Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
a. Definisi
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi peradangan akut parenkim paru
yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA). Dengan
batuk dan disertai sesak nafas disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma (fungi) dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang
disertai eksudasi dan konsolidasi (Nurarif & Kusuma, 2016).
Pneumonia adalah inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena
eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus (Terry & Sharon, 2013).
Pneumonia adalah penyakit saluran nafas bawah akut yang menyebabkan
perubahan gambaran radiologis yang ditandai dengan demam, takikardi, sputum yang
purulent, gejala dan tanda pada dada, serta kelainan rontgen dada (Longmore, 2014).
Pneumonia merupakan suatu peradangan pada paru yang tidak saja mengenai
jaringan paru tetapi dapat juga mengenai bronkholi (Nugroho, 2011).

b. Etiologi
Penyebab infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptococcus
pneumonia, melalui slang infus oleh staphylococcus aureus sedangkan pada
pemakaian ventilator oleh P. aeruginosa dan enterobacter. Dan pada masa kini
terjadi perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis,
populasi lingkungan, penggunaan antibiotic yang tidak tepat. Setelah masuk ke paru-
paru organisme bermultiplikasi dan jika telah berhasil mengalahkan mekanisme
pertahanan paru, terjadi pneumonia. Menurut Nurarif & Kusuma, 2016 selain diatas
penyebab terjadi pneumonia sesuai penggolongannya yaitu :
1. Bacteria : Diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptokoccus hemolyticus,
streptokoccus aureus, hemophilus influinzae, mycobacterium tuberkulosis,
bacillus friedlander.
2. Virus : Respiratory syncytial virus, adeno virus, virus sitomegalitik, virus
influenza.
3. Mycoplasma pneumonia.
4. Jamur : Histoplasma capsulatum, crytococcus neuroformans, blastomyces
dermatitides, coccidodiesnimmitis, aspergilus species, candida albicans.
5. Aspirasi : Makanan , kerosesene ( bensin, minyak tanah ), cairan amnion, benda
asing.
6. Pneumonia hipostatik.
7. Sindrom loeffler.

