Disusun oleh:
VIVI AISYAH
NIM 1932000051
A. Definisi
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan orang
dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut,
perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod
Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau oleh Aedes
Albopictus (Lestari, 2016).
B. Etiologi
C. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh akan menimbulkan demam karena
proses infeksi. Hal tersebut akan merangsang hipotalamus sehingga terjadi
termoregulasi yang akan meningkatkan reabsorsi Na dan air sehingga terjadi
hipovolemi, selain itu juga terjadi kebocoran plasma karena terjadi peningkatan
permeabilitas membran yang juga mengakibatkan hipovolemi, syok dan jika tak
teratasi akan terjadi hipoksia jaringan yang dapat mengakibatkan kematian.
perdarahan lain.
3. Derajat 3 : ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut,
tekanan darah menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab,
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua lebih
- Nyeri kepala
- Nyeri retro-orbital
- Mialgia / artralgia
- Ruam kulit
- Manifestasi perdarahan(petekie atau uji bending positif)
- Leucopenia
- Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan DD/DBD yang sudah
Berdasarkan kriteria WHO, diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini
dipenuhi
a. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
- Uji tourniquet positif
- Petekie, ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,tempat
bekas suntik.
- Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.00/ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:
- Peningkatan nilai hematokrit ≥20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis
kelamin.
- Penurunan nilai hematokrit ≥20% setelah pemberian cairan yang adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti :
- Hipoproteinemia
- Asites
- Efusi pleura
Seluruh kriteria DBD diatas ditandai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
a. Pada kasus DHF yang dijadikann pemeriksaan penunjang yaitu menggunakan darah
atau disebut lab serial yang terdiri dari hemoglobin, PCV, dan trombosit. Pemeriksaan
sebanyak 20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematoksit pada masa
konvaselen.
b. Hematokrit meningkat > 20 %, merupakan indikator akan timbulnya renjatan. Kadar
trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis pasti pada DHF dengan dua kriteria
3. Foto Thorax
Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya posisi lateral
dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik dalam mendeteksi cairan dibandingkan
dengan posisi berdiri apalagi berbaring.
4. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan karena tidak
menggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat diperiksa sekaligus berbagai organ pada
abdomen. Adanya acites dan cairan pleura pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai
alat menentukan diagnosa penyakit yang mungkin muncul lebih berat misalnya dengan
melihat ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan pankreas
5. Diagnosis Serologis
a. Uji Hemaglutinasi (Uji HI)
Tes ini adalah gold standart pada pemeriksaan serologis, sifatnya sensitif namun tidak
spesifik. Artinya tidak dapat menunjukkan tipe virus yang menginfeksi. Antibodi HI
bertahan dalam tubuh lama sekali (<48 tahun) sehingga uji ini baik digunakan pada
lipat dari titer serum akut atau tinggi (>1280) baik pada serum akut atau konvalesen
dianggap sebagai pesumtif (+) atau diduga keras positif infeksi dengue yang baru
memakai cara Plaque Reduction Neutralization Test (PNRT) (Vasanwala dkk. 2012)
d. IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA)
Banyak sekali dipakai, uji ini dilakukan pada hari ke 4-5 infeksi virus dengue karena
IgM sudah timbul kemudian akan diikuti IgG. Bila IgM negatif maka uji harus
diulang. Apabila sakit ke-6 IgM masih negatif maka dilaporkan sebagai negatif. IgM
dapat bertahan dalam darah sampai 2-3 bulan setelah adanya infeksi (Vasanwala dkk.
2012)
e. Identifikasi Virus
Cara diagnostik baru dengan reverse transcriptase polymerase chain reaction
(RTPCR) sifatnya sangat sensitif dan spesifik terhadap serotype tertentu, hasil cepat
dan dapat diulang dengan mudah. Cara ini dapat mendeteksi virus RNA dari specimen
yang berasal dari darah, jaringan tubuh manusia, dan nyamuk (Vasanwala dkk. 2012).
H. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus.
