Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA Ny. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS OTITIS MEDIA AKUT


DI RUANG TERATAI RSUD Dr. SOETOMO TANGGAL 6 – 11 APRIL 2020

Oleh :
NANIK WIDYASTUTI
131923143003

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTASKEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
I. DEFINISI
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah dengan gejala dan tanda-tanda yang

bersifat cepat dan singkat. Gejala dan tanda klinik lokal atau sistemik dapat terjadi secara

lengkap atau sebagian, baik berupa otalgia, demam, gelisah, mual, muntah, diare, serta otore,

apabila telah terjadi perforasi membran timpani. Pada pemeriksaan otoskopik juga dijumpai

efusi telinga tengah (Buchman, 2003). Terjadinya efusi telinga tengah atau inflamasi telinga

tengah ditandai dengan membengkak pada membran timpani atau bulging, mobilitas yang tinggi

terhadap pada membran timpani, terdapat cairan di belakang membran timpani, dan otore

(Kerschner, 2007).

Gambar anatomi telinga manusia :


II. ETIOLOGI

Otitis Media Akut merupakan radang akut telinga tengah yang sering terjadi terutama pada bayi

atau anak yang biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas. Selain ada beberapa

penyebab terjadinya OMA, yaitu ;

1. Bakteri

Bakteri pirogenik merupakan penyebab OMA yang tersering. Menurut penelitian, 65-75% kasus

OMA dapat ditentukan jenis bakteri pirogeniknya melalui isolasi bakteri terhadap kultur cairan

atau efusi telinga tengah. Kasus lain tergolong sebagai non-patogenik karena tidak ditemukan

mikroorganisme penyebabnya. Tiga jenis bakteri penyebab otitis media tersering adalah

Streptococcus pneumoniae (40%), diikuti oleh Haemophilus influenzae (25-30%) dan Moraxella

catarhalis (10-15%). Kira-kira 5% kasus dijumpai patogen-patogen yang lain seperti

Streptococcus pyogenes (group A beta-hemolytic), Staphylococcus aureus, dan organisme gram

negatif. Staphylococcus aureus dan organisme gram negatif banyak ditemukan pada anak dan

neonatus yang menjalani rawat inap di rumah sakit. Haemophilus influenzae sering dijumpai

pada anak balita. Jenis mikroorganisme yang dijumpai pada orang dewasa juga sama dengan

yang dijumpai pada anak-anak (Kerschner, 2007).

2. Virus

Virus juga merupakan penyebab OMA. Virus dapat dijumpai tersendiri atau bersamaan dengan

bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering dijumpai pada anak-anak, yaitu

respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira-

kira 10-15% dijumpai parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus. Virus akan membawa

dampak buruk terhadap fungsi tuba Eustachius, menganggu fungsi imun lokal, meningkatkan
adhesi bakteri, menurunkan efisiensi obat antimikroba dengan menganggu mekanisme

farmakokinetiknya (Kerschner, 2007). Dengan menggunakan teknik polymerase chain reaction

(PCR) dan virus specific enzyme-linked immunoabsorbent assay (ELISA), virus-virus dapat

diisolasi dari cairan telinga tengah pada anak yang menderita OMA pada 75% kasus (Buchman,

2003). Ada beberapa faktor yang menyebabkan otitis lebih sering terjadi pada anak

dibandingkan dewasa. Tuba eustakius anak berbeda dibandingkan dengan orang dewasa yakni

tuba eustakius anak lebih horizontal dan lubang pembukaan tonus tubarius dikelilingi oleh

folikel limfoid yang banyak jumlahnya. Adenoid pada anak dapat mengisi nasofaring, sehingga

secara mekanik dapat menyumbat lubang hidung dan tuba eustakius serta dapat berperan sebagai

fokus infeksi pada tuba.

Gambar otitis media akut :


III. MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Otitis media akut

merupakan inflamasi telinga tengah dengan onset gejala dan tanda klinis yang cepat, seperti

nyeri, demam, anoreksia, iritabel, atau juga muntah.

1. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga,

di samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.

Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri, terdapat gangguan

pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang mendengar.

2. Pada bayi dan anak kecil, gejala khas OMA adalah suhu tubuh tinggi dapat mencapai

39,5°C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit

waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit.

Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh

turun dan anak tidur tenang (Djaafar, 2007).


Penilaian berdasarkan pada pengukuran temperatur, keluhan orang tua pasien tentang anak yang

gelisah dan menarik telinga atau tugging, serta membran timpani yang kemerahan dan

membengkak atau bulging.

Menurut Dagan (2003) dalam Titisari (2005), skor OMA adalah seperti berikut:

Skor Suhu (° C) Gelisah Tarik telinga Kemerahan Bengkak pd


padamemran membran
thympani thympani
(bulging)

0 < 38,0 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

1 38,0 – 38,5 Ringan Ringan Ringan Ringan

2 38,6 – 39,0 Sedang Sedang Sedang Sedang

3 >39,0 Berat Berat Berat Berat,


termasuk
otore

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosis otitis media akut dibuat berdasarkan pada pemeriksaan membran timpani. Tetapi pada

anak pemeriksaan ini mungkin sulit dilakukan karena saluran telinga yang kecil, adanya serumen dan

juga keadaan anak yang tidak kooperatif. Dari pemeriksaan otoskopi didapatkan gerakan membran

timpani yang berkurang, cembung, kemerahan dan keruh, dapat juga dijumpai sekret purulen.

Adanya penurunan gerak dari membran timpani merupakan dasar kecurigaan pada otitis media akut.

Bila diagnosis masih meragukan, perlu dilakukan tindakan aspirasi dari telinga tengah. Para dokter,

khususnya dokter anak, seringkali misdiagnosis terhadap otitis media, dan untuk menghindarinya

perlu dilakukan pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan otoskopi dapat mengurangi lebih dari 30% dari

kesalahan yang terjadi. Hal ini dapat dijelaskan karena sebagai klinisi, dokter mendiagnosa

berdasarkan gejala klinis dan warna dari membran timpani, sedangkan ahli THT lebih

memperhatikan gerak dan posisi membran timpani.


V. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi OMA pada sebagian besar anak-anak dimulai oleh infeksi saluran pernapasan atas

(ISPA) atau alergi, sehingga terjadi kongesti dan edema pada mukosa saluran napas atas,

termasuk nasofaring dan tuba Eustachius. Akibat dari infeksi virus saluran pernapasan atas,

sitokin dan mediator-mediator inflamasi yang dilepaskan akan menyebabkan disfungsi tuba

Eustachius.Tuba Eustachius menjadi sempit, sehingga terjadi sumbatan tekanan negatif pada

telinga tengah. Bila keadaan demikian berlangsung lama akan menyebabkan refluks dan aspirasi

virus atau bakteri dari nasofaring ke dalam telinga tengah melalui tuba Eustachius. Mukosa

telinga tengah bergantung pada tuba Eustachius untuk mengatur proses ventilasi yang

berkelanjutan dari nasofaring. Jika terjadi gangguan akibat obstruksi tuba, akan mengaktivasi

proses inflamasi kompleks dan terjadi efusi cairan ke dalam telinga tengah. Ini merupakan faktor

pencetus terjadinya OMA dan otitis media dengan efusi. Bila tuba Eustachius tersumbat,

drainase telinga tengah terganggu, mengalami infeksi serta terjadi akumulasi sekret di telinga

tengah, kemudian terjadi proliferasi mikroba patogen pada sekret. Akibat dari infeksi virus

saluran pernapasan atas, sitokin dan mediator-mediator inflamasi yang dilepaskan akan

menyebabkan disfungsi tuba Eustachius. Virus respiratori juga dapat meningkatkan kolonisasi

dan adhesi bakteri, sehingga menganggu pertahanan imum pasien terhadap infeksi bakteri. Jika

sekret dan pus bertambah banyak dari proses inflamasi lokal, perndengaran dapat terganggu

karena membran timpani dan tulang-tulang pendengaran tidak dapat bergerak bebas terhadap

getaran. Akumulasi cairan yang terlalu banyak akhirnya dapat merobek membran timpani akibat

tekanannya yang meninggi (Kerschner, 2007).

Obstruksi tuba Eustachius dapat terjadi secara intraluminal dan ekstraluminal. Faktor

intraluminal adalah seperti akibat ISPA, dimana proses inflamasi terjadi, lalu timbul edema pada

mukosa tuba serta akumulasi sekret di telinga tengah. Selain itu, sebagian besar pasien dengan

otitis media dihubungkan dengan riwayat fungsi abnormal dari tuba Eustachius, sehingga
mekanisme pembukaan tuba terganggu. Faktor ekstraluminal seperti tumor, dan hipertrofi

adenoid (Kerschner, 2007).

VI. PENATALAKSANAAN OMA

1. Pengobatan

Penatalaksanaan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal

ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan

lokal atau sistemik, dan antipiretik. Tujuan pengobatan pada otitis media adalah untuk

menghindari komplikasi intrakrania dan ekstrakrania yang mungkin terjadi, mengobati gejala,

memperbaiki fungsi tuba Eustachius, menghindari perforasi membran timpani, dan memperbaiki

sistem imum lokal dan sistemik (Titisari, 2005).

1. Pada stadium oklusi tuba, pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba

Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung

HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik untuk anak kurang dari 12 tahun atau HCl
efedrin 1 % dalam larutan fisiologis untuk anak yang berumur atas 12 tahun pada orang

dewasa. Sumber infeksi harus diobati dengan pemberian antibiotik (Djaafar, 2007).

2. Pada stadium hiperemis dapat diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik.

Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi

resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk

terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah

sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa

dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi tehadap

penisilin, diberikan eritromisin. Pada anak, diberikan ampisilin 50-100 mg/kgBB/hari

yang terbagi dalam empat dosis, amoksisilin atau eritromisin masing-masing 50

mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 3 dosis (Djaafar, 2007).

3. Pada stadium supurasi, selain diberikan antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan

miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak

terjadi ruptur (Djaafar, 2007).

4. Pada stadium perforasi, sering terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut

atau pulsasi. Diberikan obat cuci telinga (ear toilet) H2O2 3% selama 3 sampai dengan 5

hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan

perforasi akan menutup kembali dalam 7 sampai dengan 10 hari (Djaafar, 2007).

5. Pada stadium resolusi, membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi,

dan perforasi menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya sekret mengalir di liang

telinga luar melalui perforasi di membran timpani. Antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3

minggu. Bila keadaan ini berterusan, mungkin telah terjadi mastoiditis (Djaafar, 2007).
Sekitar 80% kasus OMA sembuh dalam 3 hari tanpa pemberian antibiotik. Observasi dapat

dilakukan. Antibiotik dianjurkan jika gejala tidak membaik dalam dua sampai tiga hari, atau ada

perburukan gejala. Ternyata pemberian antibiotik yang segera dan dosis sesuai dapat terhindar

dari tejadinya komplikasi supuratif seterusnya. Masalah yang muncul adalah risiko terbentuknya

bakteri yang resisten terhadap antibiotik meningkat

2. Pembedahan
Terdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani OMA rekuren, seperti

miringotomi dengan insersi tuba timpanosintesis, dan adenoidektomi (Buchman, 2003).

a) Miringotomi

Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, supaya terjadi

drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Syaratnya adalah harus dilakukan

secara dapat dilihat langsung, anak harus tenang sehingga membran timpani dapat dilihat

dengan baik. Lokasi miringotomi ialah di kuadran posterior-inferior. Bila terapi yang

diberikan sudah adekuat, miringotomi tidak perlu dilakukan, kecuali jika terdapat pus di

telinga tengah (Djaafar, 2007). Indikasi miringostomi pada anak dengan OMA adalah

nyeri berat, demam, komplikasi OMA seperti paresis nervus fasialis, mastoiditis,

labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat. Miringotomi merupakan terapi third-line pada

pasien yang mengalami kegagalan terhadap dua kali terapi antibiotik pada satu episode

OMA. Salah satu tindakan miringotomi atau timpanosintesis dijalankan terhadap anak

OMA yang respon kurang memuaskan terhadap terapi second-line, untuk menidentifikasi

mikroorganisme melalui kultur (Kerschner, 2007)

b) Timpanosintesis

Menurut Bluestone (1996) dalam Titisari (2005), timpanosintesis merupakan pungsi pada

membran timpani, dengan analgesia lokal supaya mendapatkan sekret untuk tujuan

pemeriksaan. Indikasi timpanosintesis adalah terapi antibiotik tidak memuaskan, terdapat

komplikasi supuratif, pada bayi baru lahir atau pasien yang sistem imun tubuh rendah.

