Anda di halaman 1dari 3

Nama : Edni Dayshe Herawati Purba

NPM :17110001

Prodi : Pendidikan Fisika

KEPEMIMPINAN TUNGKU TIGO SAJARANGAN DI MINANGKABAU

Tungku tigo sajarangan merupakan istilah kepemimpinan di Minangkabau


yang dibutuhkan untuk mengatur pemerintahan dan norma yang ada di masyarakat.
Tungku tigo sajarangan terdiri dari penghulu (niniak mamak), alim ulama, dan cerdik
pandai (cadiak pandai). Masing-masing memiliki peranan berbeda yang berguna
mengatur dan membangun kehidupan warga Minang.

Istilah kepemimpinan tungku tigo sajarangan diibaratkan dengan bejana di atas


tungku. Jika bejana dalam posisi seimbang di atas tungku, bejana tidak akan jatuh ke
api. Artinya pemerintah berjalan dengan posisi dan kedudukan masing-masing, maka
masyarakat akan terhindar dari permasalahan. Pemecahan masalah di Minang sangat
unik yaitu dengan musyawarah dan mufakat.

Seperti petatah petitih di bawah ini:

Alang tukang tabuang kayu,


Alang cadiak binaso adat,
Alang alim rusak agamo,
Alang sapaham kacau nagari.

Dek ribuik kuncang ilalang,


Katayo panjalin lantai,
Hiduik jan mangapalang,
Kok tak kayo barani pakai.

Baburu kapadang data,


Dapeklah ruso balang kaki,
Baguru kapalang aja,
Bak bungo kambang tak jadi.

Unsur kepemimpinan

1. Penghulu

Penghulu atau niniak mamak merupakan pemimpin adat yang dipilih secara turun-
temurun. Memilih penghulu harus sesuai dengan aturan dalam acara pengangkatan
penghulu. Sebagai niniak mamak yang melindungi kemenakan. dan menyelesaikan
permasalahan yang ada di negerinya karena mengerti tentang filosofi adat. Seseorang
dapat menjadi penghulu jika memiliki jiwa arif dan bijaksana. Penghulu memiliki
gelar ketika sudah menjabat

2. Alim ulama

Alim ulama adalah orang di dalam masyarakat yang mengetahui segala hal tentang
ilmu agama. Alim ulama memiliki tugas mengajarkan pendidikan agama serta
menyebarkan dakwah sesuai Al Qur’an dan hadist ajaran dari Rasulullah SAW, serta
mencontohkan perilaku yang baik menurut ajaran akidah. Tugas alim ulama lainnya
adalah membantu dalam beberapa kegiatan seperti acara pernikahan. Saat ini alim
ulama dikenal dengan sebutan ustad/kiyai.

3. Cerdik pandai

Cerdik pandai atau cadiak pandai memiliki jabatan setingkat dengan alim ulama dan
penghulu karena memiliki pengetahuan umum yang luas. Cerdik pandai dapat
memberikan solusi dalam penyelesaian masalah di lingkungan masyarakat. Cerdik
pandai bertugas membuat aturan untuk mengatur, menciptakan kemanan dan
ketentraman, untuk kehidupan yang lebih baik. Di masa kini, kelompok pemuda dan
orang pemikir disebut sebagai cerdik pandai.

Gabungan ketiga unsur ini saling bahu membahu dan bekerja sama dalam
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Tiga unsur ini dikenal
dengan Tungku Tigo Sajarangan, artinya ketiga pemimpin itu merupakan satu
kesatuan.

Gabungan pemimpin itu terlihat di tingkat nagari, segala keputusan di nagari


dikukuhkan oleh ketiga unsur tersebut. Suatu keputusan belum dijalankan, belum
dianggap sah, kalau salah satu ketiga unsur itu belum sependapat.

Kekuasaan tertinggi dalam masyarakat Minangkabau adalah Tuha Sakato, yaitu hal-
hal yang telah terjadi menjadi kesepakatan bersama, artinya segala sesuatu yang
bersifat mengatur di dalam kehidupan masyarakat harus terlebih dahulu
dimusyawarahkan.

Tiga unsur pemimpin inilah yang menyelesaikan permasalahan sesuai dengan


kedudukannya masing-masing dan hasil musyawarah itu selanjutnya dikukuhkan
dalam suatu rapat yang dihadiri seluruh wakil masyarakat, biasanya bertempat di
balai adat.

Pada hakikatnya mereka sama-sama bertanggung jawab memimpin masyarakat ke


arah kesejahteraan dan kemakmuran, inilah dikenal dengan sebutan Tungku Tigo
Sajarangan, karena kekuatan tungku tigo sajarangan masyarakat tidak akan tersesat,
kacau dan rusak. Jika ketiga tungku itu masih tetap bekerjasama menempatkan diri di
posisinya masing-masing.

Di dalam adat minagkabau diungkapkan sebagai Adat Basandi Syarak, Syarak


Basanndi Kitabulah. Adat dan agama tidak ada pertentangan, yaitu:
1. Syarak memberikan hukum atau syariat.
2. Adat melaksanakan seperti diungkapkan syarak mangato adat mamakai.
3. Undang-undang sebagai pengaturan.
Dengan demikian ada:
1. Adat.
2. Agama.
3. Undang-undang.

Adanya ketiga unsur pemimpin tersebut melahirkan Tali Tigo Sapilin. Ketiga-tiganya
dibutuhkan oleh masyarakat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dan
dilengkapi oleh orang Ampek Jini yaitu:

1. Penghulu.
2. Malin.
3. Manti.
4. Dubalang

Anda mungkin juga menyukai