Anda di halaman 1dari 17

NURSE UNIJA SUMENEP (Universitas Wiraraja)

KELUARGA SEHAT ADALAH INVESTASI BANGSA

Selasa, 16 Desember 2014

ASUHAN KEPERAWATAN KERACUNAN MAKANAN

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui mulut, hidung (inhalasi), serta
suntikan dan absorbsi melalui ,kulit, atau di gunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif kecil
akan merusak kehidupan dan mengganggu dengan serius fungsi satu atau lebih organ atau jaringan
( Sartono 2001 : 1 )

Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang
menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.

Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan mengejutkan yang dapat terjadi setelah
menelan makanan / minuman yang terkontaminasi. (KMB Brunner & Suddarth Vol.3)

B. ETIOLOGI

Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang ringan sampai yang berat.
Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh :

1. Mikroba

Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :

a. Escherichia coli patogen

b. Staphilococus aureus

c. Salmonella

d. Bacillus Parahemolyticus
e. Clostridium Botulisme

f. Streptokkkus

2. Bahan Kimia

a. Peptisida golongan organofosfat

b. Organo Sulfat dan karbonat

3. Toksin

a. Jamur

b. Keracunan Singkong

c. Tempe Bongkrek

d. Bayam beracun

e. Kerang

C. PATOFISIOLOGI

Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor bahan kimia, mikroba, toksin
dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi
organ – organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah, diare, perut
kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati ( sebagai akibat keracunan
obat da bahan kimia ). Terjadi mual, muntah di karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam
lambung meningkat . Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat menghambat
( inktivasi ) enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk
menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh – KhE yang bersifat inakttif. Bila konsentrasi
racun lebih tingggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh
di tempat – tempat tertentu, sehingga timbul gejala – gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan
menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan ssp ( menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP )

D. MANIFESTASI

1. Gejala yang paling menonjol meliputi

a. Kelainan Visus

b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat

c. Gangguan Saluran pencernaan

d. Kesukaran bernafas
2. Keracunan ringan

a. Anoreksia

b. Nyeri kepala

c. Rasa lemah

d. Rasa takut

e. Tremor pada lidah dan kelopak mata

f. Pupil miosis

3. Keracunan sedang

a. Nausea

b. Muntah – muntah

c. Kejang dan kram perut

d. Hipersalifa

e. Hiperhidrosis

f. Fasikulasi otot

g. Bradikardi

4. Keracunan berat

a. Diare

b. Reaksi cahaya negatif

c. Sesak nafas

d. Sianosis

e. Edema paru

f. Inkontinensia urine dan feses

g. Kovulsi

h. Koma

i. Blokade jantung akhirnya meninggal


E. KOMPLIKASI

1. Kejang

2. Koma

3. Henti jantung

4. Henti napas (Apneu)

5. Syok

F. PENATALAKSANAAN

1. Tindakan Emergensi

Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi

Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau pernafasan tidak
adekuat

Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan perbaiki perfusi jaringan.

2. Resusitasi

Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan dan nadi. Infus dextrose 5% kec.15
– 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam saluran pernafasan, hindari obat – obatan depresan saluran
nafas, kalau perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut ke
mulut, sebab racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong. Pernafasan buatan hanya di
lakukan dengan meniup face masuk atau menggunakan alat bag – valve – mask.

3. Identifikasi penyebab

Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha mencari penyebab
keracunan tidak sampai menunda usaha – usaha penyelamatan penderita yang harus segera di lakukan.

4. Mengurangi absorbsi

Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan merangsang muntah, menguras
lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon aktif dan membersihkan usus

5. Meningkatkan eliminasi

Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa atau asam, dosis multipel karbon
aktif, dialisis dan hemoperfus.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI KERACUNA MAKANAN

A. PENGKAJIAN

Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Kesadaran menurun

b. Pernafasan

Nafas tidak teratur

c. Kardiovaskuler

Hipertensi, nadi aritmia.

d. Persarafan

Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran, kelemahan, paralise


e. Gastrointestinal

Muntah, diare

f. Integumen

Berkeringat

g. Muskuloskeletal

Kelelahan, kelemahan

h. Integritas Ego

Gelisah, pucat

i. Eliminasi

Diare

j. Selaput lendir

Hipersaliva

k. Sensori

Mata mengecil/membesar, pupil miosis

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas infektif b.d obstruksi trakheobronkeal

2. Defisit volume cairan b.d muntah, diare

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

4. Gangguan perfusi jaringan b.d kekurangan O2

C. ENTERVENSI & RASIONAL

1. Devisit volume cairan b.d muntah, diare

Tujuan : menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan
paru bersih
Kriteria hasil : suara nafas normal

Intervensi :

a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada

Rasional : untuk mengetahui pola nafas, dan keadaan dada saat bernafas

b. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi

Rasional : untuk memberikan kenyamanan dan memberikan posisi yang baik untuk melancarkan
respirasi

c. Dorong atau bantu klien dalam mengambil nafas dalam

Rasional : untuk membantu melancarkan pernafasan klien

2. Defisit volume cairan b.d muntah, diare

Tujuan : mempertahankan volume cairan adekuat

Intervensi :

a. Awasi intake dan output, karakter serta jumlah feses

Rasional: untuk mengetahui pemasukan dan pengeluaran kebutuhan cairan klien

b. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit

Rasional : untuk mengetahui apakah klien kekurangan cairan dengan mengamati sistem integuman.

c. Kolaborasi pemberian cairan paranteral sesuai indikasi

Rasional : untuk membantu menormalkan kembali cairan tubuh klien

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia

Tujuan : nutrisi adekuat

Intervensi :

a. Catat adanya muntah

Rasional : untuk mengetahui frekuensi cairan yang keluar pada saat klien muntah

b. Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering

Rasional : untuk membantu klien agar tidak kekurangan nutrisi


c. Berikan makanan halus, hindari makanan kasar sesuai indikasi

Rasional : untuk membantu klien agar dapat mencerna makanan dengan lancar serta tidak lagi
mengalami mual, muntah

d. Kolaborasi pemberian antisida sesuai indikasi

Rasional : untuk mengurangi nyeri pada abdomen

4. Gangguan perfusi jaringan b.d kekuranagn O2

Tujuan : terjadi peningkatan perfusi jaringan

Intervensi :

a. Observasi warna & suhu kulit atau membran mukosa

Rasional : untuk mengetahui apakah klien mempunyai alergi kulit

b. Evaluasi ekstremitas ada atau tidaknya kualitas nadi

Rasional : untuk mengetahui apakah klien mengalami takikardi/bradikardi dan kekuatan pada
ekstremitas

c. Kolaborasi pemberian cairan (IV/peroral) sesuai indikasi

Rasional : untuk menetralkan intake kedalam tubuh

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS KERACUNAN MAKANAN

A. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS KLIEN

Nama klien : Tn. A

Usia : 26 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki


Tanggal masuk : 14 Juni 2013

No. Register : 0903055

Diagnosa medik : Keracunan Makanan

2. KELUHAN UTAMA / ALASAN MASUK RS

Klien mengalami penurunan kesadaran yaitu somnolen, muntah setelah makan tempe, pusing.

3. PENGKAJIAN PRIMER

a. AIRWAY

Terdapat sumbatan pada jalan nafas oleh sputum/lendir. RR : 28 x/ menit, cepat dan dangkal

b. BREATHING

Pasien tidak mengalami gangguan pernafasan, Irama pernafasan : cepat, Kedalaman : dangkal. RR : 28
x/ menit.

c. CIRCULATION

Tekanan Darah pasien : 100/60 mmHg (kuat dan regular), Nadi : 67 x/menit, capillary refill : <2 dtk=""
sianosis="" span="" terdapat="" tidak="">, EKG menunjukkan sinus bradikardia.

d. DISABILITY

Reaksi pupil kiri/kanan (+) terhadap cahaya, besar pupil kanan 2/kiri 2. Tingkat kesadaran somnolen.

4. PENGKAJIAN SEKUNDER

Pengkajian dilakukan alloanamnesa dengan keluarga klien

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu klien mengatakan bahwa klien muntah 4 jam yang lalu setelah makan tempe bongkrek.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Ibu klien mengatakan klien belum pernah dirawat dirumah sakit.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Dalam keluarga klien tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan yang sama dengan klien.
d. Anamnesa singkat

Ibu klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat alergi.

e. Pemeriksaan head to toe

1) Kepala : mesosephal, klien berambut lurus dan panjang, dan tidak rontok.

