Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/321289071

PENGARUH SELF CARE EDUCATION DAN PURSED LIP BREATHING EXERCISE


TERHADAP TOLERANSI FISIK PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI
KRONIS (PPOK)

Article · January 2017

CITATIONS READS

0 2,692

3 authors, including:

Elly Lilianty Sjattar


Universitas Hasanuddin
25 PUBLICATIONS   3 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

self care View project

Health Education and Health Coaching to Improve Self Care Management on DM Type 2 Patient in Community View project

All content following this page was uploaded by Elly Lilianty Sjattar on 25 November 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Patria Artha Journal of Nursing Science 1(2)

PENGARUH SELF CARE EDUCATION DAN PURSED LIP BREATHING


EXERCISE TERHADAP TOLERANSI FISIK PADA PASIEN PENYAKIT
PARU OBSTRUKSI KRONIS (PPOK)

I Kade Wijaya*, Elly L. Sjattar 2, Burhanuddin Bahar 3


1.
Pascasarjana, Fakultas Keperawatan, Universitas
Hasanuddin, Indonesia Patria Artha Journal of Nursing Science
2.
Pascasarjana, Fakultas Keperawatan, Universitas 2017. Vol. 1(1), 25-35
Issn: 2549 5674
Hasanuddin, Indonesia e-issn: 2549 7545
3.
Pascasarjana, Fakultas Keperawatan, Universitas Reprints and permission:
http://ejournal.patria-artha.ac.id/index.php/jns
Hasanuddin, Indonesia

* E-mail: adhe.stikpan@gmail.com

Abstrak
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh Self Care education dan
Pursed Lip Breathing exercise terhadap toleransi fisik pada pasien Penyakit Paru
Obstruksi Kronis (PPOK).
Metode : penelitian ini menggunakan desain Quasi-Eksperimen dengan pendekatan two
group-pre test and post test design. Studi Quasi-eksperimental dengan kelompok
intervensi dan kelompok kontrol, dengan jumlah sampel 20 responden pasien PPOK yang
dilakukan pengukuran six minut walking test.
Hasil : terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik hasil pengukuran six minut
walking test pre dan post pada kelompok intervensi (p<0,05) dan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan hasil pengukuran six minut walking test post setelah 14 hari
pada kelompok intervensi dan kelompok control (p>0,05) perbedaan yang signifikan
secara klinis pada selisih hasil pengukuran post test pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol six minut walking test >10.
Kesimpulan : terdapat pengaruh pemberian self care education dan pursed lip
breathing exercise terhadap toleransi fisik yang diukur dengan six minut walking test
pada Pasien PPOK setelah dilakukan intervensi pada kelompok intervensi. Diharapkan
perawat atau tenaga kesehatan meningkatkan pemberian edukasi, melatih dan
memberikan motivasi kepada Pasien PPOK untuk melakukan perawatan diri yang
disertai dengan latihan Pursed Lip Breathing sebagai salah satu tindakan non
farmakologis.

Kata kunci: 1; self care Education 2; Pursed lip breathing exercise 3;toleransi fisik 4;
PPOK.

Pendahuluan lama ditandai dengan peningkatan


resistensi terhadap aliran udara (Price &
Menurut Global Initiative for Chronic Wilson, 2005)(Black & Hawks, 2014).
Obstructive Lung Disease (GOLD) tahun PPOK merupakan gangguan saluran
2017, Penyakit Paru Obstruksi Kronis pernafasan yang banyak diderita oleh
(PPOK) adalah gangguan saluran orang di dunia, di Amerika Serika
pernafasan kronis yang tidak reversibel penderita PPOK sebanyak 11,4 juta pada
penuh yang disebabkan oleh obstruksi usia di atas 18 tahun dan sekaligus
saluran nafas. PPOK yang berlangsung menjadi penyebab kematian 122.282