c. Anatomi fisiologi
Pernafasan atau (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang mengandung
O2 dari atmosfer kedalam tubuh dan membuang CO2 sebagai sisa dari oksidasi
keluar tubuh atau atmosfer yang terjadi ketika proses inspirasi dan ekspirasi. Kegiatan
ini dikendalikan oleh susunan saluran pernapasan dimulai dari hidung, faring, laring,
trakhea, bronkhus, bronkheolus dan berakhir pada alveolus. (Andarmoyo, 2012).
Anatomi system pernafasan tersusun sedemikian rupa untuk memudahkan
pengambilan oksigen melalui proses inspirasi dan ekspirasi. Struktur system
pernafasan dimulai dimulai dari hidung dan akan berakhir pada alveolus.
Gambar 2.1 Anatomi Pernafasan (Misnadiarly dalam Mandan, 2019)
a. Hidung = Naso = Nasal
Hidung adalah saluran udara yang pertama, yang mempunyai dua lubang
disebut kavum nasi dan dipisahkan oleh sekat hidung yang disebut dengan suptum
nasi. Didalam hidung terdapat bulu-bulu hidung yang memiliki fungsi untuk
menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk kedalam lubang hidung.
Fungsi hidung
1. Sebagai saluran pernafasan
2. Sebagai penyaring udara yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung
3. Menghangatkan udara pernafasan melalui mukosa
4. Membunuh kuman yang masuk melalui leukosit yang ada dalam selaput lendir
mukosa hidung. (Andarmoyo, 2012)
b. Tekak = Faring
Tekak adalah tempat tempat persimpangan antara jalan pernapasan dengan
jalan makanan. Terdapat dibawah dasar tulang tengkorak, dibelakang rongga
hidung dan mulut sebelah dalam ruas tulang leher
Hubungan faring dengan organ-organ lain Ke atas berhubungan dengan rongga
hidung, kedepan berhubungan dengan ronga mulut,kebawah depan berhubungan
dengan laring dan ke bawah belakang berhubungan dengan esophagus.
Rongga tekak dibagi dalam tiga bagian :
1. Bagian sebelah atas sama tingginya dengan koana disebut Nasofaring
2. Bagian tengah yang sama tingginya dengan itsmus fausium disebut dengan
Orofaring
3. Bagian bawah sekali dinamakan Laringofaring mengelilingi mulut, esophagus
dan laring, yang merupakan gerbang untuk system respiratorik selanjutnya.
(Andarmoyo, 2012)
c. Pangkal tenggorokan (laring)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara.
Laring (kotak suara) menghubungkan faring dengan trakea. Pada pangkal
tenggorokan ini ada epiglottis yaitu kutup kartilago elastis yang melekta pada
tepian anterior kartilago tiroid, saat menelan, epiglottis secara otomatis menutup
mulut laring untuk mencegah masuknya makanan dan cairan. (Andarmoyo, 2012)
d. Batang tenggorokan (trakea)
Trakea atau pipa udara adalah tuba dengan panjang 10 cm sampai 12 cm
dan diameter 2,5 cm serta terletak diatas permukaan anterior esophagus yang
memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan. Trakea dilapisi epitelium
respiratorik (kolumnar bertingkat dan bersilia) yang mengandung banyak sel
goblet. Sel-sel bersilia ini berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing yang
masuk bersama-sama dengan udara saat bernafas. (Andarmoyo,2012)
e. Cabang tenggorokan (bronkus)
Merupakan kelanjutan dari trakea, yang terdiri dari dua bagian yaitu
bronkus kanan dan kiri. Bronkus kanan berukuran lebih pendek, lebih tebal dan
lebih lurus dibandingkan bronkus primer sehingga memungkinkan objek asing
yang masuk kedalam trakea akan ditempatkan dalam bronkus kanan. Sedangkan
bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping, bronkus bercabang lagi menjadi
bagian yang lebih kecil lagi yang disebut bronkhiolus (bronkhioli). (Andarmayo,
2012)
f. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli). Gelembung-gelembung
alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel, dan pada lapisan inilah terjadi
pertukaran udara dimana O2 masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari
dalam darah. (Andarmayo, 2012)
Pembagian paru-paru
1. Paru kanan : terdapat atas 3 lobus, lobus pulmo dekstra superior, lobus media
dan lobus inferior. Masing-masing lobus ini masih terbagi lagi menjadi
belahan-belahan kecil yang disebut dengan segment. Paru-paru kanan
memiliki 10 segment, 5 buah pada lobus superior, 2 buah pada lobus medialis,
dan 3 buah pada lobus inferior.
2. Paru kiri : terdiri atas 2 lobus, lobus pulmo sinistra superior, dan lobus
inferior. Paru-paru kiri memiliki 10 segment, 5 buah lobus pada lobus inferior.

d. Patofisiologi & Pathway


Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena
eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus. Saat saluran nafas bagian terinfeksi,
respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan jalan obstruksi nafas (Terry &
Sharon, 2013).
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti
menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan
normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi dihidung, atau
terperangkap dan dibersihkan oleh mucus dan epitel bersilia disaluran nafas. Bila
suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan
makrofag alveolar, dan juga dengan mekanisme imun sistemik dan humoral.
Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme
pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui
aspirasi maupun rute hematologi. Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus maka
terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar.
Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. System limpatik
mampu mencapai bakteri sampai darah atau pleura visceral. Jaringan paru menjadi
terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun, dan aliran darah
menjadi terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right to left
shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia. Kerja
jantung menjadi meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia
(Nugroho dalam Aprilia, 2019).
Virus, bakteri, jamur
(penyebab)

Saluran nafas dalam

Ganguan pembersihan
di paru paru

Radang bronkial

Radang inflamasi pada


Hipertermi
bronkus

Akumulasi mukus Peningkatan Kontraksi berlebih


produksi mucus

Timbul reaksi balik Hiperventilasi paru


Edema/pembengkakan
pada mukosa/sekret
Pengeluaran energy Atelectasis
berlebih
Ketidakefektifan
Hipoksemia
bersihan jalan nafas
Kelelahan Intoleransi
aktivitas
Peningkatan kompensasi
Anoreksia frekuensi nafas

Ketidakseimbangan
Ketidakefektifan
nutrisi kurang dari
pola nafas
kebutuhan tubuh

Gambar 2.2 Pathway Pneumonia (Mandan, 2019)


e. Penatalaksanaan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat bias diberikan antibiotic
per oral dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan
sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus dirawat
dan antibiotic diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan,
cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan
memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2
minggu. Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic
diberikan sesuai dari hasil kultur (Nurarif & Kusuma, 2016).