2) Mata : besar pupil kanan kiri 2 dan reaksi pupil keduanya (+) terhadap cahaya kunjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik.

3) Telinga : bersih tidak terdapat serumen dan tidak mengalami gangguan pendengaran

4) Hidung : Bentuk hidungnya simetris, tidak terdapat polip pada hidung.

5) Wajah : wajah klien tampak simetris.

6) Mulut : tampak hipersekrasi kelenjar ludah, mukosa mulut basah, bibir basah.

7) Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid

8) Dada : Simetris, tidak ada kelainan bentuk, RR 28 x/menit, cepat dan dangkal, HR 55x/menit, suara
jantung s1 dan s2 tunggal.

9) Abdomen : tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak asites, tidak ada luka memar, peristaltik
usus 8x/mnit, perkusi hipertimpani.

10) Ekstremitas : Tidak terdapat luka, capilari revil <2 akral="" detik="" dingin.="" span="">

11) Genetalia : Bersih tidak ada kelainan, Tidak terdapat luka/ulkus, tidak terpasang kateter.

f. Pemeriksaan tanda-tanda vital:

Tekanan darah : 100/60 mmHg

BB : 54 kg (BB semula 55 kg)

Nadi : 67 x/ menit

RR : 28 x/menit

Suhu : 360C

B. ANALISA DATA

NO

HARI/TANGGAL
DATA FOKUS

PROBLEM

ETIOLOGI

1.

Sabtu/ 14 Juni 2013

DS: -

DO:

- Terdapat sumbatan pada jalan nafas oleh sputum/lendir.

- Kesadaran : Somnolent

- Nadi 67 x/mnt, Kuat, Reguler

- RR : 28 x/mnt, Cepat dan dangkal

- Hasil EKG: Sinus Bradikardia

Bersihan jalan nafas tidak efektif

obstruksi jalan nafas

DS :

- Ibu klien mengatakan klien makan tempe bongkrek saat dirumah, sudah lebih dari empat jam sejak
terakhir makan.

- Ibu klien mengatakan klien dirumah sudah muntah satu kali.

- Ibu klien mengatakan sebelumnya klien merasa mual.

DO :

- Penurunan berat badan

- TD 100/60

- RR : 28 x/mnt, Cepat dan dangkal

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Intake tidak adekuat ( Anoreksia, Mual dan Muntah )

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO

TGL / JAM

DIAGNOSA

PRIORITAS

14 juni 2013

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas

Potensial

14 Juli 2013

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat ( Anoreksia,
Mual dan Muntah )

Aktual

D. RENCANA KEPERAWATAN

TGL/JAM

TUJUAN & KRITERIA HASIL

INTERVENSI

14 Juni 2013

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas menjadi efektif
dengan kriteria hasil:

NOC 1 :

Status Pernapasan : Pertukaran Gas tidak akan terganggu di buktikan dengan : Kesadaran
composmentis, TTV menjadi normal, pernafasan menjadi normal yaitu tidak mengalami nafas dangkal
NIC 1: Pengelolaan Jalan Nafas

1. Jaga kepatenan jalan nafas : buka jalan nafas, suction, fisioterapi dada sesuai indikasi

2. Identifikasi kebutuhan insersi jalan nafas buatan

3. Monitor pemberian oksigen

4. Monitor status respirasi : adanya suara nafas tambahan.

5. Identifikasi sumber alergi : obat,makan an, dll, dan reaksi yang biasa terjadi

6. Monitor respon alergi selama 24 jam

7. Ajarkan/ diskusikan dgn klien/keluraga untuk menghindari alergen

8. Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif

9. Pertahankan status hidrasi untuk menurunkan viskositas sekresi

10. Kolaborasi dgn Tim medis : pemberian O2, obat bronkhodilator, obat anti allergi, terapi nebulizer,
insersi jalan nafas, dan pemeriksaan laboratorium: AGD

14 Juni 2013

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam pemenuhan nutrisi dapat adekuat/terpenuhi
dengan kriteria hasil :

NOC 2 :

Status Gizi Asupan Makanan dan Cairan ditandai pasien nafsu makan meningkat, mual dan muntah
hilang, pasien tampak segar

NOC 3:

Status Gizi; Nilai Gizi terpenuhi dibuktikan dengan BB meningkat, BB tidak turun.

NIC 2 : Pengelolaan nutrisi

1. Ketahui kesukaan makanan pasien

2. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

3. Timbang berat badan pasien dalam interval yang tepat

4. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan

5. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan

NIC 3 : Bantuan menaikkan berat badan


1. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein

2. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap, pemberian
makanan melalui slang.

3. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab perubahan nutrisi

4. Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat, jika pasien tidak dapat membeli atau menyiapkan
makanan yang adekuat

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TGL/JAM

INTERVENSI

IMPLEMENTASI

EVALUASI

14 Juni 2013

NIC 1: Pengelolaan Jalan Nafas

1. Jaga kepatenan jalan nafas : buka jalan nafas, suction, fisioterapi dada sesuai indikasi

2. Identifikasi kebutuhan insersi jalan nafas buatan

3. Monitor pemberian oksigen, vital sign tiap ....... jam

4. Monitor status respirasi : adanya suara nafas tambahan.

5. Identifikasi sumber alergi : obat,makan an, dll, dan reaksi yang biasa terjadi

6. Monitor respon alergi selama 24 jam

7. Ajarkan/ diskusikan dgn klien/keluraga untuk menghindari alergen

8. Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif

9. Pertahankan status hidrasi untuk menurunkan viskositas sekresi

10. Kolaborasi dgn Tim medis : pemberian O2, obat bronkhodilator, obat anti allergi, terapi nebulizer,
insersi jalan nafas, dan pemeriksaan laboratorium: AGD

NIC 1: Pengelolaan Jalan Nafas

1. Menjaga kepatenan jalan nafas : membuka jalan nafas, suction, fisioterapi dada sesuai indikasi
2. Mengidentifikasi kebutuhan insersi jalan nafas buatan

3. Memonitor pemberian oksigen.

4. Memonitor status respirasi : adanya suara nafas tambahan.

5. Mengidentifikasi sumber alergi : obat,makanan, dll, dan reaksi yang biasa terjadi

6. Memonitor respon alergi selama 24 jam

7. Mengajarkan/ mendiskusikan dengan klien/keluraga untuk menghindari alergen

8. Mengajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif

9. Mempertahankan status hidrasi untuk menurunkan viskositas sekresi

10. Mengkolaborasikan dengan Tim medis : pemberian O2, obat bronkhodilator, obat anti allergi, terapi
nebulizer, insersi jalan nafas, dan pemeriksaan laboratorium: AGD

S: -

O:

- Tidak terdapat sumbatan pada jalan nafas oleh sputum/lendir.

- Kesadaran : compos mentis

- Nadi 80 x/mnt,

- RR : 24 x/mnt,

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

14 Juni 2013

NIC 2 : Pengelolaan nutrisi

1. Ketahui kesukaan makanan pasien

2. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

3. Timbang berat badan pasien dalam interval yang tepat

4. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan

5. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan


NIC 3 : Bantuan menaikkan berat badan

1. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein

2. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap, pemberian
makanan melalui slang.

3. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab perubahan nutrisi

4. Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat, jika pasien tidak dapat membeli atau menyiapkan
makanan yang adekuat

NIC 2 : Pengelolaan nutrisi

1. Mengetahui kesukaan makanan pasien

2. Menentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

3. Menimbang berat badan pasien dalam interval yang tepat

4. Memantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan

5. Menentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan

NIC 3 : Bantuan menaikkan berat badan

1. Mendiskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein

2. Mendiskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap, pemberian
makanan melalui slang.

3. Merujuk ke dokter untuk menentukan penyebab perubahan nutrisi

4. Merujuk ke program gizi di komunitas yang tepat, jika pasien tidak dapat membeli atau menyiapkan
makanan yang adekuat

S: Klien mengatakan sudah tidak merasa mual dan muntah.

O:

- TD 110/70 mmHg

- RR : 24 x/mnt,

A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

bayem di 02.18

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai