Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DHF

DI RUANG ANAK RS.MITRA MEDIKA BONDOWOSO

Disusun oleh:
VIVI AISYAH
NIM 1932000051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NURUL JADID
PAITON PROBOLINGGO
2020
Laporan Pendahuluan Dengue Haemorhagic Fever

A. Definisi

Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorhagic


fever//DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disetai leucopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan
plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit) atau
penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock
syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok
(Lestari, 2016)

Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan orang
dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut,
perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod
Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau oleh Aedes
Albopictus (Lestari, 2016).

DHF adalah infeksi arbovirus( arthropoda-borne virus) akut, ditularkan oleh


spesies nyamuk Aedes (IKA- FKUI, 2005). Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk
aedes aegypti dan aedes albopictus. Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler
dan sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Penyakit ini banyak ditemukan di daerah tropis, seperti Asia Tenggara, India, Brazil,
Amerika, termasuk diseluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan
ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan air laut. Demam berdarah dengue
tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai
penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk (Prasetyono
2012).

B. Etiologi

Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue


Haemoragic Fever adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus Dengue
mempunyai 4 tipe, yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4, yang ditularkan
melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup dikawasan tropis dan
berkembang biak pada sumber air yang tergenang. Keempatnya ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotip akan
menimbulkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe yang lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe yang
lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3
atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan
diberbagai daerah di Indonesia (Sudoyo dkk. 2010)

Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap


inaktivitas oleh distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 0C. Keempat tipe
tersebut telah ditemukan pula di Indonesia dengan tipe DEN 3 yang paling banyak
ditemukan (Hendarwanto 2010).

C. Patofisiologi

Virus dengue yang telah masuk ke tubuh akan menimbulkan demam karena
proses infeksi. Hal tersebut akan merangsang hipotalamus sehingga terjadi
termoregulasi yang akan meningkatkan reabsorsi Na dan air sehingga terjadi
hipovolemi, selain itu juga terjadi kebocoran plasma karena terjadi peningkatan
permeabilitas membran yang juga mengakibatkan hipovolemi, syok dan jika tak
teratasi akan terjadi hipoksia jaringan yang dapat mengakibatkan kematian.

Selain itu kerusakan endotel juga dapat mengakibatkan trombositopenia yang


akan mengakibatkan perdarahan, dan jika virus masuk ke usus akan mengakibatkan
gastroenteritis sehingga terjadi mual dan muntah.
Derajat Dengue Haemorhagic Fever menurut WHO
1. Derajat 1: demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi

perdarahan adalah uji tourniquet positif


2. Derajat 2 : sama seperti derjat 1, disertai perdarahan spontan dikulit atau

perdarahan lain.
3. Derajat 3 : ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut,

tekanan darah menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab,

dan pasien menjadi gelisah.


4. Derajat 4 : syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
E. Manifestasi Klinis

1. Demam dengue

Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua lebih

manifestasi klinis sebagai berikut :

- Nyeri kepala
- Nyeri retro-orbital
- Mialgia / artralgia
- Ruam kulit
- Manifestasi perdarahan(petekie atau uji bending positif)
- Leucopenia
- Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan DD/DBD yang sudah

dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama

2. Demam berdarah dengue

Berdasarkan kriteria WHO, diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini
dipenuhi

a. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
- Uji tourniquet positif
- Petekie, ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,tempat

bekas suntik.
- Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.00/ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:
- Peningkatan nilai hematokrit ≥20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis

kelamin.
- Penurunan nilai hematokrit ≥20% setelah pemberian cairan yang adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti :
- Hipoproteinemia
- Asites
- Efusi pleura

3. Sindrom syok dengue

Seluruh kriteria DBD diatas ditandai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:

- Penurunan kesadaran, gelisah


- Nadi cepat, lemah
- Hipotensi
- Tekanan darah turun <20mmHg
- Perfusi perifer menurun
- Kulit dingin, lembab.
(Wiwik dan Hariwibowo, 2008)

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Darah
a. Pada kasus DHF yang dijadikann pemeriksaan penunjang yaitu menggunakan darah

atau disebut lab serial yang terdiri dari hemoglobin, PCV, dan trombosit. Pemeriksaan

menunjukkan adanya tropositopenia (100.000 / ml atau kurang) dan hemotoksit

sebanyak 20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematoksit pada masa

konvaselen.
b. Hematokrit meningkat > 20 %, merupakan indikator akan timbulnya renjatan. Kadar

trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis pasti pada DHF dengan dua kriteria

tersebut ditambah terjadinya trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi

secara uji serologi hemaglutnasi (Brasier dkk 2012).


c. Leukosit menurun pada hari kedua atau ketiga
d. Hemoglobin meningkat lebih dari 20 %
e. Protein rendah
f. Natrium rendah (hiponatremi)
g. SGOT/SGPT bisa meningkat
h. Asidosis metabolic
i. Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan
2. Urine
Kadar albumin urine positif (albuminuria) (Vasanwala, 2012) Sumsum tulang pada awal
sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke 5 dengan gangguan
maturasi dan pada hari ke 10 sudah kembali normal untuk semua system

3. Foto Thorax

Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya posisi lateral
dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik dalam mendeteksi cairan dibandingkan
dengan posisi berdiri apalagi berbaring.