Menurut Buchman (2003), pipa timpanostomi dapat menurun morbiditas OMA seperti

otalgia, efusi telinga tengah, gangguan pendengaran secara signifikan dibanding dengan

plasebo dalam tiga penelitian prospertif, randomized trial yang telah dijalankan.
c) Adenoidektomi

Adenoidektomi efektif dalam menurunkan risiko terjadi otitis media dengan efusi dan

OMA rekuren, pada anak yang pernah menjalankan miringotomi dan insersi tuba

timpanosintesis, tetapi hasil masih tidak memuaskan. Pada anak kecil dengan OMA

rekuren yang tidak pernah didahului dengan insersi tuba, tidak dianjurkan

adenoidektomi, kecuali jika terjadi obstruksi jalan napas dan rinosinusitis rekuren

(Kerschner, 2007).

VII. WOC OMA

Bakteri Virus trauma benda asing


(Streptococcus pneumonia, (RSV,influenza virus, (penggunaan cotton
bud)
Haemophilus influenza parainfluenza virus,
Moraxella catarhalis) rhinovirus)

Invansi bakteri

Proliferasi bakteri patogen pada sekret serumen terdorong

kedalam

ISPA impaksi telinga

sitokin dan mediator-mediator inflamasi


yang dilepaskan akan menyebabkan terdengar suara
disfungsi saluran tuba gemrebeg

Kongesti dan edema pada telinga berdengung


Mukosa sal.nafas atas
Gangguan rasa
nyaman
Sumbatan dan tekanan negatif D.0074
Di telinga tengah

Refluks dan aspirasi virus/bakteri


Dari nasopharink ke telinga tengah

Obstruksi tuba

Inflamasi dan efusi ke dalam


Telinga tengah

Disfungsi tuba eustachius

OMA

Akumulasi sekret meningkatnya kolonisasi kurangnya informasi


Di telinga tengah dan adhesi bakteri

Meningkatnya proliferasi pertahanan imun menurun defisit pengetahuan


Patogen pd sekret D.0111

Ruptur membran timpani resiko infeksi


D. 0142

Penurunan pendengaran infeksi berlanjut sampai merusak tulang krn adanya


Ke telinga dalam epitel skuamosa pd rongga
gangguan komunikasi verbal tengah
D. 0119
tindakan operasi dng
mastoidektomi

ansietas
D.0080
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

a. Identitas px : meliputi nama,umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, suku bangsa,

pekerjaan, alamat px.

b. Keluhan utama : telinga terasa gemrebek, berdengung, pendengaran berkurang dan

kadang – kadang nyeri

c. Riwayat penyakit sekarang : biasanya px membersihkan telingan menggunakan cotton

bud, kmd keluar cairan dari telinga, riwayat ada keluhan nyeri pada telinga

d. Riwayat penyakit dahulu : ISPA, tonsilitis, mastoiditis, riwayat alergi

e. Riwayat penyakit keluarga : apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang

berhubungan dengan THT sebab dimungkinkan OMK berhubugan dengan luasnya sel

mastoid yg dikaitkan sbg faktor genetik.

f. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : apakah ada riwayat merokok, minum alkohol,

dan sering mengkonsumsi obat-obatan, membersihkan telingandengan cotton bud.

II. PEMERIKSAAN FISIK

a. B1 ( breathing ) : pada inspeksi apakah px ada batuk, sesak nafas, penggunaan otot bantu

pernafasan, peningkatan frekuensi pernafasan. Pada auskultasi apakah ada suara nafas

tambahan.

b. B2 ( blood ) : apakah ada peningkatan nadi

c. B3 ( brain ) : nyeri di telinga, pendengaran menurun,pusing

d. B4 ( bladder ) : -
e. B5 ( bowel ) : apakah ada keluhan mual, muntah

f. B6 ( bone ) : apakah ada alergi, malaise

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan di syaraf pendengaran

2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan pendengaran

3. Isolasi sosial berhubungan dengan otore yang berbau busuk

4. Ansietas berhubungan dengan kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah

operasi

5. Resiko cidera berhubungan dengan penurunan pendengaran

6. Resiko infeksi berhubungan dengan terpaparnya bakteri pirogenik

IV. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan pendengaran

Tujuan : kemampuan komunikasi meningkat

Kriteria hasil : - kemampuan mendengar meningkat

-pemahaman komunikasi meningkat

Intervensi :

a. Periksa kemampuan pendengaran

b. Monitor akumulasi serumen berlebih

c. Berhadapan dengan px secara langsung selama berkomunikasi

d. Pertahankan kebersihan telinga

e. Ajarkan membersihkan serumen dng tepat


2. Ansietas berhubungan dengan kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah

operasi

Tujuan : tingkat ansietas menurun

Kriteria hasil : - verbalisasi khawatir akibat kondisi yg dihadapi menurun

-nadi menurun

Perilaku tegang menurun

Intervensi :

a. Monitor tanda-tanda ansietas

b. Gunakan pendekatan yg tenang dan menyakinkan

c. Motivasi mengidentifikasi situasi yg memicu kecemasan

d. Jelaskan prosedur termasuk sensasi yg mungkin dialami

e. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis

3. Isolasi sosial berhubungan dengan otore yang berbau busuk

Tujuan : interaksi sosial meningkat

Kriteria hasil : - gejala cemas menurun

-perasaan nyaman denga situasi sosial

-minat melakukan fisik meningkat

Intervensi :

a. Identifikasi kekuatan dan kelemahan dalam menjalin hubungan

b. Motivasi untuk mempertahankan komunikasi verbal

c. Motivasi berpartisipasi dlm kegiatan individu, kelompok dan sosial


d. Anjurkan berbagi masalah dengan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman, M.H., 1990. Otitis media akut. Dalam: Hel mi, Kurniawan, A.N.,
Abdoerrachman, M.H., Setiabudy, R. (Penyunt.). Pengobatan non
supuratifotitis media supuratif . Jakarta: Balai penerbit FK UI, pp.37-44.

