1 2 3,4
Aryanto , Mariani Rasjid , M.Sabir
1
Medical Profession Program, Faculty of Medicine, Universitas Tadulako – Palu,
INDONESIA - 94118
2
Department of Internal Medicine, Pulmonology Sub Division, Undata General Hospital
– Central Sulawesi, INDONESIA – 94118
3
Departement of Medical Microbiology, Faculty of Medicine Tadulako University
4
Departement of Tropical Medicine and Traumatology, Faculty of Medicine Tadulako
University
*Correspondent Author : aryanto.pspd@gmail.com
ABSTRACT
Introduction: The case of pleural effusion in Indonesia reaches 2.7% of other
airway infections..
Objective: To understand treatment of pleural effusion
Method: The method used in this study was literature review
Result: Recurrent pleural effusion (Maligna effusion) is unresponsive to
thoracostomy and pleurodesis. Conditions with malignant effusion have a poor
prognosis.
Conclusion: Treatment for pleural effusion is thoracosentesis, chest tube,
pleurodesis and underlying disease therapy.
Keywords: Pleural effusion, Pleural Biopsy, Thoracoscopy, Fiberoptic
Bronchoscopy, Thoracostomy, Chest Tube, Thoracosentesis, Pleurodesis
ABSTRAK
Pendahuluan: Kasus efusi pleura di Indonesia mencapai 2,7 % dari penyakit
infeksi saluran napas lainnya.
Tujuan: Mengetahui tatalaksana efusi pleura.
Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah telaah literatur.
Hasil: Efusi pleura yang berulang (efusi maligna) tidak responsif terhadap
tindakan torakostomi dan pleurodesis. Keadaan dengan efusi maligna ini
mempunyai prognosis buruk.
Kesimpulan: Tatalaksana untuk efusi pleura adalah torakosentesis, pleurodesis
dan terapi penyakit dasar.
1. Torakosentesis
punksi pleura terlalu tinggi, sehingga
udara yang keluar. E. Punksi pleura
terlalu rendah, tidak didapatkan
udara (sumber: Light RW. Pleural
diseases. 6th ed. Philadelphia:
Wolters Kluwer/Lippincott Williams
& Wilkins Health; 2013)
Gambar 6. Posisi Penderita
untuk tindakan Torakosentesis 2. Selang dada
(sumber: Light RW. Pleural Tindakan yang dapat dilakukan
diseases. 6th ed. Philadelphia: pada efusi pleura adalah pemasangan
Wolters Kluwer/Lippincott Williams WSD untuk mengembalikan kondisi
& Wilkins Health; 2013). di dalam cavum pleura kembali
normal.(17) WSD adalah suatu
sistem drainage yang menggunakan
water sealed untuk mengalirkan
udara atau cairan dari cavum pleura
(rongga pleura) tujuannya adalah
untuk mengalirkan udara atau cairan
dari rongga pleura untuk
mempertahankan tekanan negatif
rongga tersebut, dalam keadaan
normal rongga pleura memiliki
tekanan negatif dan hanya terisi
sedikit cairan pleura.(17)
Gambar 7. A. Dilakukan injeksi Insersi selang dada merupakan
pada kulit menggunakan jarum prosedur terapi yang rutin dilakukan
dengan agen anestesi lokal. B. untuk mengevakuasi cairan atau
Periosteum diinjeksi dengan anestesi udara dalam rongga toraks. Insersi
lokal. C. Jarum masuk rongga pleura, selang dada (chect tube, tube
lakukan aspirasi cairan pleura. D. thoracostomy, bulloau drainage)
dapat diindikasikan pada efusi pleura mengembang setelah dilakukan
terkait keganasan, infeksi atau torakosentesis terapeutik dan keluhan
hemotoraks paska pembedahan. berkurang, tidak terdapat obstruksi
Dapat dikerjakan dengan cara bronkus dan trapped lung.(17)
konvensional (blunt dissection) Pleurodesis melibatkan
tehnik seldinger maupun kateter obliterasi rongga pleura melalui
pigtail atau indwelling pleural proses peradangan steril dan target
catheter.(1) Pemasangan chest tube dan pleurodesis adalah terbentuknya
dapat dilakukan dengan trocar tube jaringan librosis antara membran
thoracostomy, operative tube viseral dan parietal. Agar prosedur
thoracostomy dan guidewire tube ini berhasil, rongga pleura harus
thoracostomy. Terdapat dua jenis dalam kondisi kosong dan cairan
pleural drainage system yaitu bottle pleura dengan cara dilakukan
collection system dan one way flutter drainase baik dengan pungsi pleura
valve. Jahitan pada chest tube terdiri maupun dengan insersi toraks drain,
dari tabac sac (matras) dan serta tidak ditemukannya trapped
penggantung.(17) lung yaitu kondisi reekspansi paru
secara inkomplet dimana didapatkan
3. Pleurodesis daerah paru yang tidak dapat
Pleurodesis merupakan suatu mengembang sempurna, mungkin
prosedur untuk mencapai simfisis dikarenakan terbentuknya peel,
antara dua lapisan pleura untuk jaringan fibrosis, fibrin. Jika ada
mencegah akumulasi udara atau bukti dan ekspansi paru yang adekuat
cairan pada rongga pleura.(1) berikut drainase, iritan kimia
