net/publication/272505006
CITATIONS READS
0 2,521
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Virtual Reality As An Approach For Digital Heritage, Case Study: Pathok Negoro Mosques In Yogyakarta View project
All content following this page was uploaded by Hendro Trieddiantoro Putro on 20 February 2015.
Oleh :
13/356033/PTK/09150
2013
Daftar Isi
I. Latar Belakang .................................................................................................................... 3
III.II. Wayang.......................................................................................................................14
Permasalahan wayang kulit terancam punah akhir-akhir ini muncul melalui media
massa, Berikut beberapa berita mengenai permasalahan wayang punah.
Dunia seni wayang kulit Indonesia kini menghadapi problem yang serius. Bukan terkait
jumlah dalang, tapi jumlah penonton kian lama kian menyusut. "Kalau dari segi jumlah dalang,
kita mencukupi. Kita mempunyai perguruan tinggi yang mempunyai jurusan pedalangan,
sanggar wayang di seluruh Indonesia. Saat ini jumlah dalang hampir 2000-an, tapi penonton
makin sedikit, " tutur Suparmin Sunjoyo, Ketua Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia
(Sena Wangi) di selasela konferensi pers Wayang Summit di Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan di Jakarta, Kamis (22/11/2012). Dikatakan, saat ini 80 persen penonton wayang
berusia di atas 50 tahun. Untuk itu, pihaknya telah mengusulkan untuk memasukan wayang
menjadi bagian kurikulum di pelajaran sekolah. "Sayangnya sampai sekarang belum direspon.
Kenapa perlu masuk kurikulum karena akan menjadi kewajiban," katanya. (Laporan Wartawan
Tribunnews, Eko Sutriyanto)
"Kalau dari segi jumlah dalang, kita mencukupi. Kita mempunyai perguruan tinggi yang
mempunyai jurusan pedalangan, sanggar wayang di seluruh Indonesia. Saat ini jumlah dalang
hampir 2000-an, tapi penonton makin sedikit, " tutur Suparmin Sunjoyo, Ketua Sekretariat
Nasional Pewayangan Indonesia (Sena Wangi) di selasela konferensi pers Wayang Summit di
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta, Kamis (22/11/2012).
Melihat fenomena tersebut disebutkan bahwa tersedianya sekolah dalang dan jumlah
dalang hampir 2000-an, namun tetap saja sepi pengunjung. Penulis menilai jenjang karir dalang
memang bukan masalah yang paling utama dalam terancamnya wayang kulit untuk punah,
namun harus menjadi perhatian agar kedepan profesi dalang merupakan profesi yang mampu
mengangkat citra bahwa dalang juga sebagai profesi yang menjanjikan.
Melihat dari keberadaan wayang sebagai aset kebudayaan menjadikan wayang bukan
menjadi pilihan para penyelenggara kegiatan untuk mencari pemasukan dana. Hal ini terlihat
dari beberapa kegiatan acara wayang dilaksanakan untuk memperingati sebuah acara
keagamaan dan pemerintahan tanpa dipungut biaya.
Penulis melihat bahwa sepinya pengunjung museum wayang kulit bisa menjadi faktor
pemicu terancamnya wayang kulit untuk “punah”. Punah bukan berarti hilang, namun posisinya
menjadi tergantikan oleh tempat tujuan lain, seperti tempat perbelanjaan yang lokasinya dekat
dengan perkotaan.
Penulis menilai faktor penyebab terancamnya wayang kulit untuk punah. Faktor biaya,
durasi, dan bahasa menjadi faktor penentu dalam terancamnya wayang kulit untuk punah.
Disebutkan bahwa untuk setiap pertunjukan wayang membutuhkan biaya minimal 10 juta
rupiah, hal ini dikarenakan biaya sewa tempat, dan alat. Belum ada lokasi publik permanen
yang dapat digunakan untuk pertunjukan wayang. Selain itu durasi pertunjukan wayang yang
memakan waktu hingga semalam suntuk membuat pertunjukan ini kurang diminati, khususnya
oleh anak-anak. Faktor lainnya adalah penggunaan bahasa Jawa dalam setiap penyampaian
ceritanya. Tentu saja hal ini menjadi persoalan bagi para penonton yang tidak memahami
bahasa Jawa. Hal ini bias saja disebabkan oleh kurikulum bahasa Jawa yang tidak masuk
menjadi pelajaran wajib di sekolah, sehingga penggunaannya maupun pengertiannya akan
susah dipahami. Duta besar Suriname memberikan saran untuk mengenalkan bahasa daerah
sejak dini di sekolah serta mengikuti selera yg diinginkan, misalnya menggunakan bahasa
Indonesia, kemudian durasi diganti dari semalam suntuk jadi 2-3 jam dan cerita menyangkut
situasi sekarang. Juga gending, instrument musikal diolah untuk lebih memiliki daya tarik.
Berada di era teknologi dan informasi yang pesat, menimbulkan pergeseran pemaknaan
akan hiburan. Sebelum munculnya era teknologi, salah satu kegiatan masyarakat untuk
mencari hiburan adalah dengan menonton wayang, kegiatan ini diikuti oleh orang dewasa
maupun anak-anak, bahkan durasinya pun semalam suntuk, namun di era modern ini,
masyarakat tidak perlu keluar rumah karena bisa mendapatkan hiburan yang sangat beragam
melalui televisi maupun internet.
III. Kajian Pustaka
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari
satu pihak kepada pihak yang lain. Pada umumnya komunikasi dilakukan secara lisan atau
verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang
dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan
gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu misalnya tersenyum, menggelengkan kepala
atau mengangkat bahu. Cara ini disebut komunikasi nonverbal.
Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat
fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Profesor Wilbur Schramm
menyebutnya bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya.
"Tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia
tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi."-Schramm (1982).
Kemudian apa yang mendorong manusia sehingga ingin berkomunikasi dengan manusia
lainnya. Dalam teori dasar Biologi menyebut adanya dua kebutuhan, yakni kebutuhan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
Menurut Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, komunikasi adalah proses memahami
dan berbagi makna2. Oleh karena itu, tujuan utama dari komunikasi adalah terjadinya
kesamaan dalam memahami makna antara manusia yang berkomunikasi.
Claude Shannon dan Warren Weaver pada tahun 1949 memperkenalkan diagram
komunikasi sebagai berikut:
1
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Rosdakarya, halaman 46.
2
Ibid., 76
Diagram tersebut menjelaskan bahwa di dalam sebuah komunikasi harus terdapat
unsur-unsur, seperti sumber pesan, pesan, penyampai pesan, saluran, penerima pesan, dan
tujuan yang ingin dicapai. Adapun unsur lain yang juga harus diperhatikan adalah gangguan /
kendala komunikasi (noise/barriers) yang harus direkduksi.
Menurut John Fiske, saluran (channel) adalah wujud fisik dari segala hal yang bisa
meneruskan sinyal-sinyal informasi4. Salah satu contohnya adalah gelombang cahaya.
Sementara medium merupakan wujud fisik dari hal-hal yang dapat mengkonversikan pesan
menjadi sinyal-sinyal yang dapat diteruskan melalui saluran5. Contoh medium adalah tulisan,
radio, televisi, foto, dan juga bangunan. Kode merupakan sistem pemaknaan yang dipahami
bersama oleh suatu kelompok budaya atau sub-budaya6, salah satu contoh kode adalah lampu
lalu lintas.
Keberadaan tiga jenis saluran tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Medium
dapat diindera karena adanya saluran perantara (chanel) yang menghubungkan indera manusia
dengan wujud fisik medium, kemudian pesan yang terkandung di dalam medium dapat
dimaknai karena mengandung kode-kode tertentu yang diorganisasikan sesuai dengan sistem
yang telah disepakati oleh suatu kelompok masyarakat.
3
Fiske, John. 1990. Introduction To Communication Studies. London dan New York: Routledge, halaman 30.
4
Fiske, John. 1990. Introduction To Communication Studies. London dan New York: Routledge, halaman 18.
5
Ibid.
6
Fiske, John. 1990. Introduction To Communication Studies. London dan New York: Routledge, halaman 19.