49
Patria Artha Journal of Nursing Science. Vol. 1, No.1, April 2017

orang. Jumlah penderita PPOK didunia non farmakologi yang dapat diberikan
sangat tinggi sehingga diperkirakan pada pada pasien dengan PPOK yang mengalami
Tahun 2020 akan menjadi penyakit nomor keadaan tersebut adalah latihan
urut kelima yang penyakit yang akan pernafasan dengan teknik pursed lip
diderita di seluruh dunia (Black & Hawks, breathing . Penelitian sebelumnya teknik
2014). PPOK saat ini menjadi penyebab ini dinilai efektif dalam pendekatan
utama keempat kematian di dunia tetapi rehabilitasi paru yang digunakan untuk
diproyeksikan menjadi 3 penyebab meningkatkan arus puncak ekspirasi dan
kematian terkemuka pada tahun 2020. meredakan pasien sesak (Singh & Singh,
Lebih dari 3 juta orang meninggal karena 2012). Menurut penelitian Sachdeva,
PPOK pada tahun 2012 akuntansi untuk 6% Shaphe, & Mahajan, (2013) yang dilakukan
dari semua kematian global. PPOK di ruang perawatan Rumah Sakit AIIMS di
merupakan penyebab utama morbiditas India yang menggunakan desain crossover
kronis dan kematian di seluruh dunia; acak dengan 30 pasien PPOK diatas usia 40
banyak orang menderita penyakit ini tahun menunjukkan hasil bahwa pursed
selama bertahun-tahun, dan meninggal lip breathing meningkatkan arus puncak
sebelum waktunya karena komplikasinya. ekspirasi dan saturasi oksigen pada pasien
Secara global, PPOK diperkirakan akan PPOK serta menurunkan frekuensi
meningkat dalam masa yang akan datang pernafasan dan secara signifikan
karena paparan faktor resiko PPOK dan meningkatkan toleransi fisik Pasien yang
penuaan penduduk (GOLD, 2017). menderita PPOK (Sachdeva et al., 2013).
Tingginya jumlah penderita akan
menyebabkan tingginya angka kematian Obstruksi jalan nafas yang di alami
penduduk dan penurunan kualitas hidup oleh pasien PPOK menyebabkan gangguan
masyarakat di negara tersebut. pemenuhan kebutuhan oksigen oleh
pasien hal ini dibuktikan oleh penurunan
Diperkirakan di Indonesia terdapat 4,8 arus pucak ekspirasi dan toleransi fisik
juta pasien PPOK dengan prevalensi sehingga pemenuhan kebutuhan aktivitas
sebesar 5,6% . Di Sulawesi Selatan, PPOK sehari-hari pasien juga terganggu, dalam
merupakan penyebab kematian tertinggi pemberian asuhan keperawatan secara
penyakit tidak menular berbasis rumah komprehensif hendaknya perawat
sakit rawat inap yang berjumlah 43 kasus memandirikan pasien dalam melakukan
pada tahun 2016 (Profil dinas kesehatan perawatan pada dirinya sendiri, oleh
Provinsi Sulawesi Selatan, 2016). PPOK karena itu rumusan masalah dalam
merupakan penyakit yang berkembang penelitian ini adalah apakah ada
secara perlahan-lahan dan gejala sering pengaruh self care education dan pursed
memburuk dari waktu ke waktu akibat lip breathing exercise terhadap toleransi
obstruksi saluran nafas yang semakin fisik pada pasien Penyakit Paru Obstruksi
memburuk (Profil dinas kesehatan Provinsi Kronis (PPOK) di Balai Besar Kesehatan
Sulawesi Selatan, 2016). PPOK merupakan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar ?
penyakit yang dapat dicegah dan
diringankan baik dengan pengobatan Tujuan penelitian ini adalah diketahui
maupun dengan program latihan (GOLD, pengaruh Self Care education dan Pursed
2017). Lip Breathing exercise terhadap toleransi
fisik pada pasien Penyakit Paru Obstruksi
Pencegahan dan upaya untuk menangani Kronis (PPOK) di Balai Besar Kesehatan
keluhan dari PPOK tidak hanya dilakukan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar.
oleh tenaga kesehatan saja tetapi juga
dapat dilakukan oleh pasien dengan cara
melakukan perawatan pada dirinya sendiri Metode
(self care) yang di ajarkan oleh perawat
atau tenaga kesehatan lainnya baik Desain dalam penelitian ini adalah desain
penanganan secara farmakologis dan Quasi-Eksperimen dengan pendekatan
nonfarmakologis. Salah satu penanganan two group-pre test and post test design.

50
Patria Artha Journal of Nursing Science. Vol. 1, No.1, April 2017

Studi Quasi-eksperimental adalah suatu Hasil dan Pembahasan


metode penelitian yang menggunakan 2
kelompok penelitian dimana salah satu Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 22
kelompok mendapatkan perlakuan atau Agustus sampai dengan 4 Oktober 2017 di
intervensi sedangkan kelompok yang lain Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
tidak mendapatkan perlakukan, yang (BBKPM) Makassar. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan menggunakan desain penelitian quasi
dan meminimalkan resiko kesalahan experimental pre-post test with control
dalam penelitian. Intervensi atau group yang dilakukan untuk mengetahui
perlakukan yang diberikan dalam pengaruh self care Education dan pursed
kelompok intervensi adalah dengan lip breathing exercise terhadap toleransi
memberikan pendidikan self care fisik dengan menggunakan six minut
Education dan pursed lip breathing walking test dengan jumlah responden
exercise sedangkan pada kelompok yang memenuhi kriteria inklusi peneliti
control hanya dilakukan pengukuran sebesar 20 orang.
toleransi fisik.
Populasi dalam penelitian ini adalah Tabel 1. Karakteristik Demografi penderita
Penyakit Paru Obstruksi kronis di Balai Besar
semua pasien PPOK yang melakukan
Kesehatan Paru Masyarakat Makassar
pengobatan di Balai Besar Kesehatan Paru (n = 20)
Masyarakat yang yang melakukan rawat
jalan maupun rawat inap dengan jumlah Kelompok Kelompok
p
sampel penelitian yaitu sebanyak 20 Variabel Intervensi Kontrol
value
(n=10) (n=10)
responden 10 kelompok inytervensi dan Umur (tahun)
10 kelompok control. Mean,± SD 60.4, ,± 7.7 59.1. ± 2.5 0.66*
Pengumpulan data dengan menggunakan Min-Max 50 – 71 55 – 63
Tingkat
lembar observasi atau lembar pencatatan Pendidikan
hasil pengukuran pre dan post test pada SD 2 (20.0%) 7 (70.0%) 0.70*
SMP 4 (40.0%) 2 (20.0%)
kelompok intervensi dan kelompok SMA 4 (40.0%) 1 (10.0%)
kontrol sedangkan analisis data dengan Pekerjaan
menggunakan program computer (spss). Bekerja
Tidak 6 (60.0%) 6 (60.0%)
Teknik analisis yang digunakan dalam Bekerja 4 (40.0%) 4 (40.0%) 1.00*
penelitian ini menggunakan uji t
dependen dan uji t independen.
Tabel 1. menunjukkan rata-rata umur
Etika Penelitian, Peneliti mengajukan
responden kelompok intervensi adalah
permohonan izin penelitian etik
60.4 ± 7.7 (50 - 71) sedangkan pada
penelitian di Komite Etik Penelitian
kelompok kontrol 59.1 ± 2.5 (55 - 63)
Universitas Hasanuddin dan permohonan
dengan nilai p pada kelompok intervensi
izin di Badan Koordinasi Penanaman
dan kelompok kontrol (p = 0.66) atau (p >
Modal Daerah (BKPMD) Provinsi Sulawesi
0.05) yang berarti secara statistik
Selatan selanjutnya ke Balai Besar
karakteristik umur responden dalam
Kesehatan Paru Masyarakat Makassar
penelitian ini adalah homogen.
untuk mendapat persetujuan penelitian.
Berdasarkan tingkat pendidikan pada
Setelah mendapatkan persetujan
kelompok intervensi terdapat 2 responden
penelitian, selanjutnya peneliti
(20.0 %) dengan tingkat pendidikan SD, 4
menentukan responden sesuai kriteria
responden (40.0 %) dengan tingkat
yang telah ditentukan kemudian
pendidikan SMP dan 4 responden (40.0 %)
menjelaskan prosedur penelitian kepada
dengan tingkat pendidikan SMA dan pada
responden jika disetujui maka Responden
kelompok kontrol terdapat 7 responden
diberikan lembar persetujuan tindakan
(70.0 %) dengan tingkat pendidikan SD, 2
untuk ditanda tangani.
responden (20.0 %) dengan tingkat
pendidikan SMP, 1 responden (10.0 %)
dengan tingkat pendidikan SMA dengan
nilai p pada kedua kelompok (p = 0.70 )
atau (p > 0.05) yang berarti secara

51
Patria Artha Journal of Nursing Science. Vol. 1, No.1, April 2017

statistik karakteristik tingkat pendidikan sedangkan pada kelompok kontrol 162.5 ±


