Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

A. RASIONAL

Studi kasus merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan PPL-BK II

yang harus ditempuh oleh mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Studi kasus

merupakan suatu metode atau teknik untuk mempelajari keadaan dan

perkembangan seorang konseli secara komprehensif dengan cara mempelajari

latar belakang konseli dan faktor-faktor yang menimbulkan masalah, sehingga

bantuan yang diberikan dapat efektif dan sesuai dengan kebutuhan konseli. Tujuan

studi kasus adalah bantuan kepada konseli yang bermasalah untuk memperoleh

penyesuaian pribadi dalam proses perkembangan optimal.

Studi kasus dapat diartikan suatu metode untuk menyelidiki atau

mempelajari individu secara intensif, integratif dan komparatif, dengan tujuan

membantu siswa untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik (Hayyinah,

1992). Integratif artinya menggunakan berbagai teknik dan metode pengumpulan

data, sedangkan intensif artinya mendalam dan kontinyu, sedangkan komprehensif

artinya data yang dikumpulkan mencakup seluruh aspek kepribadian. Data yang

diperoleh dengan cara ini akan bermanfaat untuk mendiagnosa dan menentukan

treatment secara tepat dan memadai.

Pelaksanaan studi kasus diadakan dengan mengumpulkan data secara

lengkap, bersifat rahasia, dikerjakan secara terus menerus (kontinyu), secara

ilmiah dan dilaksanakan untuk memperoleh data dari berbagai pihak.

1
Pengumpulan data yang valid, relevan dan komprehensif tersebut digunakan

untuk menentukan jenis kesulitan yang dialami oleh konseli, sumber penyebab

masalah dan menentukan jenis layanan atau bantuan yang akan diberikan. Data

integratif dan komprehensif dimaksudkan agar bantuan yang diberikan kepada

konseli tersebut sesuai dengan kebutuhannya.

Adapun manfaat pelaksanaan studi kasus adalah praktikan dapat berlatih

melaksanakan tahap-tahap dalam studi kasus, antara lain menganalisis data,

sintesis, mendiagnosis masalah, prognosis, serta berlatih menetapkan treatment

yang akan diberikan pada konseli berdasarkan data dan masalah yang dialami

konseli secara tepat dan sistematis.

Tujuan pelaksanaan studi kasus antara lain:

1. Memahami konseli sebagai individu dalam keunikannya dan keseluruhannya

2. Mengenal keadaan konseli yang dianggap mempunyai masalah tertentu.

3. Mengadakan interpretasi dan diagnosis tentang tentang perbuatan dan tingkah

laku konseli sesuai dengan kasusnya.

4. Menentukan jalan keluar bagi permasalahan yang dihadapi oleh konseli.

5. Menjaga batas kemampuan dan kewenangan pelaksanaan tugas serta

memelihara mutu layanan dengan mengaplikasikan kode etik bimbingan dan

konseling.

Kegunaan studi kasus yaitu :

1. Mendorong seseorang untuk mengadakan evaluasi.

2. Dapat mengembangkan penyelidikan latar belakang individu.

3. Menekankan pendekatan yang diteliti dalam memecahkan masalah individu.

2
4. Berguna untuk memecahkan masalah yang sulit dan kompleks.

Seorang calon konselor diharapkan dapat menjadi konselor profesional

dalam bekerja. Salah satu ciri profesional adalah menguasai dan terampil dalam

mempergunakan berbagai metode dan teknik dalam membantu konseli. Studi

kasus dalam rangka pelayanan bimbingan adalah suatu metode atau cara yang

dipakai konselor untuk mempelajari keadaan dan perkembangan konseli secara

mendalam agar konseli dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Kegiatan studi kasus dilaksanakan dengan tujuan melatih keterampilan

praktikan dalam membantu konseli yang mengalami masalah. Selain itu, dengan

studi kasus ini praktikan diharapkan mampu menerapkan prosedur dan teknik

umum dalam memahami dan membantu masalah individu / konseli.