Berangkat dari paradigma Lasswell, Effendy (1994:11-19) membedakan proses komunikasi
menjadi dua tahap, yaitu:
Komunikasi formal adalah komunikasi yang mengikuti rantai komando yang dicapai oleh
hirarki wewenang. Komunikasi informal adalah komunikasi yang terjadi diluar dan tidak
tergantung pada herarki wewenang. Komunikasi informal ini timbul karena adanya berbagai
maksud, yaitu
Komunikasi satu arah, pengirim berita berkomunikasi tanpa meminta umpan balik,
sedangkan komunikasi dua arah adalah penerima dapat dan memberi umpan balik.
Komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude
change) pada orang lain yang bisa terlihat dalam proses komunikasi. Tujuan dari Komunikasi
Efektif sebenarnya adalah memberi kan kemudahan dalam memahami pesan yang
disampaikan antara pemberi informasi dan penerima informasi sehingga bahasa yang
digunakan oleh pemberi informsi lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti dan dipahami
dengan baik oleh penerima informasi, atau komunikan. tujuan lain dari Komunikasi Efektif
adalah agar pengiriman informasi dan umpan balik atau feed back dapat seinbang sehingga
tidak terjadi monoton. Selain itu komunikasi efektif dapat melatih penggunaan bahasa nonverbal
secara baik.
Menurut Mc. Crosky Larson dan Knapp mengatakan bahwa komunikasi yang efektif
dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling tinggi derajatnya antara
komunikator dan komunikan dalam setiap komunikasi. Komunikasi yang lebih efektif terjadi
apabila komunikator dan komunikan terdapat persamaan dalam pengertian, sikap dan bahasa.
Komunikasi dapat dikatakan efektif apa bila komunikasi yang dilakukan dimana:
a) Pesan dapat diterima dan dimengerti serta dipahami sebagaimana yang dimaksud oleh
pengirimnya.
b) Pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat disetujui oleh penerima dan ditindaklanjuti
dengan perbuatan yang diminati oleh pengirim.
c) Tidak ada hambatan yang berarti untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan
untuk menindaklanjuti pesan yang dikirim.
Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya
keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu
(jangka pendek dan panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa pengelolaan kesan
itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa
keberhasilan dalam karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan, penghormatan
sosial, dan kekayaan.
III.II. Wayang
Wayang adalah seni pertunjukkan asli Indonesia yang berkembang pesat di Pulau Jawa
dan Bali. Selain itu beberapa daerah seperti Sumatera dan Semenanjung Malaya juga memiliki
beberapa budaya wayang yang terpengaruh oleh kebudayaan Jawa dan Hindu.
UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003
menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah
warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and
Intangible Heritage of Humanity).
Sebenarnya, pertunjukan boneka tak hanya ada di Indonesia karena banyak pula
negara lain yang memiliki pertunjukan boneka. Namun pertunjukan bayangan boneka (Wayang)
di Indonesia memiliki gaya tutur dan keunikan tersendiri, yang merupakan mahakarya asli dari
Indonesia. Untuk itulah UNESCO memasukannya ke dalam Daftar Representatif Budaya
Takbenda Warisan Manusia pada tahun 2003.
Wayang, yang diartikan sebagai bayang, mengandung 2 makna yang tersirat yaitu :
(1) Bayangan yang ditonton (dari belakang layar), menggambarkan bahwa setiap perilaku
manusia, baik atau buruk, dapat dilihat dan dinilai oleh orang lain tanpa memandang
fisik, jabatan atau kekayaannya.
(2) Bentuk fisik wayang, yang menggambarkan sifat dan perilaku setiap tokoh wayang
tersebut. Filsafat dunia wayang dijabarkan dalam 3 macam cara yaitu : sosok (bentuk),
karakter/sifat, dan ucapan/pandangan/ajarannya.
Setiap cerita dan percakapan dalam pertunjukan wayang mengandung pelajaran hidup
dan wejangan (nasehat) yang bagus. Demikian pula karakter masing-masing wayang juga
menunjukkan bahwa sifat manusia bermacam-macam, sebab akibat dari perilaku tokoh wayang
dalam setiap cerita dapat menjadi inspirasi dan pelajaran hidup bagi para penontonnya.