responden dalam penelitian ini adalah 6.9 (155-175) dengan nilai p pada
homogen. Berdasarkan pekerjaan pada kelompok intervensi dan kelompok
kelompok intervensi terdapat 6 responden kontrol (p = 0.30) atau (p > 0.05) yang
(60.0 %) bekerja, 4 responden (40.0 %) berarti secara statistik karakteristik tinggi
tidak bekerja, sedangkan pada kelompok badan responden dalam penelitian ini
kontrol terdapat 6 responden (60.0 %) adalah homogen. Rata-rata pre dan post
bekerja, 4 responden (40.0 %) tidak berat badan responden kelompok
bekerja. dengan nilai p pada kedua intervensi adalah 58.9 ± 13.4 (42-85)
kelompok (p = 1.00) atau (p > 0.05) yang sedangkan pada kelompok kontrol 50.1 ±
berarti secara statistik karakteristik 11.8 (30-73) dengan nilai p pada
pekerjaan responden dalam penelitian ini kelompok intervensi dan kelompok
adalah homogen. kontrol (p = 0.16) atau (p > 0.05) yang
berarti secara statistik karakteristik berat
Tabel 2. Distribusi pre dan post Status badan responden dalam penelitian ini
Kesehatan penderita Penyakit Paru Obstruksi adalah homogen. Rata-rata tekanan darah
kronis di Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat Makassar sistolik pre responden kelompok
intervensi adalah 125 ± 10.8 dan post 125
± 5.2 dengan nilai p pada kelompok
Variabel Pre Post p
intervensi (p = 1.00) atau (p > 0.05) yang
Kelompok berarti secara statistik karakteristik
Intervensi : tekanan darah sistolik responden pada
TB (Cm) Mean ± SD 164.6 ± 4.7 162.5 ± 6.9 0.30*
(Min-Max) 157-172 155-175
kelompok intervensi dalam penelitian ini
BB (Kg) Mean ± SD 58.9 ± 13.4 50.1 ± 11.8 0.16* adalah homogen. sedangkan pre pada
(Min-Max) 42-85 30-73 kelompok kontrol 122 ± 10.3 dan post 121
Tekanan Darah
(mmHg) ± 7.39 dengan nilai p pada kelompok
Sistolik (Mean ± SD) 125 ± 10.8 125 ± 5.2 1.00* kontrol (p = 0.67) atau (p > 0.05) yang
(Min-Max) 110-140 120-130
Diastolik (Mean ±
berarti secara statistik karakteristik
SD) 82.0 ± 9.1 82.0 ± 6.3 1.00* tekanan darah sistolik responden dalam
(Min-Max) 70-100 70-90 penelitian ini adalah homogen. Rata-rata
Nadi (Mean ± SD) 81.3 ± 14.2 78.0 ± 9.4 0.54*
(Min-Max) 60-100 72-100
tekanan darah diastolic pre responden
Pernapasan (Mean kelompok intervensi adalah 82.0 ± 9.1 dan
± SD) 26.0 ± 2.1 25.2 ± 1.9 0.15** post 82.0 ± 6.3 dengan nilai p pada
(Min-Max) 24-28 24-28
Suhu (Mean ± SD) 37.0 ± 0.23 36.9 ± 1.58 0.34* kelompok intervensi (p = 1.00) atau (p >
(Min-Max) 36.5-37.5 36.5-37.0 0.05) yang berarti secara statistik
Kelompok
Kontrol :
karakteristik tekanan darah diastolik
TB (Cm) Mean ± SD 164.6 ± 4.7 162.5 ± 6.9 0.30* responden pada kelompok intervensi
(Min-Max) 157-172 155-175 dalam penelitian ini adalah homogen.
BB (Kg) Mean ± SD 58.9 ± 13.4 50.1 ± 11.8 0.16*
(Min-Max) 42-85 30-73
sedangkan pre pada kelompok kontrol
Tekanan Darah 84.0 ± 8.4 dan post 81 ±7.38 dengan nilai
(mmHg) p pada kelompok kontrol (p = 0. 0.08)
Sistolik (Mean ± SD) 122 ± 10.3 121 ± 7.39 0.67*
(Min-Max) 110-140 110-130 atau (p > 0.05) yang berarti secara
Diastolik (Mean ± statistik karakteristik tekanan darah
SD) 84 ± 8.4 81 ± 7.38 0.08*
(Min-Max) 70-100 70-100
diastolik responden dalam penelitian ini
Nadi (Mean ± SD) 84.6 ± 10.8 84 ± 9.54 0.67* adalah homogen. Rata-rata nadi pre
(Min-Max) 68-100 72-100 responden kelompok intervensi adalah
Pernapasan (Mean
± SD) 27.2 ± 3.1 27.2 ± 1.69 0.34*
81.3 ± 14.2 dan post 78.0 ± 9.4 dengan
(Min-Max) 24-32 24-28 nilai p pada kelompok intervensi (p =
Suhu (Mean ± SD) 36.9 ± 0.21 36.9 ± 0.28 1.00* 0.54) atau (p > 0.05) yang berarti secara
(Min-Max) 30.6-37 36.5-37.5
*uji t dependen **uji Wilcoxon statistik karakteristik nadi responden
dalam penelitian ini adalah homogen.
Tabel 2. menunjukkan rata-rata pre dan Sedangkan nadi pre pada kelompok
post tinggi badan responden kelompok kontrol 84.6 ± 10.8 dan post 84 ± 9.54
intervensi adalah 164.6 ± 4.7 (157-172) dengan nilai p pada kelompok kontrol (p

