.

Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke5.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007

Gawkrodger DJ.Dermatology an ilustrated colour text. Edisi ke-3. London: Churchill


Livingstone;2003.hlm.70

Grawkrodger DJ, Ormerod AD, Sole IM, Whiton ME, Watts MJ, Anstey AV, Ingha J and
Young K. Guideline for the diagnosis and management of vitiligo. Br J Dermatol.
2008;159:1051-76

Halder RM, Taliafero SJ. Vitiligo. In: Wolf K, Goldsmit LA, Katz SI, editors. Dermatology
in General Medicine ed. New York: McGraw-Hill; 2008. p. 616–21.

Ongenae K, Beelaert L, Geel NV, Naeyaert JM Psychosocial effect of vitiligo. J Eur Aca
Dermatol Venereol 2006; 20: 1–8

Anda mungkin juga menyukai