Pleurodesis bertujuan untuk kemudian dimasukkan ke dalam
melekatkan pleura visceral dan rongga pleura.(1)
pleura parietal sehingga mencegah Pipa selang dimasukan pada
akumulasi baik udara pada ruang antar iga dan cairan efusi
pneumotoraks ataupun cairan pada dialirkan keluar secara perlahan-
efusi pleura di dalam rongga pleura. lahan. Setelah tidak ada lagi cairan
Pleurodesis dilakukan bila paru telah yang keluar, masukan 500 mg
tetrasiklin (biasanya oksitetrasiklin) epidemiologis terinfeksi TB.(8)
yang dilarutkan dalam 20 cc garam Sebagai contoh, pasien dengan efusi
fisiologis ke dalam rongga pleura, pleura eksudat dengan limfosit
selanjutnya diikuti dengan 20 cc predominan, peningkatan level ADA
garam fisiologis.(10,17) Kunci cairan pleura (> 40 unit /L), kadar
selang selama 6 jam dan selama itu glukosa cairan pleura rendah, sitologi
pasien diubah ubah posisinya, cairan pleura negatif, dan
sehinggga tetrasiklin dapat mendukung patologi pada biopsi
didistribusikan kesaluran rongga pleura.(1) Dengan terapi yang tepat,
pleura.(10,17) Selang antar iga sebagian besar pasien mengalami
kemudian dibuka dan cairan dalam perbaikan klinis dalam waktu dua
rongga pleura kembali dilairkan minggu, dalam banyak kasus cairan
keluar sampai tidak ada lagi yang pleura diserap kembali dalam waktu
tersisa. Selang kemudian dicabut. enam minggu. Namun, beberapa
Komplikasi tindakan pleurodesis ini pasien memakan waktu hingga dua
berupa nyeri pleuritik atau demam. bulan, dan resorpsi total cairan bisa
(10) memakan waktu hingga empat bulan.
(1)
4. Terapi Penyakit Dasar Diagnosis utama berdasarkan
a. Efusi Pleura Tuberkulosis adanya kuman tuberkulosis dalam
Efusi pleura tuberkulosis adalah cairan efusi (biakan) atau dengan
kondisi klinis tersering kedua setelah biopsi(10) jaringan pleura. Pada
limfadenitis tuberkulosis. Pendekatan daerah-daerah dimana frekuensi
terapi antituberkulosis untuk tuberkulosis paru tinggi dan terutama
pengobatan efusi pleura tuberkulosis pada pasien muda, sebagian besar
adalah sama dengan pendekatan efusi pleura adalah karena pleuritis
untuk pengobatan tuberkulosis paru tuberkulosa walaupun tidak
aktif.(8) Bila tidak ditemukan ditemukan adanya granuloma pada
diagnosis definitif, terapi anti biopsi jaringan pleura.(10)
tuberkulosis exjuvantibus dibenarkan Pengobatan dengan obat-obat anti
untuk pasien dengan faktor risiko tuberkulosis memakan waktu 6-12
bulan. Dosis dan cara pemberian obat rekurensi efusi pleura, prognosis
seperti pada tuberkulosis paru. pasien, dan tingkat keparahan gejala
Pengobatan ini menyebabkan cairan pasien harus dievaluasi untuk
efusi dapat diserap kembali, tapi memilih terapi berikutnya.
untuk menghilangkannya eksudat ini Tatalaksana torakosentesis dapat
dengan cepat dilakukan dilakukan kembali pada pasien efusi
torakosentesis. Umumnya cairan pleura ganas yang terakumulasi
diresolusi sempurna, tapi kadang kembali secara perlahan (slow
dapat diberikan kortikosteroid secara progress).(2) Prosedur dapat
sistemik prednison 1 mg/kg BB dilakukan di tempat tidur atau di
selama dua minggu kemudian dosis ruang tindakan dengan pemantauan
diturunkan secara perlahan.(10) yang tepat.(2) Torakosentesis
berulang dapat menyebabkan adhesi
b. Efusi Pleura terkait Keganasan pleura. Adhesi pleura ini dapat
Efusi pleura karena menjadi penyulit prosedur
keganasan biasanya unilateral, tetapi pleurodesis dan torakoskopik jika
bisa juga bilateral karena obstruksi prosedur menjadi pilihan terapi.
saluran getah bening, adanya Penggunaan tunneled pleural
metastasis dapat mengakibatkan catheters atau pigtail catheter dapat
drainase cairan dari rongga pleura mengurangi kunjungan klinik untuk
via diafragma. Keadaan efusi pleura drainase efusi pleura sehingga
dapat bersifat maligna. Jenis prosedur torakosentesis yang
keganasan yang menyebabkan efusi berulang dapat menurun.(1)
pleura yaitu mesotelioma, Intervensi yang lebih agresif
karsionoma bronkus, neoplasma diperlukan untuk kebanyakan pasien
metastasis dan limfoma maligna.(10) karena efusi pleura ganas biasanya
Pasien yang memiliki gejala yang berulang dengan cepat (misalnya
disebabkan oleh efusi pleura terkait kurang dari satu bulan) setelah
keganasan pada awalnya harus torakosentesis awal. Pilihan meliputi
menjalani torakosentesis terapeutik indwelling pleural catheters,
untuk mengeluarkan cairan. Tingkat
pleurodesis, pleurektomi, dan shunt torakosentesis dapat dilakukan
pleuroperitoneal.(1) pleurodesis serta terapi penyakit
dasar.