Muka wayang ada yang berwarna merah, hitam, dan putih. Warna merah
menunjukkan seorang yang memiliki sifat tegas dan keras serta menjadi panutan bagi
bawahannya. Warna hitam menggambarkan seorang satria yang memiliki kemantapan diri
sebagai panutan, sedangkan warna putih menggambarkan sifat kedewataan (bersih, bijaksana)
atau sebaliknya perangai yang tak konsisten. Selain muka wayang, ciri fisik lain seperti lengan
wayang juga mengandung makna. Ada wayang yang lengan atau tangannya dua, ada yang
tangannya dua, tapi yang satu dimasukkan ke saku (raksasa), dan lain-lain.
I. Wayang Kulit
Wayang Purwa
o Wayang Kulit Gagrag Yogyakarta
o Wayang Kulit Gagrag Banyumasan
Wayang Madya
Wayang Gedog
Wayang Dupara
Wayang Wahyu
Wayang Suluh
Wayang Kancil
Wayang Calonarang
Wayang Krucil
Wayang Ajen
Wayang Sasak
Wayang Sadat
Wayang Parwa
Wayang Arja
Wayang Gambuh
Wayang Cupak
Wayang Beber
2. Wayang Kayu
3. Wayang Orang
Wayang Gung
Wayang Topeng
4. Wayang Rumput
Wayang Suket
Wayang suket merupakan bentuk tiruan dari berbagai figur wayang kulit yang terbuat dari
rumput (bahasa Jawa: suket). Wayang suket biasanya dibuat sebagai alat permainan atau
penyampaian cerita perwayangan pada anak-anak di desa-desa Jawa.
Untuk membuatnya, beberapa helai daun rerumputan dijalin lalu dirangkai (dengan
melipat) membentuk figur serupa wayang kulit. Karena bahannya, wayang suket biasanya tidak
bertahan lama. Seniman asal Tegal, Slamet Gundono, dikenal sebagai tokoh yang berusaha
mengangkat wayang suket pada tingkat pertunjukan panggung.Bahkan jika menyebut wayang
suket, sekarang sudah lekat dengan pertunjukan wayangnya Slamet Gundono lulusan STSI
Pedalangan yang kini menetap di Solo. Wayang Suket slamet Gundono, awalnya bermediakan
wayang yang terbuat dari suket, namun Slamet Gundono lebih mengandalkan unsur teatrikal
dan kekuatan berceritera. Dalam pementasan wayang suketnya, Slamet Gundono
menggunakan beberapa alat musik yang teridiri dari gamelan, alat petik, tiup dan beberapa alat
musik tradisi lainnya.
Slamet juga dibantu beberapa pengrawit, penari yang merangkap jadi pemain, untuk
melengkapi pertunjukannya. Seting panggungnya berubah-ubah sesuai tema yang ditentukan.
Media bertutur Slamet Gundono tidak hanya wayang suket tetapi juga wayang kulit dan kadang
memakai dedaunan untuk dijadikan tokoh wayang. Kehebatan bertutur (pendongeng) dalang
satu ini sudah tidak diragukan lagi. Banyak kalangan Dalang muda yang memuji kemampuan
bertutur Slamet Gundono. Misalnya Ki Sigit Ariyanto; " Jangkan dengan wayang, dengan
pecahan genteng atau serpihan plastik Gundono dapat mendalang dengan baik". Bahkan
menurut Ki Bambang Asmoro, dengan media yang ada, Slamet Gundono bisa menuntun
penonton ke dalam emajinasi yang lebih dalam, sehingga roh atau esensi wayang sebagai
pertunjukan bayangan "wewayanganing aurip" menjadi lebih bermakna dan multi tafsir.