52
Patria Artha Journal of Nursing Science. Vol. 1, No.1, April 2017

= 0.67) atau (p > 0.05) yang berarti secara pada Kelompok intervensi dan kelompok
statistik karakteristik nadi responden control responden dalam penelitian ini
dalam penelitian ini adalah homogen. adalah homogen.
Rata-rata pernafasan pre responden
kelompok intervensi adalah 26.0 ± 2.1 dan Tabel 4. Hasil ukur Pre Post Six Minut walking
post 25.2 ± 1.9 dengan nilai p pada test pada kelompok intervensi dan kontrol
penderita Penyakit Paru Obstruksi kronis di Balai
kelompok intervensi (p = 0.54) atau (p > Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar
0.05) yang berarti secara statistik (n = 20)
karakteristik pernafasan responden dalam Kelompok
Six minut walking test
penelitian ini adalah homogen. Mean SD p value
Intervensi
Sedangkan pernafasan pre pada kelompok Pre 286.0 89.6 0.00*
kontrol 27.2 ± 3.1 dan post 27.2 ± 1.69 Post 306.5 86.7
Kontrol
dengan nilai p pada kelompok kontrol (p Pre 246.0 78.9 0.02*
= 0.34) atau (p > 0.05) yang berarti secara Post 239.0 80.3
statistik karakteristik pernafasan * Uji t dependen
responden dalam penelitian ini adalah Tabel 4. menunjukkan rata-rata hasil
homogen. Rata-rata Suhu pre pada pemeriksaan Six Minut walking test pada
kelompok intervensi 37.0±0.23 dan post kelompok intervensi sebelum diberikan
36.9 ± 1.58 dengan nilai p pada kelompok intervensi yaitu 286.0 ± 89.6 dan sesudah
intervensi (p = 0.31) atau (p > 0.05) yang diberikan intervensi yaitu 306.5 ± 86.7
berarti secara statistik karakteristik suhu dengan nilai signifikan 0.00 (p < 0.05)
tubuh responden dalam penelitian ini yang secara statistic dan klinis terdapat
adalah homogen dan rata-rata suhu pre perbedaan yang bermakna nilai Six Minut
pada kelompok kontrol 36.9±0.21 dan walking test sebelum dan setelah 14 hari
post 36.9 ± 0.28, dengan nilai p pada dengan perbedaan hasil ukur >10
kedua kelompok (p = 1.00 ) atau (p > pemberian intervensi Self Care Education
0.05) yang berarti secara statistik dan pursed lip Breathing exercise pada
karakteristik suhu tubuh responden dalam penderita PPOK. Sedangkan rata-rata
penelitian ini adalah homogen. hasil pemeriksaan Six Minut walking test
pada kelompok kontrol sebelum diberikan
Tabel 3. Hasil ukur Pre Post Six Minut walking intervensi yaitu 246.0 ± 78.9 dan diukur
test pada kelompok intervensi dan kontrol setelah 14 hari kemudian yaitu 239.0 ±
penderita Penyakit Paru Obstruksi kronis di Balai
Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar 80.3 dengan nilai signifikan 0.02 (p <
(n = 20) 0.05) yang secara statistic terdapat
perbedaan yang bermakna namun secara
Kelompok
Six minut walking test klinis tidak terdapat perbedaan yang
Mean SD p value bermakna dan terjadi penurunan rata-
Pre Intervensi 286.0 89.6 0.30* rata nilai Six Minut walking test pada
Pre Kontrol 246.0 78.9 penderita PPOK.
Post Intervensi 306.5 86.7 0.08*
Post Kontrol 239.0 80.3 Tabel 5. pengukuran sesudah toleransi fisik
* Uji t dependen dengan Six Minut walking test pada kelompok
intervensi dan kontrol penderita Penyakit Paru
Tabel 3. menunjukkan rata-rata nilai six Obstruksi kronis di Balai Besar Kesehatan Paru
minut walking test pre intervensi 286.0 ± Masyarakat Makassar
(n = 20)
89.6 dan pre control 246.0 ± 78.9 dengan
nilai p pada (p = 0.30) atau (p > 0.05) Six minut walking test
Kelompok
yang berarti secara statistik nilai pre Mean SD p value
SMWT pada Kelompok intervensi dan Intervensi
Post 306.5 86.7
kelompok control responden dalam Kontrol
0.63*
penelitian ini adalah homogen. Rata-rata Post 239.0 80.3
*Uji t Independen
nilai SMWT post intervensi 306.5 ± 86.7
dan post control 239.0 ± 80.3 dengan nilai
p pada (p = 0.08) atau (p > 0.05) yang Tabel 5. menunjukkan rata-rata hasil Six
berarti secara statistik nilai post SMWT Minut walking test pada kelompok
intervensi setelah diberikan intervensi