Pasien diberi banyak minum yaitu 1,5 – 2 liter dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia
diatasi dengan obat antipiretik. Jika terjadi kejang diberikan antikonvulsan. Luminal
diberikan dengan dosis : anak umur < 12 bulan 50 mg IM, anak umur > 1tahun 75 mg.
Jika kejang lebih dari 15 menit belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3
mg/kgBB. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien terus
akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya RL, jika pemberian cairan
tersebut tidak ada respon diberikan plasma atau plasma ekspander banyaknya 20 – 30
mL/kg BB. Pada pasien dengan renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila
syok telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitude nadi sudah cukup besar, maka
- Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer Laktat
(D5/RL).
- Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer Asetat
(D5/RA).
- Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam larutan Faali
(d5/GF).
2). Koloid
- a). Dextran 40
- b). Plasma
2. Keperawatan
a) Derajat I
Pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit
tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam dan kompres hangat.
b) Derajat II
Segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang pada 2
tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka tetesan infus tetap tidak
biasanya dipasang NGT untuk membantu pengeluaran darah dari lambung. NGT
bisa dicabut apabila perdarahan telah berhenti. Jika kesadaran telah membaik
Pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil
pengkajian yang dilakukan perawat berguna untuk menentukan masalah keperawatan yang
muncul pada pasien. Konsep keperawatan anak pada klien DHF menurut Ika Ermawati
dalam Ngastiyah 2011 yaitu :
a. Pengkajian
1. Identitas pasien Keluhan utama
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat tumbuh kembang, penyakit yang pernah diderita, apakah pernah dirawat
sebelumnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam, apakah ada
serta penanganannya.
a. Data subyektif
Merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada
pasien DHF, data subyektif yang sering ditemukan antara lain :
b. Data obyektif
Beberapa diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF (SDKI, 2017).
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi)
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
d. Resiko ketidakseimbangan cairan
e. Resiko syok (hipovolemik)
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan pada pasien anak dengan penyakit DHF (SDKI, 2017)
jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memprberat dan memperingan nyeri
b. Terapetik :
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
ruangan, pencahayaan,dll)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
c. Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Pemberian Analgesik (I.08243)
a. Observasi :
- Identifikasi karakteristik nyeri (pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
tidak diinginkan
c. Edukasi :
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
d. Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
2. Diagnosa keperawatan : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus
dengue. (D.0130)
Luaran utama : Termoregulasi (L.14134)
Definisi: Pengaturan suhu tubuh agar tetap berada padarentang normal
Ekspektasi : Membaik
Kriteria Hasil :
- Menggigil menurun
- Kulit merah menurun
- Suhu tubuh membaik
- Suhu kulit membaik
- Tekanan darah meningkat
Intervensi Keperawatan :
Intervensi Utama:
1. Manajemen Hipertermia (I.15506)
a. Observasi:
- Identifikasi penyebab hipertermia
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urine
- Monitor komplikasi akibat hipertermia
b. Terapetik :
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Berikan oksigen, jika perlu
c. Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
d. Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
2. Regulasi Temperatur (I.14578)
a. Observasi :
- Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
- Monitor tekanan darah, frekuensi pernafasan dan nadi
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau hipertermia
b. Terapetik :
- Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
- Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
c. Edukasi :
- Jelaskan cara pencegahan hipotermi
d. Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
3. Diagnosa keperawatan : Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan
makanan (D.0019)
Luaran utama : Status nutrisi (L.14134)
Definisi: Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Ekspektasi : Membaik
Kriteria Hasil :
- Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
- Kekuatan otot pengunyah meningkat
- Kekuatan otot menelan meningkat
- Perasaan cepet kenyang menurun
- Nyeri abdomen menurun
- Sariawan menurun
- Berat badan membaik
- Frekuensi makan membaik
- Nafsu makan membaik
Intervensi Keperawatan :
Intervensi Utama:
1. Manajemen Nutrisi (I.03119)
a. Observasi:
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Monitor asupaan makanan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
b. Terapetik :
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
c. Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
d. Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (antiemetik)
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
DAFTAR PUSTAKA
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam
jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014
Adi, P.R., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta`: Interna Publishing,
p.1425.