B. KONFIDENSIALITAS

Profesi bimbingan, begitu juga profesi lain yang bersifat memberikan

bantuan (helping professional) umumnya memiliki sejumlah tata cara atau kode

etik yang dijadikan pedoman dalam menjalankan aktivitas profesinya.

Demikian pula halnya dengan konselor yang bekerja pada profesi bimbingan yang

memberikan bantuan kepada siswa di sekolah juga tidak bisa lepas dari kode etik

jabatan konselor. Hal ini dimaksudkan agar konselor dalam menjalankan tugasnya

dapat menjaga standart mutu dan menghindari adanya penyimpangan kode etik.

Dari sekian banyak bukti yang ada dalam kode etik jabatan konselor yang

erat kaitannya dengan konfidensialitas adalah Kode Etik No. 1 dan 4 bab

3
penyimpangan penggunaan informasi (Munandir, 1979). Kode Etik tersebut

berbunyi:

1. Catatan-catatan tentang diri konseli, yang meliputi diri konseli, yang


meliputi data hasil wawancara, testing, surat menyurat, rekaman dan data
lain, semuanya merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya
boleh digunakan untuk kepentingan riset atau pendidikan konselor,
asalkan identitas konseli dirahasiakan.
2. Adalah kewajiban konselor untuk memegang rahasia konseli
kewajiban ini tetap berlaku walaupun ia tidak lagi menangani konseli
atau tidak lagi berdinas sebagai konselor.

Berdasarkan dari kode etik di atas, maka menjadi kewajiban praktikan

untuk tidak membocorkan identitas konseli dalam laporan ini, yaitu dengan cara

menuliskan identitas konseli secara fiktif untuk merahasiakan konseli. Namun,

apabila secara kebetulan ada kesamaan dalam penulisan nama orang tertentu,

diluar kesengajaan, masalah studi kasus ini tidak ada sangkut pautnya dengan

nama yang kebetulan sama tersebut.

C. IDENTIFIKASI KONSELI

1. PROSES PENEMUAN KONSELI

Proses penemuan kasus ini berdasarkan hasil konseling praktikan dengan

konseli, wawancara dengan konselor pamong, wali kelas, guru bidang studi dan

orang tua konseli, hasil pengamatan (observasi) serta home visit yang dilakukan

oleh praktikan. Dari hasil konseling diketahui bahwa konseli mempunyai masalah

pribadi, belajar dan sosial. Konseli kurang percaya diri dengan cara bicaranya dan

cenderung emosional. Konseli sulit untuk konsentrasi dalam belajar. Secara

hubungan sosial, konseli merupakan siswa terisolir karena sering mengganggu

teman di kelas. Data yang diperoleh melalui home visit, konseli tidak mempunyai

4
teman yang sebaya di lingkungannya dan jarang mendapat kontrol dari orang

tuanya.

Praktikan juga menganalisis dari instrumen pengumpulan data yang sudah

dilancarkan terhadap konseli. Berdasarkan hasil analisis pengumpulan data

diketahui bahwa konseli memiliki masalah dalam hubungan sosial, masalah

belajar, masalah penyesuaian terhadap sekolah. Berdasarkan beberapa masalah

yang dihadapi oleh konseli tersebut menjadi alasan praktikan untuk melaksanakan

studi kasus.

2. IDENTIFIKASI KONSELI

1. Identifikasi konseli

a. Nama : Muhammad Rafa (fiktif)

b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. Tempat tanggal lahir : Surabaya, 28 Agustus 1998

d. Golongan darah :O

e. Alamat : Graha Bumi Mandiri C-9 Malang

(fiktif)