Jenis-jenis wayang menurut asal daerah, beberapa seni budaya wayang selain
menggunakan bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan bahasa Bali juga ada yang menggunakan
bahasa Melayu lokal seperti bahasa Betawi, bahasa Palembang, dan bahasa Banjar. Beberapa
diantaranya antara lain:
1. Wayang Surakarta
2. Wayang Jawa Timur
3. Wayang Bali
4. Wayang Sasak (NTB)
5. Wayang Kulit Banjar (Kalimantan Selatan)
6. Wayang Palembang (Sumatera Selatan)
7. Wayang Betawi (Jakarta)
8. Wayang Cirebon (Jawa Barat)
9. Wayang Madura (sudah punah)
10. Wayang Siam (Kelantan, Malaysia)
Sama halnya dengan museum Wayang di Jakarta, museum ini mempunyai beberapa
jenis wayang, seperti: wayang Purwa, wayang Madya (menceritakan era pasca perang
Baratayuda), wayang Thengul, wayang Klithik (mengisahkan Damarwulan dan Minakjinggo),
wayang beber, wayang Gedhog (cerita Dewi Candrakirana), wayang Suluh (mengenai sejarah
perjuangan kemerdekaan Indonesia), dan lain lain. Berkaitan dengan wayang Purwa, museum
ini memiliki beberapa poster yang menggambarkan strategi perang yang dipakai dalam perang
Baratayuda antara keluarga Pandawa dan Kurawa, yaitu: strategi Sapit Urang dan strategi
Gajah.
IV. Kesimpulan
Dari hasil analisis diatas penulis menyimpulkan bahwa poin penting yang menjadi
masalah dalam terancamnya wayang kulit untuk punah adalah kendala biaya, durasi dan
bahasa, selain itu yang perlu diperhatikan adalah pergeseran makna hiburan yang terjadi pada
saat ini. Berikut merupakan contoh kasus yang bisa menjadi rekomendasi sebagai upaya dalam
mencegah terancamnya wayang kulit untuk punah :
Seorang dalang cilik, Jose Amadeus Krisna (14) mainkan wayang kulit dengan lakon Dewaruci
pada Road Show World of Wayang di Aula SMA Karangturi, Jalan Raden Patah, Kota
Semarang, Rabu (05/06/2013). Pementasan yang berdurasi 30 menit ini untuk mengenalkan
kembali kesenian Jawa dikalangan pelajar. (Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan).
Lucunya Wayang Unyu untuk Facebook Messenger
Facebook memperkenalkan koleksi album stiker baru yang dinamakan "Wayang Unyu" khusus
untuk pengguna aplikasi Facebook maupun Facebook Messenger asal Indonesia. Koleksi stiker
ini terdiri dari 40 ilustrasi tokoh pewayangan Punakawan, yakni Petruk, Gareng, Bagong,
Semar, dan Srikandi.
Wayang Kulit Membuat Kuliah Tambah Menarik
Pada kesempatan itu, Ki Poerwahadiningrat atau Prof Dr Andrik Purwasito DEA menampilkan
pertunjukan Petruk Mabar Piwulang sebagai sarana menyampaikan materi kuliah Geografi
Politik. Pementasan wayang kulit tersebut bakal dipamerkan pada acara Expo UNS tahun 2013
dalam rangka Dies Natalis ke-37 UNS, di Student Center Kampus Universitas Sebelas Maret
(UNS).
“Sifat wayang kulit itu fleksibel. Wayang hidup sepanjang masa. Tidak hanya di bangku kuliah.
Wayang kulit bisa dipakai untuk sistem pembelajaran di sekolah. Dengan memakai wayang
kulit, bagi yang belum tahu menjadi tahu dan cara ini lebih menarik karena ada unsur
tontonannya,” terang Ki Purba Asmoro.
Daftar Pustaka
Cangara, Hafidz. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Effendy, Onong Uchjana. Komunikasi Teori dan Praktek: Remaja Pengantar Ilmu
Komunikasi. Jakarta: Grasindo.
Fiske, John. 1990. Introduction to Communication Studies. London dan New York:
Routledge.
Ruben, Brent D., Stewart Lea, P. 2005. Communication and Human Behaviour. USA:
Alyn and Bacon.
http://aardiansyah.blogspot.com/2012/11/pengertian-komunikasi-defenisi.html
http://irhamnurhalim.wordpress.com/2012/11/01/arti-penting-komunikasi/
http://pelatihanguru.net/apa-itu-jenis-jenis-tahap-komunikasi-dan-pengertian-proses-
komunikasi
http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-studies/2166075-
pengertian komunikasi-efektif/
http://www.solopos.com/2013/03/07/wayang-kulit-membuat-kuliah-tambah-menarik-
386028