53
Patria Artha Journal of Nursing Science. Vol. 1, No.1, April 2017

yaitu 306 ± 86.7 sedangkan pada menggunakan oksigen selama merasakan


kelompok kontrol 239.0 ± 80.3 dengan sesak atau pengobatan dengan segera,
nilai significan p = 0.63 (p > 0.05) artinya minum obat anda secara teratur dan
secara statistik tidak terdapat perbedaan tepat waktu, melakukan aktivitas sesuai
bermakna rata-rata Six Minut walking kemampuan dan berhenti beraktivitas
test pada kelompok intervensi dengan apabila anda merasa lelah atau sesak.
kelompok kontrol namun karena selisih Untuk pencegahan munculnya keluhan
skor hasil Six Minut walking test > 10 pada penderita PPOK, yatu dengan cara
maka secara klinis terdapat perbedaan segera berhenti merokok, apabila
rata-rata toleransi fisik yang diukur penderita adalah seorang pekerja di
dengan Six Minut walking test yang lingkungan yang berpolusi penderita PPOK
bermakna pada kelompok intervensi yang senntiasa menggunakan masker atau
dengan kelompok kontrol sesudah 14 hari. penutup hidung dan mulut saat bekerja.
Tujuan dari tindakan perawatan diri yaitu
Toleransi fisik yang diukur dengan Menghindari zat-zat yang mengiritasi
mengunakan six minut walking test pada bronkus, Mencegah dan mengatasi infeki,
penelitian ini menunjukkan terdapat Meringankan Bronkospasme, Mencegah
perbedaan signifikan hasil six minut dan memperlambat hipertensi pulmonal
walking test sebelum dan setelah dan korpulmonal, Meningkatkan
intervensi baik pada kelompok intervensi keefektifan pernafasan, Meningkatkan
yang diberikan self care education dan toleransi kerja fisik, Meningkatkan
pursed lip breathing exercise maupun protease antiprotease, Meningkatkan
pada kelompok kontrol sebelum dan elastisitas rekoil paru, serta Menurunkan
setelah 14 hari pengukuran ulang dengan kematian (Black & Hawks, 2014;GOLD,
mengunakan uji t dependen. Hasil 2017).
pengukuran setelah intervensi (Post) Tindakan self care atau perawatan diri
dengan uji t independen tidak terdapat juga dapat dilakukan dengan latihan
perbedaan yang bermakna secara statistik yang dapat dilakukan oleh penderita
setelah 14 hari antara kelompok PPOK, yaitu latihan pernafasan Pursed
intervensi dan kelompok kontrol, namun lip Breathing. Pursed Lip Breathing
perbedaan nilai rata-rata six minut
adalah salah satu pendekatan
walking test ˃ 10 menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna rehabilitasi paru yang digunakan untuk
secara klinis pada kelompok intervensi meringankan pasien yang mengalami
yang diberikan self care education dan sesak nafas. Teknik ini adalah sikap
pursed lip breathing exercise. seseorang yang bernafas dengan mulut
Penerapan teori self care education mengerucut dan ekspirasi yang
dalam asuhan keperawatan penderita memanjang seperti bersiul. Pursed Lip
PPOK untuk membangun kesadaran dan Breathing yang dilakukan secara
kepedulian melakukan perawatan teratur dapat memperbaiki ventilasi
terhadap dirinya sendiri secara mandiri sehingga dapat memperbaiki aliran udara
baik dengan terapi medis maupun non dan volume paru pasien PPOK (Singh &
medis khususnya keperawatan (Alligood,
Singh, 2012).
2014) (Jacobs, 1990). Self care dalam
Toleransi fisik atau toleransi aktivitas
asuhan keperawatan pada penderita
adalah kecukupan eneri psikologis atau
PPOK yaitu pasien memperhatikan
fisiologis untuk mempertahankan atau
kesehatan dirinya, dengan cara segera
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-
istirahat dan menenagkan diri apabila
hari yang harus atau yang ingin dilakukan
merasa sesak, memahami penyebab
(Nanda, 2015). Intoleransi aktivitas atau
peningkatan keluhan sesak, batuk atau
keterbatasan aktivitas fisik pada
cepat lelah, segera memeriksakan diri di
penderita PPOK disebabkan oleh
pelayanan kesehatan, apabila masih
penurunan kadar oksigen di jaringan yang
merasa sesak saat di puskesmas maupun
menyebabkan penderita PPOK mudah
dirumah sakit penderita minta
lelah dan sesak. Penerapan teori self care

54
Patria Artha Journal of Nursing Science. Vol. 1, No.1, April 2017

dan pursed lip breathing exercise dapat, Kesimpulan


meningkatan asupan oksigen di paru-paru
dan jaringan tubuh. Peningkatan kadar Kesimpulan dalam penelitian ini adalah
oksigen dapat dilakukan dengan latihan terdapat pengaruh pemberian self care
pursed lip breathing. education dan pursed lip breathing
Hasil penelitian Sachdeva, Shaphe, & exercise terhadap toleransi fisik yang
Mahajan, (2013) yang dilakukan di ruang diukur dengan six minut walking test
perawatan Rumah Sakit AIIMS di India yang pada Pasien PPOK setelah dilakukan
menggunakan desain crossover acak intervensi pada kelompok intervensi.
dengan 30 pasien PPOK diatas usia 40 Hasil pengukuran post six minut walking
tahun menunjukkan hasil bahwa pursed lip test pada kelompok intervensi dan
breathing meningkatkan saturasi oksigen kelompok kontrol tidak terdapat
pada pasien PPOK serta menurunkan perbedaan yang bermakna secara statistik
frekuensi pernafasan dan secara signifikan namun perbedaan secara klinik bermakna.
meningkatkan toleransi fisik Pasien yang Penderita PPOK yang mengalami
menderita PPOK. Menurut Izadi-avanji & gangguan kesehatan yang kronis dan
Adib-hajbaghery (2011) dengan penelitian keterbatasan melakukan aktivitas
yang dilakukan di ruang perawatan menyebabkan responden terkadang
respirasi salah satu Rumah Sakit di Iran menolak untuk dilakukan pengukuran six
yang menggunakan desain quasi minut walking test karena dapat
eksperimen dengan 40 pasien PPOK menyebabkan keluhan sesak tapi peneliti
menunjukkan hasil bahwa selain memberikan waktu istirahat dan
meningkatkan saturasi oksigen, pursed lip dilanjutkan kembali bila Penderita
breathing juga meningkatkan tekanan merasa nyaman sampai 6 menit.
parsial oksigen dan aktivitas hidup sehari- Usia responden yang sudah lanjut usia
hari pasien PPOK dan menurunkan tekanan menyebabkan pendidikan kesehatan
parsial karbondioksida dan frekuensi membutuhkan waktu yang lama untuk
pernapasan. Menurut penelitian Roberts, dipahami dan diterapkan pada diri
Stern, Schreuder, & Watson, 2013; Ramos penderita sehingga peneliti juga
et al., 2009; menunjukkan hasil bahwa melibatkan keluarga dalam memberikan
teknik pursed lip breathing meningkatkan edukasi.
saturasi oksigen dan volume tidal serta
mengurangi tingkat pernafasan, Saran
berdasarkan pemeriksaan fungsi faal paru
jenis kelamin dan usia memiliki memiliki Penelitian selanjutnya direkomendasikan
nilai arus puncak ekspirasi yang berbeda. untuk menambah variabel penelitian
meningkatnya saturasi oksigen maka berupa penatalaksanaan non farmakologi
toleransi fisik penderita PPOK juga akan selain teknik Pursed Lip Breathing
meningkat (Radziavicius et al., terhadap penilaian fungsi paru seperti
2010)(Morales-Blanhir et al., 2011). volume tidal, volume ekspirasi, dan
Peningkatan saturasi oksigen dengan kapasitas inspirasi dengan toleransi fisik
latihan pursed lip breathing pada Pasien sehingga dapat dijadikan sebagai bahan
PPOK dapat meningkatkan energy untuk perbandingan serta memperpanjang
selanjutnya di metabolism menjadi energy waktu penelitian dengan jumlah sampel
untuk melakukan aktivitas (Black & Hawks, yang lebih besar.
2014).Peningkatan toleransi fisik atau
toleransi akivitas pada kelompok intervensi Ucapan Terima Kasih
karena terjadi peningkatan saturasi
oksigen pada Pasien PPOK yang melakukan Terima kasih saya ucapkan kepada
perawatan diri dengan terapi medis Kementrian Riset, Teknologi dan
(pengobatan farmakologis) dan latihan Pendidikan Tinggi atas Beasiswa
pursed lip breathing sebagai Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri
penatalaksanaan nonfarmakologis(GOLD, yang telah diberikan untuk menunjang
2017) (Olsson & Swedberg, 2005). biaya pendidikan dan penelitian ini.