E. PROGNOSIS
Prognosis pada efusi pleura DAFTAR PUSTAKA
bervariasi sesuai dengan etiologi 1. Porcel JM, Light RW.
yang mendasari. Penderita efusi Diagnostic Approach to Pleural
Effusion in Adults. 2006;73(7):10.
pleura dengan diagnosis cepat dan
2. Light RW. Pleural diseases.
akurat serta mendapatkan 6th ed. Philadelphia: Wolters
penatalaksanaan yang adekuat akan Kluwer/Lippincott Williams &
Wilkins Health; 2013. 504 p.
memiliki prognosis yang lebih baik.
(1) 3. Dwianggita P. Etiologi Efusi
Pleura Pada Pasien Rawat Inap Di
Efusi pleura yang berulang Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah,
(efusi maligna) kebanyakan tidak Denpasar, Bali Tahun 2013. Intisari
Sains Medis. 2016 Dec 15;7(1):57.
responsif terhadap tindakan
torakostomi dan pleurodesis. 4. Depkes RI. Profil Kesehatan
2006. Jakarta: Depkes RI; 2006.
Keadaan dengan efusi maligna ini
5. Puspita I, Soleha TU, Berta
mempunyai prognosis buruk.(10)
G. Penyebab Efusi Pleura di Kota
Metro pada tahun 2015. 2015;8.
F. KESIMPULAN 6. Feller-Kopman D, Parker MJ,
Dalam telaah literatur ini Schwartzstein RM. Assessment of
Pleural Pressure in the Evaluation of
dijelaskan definisi, patogenesis, Pleural Effusions. Chest. 2009
diagnosis, tatalaksana dan prognosis Jan;135(1):201–9.
efusi pleura. Pemeriksaan yang 7. Lai-Fook SJ. Pleural
lengkap dapat menegakkan diagnosis Mechanics and Fluid Exchange.
Physiol Rev. 2004 Apr;84(2):385–
yang tepat. Torakosentesis 410.
merupakan sarana untuk diagnostik
8. Amin M, K W, Hasan H,
maupun terapeutik, sehingga hal ini Anang Marhana I, editors. Buku Ajar
sangat penting dalam tatalaksana Paru 2019. 1st ed. Surabaya: Unair;
2019. 179–194 p.
efusi pleura. Untuk mencegah
9. Pranita NPN. Diagnosis dan
terjadinya lagi efusi pleura setelah
Tatalaksana Terbaru Penyakit Pleura.
FK Univ Lampung. 2020 Feb;2:69– population. BMC Pulm Med. 2017
78. Dec;17(1):151.
10. Setiati S, Alwi I, W. Sudoyo 17. Rasmin M, Jusuf A. Buku
A, Simadibrata K M, Setiyohadi B, Ajar Pulmonologi dan kedokteran
Fahrial Syam A, editors. Buku Ajar Respirasi. 1st ed. UI Publishing;
Ilmu Penyakit Dalam. VI. Jakarta: 2018. 457–479 p.
Interna Publishing; 2015. 1633–1641
18. Daniels CE, Ryu JH.
p. (II).
Improving the safety of
11. Light RW, Jenkinson SG, thoracentesis: Curr Opin Pulm Med.
Minh V-D, George RB. Observations 2011 Jul;17(4):232–6.
on Pleural Fluid Pressures as Fluid Is
19. Feller-Kopman D.
Withdrawn during Thoracentesis. :6.
Therapeutic thoracentesis: the role of
12. Karkhanis V, Joshi J. Pleural ultrasound and pleural manometry:
effusion: diagnosis, treatment, and Curr Opin Pulm Med. 2007
management. Open Access Emerg Jul;13(4):312–8.
Med. 2012 Jun;31.
13. Evans AL, Gleeson FV.
Radiology in pleural disease: State of
the art. Respirology. 2004
Aug;9(3):300–12.
14. Liao H, Na MJ, Dikensoy O,
Lane KB, Randal B, Light RW.
Diagnostic value of pleural fluid N-
terminal pro-brain natriuretic peptide
levels in patients with cardiovascular
diseases: Diagnostic value of pleural
NT-proBNP. Respirology. 2008 Jan
9;13(1):53–7.
15. Panjwani A, Zaid T. An
interesting case of undiagnosed
pleural effusion. Breathe. 2017
Jun;13(2):e46–52.
16. Thomas M, Ibrahim WH,
Raza T, Mushtaq K, Arshad A,
Ahmed M, et al. Medical
thoracoscopy for exudative pleural
effusion: an eight-year experience
from a country with a young