Aboet, A., 2006. Terapi pada otitis media supuratif akut. Majalah Kedokteran
Nusantara, 39(3): 356.

Ari, N.E., 2010. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem telinga
hidung tenggorokan dan gangguan wicara . Edisi I. Jakarta: Rekatama, pp.59 -
65.

Djaafar, Z. A., Helmi, dan Restuti, R.D., 2007. Kelainan Telinga Tengah. Dalam:
Soepardi, E.A., Iskandar,N., Bashiruddin,J., Restuti,R.D., ed. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok. Edisi ke-6. Jakarta: Gaya Baru-FKUI,
pp.64-69.

Drake RL, Vogl AW, Mitchell ADW (2014). Gray’s anatomy for student
http://www.case.edu/med/otolaryngology/ben.htm. Diakses pada 23 September 2015.

Gabriel JF (2012). Fisika kedokteran. Jakarta: EGC, pp: 82-88.

Hawkins JE (2014). Human ear anatomy. http://www.britannica.com/science/ear. Diakses pada


22 September 2015.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS OTITIS MEDIA AKUT
DI RUANG TERATAI RSUD Dr. SOETOMO TANGGAL 6 – 11 APRIL 2020

Oleh :
NANIK WIDYASTUTI
131923143003
PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTASKEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tanggal MRS : 08 – 04 - 2020 Jam Masuk : 14.00

Tanggal Pengkajian : 09 – 04 - 2020 No. RM : xx

Jam Pengkajian : 10.00 Diagnosa Masuk : otitis media akut

Hari rawat ke : 2

IDENTITAS
1. Nama Pasien : Nn. A
2. Umur: 34 tahun
3. Suku/ Bangsa : jawa/indonesia
4. Agama : islam
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : ibu rumah tangga
7. Alamat : surabaya
8. Sumber Biaya : mandiri

KELUHAN UTAMA
Keluhan utama: Keluar cairan dari telinga kiri sejak 5 hari yang lalu
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Riwayat Penyakit Sekarang:

Keluar cairan tiba – tiba dari liang telinga kiri tanpa ada rasa nyeri. Cairan tidak kental, bening kekuningan dan
tidak berbau. Telinga kiri terasa gremebek, berdengung, kadang – kadang buntu dan pendengaran berkurang.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Pernah dirawat : ya tidak kapan :…… diagnosa :…………
2. Riwayat penyakit kronik dan menular ya tidak jenis……………………
Riwayat kontrol : tidak

Riwayat penggunaan obat : tidak

3. Riwayat alergi:
Obat ya tidak jenis ; tidak ada

Makanan ya tidak jenis ; tidak ada

Lain-lain ya tidak jenis ; tidak ada

4. Riwayat operasi: ya tidak


- Kapan : ……………………
- Jenis operasi : ……………………

5. Lain-lain:
Px sering membersihkan telinga dengan menggunakan cotton bud

Sebelumnya tidak pernah sakit yang berhubungan dengan THT

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Ya tidak

- Jenis : …………………........................................................................
- Genogram

Masalah Keperawatan :
PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan: Tidak ada masalah keperawatan
Alkohol ya tidak keterangan…………………….........................................................

Merokok ya tidak

keterangan…………………….........................................................

Obat ya tidak

keterangan…..............................................................………………

Olahraga ya tidak

keterangan…..........................................................…………………
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda tanda vital
S : 36,5°C N : 110 x/mnt T : 120/80 mmHg RR : 20 x/mnt

Kesadaran Compos Mentis Apatis Somnolen Sopor Koma

2. Sistem Pernafasan
a. RR: 20 x/mnt
b. Keluhan: sesak nyeri waktu nafas orthopnea
Batuk produktif tidak produktif

Sekret: tidak ada Konsistensi :......................

Warna:.......... Bau :..................................

c. Penggunaan otot bantu nafas:


Tidak terlihat penggunaan otot bantu pernafasan
d. PCH: ya tidak
e. Irama nafas teratur tidak teratur
f. Friction rub: tidak ada
g. Pola nafas Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes Biot
h. Suara nafas Vesikuler Bronko vesikuler
Tracheal Bronkhial Masalah Keperawatan :
Ronki Wheezing
Tidak ada masalah
Crackles keperawatan

i. Alat bantu napas ya tidak

Jenis................................................ Flow..............lpm

j. Penggunaan Water Seal Drainage (WSD):


- Jenis : ......................................................................................................................
- Jumlah cairan : ......................................................................................................................
- Undulasi : ......................................................................................................................
- Tekanan : ......................................................................................................................
k. Tracheostomy: ya tidak
............................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................
l. Lain-lain:
Tidak ada

3. Sistem Kardio vaskuler


a. TD: 120/80 mmHg Masalah Keperawatan :
b. N: 110 x/mnt
c. RR : 20 x/mnt Tidak ada masalah
d. Keluhan nyeri dada: ya tidak keperawatan
P :...................................................................
Q :...................................................................
R :...................................................................
S :...................................................................
T :...................................................................
e. Irama jantung: reguler ireguler
f. Suara jantung: normal (S1/S2 tunggal) murmur
gallop lain-lain.....
g. Ictus Cordis: normal
h. CRT : < 2 detik
i. Akral: hangat kering merah basah pucat
panas dingin
j. Sikulasi perifer: normal menurun
k. JVP (Jugularis Venous Pressure): tidak ada
l. CVP (Central Venous Pressure): tidak ada
m. CTR (Cardio Thoracic Rasio) : tidak ada
n. ECG & Interpretasinya:
Sinus rhytem
Lain-lain :
Tidak ada

4. Sistem Persyarafan
a. S : 36,5 °C
b. GCS :4-5-6

c. Refleks fisiologis patella triceps biceps


d. Refleks patologis babinsky brudzinsky kernig Masalah Keperawatan :
e. Keluhan pusing ya tidak
gangguan komunikasi
P :...................................................................
verbal berhubungan
Q :................................................................... dengan penurunan
pendengaran
R :...................................................................

S :...................................................................

T :...................................................................

f. Pemeriksaan saraf kranial:


N1 : normal tidak Ket.: ……..............................................................
N2 : normal tidak Ket.: ……..............................................................
N3 : normal tidak Ket.: ……..............................................................
N4 : normal tidak Ket.: ……..............................................................
N5 : normal tidak Ket.: ……..............................................................
N6 : normal tidak Ket.: ……..............................................................
N7 : normal tidak Ket.: ……..............................................................
N8 : normal tidak Ket.: px mengalami penurunan pendengaran
N9 : normal tidak Ket.: ……..............................................................
N10 : normal tidak Ket.: ……..............................................................
N11 : normal tidak Ket.: ……..............................................................
N12 : normal tidak Ket.: ……..............................................................

g. Pupil anisokor isokor Diameter: ……/......


h. Sclera anikterus ikterus
i. Konjunctiva ananemis anemis
j. Isitrahat/Tidur :......8........... Jam/Hari Gangguan tidur : tidak ada
k. IVD (Internal Ventricular Drainage ) : tidak ada
l. EVD (Eksternal Ventricular Drainage) : tidak ada
m. ICP (Intracranial Pressure) : tidak ada
n. Lain-lain:
Tidak ada

5. Sistem perkemihan
Masalah Keperawatan
a. Kebersihan genetalia: Bersih Kotor
b. Sekret: Ada Tidak Tidak ada masalah
c. Ulkus: Ada Tidak keperawatan
d. Kebersihan meatus uretra: Bersih Kotor
e. Keluhan kencing: Ada Tidak
Bila ada, jelaskan:
Tidak ada keluhan kencing
f. Kemampuan berkemih:
Spontan Alat bantu, sebutkan: .......................................................................
Jenis :............................................
Ukuran :............................................
Hari ke :............................................
g. Produksi urine : 100 - 150 ml/jam
Warna kuning jernih
Bau : khas urine
Kandung kemih : Membesar ya tidak
h. Nyeri tekan ya tidak
i. Intake cairan oral : 800 - 1000 cc/hari parenteral : ……… cc/hari
j. Balance cairan:
Tidak terkaji
o. Lain-lain:
Tidak ada
6. Sistem pencernaan
a. TB : 155 cm BB : 45 kg Masalah Keperawatan :
b. IMT :............... Interpretasi :................................
c. LOLA :............... Tidak ada masalah
keperawatan
d. Mulut: bersih kotor berbau
e. Membran mukosa: lembab kering stomatitis
f. Tenggorokan:
sakit menelan kesulitan menelan
pembesaran tonsil nyeri tekan
g. Abdomen: tegang kembung ascites
h. Nyeri tekan: ya tidak
i. Luka operasi: ada tidak
Tanggal operasi :................
Jenis operasi :................
Lokasi :................
Keadaan :................
Drain : ada tidak
- Jumlah :...................
- Warna :...................
- Kondisi area sekitar insersi :...................
j. Peristaltik : 12 x/menit
k. BAB: 1 x/hari Terakhir tanggal : ..............
l. Konsistensi: keras lunak cair lendir/darah
m. Diet: padat lunak cair
n. Diet Khusus:
Tidak ada
o. Nafsu makan: baik menurun Frekuensi:.......x/hari
p. Porsi makan: habis tidak Keterangan:.......................
q. Lain-lain:
Tidak ada

7. Sistem penglihatan

r. Pengkajian segmen anterior dan posterior:


Masalah Keperawatan :
OD OS
Tidak ada masalah
Normal Visus Normal
keperawatan
Normal Palpebra Normal

Normal Conjunctiva Normal

Normal Kornea Normal

Normal BMD Normal

Normal Pupil Normal

Normal Iris Normal

Normal Lensa Normal

Normal TIO Normal

s. Keluhan nyeri: ya tidak


P :...................................................................
Q :...................................................................
R :...................................................................
S :...................................................................
t. Luka operasi: ada tidak
Tanggal operasi :................
Jenis operasi :................
Lokasi :................
Keadaan :................
u. Pemeriksaan penunjang lain: tidak ada
v. Lain-lain:
Tidak ada

7. Sistem pendengaran
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior:

OD OS
Normal Aurcicula Normal Masalah Keperawatan :
resiko infeksi berhubungan
normal MAE Ada cairan bening dengan masuknya
kekuningan, tdk bau organisme patogenik
warna mengkilap, ada Membran Warna hiperemis, reflex
reflex cahay arah jam 5, tdk Tymhani cahaya negatif, ada perforasi
ada perforasi, tdk ada di sentral, bulging tdk ada
bulging
normal Rinne Negatif
normal Weber Tuli konduktif
normal Swabach memanjang

b. Tes Audiometri:
Gangguan pendengaran sedang dengan hasil 41 – 65 db HL

c. Keluhan nyeri: ya tidak


P :...................................................................
Q :...................................................................
R :...................................................................
S :...................................................................
d. Luka operasi: ada tidak
Tanggal operasi :................
Jenis operasi :................
Lokasi :................
Keadaan :................