55
Patria Artha Journal of Nursing Science. Vol. 1, No.1, April 2017

200207000-00004
11. Gregg, N. A. (2004). Peak Expiratory
Daftar Pustaka Flow Rate - Normal Values. Br Med
Journal, 44(1), 456304.
1. Alligood, M. (2014). Nursing Theorists 12. Grove, S. K., Burns, N., & Gray, J. R.
and Their Work. Evolution of Nursing (2013). Designs for Quantitative
Theories (Edition 8). United States Of Nursing Research : Quick-Access Chart
America: Elsevier. Descriptive Study Designs
2. Arbor, A., & Potter-bynoe, G. (2016). Correlational Study Designs Quasi-
Lung Health. Retrieved from experimental Study Designs (7th ed.).
http://www.lung.org/lung-health- Elsevier Inc.
and-diseases/lung-disease- 13. Gupta, D., Agarwal, R., Aggarwal, A.
Lookup/copd/symptoms-causes-risk- N., Maturu, V. N., Dhooria, S., Prasad,
factors/what-causes-copd.html K. T., … Chopra, V. (2013). Guidelines
3. Avanji, F.S.I dan Hajbaghery, M.A. for diagnosis and management of
(2011). “Effects of Pursed Lip chronic obstructive pulmonary
Breathing on Ventilation and disease: Joint ICS/NCCP (I)
Activities of Daily Living in Patients recommendations. Lung India, 30(3),
with COPD”. Webmed Central. 228–267.ttps://doi.org/10.4103/0970-
WMC001904. 2113.116248
4. Balai Besar Kesehatan Paru 14. Izadi-avanji, A. F. S., & Adib-
Masyarakat Makassar. (2017). Data hajbaghery, M. (2011). Effects of
Sepuluh Besar Penyakit Tahun 2016. Pursed Lip Breathing on Ventilation
Makassar : BBKPM. and Activities of Daily Living in
5. Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Patients with COPD Effects of Pursed
Keperawatan Medikal Bedah. (A. Lip Breathing on Ventilation and
Suslia, F. Ganiajri, P. P. Lestari, & R. Activities of Daily Living in Patients
wulan A. Sari, Eds.) (8th ed.). with COPD Abstract, 2(4), 1–8.
Singapore: ELSEVIER. 15. Morales-Blanhir, J. J. E., Palafox
6. CDC. (2016). Chronic Obstructive Vidal, C. D., Rosas Romero, M. D. J.,
Pulmonary Disease. Retrieved from García Castro, M. M., Londoño
https://www.cdc.gov/copd/index.ht Villegas, A., & Zamboni, M. (2011).
ml Six-minute walk test: a valuable tool
7. Close, E.A, dkk. 2013. “Patients’ for assessing pulmonary impairment.
perceptions of the potential of Jornal Brasileiro de Pneumologia,
breathing Training for asthma: a 37(June 2010), 110–117.
qualitative study”. Primary Care https://doi.org/10.1111/j.1365-
Respiratory Journal. 449-453. 2036.2011.04753.x
8. Dharma, K. K. (2015). Metodologi 16. Nanda. (2015). Diagnosis
Penelitian Keperawatan. Jakarta Keperawatan : definisi dan
Timur: CV. Trans Info Media. Kalisifikasi. (T. H. Herdman & S.
9. Enright, P. L. (2003). The Six-Minute Kamitsuru, Eds.) (10th ed.). Jakarta:
Walk Test. Respiratory Care, 48(8), EGC.
783–785. Retrieved from 17. Obaseki, D. O., Akanbi, M. O.,
https://ezp.lib.unimelb.edu.au/login? Onyedum, C. C., Ozoh, O. B., Jumbo,
url=https://search.ebscohost.com/log J., Akor, A. A., & Erhabor, G. E.
in.aspx?direct=true&db=cin20&AN=200 (2014). Peak expiratory flow as a
3160289&site=eds-live surrogate for health related quality of
10. GOLD. (2017). Global Initiative for life in chronic obstructive pulmonary
Chronic Obstructive Lung A Guide for disease: a preliminary cross sectional
Health Care Professionals. Global study. Ghana Medical Journal, 48(2),
Initiative for Chronic Obstructive 85–90. Retrieved from
Lung Disease, 22(4), 1–30. http://www.pubmedcentral.nih.gov/a
https://doi.org/10.1097/00008483- rticlerender.fcgi?artid=4310338&tool=