4. USG

Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan karena tidak
menggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat diperiksa sekaligus berbagai organ pada
abdomen. Adanya acites dan cairan pleura pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai
alat menentukan diagnosa penyakit yang mungkin muncul lebih berat misalnya dengan
melihat ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan pankreas

5. Diagnosis Serologis
a. Uji Hemaglutinasi (Uji HI)
Tes ini adalah gold standart pada pemeriksaan serologis, sifatnya sensitif namun tidak

spesifik. Artinya tidak dapat menunjukkan tipe virus yang menginfeksi. Antibodi HI

bertahan dalam tubuh lama sekali (<48 tahun) sehingga uji ini baik digunakan pada

studi serologi epidemiologi. Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen 4x

lipat dari titer serum akut atau tinggi (>1280) baik pada serum akut atau konvalesen

dianggap sebagai pesumtif (+) atau diduga keras positif infeksi dengue yang baru

terjadi (Vasanwala dkk. 2012).


b. Uji komplemen Fiksasi (uji CF)
Jarang digunakan secara rutin karena prosedur pemeriksaannya rumit dan butuh

tenaga berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi bertahan beberapa tahun saja

(sekitar 2-3 tahun).


c. Uji Neutralisasi Uji ini paling sensitif dan spesifik untuk virus dengue. Dan biasanya

memakai cara Plaque Reduction Neutralization Test (PNRT) (Vasanwala dkk. 2012)
d. IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA)
Banyak sekali dipakai, uji ini dilakukan pada hari ke 4-5 infeksi virus dengue karena

IgM sudah timbul kemudian akan diikuti IgG. Bila IgM negatif maka uji harus

diulang. Apabila sakit ke-6 IgM masih negatif maka dilaporkan sebagai negatif. IgM

dapat bertahan dalam darah sampai 2-3 bulan setelah adanya infeksi (Vasanwala dkk.

2012)
e. Identifikasi Virus
Cara diagnostik baru dengan reverse transcriptase polymerase chain reaction

(RTPCR) sifatnya sangat sensitif dan spesifik terhadap serotype tertentu, hasil cepat

dan dapat diulang dengan mudah. Cara ini dapat mendeteksi virus RNA dari specimen

yang berasal dari darah, jaringan tubuh manusia, dan nyamuk (Vasanwala dkk. 2012).

H. Penatalaksanaan

1. Medis

a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus.

Pasien diberi banyak minum yaitu 1,5 – 2 liter dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia

diatasi dengan obat antipiretik. Jika terjadi kejang diberikan antikonvulsan. Luminal

diberikan dengan dosis : anak umur < 12 bulan 50 mg IM, anak umur > 1tahun 75 mg.

Jika kejang lebih dari 15 menit belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3

mg/kgBB. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien terus

menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya

dehidrasi dan hematokrit yang cenderung meningkat .


b. Pasien mengalami syok segera segera dipasang infus sebagai pengganti cairan hilang

akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya RL, jika pemberian cairan

tersebut tidak ada respon diberikan plasma atau plasma ekspander banyaknya 20 – 30

mL/kg BB. Pada pasien dengan renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila

syok telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitude nadi sudah cukup besar, maka

tetesan infus dikurangi menjadi 10 mL/kg BB/jam (Ngastiyah 2005)

c. Cairan (Rekomendasi WHO, 2007)


1). Kristaloid

- Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer Laktat

(D5/RL).
- Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer Asetat

(D5/RA).
- Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam larutan Faali

(d5/GF).

2). Koloid

- a). Dextran 40
- b). Plasma

2. Keperawatan

a) Derajat I
Pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit

tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam dan kompres hangat.
b) Derajat II
Segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang pada 2

tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka tetesan infus tetap tidak

lancar maka jika 2 tempat akan membantu memperlancar. Kadang-kadang 1 infus

untuk memberikan plasma darah dan yang lain cairan biasa.


c) Derajat III dan IV
- Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit (RL) dengan

cara diguyur kecepatan 20 ml/kgBB/jam.


- Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.
- Pengawasan tanda – tanda vital dilakukan setiap 15 menit.
- Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.
- Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan secepatnya

baik obat – obatan maupun darah yang diperlukan.


- Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan gastrointestinal

biasanya dipasang NGT untuk membantu pengeluaran darah dari lambung. NGT

bisa dicabut apabila perdarahan telah berhenti. Jika kesadaran telah membaik

sudah boleh diberikan makanan cair.


Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil
pengkajian yang dilakukan perawat berguna untuk menentukan masalah keperawatan yang
muncul pada pasien. Konsep keperawatan anak pada klien DHF menurut Ika Ermawati
dalam Ngastiyah 2011 yaitu :

a. Pengkajian
1. Identitas pasien Keluhan utama
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat tumbuh kembang, penyakit yang pernah diderita, apakah pernah dirawat

sebelumnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam, apakah ada

riwayat penyakit keturunan, kardiovaskuler, metabolik, dan sebagainya.