e. Alat bantu Dengar tidak ada


f. Lain-lain:
Tidak ada

8. Sistem muskuloskeletal
a. Pergerakan sendi: bebas terbatas
b. Kekuatan otot: 5 5
5 5

c. Kelainan ekstremitas: ya tidak


Masalah Keperawatan :
d. Kelainan tulang belakang: ya tidak
Frankel: ................................................................................ Tidak ada masalah
e. Fraktur: ya tidak
keperawatan
- Jenis :...................
f. Traksi: ya tidak
- Jenis :...................
- Beban :...................
- Lama pemasangan :...................
g. Penggunaan spalk/gips: ya tidak
h. Keluhan nyeri: ya tidak
P :...................................................................
Q :...................................................................
R :...................................................................
S :...................................................................
T :...................................................................
i. Sirkulasi perifer: normal
j. Kompartemen syndrome ya tidak
k. Kulit: ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi
l. Turgor baik kurang jelek
m. Luka operasi: ada tidak
Tanggal operasi :................
Jenis operasi :................
Lokasi :................
Keadaan :................
Drain : ada tidak
- Jumlah :...................
- Warna :...................
- Kondisi area sekitar insersi :...................
n. ROM : normal, bergerak bebas (Range of Motion)
o. POD : tidak ada (Prevention of Disability)
p. Cardinal Sign : normal T ; 120/80 mmHg
q. Lain-lain:
Tidak ada

9. Sistem integumen
a. Penilaian risiko decubitus:
ASPEK YANG KRITERIA PENILAIAN
NILAI
DINILAI 1 2 3 4
PERSEPSI TERBATAS KETERBATASAN TIDAK ADA
SANGAT TERBATAS 3
SENSORI SEPENUHNYA RINGAN GANGGUAN
TERUS MENERUS
KELEMBABAN SANGAT LEMBAB KADANG2 BASAH JARANG BASAH 3
BASAH
LEBIH SERING
AKTIVITAS BEDFAST CHAIRFAST KADANG2 JALAN 4
JALAN
IMMOBILE KETERBATASAN TIDAK ADA
MOBILISASI SANGAT TERBATAS 4
SEPENUHNYA RINGAN KETERBATASAN
KEMUNGKINAN
NUTRISI SANGAT BURUK ADEKUAT SANGAT BAIK 3
TIDAK ADEKUAT
TIDAK
GESEKAN & POTENSIAL
BERMASALAH MENIMBULKAN 3
PERGESERAN BERMASALAH
MASALAH
NOTE: Pasien dengan nilai total < 16 maka dapat dikatakan bahwa pasien berisiko
mengalami dekubitus (pressure ulcers). TOTAL NILAI 21
(15 or 16 = low risk; 13 or 14 = moderate risk; 12 or less = high risk)

b. Warna:..............................................
c. Pitting edema: +/- grade:................
d. Ekskoriasis: ya tidak
Masalah Keperawatan :
e. Psoriasis: ya tidak
f. Pruritus: ya tidak Tidak ada masalah
g. Urtikaria: ya tidak
keperawatan
h. Lain-lain:
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
.............................................................................................................

10. Sistem Endokrin


a. Pembesaran tyroid: ya tidak Masalah Keperawatan :
b. Pembesaran kelenjar getah bening: ya tidak
Tidak ada masalah
c. Hipoglikemia: ya tidak
d. Hiperglikemia: ya tidak keperawatan
e. Kondisi kaki DM:
- Luka gangren : ya tidak
Jenis..................................................................
- Lama luka :...................
- Warna :...................
- Luas luka :...................
- Kedalaman :...................
- Kulit kaki :...................
- Kuku kaki :...................
- Telapak kaki :...................
- Jari kaki :...................
- Infeksi : ya tidak
- Riwayat luka sebelumnya : ya tidak
Jika ya:
- Tahun :...................................
- Jenis Luka :...................................
- Lokasi :...................................
- Riwayat amputasi sebelumnya : ya tidak
Jika ya:
Jika ya:
- Tahun :...................................
- Lokasi :...................................
f. ABI:................................... (Ankle Brachial Index)
g. Lain-lain:
Tidak ada

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya: Masalah keperawatan :
takut jika tidak bisa mendengar selamanya ansietas berhubungan
dengan kurang terpapar
informasi
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
Murung/diam gelisah tegang marah/menangis

c. Reaksi saat interaksi kooperatif tidak kooperatif curiga


d. Gangguan konsep diri:
Tidak ada

e. Lain-lain:
Tidak ada

PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN

a. Kebersihan diri:
Px mampu menjaga kebersihan diri secara mandiri
Masalah Keperawatan :

Tidak ada masalah


b. Kkemampuan klien dalam pemenuhan kebutuhan:
- Mandi: di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri keperawatan
- Ganti pakaian:
di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Keramas: di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Sikat gigi: di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Memotong kuku:
di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Berhias: di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Makan: di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri

PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah Masalah Keperawatan :
- Sebelum sakit sering kadang- kadang tidak pernah
- Selama sakit sering kadang- kadang tidak pernah Tidak ada masalah
keperawatan

b. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah:


Px mampu beribadah secara mandiri

PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium,Radiologi, EKG, USG , dll)

Hasil lab : Hb 12,5 WBC 14,25 LED 23,45


PLT 180 CRP 7,0
TERAPI : kotrimoksazole oral 2 x 1000 mg selama 7 hari
Paracetamol 3 x 500 jika perlu
Obat tetes telinga (otopain) 2x/hari
DATA TAMBAHAN LAIN

Surabaya, 11 april 2020

(Nanik Widyastuti)

ANALISIS DATA
TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH

09-04-2020. DS: px mengatakan mengalami Robeknya membran Gangguan


perlambatan dalam timpani komunikasi verbal
berkomunikasi dengan orang
lain karena penurunan Penurunan
pendengaran pendengaran

DO :
- Px lambat dalam Gangguan
merespon pembicaraan komunikasi verbal
- Px menunjukkan respon
yang tidak sesuai
- Adanya penurunan
pendengaran
- Hasil tes pendengaran :
rinne : negatif
Weber : tuli konduktif
Swabach : memanjang
Hasil audiometri : 41
-65 dbHL
09-04-2020 DS: px mengatakan cemas jika Rusaknya tulang Ansietas
nantinya tidak bisa mendengar pendengaran
lagi.
Tindakan operasi
DO: mastoidektomi
- Px tampak gelisah
- Px sering bertanya Kurangnya informsi
tentang sakitnya ttg prosedur operasi

- Frekuensi nadi
meningkat ansietas

09-04-2020 DS: - Masuknya Resiko infeksi


DO: bakteri/virus patogen
- Adanya cairan yg keluar
dari telinga secara tiba- Kolonisasi
tiba bakteri/virus
- Cairan berwarna bening
kekuningan, tidak Imun tubuh menurun
berbau
- Pendengaran berkurang Resikoinfeksi
Hb 12,5 WBC 14,25
LED 23,45 PLT 180
CRP 7,0
09-04-2020 DS:px mengatakan tidak Telinga gemrebek Ganggua rasa
nyaman karena telinganya nyaman
sebelah kiri terasa berdengung,
gemrebek, kadang – kadang berdengung dan
juga buntu. terasa buntu
DO:
- Px sering memegangi gangg. rasa nyaman
telinganya
- Postur kepala sering
berubah jika merasa
tidak nyaman

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan pendengaran.

2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakitnya.

3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi

4. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya organisme patogen.

RENCANA INTERVENSI
Hari/Tangga Diagnosis Keperawatan Intervensi
l Wakt (Tujuan, Kriteria
u Hasil)
Kamis / 09- 10.00 Gangguan komunikasi Promosi komunikasi : defisit pendengaran (I. 13493)
04-2020 1. periksa kemampuan pendengaran
verbal berhubungan
R : sbg dasar utk tindakan selanjutnya
dengan penurunan
2. berhadapan dengan pasien secara langsung selama
pendengaran. Berkomunikasi
R : agar px mampu memahami komunikasi dng jelas
Tujuan : komunikasi
3. Hindari berkomunikasi lebih dari 1 meter dari px
verbal meningkat
R : px akan kesulitan dalam memahami komunikasi
( L.13118 ) 4. pertahankan kebersihan telinga
R : untuk mencegah terjadinya infeksi
Kriteria hasil :
5. guakan bahasa sederhana saat berkomunikasi
- Kemampuan
R : agar px lebih mudah mencerna dan mengerti isi komunikas
mendengar 6. pertahankan kontak mata selama berkomunikasi
R : untuk mengkaji tingkat konsentrasi px
meningkat (5) :
7. ajarkan cara membersihkan serumen dengan tepat
mampu
R : untuk menjaga status kesehatan dan mencegah infeksi
mendengar suara

dlm jarak

minimal 3 meter

- Kesesuaian

ekspresi

wajah/tubuh

meningkat (5) :

px mampu

merespon secara

cepat suara yg

datang

- Pemahaman

komunikasi
- membaik (5) : px

mampu

menjawab

komunikasi

dengan cepat dan

tepat

- Kontak mata

meningkat (5) :

px bisa lebih

fokus dlm

komunikasi

Terapi relaksasi (I. 09326)


Kamis / 09- 10.30 1 .identifikasi penurunan pendengaran
Gangguan rasa nyaman
04-2020 R : sbg dasar untuk tindakan/terapi berikutnya
berhubungan dengan
2. observasi nadi px
gejala penyakitnya. R : untuk menilai status ansietas px
3. ciptakan lingkungan yang nyaman
Tujuan : status
R : untuk membantu px relaksasi dan mengurangi kekakuan o
kenyamanan meningkat
4. gunakan relaksasi sbg strategi penunjang dengan anlgetik atau
(L. 08064) tindakan medis lain jika perlu
R : untuk mengurangi keluhan px
Kriteria hasil :

- Keluhan tidak

nyaman menurun

(5) : suara

gemerbek
dan berdengung

hilang

- Gelisah menurun

(5) : postur

kepala tidak

sering berubah

- Rileks meningkat

(5) ; px tenang

Kamis / 09- Reduksi ansietas (I.09314)


04-2020 1. monitor tanda – tanda ansietas
Ansietas berhubungan
R : untuk dasar terapi selanjutnya
11.00 dengan kurang 2. temani px untuk mengurangi kecemasan
R : agar px bs menceritakan apa,yg dirasakan
terpaparnya informasi
3. diskusikan perencanaan realistis ttg peristiwa g akan datang
Tujuan : tingkat ansietas
R : agar px mendapatkan informasi yg jelas dan akurat
menurun (L. 090093) 4. jelaskan prosedur, termasuk sensasi yg mungkin dialami
R : untuk mengurangi tingkat kecemasan px
Kriteria hasil :
5. informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan,
- Verbalisasi
dan prognosis
khawatir akibat R : agar px mendapatkan informasi yg jelas dan akurat
6. latih tehnik relaksasi
kondisi yg
R : untuk membantu mendapatkan rasa nyaman dan menguran
dihadapi
Kecemasan px
menurun (5) : px

mengatakan sdh

bisa mendengar

- Perilaku gelisah
menurun (5) : px

sdh tidak sering

bertanya2 lagi

- Frekuensi nadi

menurun (5) :

nadi normal 80

x/mnt

- Konsentrasi

membaik (5) ; px

bisa fokus lagi

jika diajak

ngomong

Kamis / 09- 11.15 Pencegahan infeksi (I.M14539)


04- 2020 1. monitor tanda dan gejala infeksi
Resiko infeksi
R : untuk mencegah terjadinya infeksi
Berhubungan dengan 2. cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
R : untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial
masuknya organisme
3. pertahankan tehnik aseptik pd px yg berisiko tinggi
patogen.
R : untuk mencegah terjadinya infeksi
Tujuan : kontrol resiko 4. jelaskan tanda dan gejala infeksi
R : agar px bisa mengenali tanda tanda infeksi
meningkat ( L.14128)
5. ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
R : untuk mencegah infeksi dan melindungi diri dari kuman
6. kolaborasi pemberian antibiotik jika perlu
Kriteris hasil :

- Kemampuan

mengidentifikasi

faktor resiko

meningkat (5) ;

px bisa

menyebutkan

tanda tanda

infeksi dng benar

- Penggunanan

fasilitas

kesehatan

meningkat (5) ;

px pergi ke

puskesmas/ruma

h sakit jika da

keluhan

kesehatan

- Kemampuan

menghindari

faktor resiko

meningkat (5) ;

px bisa mencuci

tangan dng benar

dan tepat
SOP/PROSEDUR PEMERIKSAAN MEMBRAN TIMPANI

Pemeriksaan telinga adalah suatu prosedur pemeriksaan untuk mengetahui keadaan normal atau

tidak normalnya telinga di bagian luar dan telinga bagian tengah.

Sebelum melakukan tindakan pastikan bahwa :

- Px dan keluarga pastikan sdh memperolehh penjelasan ttg tujuan dari tindakann yg akan

dilakukan

- Px berada dlm kondisi nyaman dan privasi px ttp terlindungi

- Pemeriksa selalu melakukan tindakan universal precaution


Prosedur Tindakan Temuan

Pengkajian 1. memulai pengkajian dng


menanyakan bebrapa hal,
yaitu
- Bagaimana kondisi
pndengaran px
- Apakah ada gangguan
pendengaran yg
dirasakan saat ini
2. apabila px mengalami
gangguan, tanyakan :
- Apakah gangguan yang - Individu yang dengan
dialami hanya pada 1 gangguan sensorineural akan
sisi pendengaran atau kesulitan memahami
keduanya pembicaraan orang ( orang
- Apakah gangguan terjadi lain dianggap berguman ).
secara tiba-tiba atau Kondisi lingkungan yang
bertahap? berisik akan memperparah
- Gejala apakah yang gangguan tersebut.
dirasakan? - Pada individu dengan
~ bedakan jenis gangguan konduksi maka
gangguan apakah kondisi lingkungan yang
gangguan berisik akan membantu
konduksiatau proses pendengaran.
sensori neural . - Merupakan suara yang
- Apakah ada kesulitan kontinyu terdengar tanpa
memahami percakapan adanya stimulus dari luar.
orang lain yang dialami? Gangguan ini dapat
- Apakah ada perbedaan dihubungkan dengan adanya
kondisi yang dialami gangguan fungsi
dengan adanya pendengaran dan belum
perubahan lingkungan? dapat dijelaskan secara
- Kaji tanda dan gejala detail penyebabnya.
yang berhubungan - Merupakan persepsi pasien
dengan pendengaran ; dimana dirinya dan
~ nyeri pada telinga lingkungan sekitarnya
~ tinnitus seperti berputar. Gangguan
- Vertigo ini dapat disebabkan karena
- Discharge dari telinga adanya gangguan pada
- Kaji penyaki lain yang telinga dalam, lesi N. VII
dapat menimbulkan atau adanya gangguan pada
nyeri pada teinga jaur persarafan dari telinga
- Kaji penggunaan obat ke SSP.
yang dapat - Dapat berbentuk cairan
menimbulkan risiko kental yang merupakan
gangguan pendengaran debris dari proses inflamasi
- Kaji riwayat oprasi dan yang terjadi di kanal
alergi auditorius (pada telinga luar)
atau sebagai akibat adanya
perforasi pada membran
tymphani
- Gangguan pada mulut,
tenggorokan, hidung atau
saluran nafas bagian atas
berisiko menimbulkan
gangguan fungsi
pendengaran
- Aspirin, NSAIDs,
furosemide, dll berisiko
mengganggu fungsi
pendengaran.

Pemeriksaan Fisik - Pemeriksaan daun - Deformitas dapat ditemukan


telinga dan bagian- apabila terdapat trauma.
Telinga Luar bagiannya ; Benjolan yang dijumpai
~lakukan inspeksi pada pada saat inspeksi dapat
setiap daun telinga berupa kelloid, kista,basal
(kanan dan kiri) dan cell carcinoma, tophi.
bagian-bagiannya,
apakah terdapat
deformitas benjolan atau
lesi kulit - Battle`s sign merupakan
- Lihat kesimetrisan kedua suatu kondisi dimana
daun telinga terdapat echymocis pada
- Lihat apakah ada battle`s tulang mastoid dan
sign pada bagian merupkan indikiator adanya
belakang telinga fraktur pada basis cranii
- Apabila terdapat nyeri - Saat dilakukan tug test akan
pada telinga, adanya dijumpai rasa nyeri pada
discharge atau proses kondisi inflamasi pd kanal
inflamasi maka lakukan auditorius namum tdk pd
pemeriksaan dengan kondisi otitis media
cara menggerekkan daun
telinga secara lembut
keatas dan kebawah (=
tug test)
- Pemeriksaan kanal
auditorius dan membran
tymphani ; - Pd kondisi acute otitis
~ lakukan pemeriksaan externa dpt dijumpai tanda
dengan menggunakan inflamasi pd kanal auditorius
ostocope berupa adanya
~ periksa ada tidaknya pembengkakan,
serumen (catat warna penyempitan, lembab dan
dan konsistensinya), tampak pucat atau bahkan
benda asing, discharge, kemerahan. Pada chronic
kemerahan dan atau otitis externa permukaan
edema kulit pada kanal auditorius
tampak menebal,merah dan
terasa gatal

- Inspeksi membran - Membran timpani pada


timpani, perhatikan dan keadaan normal berwarna
catat warna dan merah muda keabu-abuan.
konturnya ( adanya Pada otitis media akut
perforasi atau sklerosis ) purulenta dpt dijumpai
warna merah membesar pd
membran timpani yg disertai
adanya pengeluaran cairan.
Pada kondisi sklerosis akann
dijumpai area pd membran
timpani yg berwarna
keputihan dengan batas yg
tidak rata.

Video pemeriksaan telinga :

https://www.youtube.com/watch?v=UovKvA-mO3U

Anda mungkin juga menyukai