56
Patria Artha Journal of Nursing Science. Vol. 1, No.1, April 2017

pmcentrez&rendertype=abstract https://doi.org/123456. 28-44


18. Olsson, L., & Swedberg, K. (2005). Six 25. Satyanarayana, B., Reddy, V., &
minute walk test. European Heart Syamala, E. (2013). Peak expiratory
Journal, 26(20), 2209; author reply flow rate; the effect of smoking on
2209-2210. https://doi.org/ehi452 younger & middle aged males.
[pii]\r10.1093/eurheartj/ehi452 International Journal of Research in
19. Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Medical Sciences, 1(4), 441.
Patofisiologi. (H. Hartanto, N. Susi, P. https://doi.org/10.5455/2320-
Wulansari, & D. A. Mahanani, Eds.) 6012.ijrms20131125
(6th ed.). Jakarta: EGC. 26. Shinde, N., & Kj, S. (2012). “ Peak
20. Prove. (2010). 6 Minute Walk Test. expiratory flow rate : Effect of body
Rehab Measures, (49117867), 5–6. positions in patients with chronic
Retrieved obstructive pulmonary disease .,” (4),
fromhttp://www.rehabmeasures.org/ 357–362.
Lists/RehabMeasures/PrintView.aspx?I 27. Siegel, S., & Castellan, N. J. (1988).
D=895 Nonparametric statistics for the
21. Radziavicius, F. R., Martins, L. C., behavioral sciences., 399.
Radziavicius, C. C., Valenti, V. E., https://doi.org/ISBN-10: 0070573573,
Siqueira, A. A. F., De Souza, C. G., & ISBN-13: 978-0070573574
De Abreu, L. C. (2010). Peak 28. Singh, S., & Singh, V. (2012).
expiratory flow values are higher in Pulmonary Rehabilitation in COPD.
older and taller healthy male Retrieved from
children: An observational study. http://www.japi.org/february_2012_s
Clinical and Investigative Medicine, pecial_issue_copd/09_pulmonary_reh
33(2), 92–98. abilitation_in.pdf.
22. Ramos, E. M. C., Vanderlei, L. C. M., 29. Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
Ramos, D., Teixeira, L. M., Pitta, F., Kuantitas, Kualitatif, R&D. Bandung:
& Veloso, M. (2009). Influence of Alfabeta.
pursed-lip breathing on heart rate 30. Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis
variability and cardiorespiratory untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.
parameters in subjects with chronic 31. Winit-watjana, P. K. W., Rattanaopas,
obstructive pulmonary disease S., & Nawawatcharin, N. (2015).
(COPD). Revista Brasileira de Screening Accuracy of Peak Flow
Fisioterapia, 13(4), 288–293. Meters for Chronic Obstructive
https://doi.org/10.1590/S1413- Pulmonary Disease among Thai People
35552009005000035 at Risk in a Community, 6(April), 2–9.
23. Roberts, S., Stern, M., Schreuder, F.
M., & Watson, T. (2013). The use of
Pursed Lips Breathing in stable COPD :
a systematic review of the evidence
Roberts S , Stern M , Schreuder FM ,
Watson T Address of the department
or institute to which the work should
be attributed : School of Health and
Emergency Professions. Physical
Therapy Reviews, 14(4), 240–246.
24. Sachdeva, M., Shaphe, M. A., &
Mahajan, D. (2013). Comparison of
Active Cycle Of Breathing Technique
and Pursed Lip Breathing with Thera
PEP® in Patients with Acute
exacerbation of COPD. International
Journal of Physical Therapy Research
& Practice., 1.

57

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai