Bentuk Soal:
1. Lama aku memikirkan fenomena ini. Akhirnya kutemukan jawaban. Bahwa yang dikagumi dan
ditertawakan para pengunjung dari para pembual sesungguhnya bukan kisah bualnya, melainkan
kemampuan imajinasi pembual sehingga mampu terpikir akan misalnya: memasang pukat di sungai
dan di darat atau menemukan termos di dasar sungai. Fenomena membual membuatku makin
memahami kaumku sendiri bahwa imajinasi adalah salah satu esensi dari nature orang Melayu.
A. Pemikir D. pengagum
B. Pembual E. jenaka
C. Penghayal
2. Tanganya mengunci pintu rumah. Sebuah tas besar menempel di bahu kiri dan tas kecil di
bahu kanan. Di bibirnya terselip sebatang rokok yang belum menyala. Kakinya menuruni anak
tangga. Di lantai ketiga ia berhenti menyalakan rokok. Dari sebuah jendela seorang bersiul, “ngebul,
nih ye….” Ia tidak mempedulikan dan terus melangkah. Di lantai kedua seorang laki-laki tua sedang
berbicara kepda burung peliharaannya. Seorang wanita berteriak dari jendela, “Bakmi ayam satu
enggak pakai saos!” Sebelum sampai di lantai dasar is duduk di lantai tangga membetulkan tali
sepatu yang lepas.
A. Hotel D. motel
C. gedung pertemuan
C. Perahu
4. ………..
“Kalau begitu ayo kita duduk di sana. Bapak akan cerita panjang lebar” Kata Pak Ali sambil menunjuk
pembatas jalan di pinggir trotoar yang bias diduduki. Mereka berdua berjalan ke sana. Alexandria
semakin terang. Kabut mulai hilang perlahan-lahan. Pantai mulai ramai. Jalan-jalan sudah mulai
dipenuhi kendaraan yang lalu lalang.
A. Pagi D. sore
B. Siang E. malam
C. Senja
5. Pak Pong berjalan kaki keliling kota Jakarta ditemani si penjaga. Kejadian siang tadi sama
sekali tidak membekas pada wajahnya. Mukanyatetap berseri-seri. Diterimanya kenyataan itu
sebagai hal yang wajar. Adiknya orang besar, sibuk dan banyak acara mengurus Negara. Setiap kali
melihat mobil merah di dekatnya, tanyanay.
“Bukankah itu mobil adikku? Jangan-jangan ia menjemput aku, kami memang sudah berjanji,
jam tujuh, makan malam.”
“Mobil merah ratusan, Pak, jumlahnya di sini. Dan malan ini pak jenderal ada di istana,
menyambut tamu dari luar negeri.”
Jakarta , Totilowati