OLEH :
ADINDA SEPTIANI SYAFAR (PO714251161001)
DWI INTAN PRATIWI (PO714251161016)
FIRDAH (PO714251161021)
RIKE ADLIANA (PO714251161049)
RIZWANSYAH (PO714251161051)
A. Latar Belakang
COVID-19 akhirnya dinyatakan sebagai pandemi yaitu penyakit yang
penyebarannya telah merambah seluruh dunia. Istilah COVID-19 merupakan
kepanjangan dari Corona Virus Disesase 2019. Nama ini menggambarkan
penyakit yang disebabkan oleh coronavirus dan kali pertama terdiagnosis
pada 2019. Karena gejala penyakit yang disebabkan sama dengan SARS,
penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh virus sejenis,
coronavirus tersebut oleh International Committee on Taxonomy of Viruses
(ICTV) diberi nama severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 dan
disingkat SARS-COV2. Angka kematian SARS (9,6%) lebih tinggi dibanding
COVID-19 (saat ini kurang dari 5%),namun jumlah kasus COVID-19 jauh
lebih banyak dibanding SARS. COVID-19 juga memiliki penyebaran yang
lebih luas dan cepat ke beberapa negara dibanding SARS (Safrizal et al,
2020).
Dengan masa hidup COVID-19 yang diperkirakan sekitar 14 hari, sesuai
masa inkubasi virus tersebut, tindakan yang dapat dilakukan bagi semua
orang untuk melindungi diri adalah menjaga daya tahan tubuh. Kita harus
dapat melawan virus Covid-19 tersebut menggunakan sistem imun alami
tubuh. Caranya dengan mengaktifkan sistem imun tubuh melalui penerapan
pola hidup sehat salah satunya pola makan yang teratur, dengan gizi yang
mencukupi dan seimbang, minum air putih yang cukup, olahraga, dan
menjaga kebersihan tubuh secara keseluruhan yaitu mandi setiap hari,
mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer setiap kali akan
makan/minum, istirahat cukup, dan tidur 6-8 jam/hari. Selain makanan sehat
yang mengandung gizi seimbang, obat tradisional juga telah lama terbukti
dapat meningkatkan daya tahun tubuh terhadap penyakit. Senyawa yang
terkandung dalam obat tradisonal seperti saikosaponin, likorin, amentoflavon,
mirisetin telah diketahui mampu menghambat pertumbuhan coronavirus
(Widhowati et al. 2018).
Dalam konteks tradisional Indonesia, pengobatan tradisional diarahkan
untuk penguatan daya tahan tubuh. Menurut Bruce Beutler dan Jules
Hoffmann, tubuh manusia dan hewan memiliki mekanisme unik untuk
menangkal berbagai patogen berbahaya seperti virus, bakteri, jamur, dan
parasit. Respons imun punya fase bawaan dan adaptif untuk menangkal
patogen. Seperti dilansir dari laman nature, patogen menginvasi tubuh lewat
luka terbuka atau mukosa. Karenanya untuk mencegah penularan COVID-19,
kita diminta rajin mencuci tangan dan menghindari memegang wajah
(Safrizal et al, 2020).
Manfaat obat tradisional selama penyebaran wabah COVID-19 terus
diperkenalkan sebagai upaya pencegahan wabah tersebut. Seperti halnya jahe,
yang dipercaya memiliki kemampuan untuk meredakan berbagai macam
gejala penyakit seperti pilek, mual, radang sendi, migrain, dan hipertensi.
Fakta ini tercantum dalam edisi kedua Herbal Medicine: Biomolecular and
Clinical Aspects. Herbal yang lazim dikonsumsi dengan madu ini
menawarkan senyawa anti-infamasi termasuk antioksidan yang melindungi
tubuh dari kerusakan oleh radikal bebas. Ketua Umum Perhimpunan Dokter
Herbal Medik Indonesia (PDHMI) Hardhi Pranat menyebut tanaman herbal
lain, yakni kunyit mengandung zat kurkumin yang bekerja meningkatkan
daya tahan tubuh. Kurkumin banyak terkandung dalam kunyit (Curcuma
longa Linn.) dan timokuinon dalam jintan hitam (Nigellia sativa L.).
Berbagai rempah dan bumbu yang telah lama digunakan dalam pengobatan
tradisional tersebut setidaknya dapat membantu para penggunanya untuk
lebih bugar menghadapi penyakit. Berbagai rimpang seperti jahe, jintan hitam
dan kunyit, dapat membuat tubuh terasa lebih hangat. Manfaat serupa
diberikan oleh zat polifenol dalam jahe (Safrizal et al, 2020).
Berdasarkan uraian di atas, pada kegiatan PKN Profesi ini dilakukan
survey mengenai “Penggunaan Obat Tradisional di Masyarakat Selama
Pandemic COVID-19”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada survey
ini adalah bagaimana penggunaan obat tradisional dimasyarakat selama
pandemic COVID-19?
C. Tujuan
Untuk mengetahui penggunaan obat tradisional dimasyarakat selama
pandemic COVID-19.
D. Manfaat
1. Menyelesaikan kegiatan PKN Profesi sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Farmasi
2. Menambah pengetahuan masyarakat tentang penggunaan obat tradisional
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Karakteristik COVID-19
Corona virus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar
biasa muncul di Wuhan China, pada Desember 2019, kemudian diberi nama
termasuk dalam genus dengan flor elliptic dan sering berbentuk pleomorfik,
dan berdiameter 60- 140 nm. Virus ini secara genetik sangat berbeda dari
pada kelelawar-SARS yaitu dengan kemiripan lebih dari 85%. Ketika dikultur
pada vitro, COVID-19 dapat ditemukan dalam sel epitel pernapasan manusia
setelah 96 jam. Sementara itu untuk mengisolasi dan mengkultur vero E6 dan
Huh-7 garis sel dibutuhkan waktu sekitar 6 hari (Safrizal et al, 2020).
virus mengakses sel inang melalui enzim ACE2, yang paling melimpah di sel
khusus, yang disebut “spike”, untuk terhubung ke ACE2 dan memasuki sel
an δ. Selain virus baru ini (COVID 19), ada tujuh virus corona yang telah
19) dapat menyebabkan pneumonia ringan dan bahkan berat, serta penularan
yang dapat terjadi antar manusia. Virus corona sensitif terhadap sinar ul-
traviolet dan panas, dan dapat dinonaktifkan secara efektif dengan hampir
B. Karakteristik Epidemiologi
kesehatan, usia dan masalah kesehatan dalam populasi, dan jumlah kasus
tingkat fatalitas kasus antara 2% dan 3%; pada Januari 2020. WHO
menemukan penularan vertikal dari ibu ke bayi yang baru lahir. Juga, sebuah
selama hubungan seks dapat terjadi melalui rute lain (Safrizal et al, 2020).
C. Karakteristik Klinis
terjadi di hari ke tiga sampai hari ke tujuh. Demam, kelelahan, dan batuk
seperti hidung tersumbat, pilek, dan diare pada beberapa pasien. Karena
beberapa pasien yang parah tidak mengalami kesulitan bernapas yang jelas
dan datang dengan hipoksemia, sehingga ada perubahan dalam panduan ini
menjadi dalam kasus yang parah, dispnea dan atau hipoksemia biasanya
terjadi setelah satu minggu setelah onset penyakit, dan yang lebih buruk dapat
sepsis, asidosis metabolik yang sulit ditangani, dan perdarahan dan disfungsi
koagulasi, dan lain-lain. Edisi ini menekankan bahwa pasien dengan kondisi
enzim hati, LDH, enzim otot dan mioglobin dapat terjadi pada beberapa
pasien; dan peningkatan level troponin dapat dilihat pada beberapa pasien
di kedua paru. Pada kasus yang parah dapat terjadi konsolidasi paru. Pada
pasien dengan COVID-19, jarang ditemui adanya efusi pleura (Safrizal et al,
2020).
D. Diagnosis Kasus
yaitu: kluster Hubei dan kluster lain diluar Hubei. Kasus di provinsi lain
epidemiologi yang jelas, tetapi memenuhi tiga manifestasi klinis (demam dan
seperti disebutkan di atas; pada tahap awal, ditemukan hitung sel darah putih
normal atau menurun, dan hitung limfosit menurun)” juga termasuk dalam
yang terkonfirmasi tidak berubah. Hasil positif tes asam nukleat nCoV-2019
spesimen darah, atau urutan gen virus spesimen saluran pernapasan atau
ISPA ringan sampai berat dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul
gejala, memiliki salah satu dari paparan berikut: Riwayat kontak
pengobatan tradisional China pada penyakit epidemi. Hal ini disebabkan oleh
nCoV-19 ditandai oleh kelembaban, panas, racun, dan lanau. Daerah yang
sesuai dengan kondisi penyakit, karakteristik iklim lokal, dan kondisi fisik
ditambahkan.
vitro (Moghadamtousi et al., 2014). Senyawa bioaktif utama kunyit ini dapat
secara in vitro (Dai et al., 2018). Selain itu, ekstrak rimpang kunyit yang
diberikan melalui pakan juga terbukti dapat meningkatkan angka heterofil dan
kurkumin (5,0 g/kg berat badan) pada kalkun, membuktikan bahwa kedua
senyawa yang banyak ditemukan dalam rempah dan bumbu itu memiliki sifat
mengingat dosis yang demikian tinggi, hasil penelitian pada kalkun tersebut
kunyit dan jintan hitam dalam kuantitas besar. Kurkumin banyak terkandung
dalam kunyit (Curcuma longa Linn.) dan timokuinon dalam jintan hitam
(Nigellia sativa L.). Senyawa lain yang juga terbukti mampu menghambat
glikosida flavan hasil ekstraksi kulit jeruk (terutama yang belum masak).
Percobaan dilakukan pada tikus (Ding, Sun & Zhu,2018). Simplisia
herbal tradisional lain yang telah terbukti memiliki aktivitas antivirus adalah
100 gram rimpang jahe yang telah dikupas dalam 1.000 mililiter air panas,
human respiratory syncytial virus (HRSV) pada kultur sel A549 dan Hep-2
(Chang et al., 2013). Herbal lain, ekstrak bawang putih (Allium sativum),
yang tepat untuk penggunaan herbal-herbal tersebut pada manusia masih sulit
yang biasa digunakan untuk mengatasi masalah paru, mulai dari pembersihan
dan detoksifikasi sampai mengeringkan dan merangsang organ pernapasan
tersebut.
BAB III
METODE SURVEY
A. Rancangan Survey
C. Metode survey
menggunakan google form. Kuisioner dibuat sesuai dengan tujuan dari survey
Hasil survey dari kegiatan ini hanya berupa penyajian data informasi-
suatu bentuk kesatuan supaya lebih dipahami. Hasil pengolahan nantinya akan
Chang JS, Wang KC, Yeh CF, et al. (2013). Fresh ginger (Zingiber officinale) has
antiviral activity against human respiratory syncytial virus in human
respiratory tract cell lines. Journal of Ethnopharmacology 145(1): 146– 151.
doi:10.1016/j. jep.2012.10.043.PMID23123794.
Ding Z, Sun G & Zhu Z (2018). Hesperidin attenuates influenza A virus (H1N1)-
induced lung injury in rats through its anti-inflammatory effect. Antiviral
Therapy 23(7): 611–615. doi:10.3851/IMP3235. PMID 29623897.
Shojai TM, Langeroudi AG, Karimi V, et al. (2016). The effect of Allium sativum
(garlic) extract in infectious bronchitis virus in specific pathogen free
embryonic egg. Avicenna Journal of Phytomedicine 6(4): 458–467. PMID
27516987.
Identitas Responden
Nama : …………………………………
Usia : …………………………………
Jenis kelamin : ………………………………...
Petunjun pengisian :
1. Untuk uraian langsung diisi!
2. Untuk cek poin, silakan ceklis pilihan anda!