f. Sekolah : SMP Negeri 5 Malang

g. Kelas : 7 RSBI 4

h. Agama : Islam

i. Suku bangsa : Jawa

j. Kewarganegaraan : Indonesia

k. Bahasa sehari-hari : Indonesia + Jawa

5
l. Hobi : Browsing internet dan membaca

komik

m. Cita-cita : Sutradara dan Animator

2. Lukisan tentang konseli

a. Keadaan jasmani

a) Tinggi badan : 149, 5 cm

b) Berat badan : 54 kg

c) Bentuk badan : Gemuk dan tegap

d) Warna kulit : Sawo Matang

e) Bentuk Muka : Bulat

f) Rambut : Hitam berombak

b. Penampakan lahiriah

a) Ekspresi wajah : Biasa

b) Perangai : Tidak bisa diam

c) Pakaian : Kurang rapi

d) Suara : Serak dan sedikit cadel

c. Keadaan kesehatan

a) Keadaan fisik : Normal

b) Penglihatan : Normal

Kanan 6/6 dan Kiri 6/6

c) Pendengaran : Normal

d) Kesempatan istirahat : Cukup

e) Gizi yang dikonsumsi : Baik

6
d. Riwayat Pendidikan

No Tingkat Sekolah Lama


1 TK TK Darut Taqwa Surabaya 2 tahun
2 SD SD Muhammadiyah 4 Surabaya 4 tahun
3 SD SD Al-Kautsar Malang 2 tahun
4 SMP SMP Negeri 5 Malang sampai dengan

sekarang

e. Keadaaan keluarga

a) Nama ayah : Candra Kirana (fiktif)

b) Umur : 42 tahun

c) Agama : Islam

d) Pekerjaan : Dokter Spesialis Anak

e) Pendidikan : S2

f) Alamat : Graha Bumi Mandiri C-9 Malang

(fiktif)

g) Nama Ibu : Rhania (fiktif)

h) Umur : 39 tahun

i) Agama : Islam

j) Pekerjaan : Swasta

k) Pendidikan : S1

l) Alamat : Graha Bumi Mandiri C-9 Malang

(fiktif)

m) Jumlah saudara : 2 (dua)

n) Sikap dominan : Terhadap Ibu

o) Sikap orang tua terhadapnya : Over protective

7
p) Hubungan dengan keluarga : Lebih dekat dengan Ibu

q) Fasilitas : Lengkap

f. Keadaan sosial ekonomi

a) Keadaan tempat tinggal : Lingkungan perumahan

b) Status tinggal : Rumah sendiri

c) Penghasilan orang tua : Tetap

g. Keadaan di

a) Dalam kelas : - suka berbicara

- suka mengganggu teman

- tidak bisa diam

b) Sikap terhadap guru : Sopan

c) Sikap terhadap konselor : Sopan

d) Sikap terhadap teman : - Suka mengganggu teman di kelas

- Jika diganggu teman, emosi tidak

stabil

- Suka memukul teman

- Mudah marah

e) Kegiatan saat istirahat : - Bermain game dan menggambar

- Becanda dengan teman

- Ke kantin

f) Kegiatan ekstra : Band (drummer)

g) Prestasi/sikapnya : Di bawah rata-rata

h. Rencana Masa Depan

8
a) Rencana Pendidikan : Ingin menyelesaikan sekolah

b) Rencana Pekerjaan : Ingin menjadi sutradara dan

animator

c) Rencana Orang Tua :-

D. GAMBARAN KEUNIKAN KONSELI

1. Penampilan Fisik

Konseli memiliki postur yang gemuk dan memiliki tinggi badan yang

sesuai dengan ukuran anak SMP pada umumnya. Konseli memiliki warna

kulit sawo matang, bentuk wajah bulat dan mata agak sipit. Rambutnya hitam

dan bergelombang. Cara berjalan konseli tegap, namun kepala sedikit

menunduk dan penampilan konseli kurang rapi.

