NPM : 118170170
Kelompok : 3B
Blok : 4.3
FAKULTAS KEDOKTERAN
CIREBON
2020
SKENARIO CR 1
STEP 1
STEP 2
Dermatitis seboroik
Urtikaria
Varicella
Skabies Herpes Zooster
Dermatitis Kontak Alergi Herpes Simpleks
c
Dermatitis Numularis Impetigo
STEP 3
LENTING
Skabies
a. Definisi
Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi Sarcoptes scabiei var.
hominis.
b. Etiologi
Etiologi penyakit skabies/kudis adalah infestasi tungau Sarcoptes
scabiei. Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida,
ordo Ackarima, super famili Sarcoptes. Parasit skabies yang menginfeksi
manusia disebut Sarcoptes scabiei var hominis.
c. Penegakan Diagnosis
Klinis
Diagnosis perkiraan (presumtif)
apabila ditemukan trias:
1. Lesi kulit pada daerah predileksi.
- Lesi kulit: terowongan (kunikulus) berbentuk garis lurus atau
berkelok,warna putih atau abu-abu dengan ujung papul atau
vesikel. Apabila terjadi infeksi sekunder timbul pustul atau
nodul.
- Daerah predileksi pada tempat dengan stratum korneum tipis,
yaitu: sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku
bagian luar, lipat ketiak, areola mamae, umbilikus, bokong,
genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
mengenai wajah, skalp, telapak tangan dan telapak kaki.
2. Gatal terutama pada malam hari (pruritus nocturnal).
3. Terdapat riwayat sakit serupa dalam satu rumah/kontak.
Diagnosis pasti apabila ditemukan: tungau, larva, telur atau kotorannya
melalui
pemeriksaan penunjang (mikroskopis).
d. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa cara untuk menemukan terowongan:
1. Burrow ink tes
2. Uji tetrasiklin
3. Dermoskopi
e. Diagnosis Banding
1. Dermatitis atopik
2. Dermatitis kontak
3. Urtikaria papular
4. Insect bite
5. Dishidrosis
6. Pioderma
f. Tatalaksana
Non Medikamentosa
- Menjaga higiene individu dan lingkungan.
- Dekontaminasi pakaian dan alas tidur dengan mencuci pada suhu
60°C atau disimpan dalam kantung plastik tertutup selama
beberapa hari. Karpet, kasur, bantal, tempat duduk terbuat dari
bahan busa atau berbulu perlu dijemur dibawah terik matahari
setelah dilakukan penyedotan debu.
Medikamentosa
Prinsip: tata laksana menyeluruh meliputi penggunaan skabisida yang
efektif untuk semua stadium Sarcoptes scabiei untuk pasien dan nara
kontak secara serempak, menjaga higiene, serta penanganan fomites yang
tepat. Terdapat beberapa obat yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi
sebagai berikut:
1. Topikal
- Krim permetrin 5% dioleskan pada kulit dan dibiarkan selama 8
jam. Dapat diulang setelah satu pekan.
- Krim lindane 1% dioleskan pada kulit dan dibiarkan selama 8 jam.
Cukup sekali pemakaian, dapat diulang bila belum sembuh setelah
satu pekan. Tidak boleh digunakan pada bayi, anak kecil, dan ibu
hamil.
- Salep sulfur 5-10%, dioleskan selama 8 jam, 3 malam berturut-
turut.
- Krim krotamiton 10% dioleskan selama 8 jam pada hari ke-1,2,3,
dan 8.
- Emulsi benzil benzoat 10% dioleskan selama 24 jam penuh.
2. Sistemik
- Antihistamin sedatif (oral) untuk mengurangi gatal.
- Bila infeksi sekunder dapat ditambah antibiotik sistemik.
- Pada skabies krustosa diberikan ivermektin (oral) 0,2 mg/kg dosis
tunggal, 2-3 dosis setiap 8-10 hari. Tidak boleh pada anak-anak
dengan berat kurang dari 15 kg, wanita hamil dan menyusui.
g. Edukasi
- Menjaga higiene perorangan dan lingkungan.