6. Riwayat psikososial
Bagaimana riwayat imunisasi, bagaimana pengetahuan keluarga mengenai demam

serta penanganannya.

a. Data subyektif

Merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada
pasien DHF, data subyektif yang sering ditemukan antara lain :

1. Panas atau demam


2. Sakit kepala
3. Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.
4. Lemah
5. Nyeri ulu hati, otot dan sendi
6. Konstipasi

b. Data obyektif

Merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat pada keadaan


pasien. Data obyektif yang sering ditemukan pada penderita DHF antara lain:

1. Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor


2. Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis,

ekimosis,hematoma, hematemesis, melena


3. Hiperemia pada tenggorokan
4. Nyeri tekan pada epigastrik
5. Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa
6. Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin,

gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.


7. Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan

.2. Diagnosa Keperawatan

Beberapa diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF (SDKI, 2017).
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi)
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
d. Resiko ketidakseimbangan cairan
e. Resiko syok (hipovolemik)
3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan pada pasien anak dengan penyakit DHF (SDKI, 2017)

1. Diagnosa keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera

fisiologis (inflamasi) (D.0077)


Luaran utama : Tingkat nyeri (L.08066)
Definisi: pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan

jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas

ringan hingga berat dan konstan.


Ekspektasi : Menurun
Kriteria Hasil :
- Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat
- Keluhan nyeri menurun
- Meringis menurun
- Gelisah menurun
- Keulitan tidur menurun
- Anoreksia menurun
- Mual muntah menurun
- Frekuensi nadi membaik
- Pola nafas membaik
- Tekanan darah membaik
- Nafsu makan membaik
Intervensi Keperawatan :
Intervensi Utama:
1. Manajemen Nyeri (I.08238)
a. Observasi:
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas

nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memprberat dan memperingan nyeri

b. Terapetik :
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

(misalnya kompres hangat, aromaterapi,dll)


- Kontrol longkungan yang memperberat rasa nyeri(misal, suhu

ruangan, pencahayaan,dll)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
c. Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Pemberian Analgesik (I.08243)
a. Observasi :
- Identifikasi karakteristik nyeri (pencetus, pereda, kualitas, lokasi,

intensitas, frekuensi, durasi )


- Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuaian jenis analgesik
- Monitor tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
b. Terapetik :
- Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus oploid untuk

mempertahankan kadar dalam serum


- Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang

tidak diinginkan
c. Edukasi :
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
d. Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
2. Diagnosa keperawatan : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus

dengue. (D.0130)
Luaran utama : Termoregulasi (L.14134)
Definisi: Pengaturan suhu tubuh agar tetap berada padarentang normal
Ekspektasi : Membaik
Kriteria Hasil :
- Menggigil menurun
- Kulit merah menurun
- Suhu tubuh membaik
- Suhu kulit membaik
- Tekanan darah meningkat
Intervensi Keperawatan :
Intervensi Utama:
1. Manajemen Hipertermia (I.15506)
a. Observasi:
- Identifikasi penyebab hipertermia
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urine
- Monitor komplikasi akibat hipertermia
b. Terapetik :
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Berikan oksigen, jika perlu
c. Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
d. Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
2. Regulasi Temperatur (I.14578)
a. Observasi :
- Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
- Monitor tekanan darah, frekuensi pernafasan dan nadi
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau hipertermia
b. Terapetik :
- Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
- Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
c. Edukasi :
- Jelaskan cara pencegahan hipotermi
d. Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
3. Diagnosa keperawatan : Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan

makanan (D.0019)
Luaran utama : Status nutrisi (L.14134)
Definisi: Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Ekspektasi : Membaik
Kriteria Hasil :
- Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
- Kekuatan otot pengunyah meningkat
- Kekuatan otot menelan meningkat
- Perasaan cepet kenyang menurun
- Nyeri abdomen menurun
- Sariawan menurun
- Berat badan membaik
- Frekuensi makan membaik
- Nafsu makan membaik
Intervensi Keperawatan :
Intervensi Utama:
1. Manajemen Nutrisi (I.03119)
a. Observasi:
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Monitor asupaan makanan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
b. Terapetik :
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
c. Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
d. Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (antiemetik)
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien

yang dibutuhkan, jika perlu


2. Promosi Berat Badan (I.03136)
a. Observasi :
- Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
- Monitor adanya mual muntah
- Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi sehari - hari
- Monitor berat badan
b. Terapetik :
- Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan,jika perlu
- Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien
- Hidangkan makanan secara menarik
- Berikan pujian pada pasien untuk peningkatan yang dicapai
c. Edukasi :
- Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap terjangkau
- Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan
d. Kolaborasi : -

DAFTAR PUSTAKA

Lestari, Titik. 2016. Asuhan keperawatan anak. Yogyakarta : Nuha Medika.

Prasetyono. 2012. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogya : Diva Press

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam
jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014
Adi, P.R., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta`: Interna Publishing,
p.1425.

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1; Cetakan III(Revisi).


Jakarta: Dewan pengurus pusat PPNI

PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1; Cetakan II.Jakarta:


Dewan pengurus pusat PPNI
PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1; Cetakan II. Jakarta:
Dewan pengurus pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai