TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
a. Definisi
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi peradangan akut parenkim paru
yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA). Dengan
batuk dan disertai sesak nafas disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma (fungi) dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang
disertai eksudasi dan konsolidasi (Nurarif & Kusuma, 2016).
Pneumonia adalah inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena
eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus (Terry & Sharon, 2013).
Pneumonia adalah penyakit saluran nafas bawah akut yang menyebabkan
perubahan gambaran radiologis yang ditandai dengan demam, takikardi, sputum yang
purulent, gejala dan tanda pada dada, serta kelainan rontgen dada (Longmore, 2014).
Pneumonia merupakan suatu peradangan pada paru yang tidak saja mengenai
jaringan paru tetapi dapat juga mengenai bronkholi (Nugroho, 2011).
b. Etiologi
Penyebab infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptococcus
pneumonia, melalui slang infus oleh staphylococcus aureus sedangkan pada
pemakaian ventilator oleh P. aeruginosa dan enterobacter. Dan pada masa kini
terjadi perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis,
populasi lingkungan, penggunaan antibiotic yang tidak tepat. Setelah masuk ke paru-
paru organisme bermultiplikasi dan jika telah berhasil mengalahkan mekanisme
pertahanan paru, terjadi pneumonia. Menurut Nurarif & Kusuma, 2016 selain diatas
penyebab terjadi pneumonia sesuai penggolongannya yaitu :
1. Bacteria : Diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptokoccus hemolyticus,
streptokoccus aureus, hemophilus influinzae, mycobacterium tuberkulosis,
bacillus friedlander.
2. Virus : Respiratory syncytial virus, adeno virus, virus sitomegalitik, virus
influenza.
3. Mycoplasma pneumonia.
4. Jamur : Histoplasma capsulatum, crytococcus neuroformans, blastomyces
dermatitides, coccidodiesnimmitis, aspergilus species, candida albicans.
5. Aspirasi : Makanan , kerosesene ( bensin, minyak tanah ), cairan amnion, benda
asing.
6. Pneumonia hipostatik.
7. Sindrom loeffler.
c. Anatomi fisiologi
Pernafasan atau (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang mengandung
O2 dari atmosfer kedalam tubuh dan membuang CO2 sebagai sisa dari oksidasi
keluar tubuh atau atmosfer yang terjadi ketika proses inspirasi dan ekspirasi. Kegiatan
ini dikendalikan oleh susunan saluran pernapasan dimulai dari hidung, faring, laring,
trakhea, bronkhus, bronkheolus dan berakhir pada alveolus. (Andarmoyo, 2012).
Anatomi system pernafasan tersusun sedemikian rupa untuk memudahkan
pengambilan oksigen melalui proses inspirasi dan ekspirasi. Struktur system
pernafasan dimulai dimulai dari hidung dan akan berakhir pada alveolus.
Gambar 2.1 Anatomi Pernafasan (Misnadiarly dalam Mandan, 2019)
a. Hidung = Naso = Nasal
Hidung adalah saluran udara yang pertama, yang mempunyai dua lubang
disebut kavum nasi dan dipisahkan oleh sekat hidung yang disebut dengan suptum
nasi. Didalam hidung terdapat bulu-bulu hidung yang memiliki fungsi untuk
menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk kedalam lubang hidung.
Fungsi hidung
1. Sebagai saluran pernafasan
2. Sebagai penyaring udara yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung
3. Menghangatkan udara pernafasan melalui mukosa
4. Membunuh kuman yang masuk melalui leukosit yang ada dalam selaput lendir
mukosa hidung. (Andarmoyo, 2012)
b. Tekak = Faring
Tekak adalah tempat tempat persimpangan antara jalan pernapasan dengan
jalan makanan. Terdapat dibawah dasar tulang tengkorak, dibelakang rongga
hidung dan mulut sebelah dalam ruas tulang leher
Hubungan faring dengan organ-organ lain Ke atas berhubungan dengan rongga
hidung, kedepan berhubungan dengan ronga mulut,kebawah depan berhubungan
dengan laring dan ke bawah belakang berhubungan dengan esophagus.
Rongga tekak dibagi dalam tiga bagian :
1. Bagian sebelah atas sama tingginya dengan koana disebut Nasofaring
2. Bagian tengah yang sama tingginya dengan itsmus fausium disebut dengan
Orofaring
3. Bagian bawah sekali dinamakan Laringofaring mengelilingi mulut, esophagus
dan laring, yang merupakan gerbang untuk system respiratorik selanjutnya.
(Andarmoyo, 2012)
c. Pangkal tenggorokan (laring)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara.
Laring (kotak suara) menghubungkan faring dengan trakea. Pada pangkal
tenggorokan ini ada epiglottis yaitu kutup kartilago elastis yang melekta pada
tepian anterior kartilago tiroid, saat menelan, epiglottis secara otomatis menutup
mulut laring untuk mencegah masuknya makanan dan cairan. (Andarmoyo, 2012)
d. Batang tenggorokan (trakea)
Trakea atau pipa udara adalah tuba dengan panjang 10 cm sampai 12 cm
dan diameter 2,5 cm serta terletak diatas permukaan anterior esophagus yang
memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan. Trakea dilapisi epitelium
respiratorik (kolumnar bertingkat dan bersilia) yang mengandung banyak sel
goblet. Sel-sel bersilia ini berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing yang
masuk bersama-sama dengan udara saat bernafas. (Andarmoyo,2012)
e. Cabang tenggorokan (bronkus)
Merupakan kelanjutan dari trakea, yang terdiri dari dua bagian yaitu
bronkus kanan dan kiri. Bronkus kanan berukuran lebih pendek, lebih tebal dan
lebih lurus dibandingkan bronkus primer sehingga memungkinkan objek asing
yang masuk kedalam trakea akan ditempatkan dalam bronkus kanan. Sedangkan
bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping, bronkus bercabang lagi menjadi
bagian yang lebih kecil lagi yang disebut bronkhiolus (bronkhioli). (Andarmayo,
2012)
f. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli). Gelembung-gelembung
alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel, dan pada lapisan inilah terjadi
pertukaran udara dimana O2 masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari
dalam darah. (Andarmayo, 2012)
Pembagian paru-paru
1. Paru kanan : terdapat atas 3 lobus, lobus pulmo dekstra superior, lobus media
dan lobus inferior. Masing-masing lobus ini masih terbagi lagi menjadi
belahan-belahan kecil yang disebut dengan segment. Paru-paru kanan
memiliki 10 segment, 5 buah pada lobus superior, 2 buah pada lobus medialis,
dan 3 buah pada lobus inferior.
2. Paru kiri : terdiri atas 2 lobus, lobus pulmo sinistra superior, dan lobus
inferior. Paru-paru kiri memiliki 10 segment, 5 buah lobus pada lobus inferior.
Ganguan pembersihan
di paru paru
Radang bronkial
Ketidakseimbangan
Ketidakefektifan
nutrisi kurang dari
pola nafas
kebutuhan tubuh
C. MASALAH KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Hipertermi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Intoleransi aktivitas
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d mucus dalam jumlah berlebihan
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi
3. Hipertermi b.d penurunan respirasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
menelan makanan
5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
No Diagnosa Keperawatan Perencanaan Rasional
Tujuan / kriteria hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan NOC : Respiratory status (Airway NIC: manajemen jalan 1. Untuk
nafas b.d mucus dalam jumlah Patency) napas mempertahankan
berlebihan Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepatenan jalan
1. Buka jalan nafas
1x24 jam masalah status pernafasan dapat nafas
dengan tehnik chin lift
teratasi dengan kriteria hasil sebagai 2. Agar nafas adekuat
atau jaw thrust.
berikut : 3. Agar membantu
2. Posisikan pasien
N Kriteria Awal Tujuan jalan nafas adekuat
untuk memaksimalkan
o 4. Untuk mencegah
1. Mendemonstrasikan 3 4 ventilasi.
sumbatan jalan
batuk efektif dan 3. Identifikasi kebutuhan
nafas
suara nafas yang aktual/ potensial pasien
5. Agar jalan nafas
bersih, tidak ada untuk memasukkan alat
tetap adekuat
sianosis dan membuka jalan nafas.
6. Untuk
dyspnea 4. Masukkan alat NPA
mengeluarkan
2. Menunjukan jalan 3 4 atau OPA, sebagaimana
secret
nafas yang paten mestinya
3. Mampu 3 4 7. Supaya mampu
5. Buang secret dengan
mengidentifikasikan melakukan batuk
memotivasi pasien untuk
dan mencegah efektif
melakukan batuk atau
factor yang dapat 8. Untuk mengatahui
menyedot lendir
menghambat jalan suara nafas
6. Motivasi pasien untuk
nafas tambahan
melakukan batuk efektif. 9. Untuk
7. Instruksikan membersihkan
Skala indicator : bagaimana agar bisa jalan nafas
1. Gangguan ekstrem melakukan batuk efektif 10. Untuk melihat
2. Berat 8. Auskultasi suara perubahan status
3. Sedang nafas. pernafasan dan
4. Ringan 9. Lakukan penyedotan pemantauan agar
5. Tidak ada gangguan melalui endotrakea atau nafas tetap adekuat
nasotrakea
10. Monitor status
pernafasan dan oksigenasi