1. Ciri-ciri penilaian dalam pendidikan a. Penilain dilakukan secara tidak langsung, artinya peserta didik dapat diukur kepandaiannya melalui ukuran dalam kemampuannya dalam menyelesaikan soal-soal yang telah diberikan. Dimana disini bukan hasil belajarnya yang dinilai tetapi lebih mengukur kemampuannya dalam menyelesaikan soal. b. Penggunaan ukuran kuantitatif, artinya menggunakan simbol bilangan sebagai hasil pertama pengukuran. Dimana hasil ini dapat dibuah atau diinterpretasikan kedalam bentuk kualitatif. c. Penggunaan satuan yang tetap, artinya penilaian dalam pendidikan harus konsisten menggunakan satuan yang telah ditetapkan agar nilai yang diberikan tidak ambigu, seperti memberikan nilai yang skalanya 1-10 atau 1-100. d. Relatif, artinya penilaian yang diberikan tidak selalu sama atau tidak selalu tetap dari satu ke waktu karena kemampuan pserta didik itu berbeda-beda. Peserta didik akan mengembangkan kemampuannya sehingga anak yang kurang pandai dapat menjadi pandai dan begitupun sebaliknya. e. Sering terjadi kesalahan, artinya kesalahan dalam penilaian dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya terletak pada alat ukur, orang yang melakukan penilaian, anak yang dinilai, dan situasi dimana penilaian berlangsung. 2. Subjek dan sasaran evaluasi a. Subjek evaluasi adalah orang yang melakukan proses evaluasi yang disebut dengan evaluator. Contohnya seperti instansi, pendidik, pemerintah, dsb. b. Sasaran evaluasi atau objek evaluasi adalah hal-hal yang menjadi pusat perhatian untuk dievaluasi. Contohnya seperti evaluasi prasarana, kebijakan, peserta didik, dsb. 3. Prinsip dan alat evaluasi a. Prinsip evaluasi, yaitu adanya triangulasi (hubungan erat antara tiga komponen). Adapun tiga komponen yang dmaksud yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan belajar mengajar (KBM), dan evaluasi. b. Alat evaluasi adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk memudahkan proses evaluasi. Alat evaluasi yang baik apabila mampu mengevaluasi sesuatu dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi. Artinya alat evaluasi ini benar-benar mengukur keadaan yang sebenarnya. Dalam menggunakan alat tersebut, evaluator menggunakan cara atau teknik, yang disebut dengan teknik evaluasi. Terdapat dua teknik evaluasi yaitu: - Teknik nontes (bukan kemampuan yang diukur, tetapi lebih ke sikapnya, prasangka, perasaannya, pengalamannya, data dirinya, dsb) Contohnya: kuesioner, skala bertingkat, daftar cocok, wawancara, pengamatan dan riwayat hidup. - Teknik tes (mengukur kemampuan, keterampilan, pengetahuan, inteligensi, bakat yang dimiliki, dsb) Contohnya: ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, teas dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Tes diagnostik Tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa. Teas ini biasanya dilakukan pada saat penyaringan calon siswa dan pada saat pembagian kelas atau awal pemberian pelajaran. 2. Tes formatif Tes yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti program tertentu. Tes formatif ini biasanya dilaksanakan di tengah-tengah berlajalannya program pengajaran, yaitu dilaksanakan setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan berakhir atau dapat diselesaikan. 3. Tes sumatif. Tes yang dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok atau sebuah program yang besar, yaitu pada akhir unit caturwulan, semester akhir tahun, atau akhur pendidikan.