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Menurut Muttaqin dalam Barkah (2019) pengkajian yang harus dilakukan pada
klien dengan pneumonia yaitu :
1) Identitas
Pengkajian pada identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register dan diagnose medis.
2) Keluhan utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi sesak nafas. Sesak
nafas merupakan gejala nyata adanya gangguan trakeobronkhial, parenkim
paru, rongga pleura.
3) Riwayat penyakit sekarang
Kronologi peristiwa pada saat terjadi keluhan seperti sesak, batuk, disertai
demam dan sakit tenggorokan.
4) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di derita pada masa-masa dahulu seperti adanya
riwayat diabetes, alergi, ISPA, TB paru, penggunaan obat-obatan, imunisasi.
Menurut Wahid, Abd, 2013 influenza sering terjadi dalam rentang waktu 3-14
hari sebelum diketahui adanya penyakit pneumonia.
5) Riwayat penyakit keluarga
Kemungkinan ada anggota keluarga yang menderita batuk, TBC, kanker
paru, pneumonia.
6) Prilaku yang mempengaruhi kesehatan
Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan biasanya merokok dan tidak
menggunakan masker penutup wajah saat berkendara.
7) Pemeriksaan fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung
diagnosis pneumonia dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga
berguna untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai pneumonia.
Berikut pola pemeriksaan fisik sesuai Review of System :
a. B1 (Breathing)
Bentuk dada dan pergerakan pernafasan. Gerakan nafas simetris.
Pada klien dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi
nafas cepat dan dangkal, serta adanya retraksi sternumdan intercostal
space (ICS). Nafas cuping hidung pada sesak berat. Pada klien biasanya
didapatkan batuk produktif disertai dengan adanya batuk dengan produksi
sputum yang purulen. Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi
pernafasan, getaran suara (vocal fremitus) biasanya teraba normal. Nyeri
dada yang meningkat karena batuk. Pneumonia yang disertai komplikasi
biasanyadidapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.
Bunyi redup perkusi pada klien dengan pneumonia didapatkan apabila
bronchopneumonia menjadi suatu sarang (konfluens). Pada klien dengan
pneumonia juga didapatkan bunyi nafas melemah dan bunyi nafas
tambahan ronchi basah pada sisi yang sakit.
b. B2 (Blood)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Biasanya klien
tampak melindungi area yang sakit, denyut nadi perifer melemah, batas
jantung tidak mengalami pergeseran, tekanan darah biasanya normal, dan
bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan.
c. B3 (Brain)
Pada klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan
kesadaran, didapatkan sianosis perifer bila ganggua perfusi jaringan berat.
Pada pengkajia objektif, wajah klien tampak menangis, merintih,
meregang dan menggeliat.
d. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urin perlu dilakukan karena berkaitan
dengan intake cairan. Pada penderita pneumonia, perlu memonitor adanya
oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.
e. B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual, muntah, anoreksia, dan
penurunan berat badan.
f. B6 (Bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan
ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain terhadap aktivitas sehari
hari.
g. B7 (Penginderaan)
Pada klien penderita pneumonia tidak ditemukan adanya gangguan
penginderaan.
h. B8 (Endokrin)
Pada klien penderita pneumonia tidak ditemukan adanya
pembesaran kelenjar endokrin.

C. MASALAH KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Hipertermi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Intoleransi aktivitas

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d mucus dalam jumlah berlebihan
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi
3. Hipertermi b.d penurunan respirasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
menelan makanan
5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
No Diagnosa Keperawatan Perencanaan Rasional
Tujuan / kriteria hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan NOC : Respiratory status (Airway NIC: manajemen jalan 1. Untuk
nafas b.d mucus dalam jumlah Patency) napas mempertahankan
berlebihan Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepatenan jalan
1. Buka jalan nafas
1x24 jam masalah status pernafasan dapat nafas
dengan tehnik chin lift
teratasi dengan kriteria hasil sebagai 2. Agar nafas adekuat
atau jaw thrust.
berikut : 3. Agar membantu
2. Posisikan pasien
N Kriteria Awal Tujuan jalan nafas adekuat
untuk memaksimalkan
o 4. Untuk mencegah
1. Mendemonstrasikan 3 4 ventilasi.
sumbatan jalan
batuk efektif dan 3. Identifikasi kebutuhan
nafas
suara nafas yang aktual/ potensial pasien
5. Agar jalan nafas
bersih, tidak ada untuk memasukkan alat
tetap adekuat
sianosis dan membuka jalan nafas.
6. Untuk
dyspnea 4. Masukkan alat NPA
mengeluarkan
2. Menunjukan jalan 3 4 atau OPA, sebagaimana
secret
nafas yang paten mestinya
3. Mampu 3 4 7. Supaya mampu
5. Buang secret dengan
mengidentifikasikan melakukan batuk
memotivasi pasien untuk
dan mencegah efektif
melakukan batuk atau
factor yang dapat 8. Untuk mengatahui
menyedot lendir
menghambat jalan suara nafas
6. Motivasi pasien untuk
nafas tambahan
melakukan batuk efektif. 9. Untuk
7. Instruksikan membersihkan
Skala indicator : bagaimana agar bisa jalan nafas
1. Gangguan ekstrem melakukan batuk efektif 10. Untuk melihat
2. Berat 8. Auskultasi suara perubahan status
3. Sedang nafas. pernafasan dan
4. Ringan 9. Lakukan penyedotan pemantauan agar
5. Tidak ada gangguan melalui endotrakea atau nafas tetap adekuat
nasotrakea
10. Monitor status
pernafasan dan oksigenasi

2. Ketidakefektifan Pola NOC : NIC : 1. Untuk membuka


Napas b.d hiperventilasi Respiratory Status : Ventilation Airway Management jalan nafas klien bila
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi pasien klien mengalami
1x24jam diharapkan pola nafas efektif perlunya pemasangan kesulitan bernafas
dengan kriteria hasil : alat jalan nafas buatan 2. Untuk mengeluarkan
2. Keluarkan sekret secret bila terdapat
No Indikator A T
dengan batuk atau secret agar
1. Frekuensi pernafasan 3 4
2. Irama pernafasan 3 4 suction mempermudah jalan
3. Suara nafas tambahan 3 4 3. Auskultasi suara nafas
4. TTV dalam rentang 3 4
normal nafas, catat adanya suara 3. Mengetahui adakah
Skala indikator : tambahan suara nafas
1. Berat 4. Atur intake untuk tambahan
2. Cukup berat cairan mengoptimalkan 4. Mengatur asupan
3. Sedang keseimbangan cairan untuk
4. Ringan 5. Monitor respirasi dan mengoptimalkan
5. Tidak ada status O2 keseimbangan pada
tubuh klien
Terapi Oksigen
5. Mengetahui keadaan
1. Bersihkan
status pernapasan
mulut, hidung dan secret
klien dalam rentang
trakea
normal
2. Pertahankan
jalan nafas yang paten
3. Pertahankan 1. Mempermudah
posisi pasien jalan nafas klien
4. Monitor 2. Untuk
adanya kecemasan mempertahankan
jalan nafas yang
paten
3. Posisi yang
nyaman akan
mempermudah
jalan pernafasan
klien
4. Berikan
ketenangan atau
kenyamanan agar
klien tidak cemas
pada saat
pemasangan alat-
alat oksigenisasi

3. Hipertermi b.d penurunan NOC : Thermoregulation NIC : Fever Treathment


respirasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor suhu sesering
1x24 jam diharapkan klien menunjukan mungkin
perbaikan thermoregulation dengan kriteria 2. Monitor IWL
hasil : 3. Monitor warna dan
suhu kulit
No Kriteria Awal Tujuan 4. Monitor tekanan
1. Suhu tubuh 3 4 darah, nadi dan RR
dalam rentan 5. Monitor penurunan
normal tingkat kesadaran
2. Nadi dan RR 3 4
6. Monitor WBC, Hb,
dalam rentan
Hct
normal
3. Tidak ada 3 4 7. Monitor intake dan
perubahan output
warna kulit dan 8. Berikan antipiretik
tidak ada pusing 9. Berikan pengobatan
untuk mengatasi
Skala indikator : penyebab demam
1. Berat 10. Selimuti pasien
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
4. Ketidakseimbangan nutrisi NOC: Nutrional Status : Status Nutrisi NIC : 1. Untuk
kurang dari kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan selama 1x 24 Manajemen Nutrisi mengetahui
b.d ketidakmampuan menelan jam masalah teratasi dengan Kriteria Hasil: 1. Kaji adanya alergi adanya alergi
makanan No Indikator Awal Tujuan makanan pada pasien
1. Porsi makan yang 3 4 2. Anjurkan pasien untuk 2. Agar supaya
dihabiskan
2. Bising usus 3 4 meningkatkan intake Fe meningkatkan
normal 3. Anjurkan pasien untuk imunitas klien
3. Kekuatan otot 3 4
mengunyah baik meningkatkan protein 3. Untuk
4. Perasaan cepat 3 4 dan vitamin C menambah
kenyang
5. Pengetahuan 3 4 4. Berikan substansi gula energy pada
tentang standar 5. Berikan informasi pasien
asupan nutrisi
yang tepat tentang nutrisi 4. Untuk
6. Kolaborasi dengan ahli memotivasi
Skala Indikator : gizi pasien supaya
1. Menurun Monitoring Nutrisi meningkatkan
2. Cukup Menurun 1. Berat badan dalam batas nutrisi
3. Sedang normal 5. Untuk
4. Cukup Meningkat 2. Monitoring adanya memenuhi
5. Meningkat penurunan berat badan kebutuhan gizi
3. Monitoring kulit kering pasien
dan perubahan
pigmentasi
4. Monitoring tugor kulit
5. Monitoring mal muntah
6. Monitoring kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
7. Monitoring pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva

5. Intoleransi aktivitas b.d NOC: Activity Tolerance : Toleransi NIC : 1. Untuk


kelemahan umum Aktivitas Activity Therapy membantu
Setelah dilakukan tindakan selama 1x 24 1. Bantu klien pasien dalam
jam masalah teratasi dengan Kriteria Hasil: mengidentifikasi aktivitas melakukan
No Indikator Awal Tujuan yang mampu aktivitas yang
1. Dispnea 3 4 dilakukannya dapat dilakukan
2. Perasaan lemah 3 4 2. Bantu untuk memilih 2. Untuk
3. Aritmia sebelum 3 4
aktivitas aktivitas konsisten yang membantu
4. Aritmia setelah 3 4 sesuai dengan pasien dalam
aktivitas
5. Sianosis 3 4 kemampuan fisik, memilih
psikologi dan social aktivitasnya
Skala Indikator 3. Bantu untuk 3. Agar supaya
1. Menurun mengidentifikasi dan pasien dapat
2. Cukup Menurun mendapatkan sumber dengan mudah
3. Sedang yang diperlukann untuk melakukan
4. Cukup Meningkat aktivitas yang diinginkan aktivitasnya
5. Meningkat 4. Bantu untuk mendapatkan 4. Supaya pasien
alat bantu aktivitas lebih
5. Bantu untuk termotivasi
mengidentifikasi aktivitas dalam
yang disukai melakukan
6. Bantu untuk membuat aktivitas
jadwal latihan 5. Agar supaya
7. Monitor respon fisik, pasien teratur
emosi dan social dalam
8. Kolaborasi dengan tenaga melakukan
rehabilitasi medik jadwal aktivitas

Anda mungkin juga menyukai