- Pemakaian obat secara benar dan kepada seluruh orang yang
kontak secara serempak
b. Etiologi
Penyebab pasti dermatitis numularis belum diketahui. Meski begitu,
sebagian besar kasus dermatitis numularis dinilai terjadi akibat penderita
memiliki kondisi kulit yang sangat kering (xerosis) dan sensitif terhadap
sejumlah zat tertentu, seperti:
BERCAK KEMERAHAN
Dermatitis Seboroik
a. Definisi
Adanya skuama kekuningan berminyak
b. Etiologi
Belum diketahui pasti
Infeksi fungi genus Malassezia (disebut Pityrosporum ovale)
Predileksi
kulit yang mengandung kelenjar sebaesea scalp, belakang telinga,
nasolabial, leher.
c. Manifestasi Klinis
Pada bayi biasanya terjadi pada 3 bulan pertama kehidupan.
- Ketokonazol topikal
- Kortikosteroid topikal potensi ringan-sedang
- AIAFp topical
Lini kedua
- Lithium succinate/lithium gluconate topikal
- Inhibitor kalsineurin topikal
Lini ketiga
- Terbinafin oral
- Itrakonazol oral
- Gel metronidazol
- Krim non steroid
- Terbinafin topikal
- Sampo ketokonazol
- Sampo ciclopirox
- Sampo zinc pyrithione
Lini kedua
- Mikonazol
- Sampo selenium sulfide
Urtikaria
a. Definisi
Urtikaria adalah suatu penyakit kulit yang ditandai dengan adanya urtika
berbatas tegas, dikelilingi oleh daerah berwarna kemerahan, dan terasa
gatal. Urtikaria dapat terjadi dengan atau tanpa angioedema.
b. Etiologi
Kebanyakan kasus urtikaria akut bersifat idiopatik. Urtikaria dengan
etiologi spesifik dapat dibedakan menjadi urtikaria karena alergi, misalnya
akibat makanan atau obat-obatan, dan karena penyebab nonalergik, seperti
infeksi virus atau bakteri dan paparan suhu panas atau dingin.
c. Penegakan Diagnosis
Klinis
Anamnesis meliputi:
- Waktu mulai munculnya urtikaria (onset)
- Frekuensi dan durasi wheals
- Variasi diurnal
- Bentuk, ukuran, dan distribusi wheals
- Apakah disertai angioedema
- Gejala subjektif yang dirasakan pada lesi, misal gatal dan nyeri
- Riwayat keluarga terkait urtikaria dan atopi
- Alergi di masa lampau atau saat ini, infeksi, penyakit internal, atau
penyebab lain yang mungkin
- Induksi oleh bahan fisik atau latihan fisik (exercise)
- Penggunaan obat (NSAID, injeksi, imunisasi, hormon, obat
pencahar (laxatives), suppositoria, tetes mata atau telinga, dan
obat-obat alternatif)
- Makanan
- Kebiasaan merokok
- Jenis pekerjaan
- Hobi
- Kejadian berkaitan dengan akhir pekan, liburan, dan perjalanan ke
daerah lain
- Implantasi bedah
- Reaksi terhadap sengatan serangga
- Hubungan dengan siklus menstruasi
- Respon terhadap terapi
- Stres
- Kualitas hidup terkait urtikaria
Pemeriksaan fisik:
Urtikaria ditandai secara khas oleh timbulnya urtika dan atau angioedema
secara cepat. Urtika terdiri atas tiga gambaran klinis khas, yaitu:
- Edema dibagian sentral dengan ukuran bervariasi, hampir selalu
dikelilingi oleh eritema,
- Disertai oleh gatal atau kadang sensasi seperti terbakar, dan
- Berakhir cepat, kulit kembali ke kondisi normal biasanya dalam
waktu 1-24 jam.
Tes dermografisme (terapi antihistamin harus dihentikan setidaknya 2-3
hari
dan terapi immunosupresi untuk 1 minggu).
Pemeriksaan Penunjang
Gambaran histopatologi
Pada pemeriksaan histopatologi didapatkan udem pada dermis atas dan
tengah, disertai dilatasi venula postkapiler dan pembuluh limfatik dermis
atas.
d. Penatalaksanan
Prinsip
Atasi keadaan akut terutama pada angioedema karena dapat terjadi
obstruksi saluran napas. Dapat dilakukan di unit gawat darurat bersama-
sama dengan/atau dikonsulkan ke Spesialis THT.
- Topikal
Bedak kocok dibubuhi antipruritus mentol dan kamfer.
- Sistemik
Urtikaria akut
Antihistamin (AH-1) generasi dua (non-sedatif).
Bila dengan AH nonsedatif tidak berhasil maka diberikan
AH-1 generasi satu (sedatif).
Urtikaria kronik
Terapi lini pertama:
Antihistamin H1 generasi kedua (non-sedatif).
Terapi lini kedua:
Jika gejala menetap setelah 2 minggu, antihistamin H1
generasi kedua (non sedatif) dapat dinaikkan dosisnya 2-4
kali.
Terapi lini ketiga:
Bila gejala masih menetap sampai 1-4 minggu,
ditambahkan:
Antagonis leukotrien (montelukast), atau siklosporin atau
omalizumab.
Jika terjadi eksaserbasi gejala dapat diberikan
kortikosteroid sistemik dengan dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari,
tidak boleh lebih dari 10 hari.
e. Edukasi
Identifikasi dan menghindari kemungkinan penyebab.
Varicella
Infeksi akut primer oleh virus varicella zoster yang menyerang kulit dan mukosa.
Disebut juga sebagai cacar air atau chicken pox, transmisi terjadi melalui udara
Epidemiologi
Usia
Pada orang yang belum mendapat vaksinasi, 90% kasus terjadi pada anak-anak
dibawah 10 tahun, 5% terjadi pada orang yang berusia lebih dari 15 tahun.
Sementara pada pasien yang mendapat imunisasi, insiden terjadinya varicella
secara nyata menurun.
Insiden
Sejak diperkenalkan adanya vaksin varicella pada tahun 1995, insiden terjadinya
varicella terbukti menurun. Dimana sebelum tahun 1995, terbukti di Amerika
terdapat 3-4 juta kasus varicella setiap tahunnya.
Transmisi
Transmisi penyakit ini secara aerogen maupun kontak langsung. Kontak tidak
langsung jarang sekali menyebabkan varicella. Penderita yang dapat menularkan
varicella yaitu beberapa hari sebelum erupsi muncul dan sampai vesikula yang
terakhir. Tetapi bentuk erupsi kulit yang berupa krusta tidak menularkan virus.
Musim
Patogenesis
Varicella disebabkan oleh VZV yang termasuk dalam famili virus herpes. Virus
masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran napas dan orofaring
Multiplikasi virus di tempat tersebut diikuti oleh penyebaran virus dalam jumlah
sedikit melalui darah dan limfe ( viremia primer ) Virus VZV dimusnahkan
oleh sel sistem retikuloendotelial, yang merupakan tempat utama replikasi virus
selama masa inkubasi Selama masa inkubasi infeksi virus dihambat sebagian
oleh mekanisme pertahanan tubuh dan respon yang timbul Pada sebagian besar
individu replikasi virus dapat mengatasi pertahanan tubuh yang belum
berkembang sehingga dua minggu setelah infeksi terjadi viremia sekunder dalam
jumlah yang lebih banyak Lesi kulit muncul berturut-berturut, yang
menunjukkan telah memasuki siklus viremia, yang pada penderita yang normal
dihentikan setelah sekitar 3 hari oleh imunitas humoral dan imunitas seluler VZV
Virus beredar di leukosit mononuklear, terutama pada limfosit. Bahkan pada
varicella yang tidak disertai komplikasi, hasil viremia sekunder menunjukkan
adanya subklinis infeksi pada banyak organ selain kulit Respon imun penderita
menghentikan viremia dan menghambat berlanjutnya lesi pada kulit dan organ
lain. Imunitas humoral terhadap VZV berfungsi protektif terhadap varicella
Pada orang yang terdeteksi memiliki antibodi serum biasanya tidak selalu menjadi
sakit setelah terkena paparan eksogen Sel mediasi imunitas untuk VZV juga
berkembang selama varicella, berlangsung selama bertahun-tahun, dan
melindungi terhadap terjadinya resiko infeksi yang berat.
Gambaran Klinis
1. Gejala prodromal berupa demam, nyeri kepala, dan lesu, sebelum timbul
ruam
2. Ruam kulit muncul mulai dari wajah , scalp dan menyebar ke tubuh, lesi
menyebar sentrifugal dari sentral ke perifer sehingga dapat ditemukan lesi
baru diekstremitas sedangkan dibadan lesi sudah berkrusta
3. Lesi berupa macula eritematosa yang cepat berubah menjadi vesikel
“dewdwop on rose petal appearance” dalam beberapa jam sampai 1-2 hari
vesikel dengan cepat menjadi keruh, menjadi pustule dan krusta yang
kemudian mulai menyembuh
Ciri khas varisella ditemukannya lesi kulit berbagai stadium dibeberapa
area tubuh
4. Pada anak erupsi kulit terutama berbentuk vesicular beberapa kelompok
vesikel timbul 1-2 hari sebelum erupsi meluas, jumlah lesi bervariasi mulai
dari beberapa sampai ratusan. Umumnya pada anak-anak lesi lebih sedikit
biasanya lebih banyak pada bayi <1 tahun, pibertas dan dewasa
5. Kadang-kadang lesi dapat berbentuk bula atau hemoragik
6. Selaput lender sering terkena, terutama mulur, bisa juga konjungtiva
palpebra, vulva
7. Keadaan tumum TTV menunjukkan tentang berat ringannya penyakit
8. Status imun pasien harus diketahui untuk menentukan obat antivirus yang
perlu diberikan, untuk itu perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat
membantu menentukan status imun pasien antara lain imunokompromaise,
keganasan, infeksi HIV/AIDS, kortikosteroid jangka Panjang, kehamilan,
bbrl, akan menyebabkan gejala yang lebih berat
Gambar 1 Infeksi VZV : Varicella
Gambaran dari lesi varicella berkembang secara cepat, yaitu lebih kurang 12 jam,
dimana mula-mula berupa makula eritematosa yang berkembang menjadi
papul, vesikel, pustul, dan krusta. Vesikel dari varicella berdiameter 2-3 mm, dan
berbentuk elips, dengan aksis panjangnya sejajar dengan lipatan kulit Vesikel
biasanya superfisial dan berdinding tipis, dan dikelilingi daerah eritematosa
sehingga tampak terlihat seperti “ embun di atas daun mawar”. Cairan vesikel
cepat menjadi keruh karena masuknya sel radang, sehingga mengubah vesikel
menjadi pustul Lesi kemudian mengering, mula-mula di bagian tengah
sehingga menyebabkan umbilikasi dan kemudian menjadi krusta Krusta akan
lepas dalam 1-3 minggu, meninggalkan bekas bekas cekung kemerahan yang akan
berangsur menghilang. Apabila terjadi superinfeksi dari bakteri maka dapat
terbentuk jaringan parut Lesi yang telah menyembuh dapat meninggalkan
bercak hipopigmentasi yang dapat menetap selama beberapa minggu/bulan.
Vesikel juga terdapat di mukosa mulut, hidung, faring, laring, trakea, saluran
cerna, kandung kemih, dan vagina. Vesikel di mukosa ini cepat pecah sehingga
seringkali terlihat sebagai ulkus dangkal berdiameter 2-3 mm.
Gambaran khas dari varicella adalah adanya lesi yang muncul secara simultan
( terus-menerus ), di setiap area kulit, dimana lesi tersebut terus berkembang.
Diagnosis banding
1. Hand,foot and mouth disease pola penyebaran lebih akral, mukosa lebih
banyak terkena, sel datia berinti banyak tidak ditemukan pada pemeriksaan
tzank test
2. Reaksi vesikuler terhadap gigitan serangga seringkali berkelompok,pola
penyebaran akral, berupa urtikaria popular dengan titik ditengahnya
3. Erupsi obat carisellformis biasanya tanpa demam, timbul serentak dan tidak
disertai pembesaran KGB
4. Dermatitis kontak, scabies impetigenisata, dermatitis herpetiformis, impetigo
Diagnosa varicella
Pemeriksaan penunjang
1. Pada pemeriksaan darah tepi jumlah leukosit dapat sedikit meningkat, normal,
atau sedikit menurun beberapa hari pertama
2. Enzim hepatic kadang meningkat
3. Pada tzank test ditemukan sel datia berinti banyak tetapi tidak spesifik untuk
varisella
4. Kultur virus dari cairan vesikel sering kali + pada 3 hari pertama tetapi tidak
dilakukan karena sulit dan mahal
5. Deteksi antigen virus dengan PCR untuk kasus varicella berat atau tidak khas
Tata laksana
1. Topical
- Lesi vesikuler diberi bedak agar vesikel tidak pecah dapat ditambahkan
metol 2% dan antipruritus lain
- Vesikel yang sudah pecah/krusta salep antibiotic
2. Sistemik
- Antivirus
1. Asiklovir
Dosis bayi/anak 4x10-20 mg/kg (maksimal 800 mg / hari) selama 7 hati
2. Valaksiklovir untuk dewasa 3x1 gram/hari selama 7 hari
Pada ibu hamil pemberian asiklovir dipertimbangkan resiko dan manfaat
pemberiaannya . asiklovir dapat diberikan pada ibu hamil usia >20 minggu
dengan awitan varicella <24 jam. Pemberian asiklovir sebelum usia gestasi
20 minggu perlu dipertimbangkan resiko dan manfaatnya
3. Simtomatik
- Antipiretik diberikan bila demam, hindari salisilat karena bisa
menimbulkan sindrom reye
- Antipruritus berikan antihistamin yang memiliki efek sedative
Vaksinasi
Edukasi
Herpres Simpleks
Definisi
Penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi virus herpes simpleks tipe I atau tipe
II
Etiologic
Virus herpes merupakan virus DNA (keluarga Herpesviridae) terdapat 2 tipe virus
HSV tipe 1 dan HSV tipe 2, HSV tipe 1 tidak ditularkan secara seksual,
sedangkan HSV tipe 2 ditularkan secara seksual
Patogenesis
HSV merupakan virus DNA untai ganda dari famili Herpesviridae dan subfamili
Alphaherpesvirinae dengan kemampuan biologis berupa neurovirulensi, latensi,
dan reaktivasi.
Neurovirulensi adalah kemampuan menginvasi dan bereplikasi dalam sistem
saraf. Latensi adalah kemampuan membentuk dan mempertahankan infeksi laten
pada sel saraf ganglia proksimal sampai ke lokasi infeksi. Infeksi orofasial paling
sering melibatkan ganglia trigeminal, sedangkan infeksi genital akan melibatkan
akar saraf ganglia sacral (S2-S5). Reaktivasi adalah kemampuan HSV laten untuk
aktif kembali dan bereplikasi di daerah yang dipersarafi oleh ganglia tempat
pembentukan infeksi latennya. Berbagai stimulus, seperti demam, trauma, stres
emosional, sinar matahari, dan menstruasi dapat memicu reaktivasi. Pada HSV1,
reaktivasi lebih sering pada area orolabial, sedangkan pada HSV-2 lebih sering
pada area genital. Reaktivasi akan lebih sering dan lebih berat pada pasien
imunokompromais dibandingkan pasien imunokompeten.
Cara penularan
Cara Penularan HSV ditularkan melalui kontak personal erat. Infeksi terjadi
melalui inokulasi virus ke permukaan mukosa yang rentan (misalnya orofaring,
serviks, konjungtiva) atau melalui pori-pori kulit. HSV-1 ditularkan terutama
melalui kontak dengan saliva terinfeksi, sedangkan HSV-2 ditularkan secara
seksual atau dari infeksi genital ibu ke bayinya.
Manifestasi klinis
Diagnosis
Diagnosis banding
Diagnosis banding infeksi HSV adalah ulkus mole (chancroid), penyakit tangan,
kaki dan mulut (flu Singapura), herpes zoster, dan sifilis. Impetigo vesikobulosa
Tata laksana
Komplikasi
Herpes Zooster
Definisi
Herpes zoster (HZ) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh reaktivasi virus
Varicella zoster yang laten endogen di ganglion sensoris radiks dorsalis setelah
infeksi primer.
Kriteria Diagnostik
Klinis
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
Sistemik
Topikal
Komplikasi
- Herpes zoster oftalmikus (HZO): timbul kelainan pada mata dan kulit di
daerah persarafan cabang pertama nervus trigeminus.
Sindrom Ramsay-Hunt: timbul gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan
kulit, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus dan nausea, juga
gangguan pengecapan
Impetigo
a. Pengertian
Impetigo adalah infeksi superficial dikulit oleh bakteri golongan
streptococcus. Atau impetigo contangiosa adalah suatu infeksi antar
peradangan kulit luar disebabkan oleh coagulase- positve stapilococi / oleh
kelompok AB streptococci hemolytic.
b. Klasifikasi Klinik .
Terbagi atas 3, yaitu :
a. Impetigo Krustosa
b. Impetigo Bullosa
c. Impetigon Neonatorum
c. Etiologi
1. Impetigo Krustosa
Etiologi : biasanya streptococcus hemotilikus grup A
(Streptococcus pyagenes)
Manifestasi Klinik
Tidak disertai gejala umum hanya terdapat pada anak. Tempat
predilaksi dimuka yakni di sekitar lubang hidung dan mulut karena
dianggap sumber infeksi dari daerah tersebut.
Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang cepat parah
sehingga jika penderita datang berobat yang terlihat hanyalah
krusta tebal berwarna kuning seperti madu, jika dilepaskan tampak
erosi dibawahnya sering krusta menyebar ke perifer dan sembuh di
bagian tengah.
Komplikasi : Glomerulonefritis
Diagnosa Banding : Eritema dan varisella
Pengobatan :
Jika Krusta sedikit, dilepaskan dan diberi salep antibiotik, kalau
banyak diberi pula antibiotik sistemik.
2. Imeptigo Bullosa
Sinonim : Impetigo Vesiko – Bullosa, cacar monyet
Etiologi : biasanya Staphylococcus Aureus
Gejala Klinik :
Keadaaan umum tidak dipengaruhi tempat predilaksi di ketiak,
dada, punggung. Terdapat pada anak dan orang dewasa kelaianan
kulit berupa eritema, bula dan bula hipopion kadang-kadang waktu
penderita datang berobat, vesikel /bula telah memecah sehingga
yang tampak hanya kolaret dan dasarnya masih eritematosa, erosi
dan askoriosi.
Diagnosa Banding
- Herpex Simplex Hoster
- Impetigo Krustosa
- Dermatofitosis
Pengobatan :
- Jika terdapat hanya beberapa vesikel /bula, dipecahkan lalu
diberi salep antibiotik atau cairan anti septic kalau banyak
diberi antibiotik sistemik, mencari dan menghilangkan faktor
predisposisi misalnya : memperbaiki hygiene.
3. impetigo Neonatorum
Penyakit ini merupakan Varian bullosa yang terdapat pada neonatus.
Kelainan kulit serupa impetigo Bullosa, hanya lokasinya menyeluruh,
dapat disertai demam.
- Diagnosa Banding : Sifilis Kongenital
- Pengobatan :
Antibiotik dapat diberikan secara sistemik. Topikal dapat diberikan
bedak salisil 2 %.
DAFTAR PUSTAKA