2. Penampilan Psikis

Penampilan psikis konseli pada saat pelajaran terlihat sedikit pendiam dan

melamun. Konseli sulit untuk konsentrasi pada saat pelajaran Namun, pada

istirahat konseli suka bercanda berlebihan dengan teman. Konseli mudah

tersinggung dan marah jika diganggu teman. Emosi konseli tidak stabil dan

cenderung tidak bisa diam. Konseli sering diolok-olok temannya karena cara

bicara yang cadel, sehingga konseli merasa kurang percaya diri. Konseli tidak

memiliki teman di kelas. Konseli suka bermain game di laptopnya pada saat

istirahat, namun jika ada yang mengganggu konseli bisa memukul temannya.

Konseli suka berbohong terhadap teman, guru dan orang tuanya. Cara

berbicara konseli sedikit kasar dan tidak memperdulikan teman.

9
Sikap positif konseli adalah konseli merupakan anak yang sopan terhadap

guru dan terbuka terhadap orang lain. Konseli memiliki minat yang besar

terhadap menggambar, seni dan internet. Konseli selalu menyapa praktikan

jika bertemu.

BAB II

GEJALA DAN ALASAN PEMILIHAN KASUS

10
A. GEJALA

Gejala merupakan tanda - tanda tingkah laku yang tampak (overt) dan

tidak tampak (covert) serta keterangan lain yang memperkuat teridentifikasinya

kasus konseli dalam studi kasus ini, sehingga dapat diketahui konseli adalah

seorang yang bermasalah.

Berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi ditemukan bahwa

konseli tampak sering melamun dan tidak bisa konsentrasi dalam belajar. Konseli

tidak bisa diam dan suka mengganggu teman-temannya. Cara berbicara konseli

sedikit kasar dan mudah marah. Menurut hasil pengamatan guru Bahasa Inggris

dan Bahasa Indonesia, pandangan konseli kosong dan sering tidak memperhatikan

guru. Catatan konseli tidak lengkap dan tidak rapi. Konseli sering kurang serius

pada saat mengerjakan tugas dan jarang bertanya. Menurut pengamatan guru wali

kelas, diketahui bahwa konseli suka menggambar. Konseli suka berkelahi di kelas

dan suka berbohong. Menurut pengamatan guru BK, konseli cukup terbuka

terhadap orang lain, namun mudah terpancing emosinya jika diganggu oleh

teman.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara

praktikan dengan konseli, proses konseling serta analisis data non tes ditemukan

gejala-gejala:

1. Konseli merasa kurang percaya diri dengan cara bicara yang cadel

2. Konseli mudah marah apabila diganggu oleh temannya

3. Konseli merasa tidak disukai oleh teman-teman sekelasnya

11
4. Konseli suka berbohong

5. Konseli cenderung hiperaktif

6. Konseli kurang bisa menyesuaikan diri dengan keadaan sekolah

7. Konseli sulit konsentrasi dalam belajar

8. Konseli sering belajar sendiri di rumah

9. Konseli senang bermain game

10. Nilai belajar konseli dibawah rata-rata

11. Konseli kurang mendapat perhatian dari ayahnya

12. Konseli terlalu dilindungi oleh ibunya (over protective)

13. Orang tua kurang memperhatikan jadwal belajar konseli

Berdasarkan keluhan dan hasil obsevasi tersebut praktikan mencoba

mengklasifikasikan masalah yang dihadapi oleh konseli adalah masalah pribadi,

belajar, hubungan sosial dan keluarga.

B. ALASAN PEMILIHAN KASUS

Alasan pemilihan kasus didasarkan pada gejala masalah yang tampak pada

konseli. Alasan-alasan tersebut dapat didasarkan atas prioritas penyelesaian dan

kompleksnya masalah kasus, sehingga diperlukan penyelesaian secepat mungkin.

Berdasarkan gejala yang nampak, konseli memerlukan bantuan yang kontinyu

untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Masalah yang dihadapi

oleh konseli cukup kompleks diantaranya konseli kurang bisa mengontrol

emosinya sehingga menyebabkan konseli terisolir dalam pergaulan sosial,

12
cenderung hiperaktif, prestasinya rendah dan kurang mendapat perhatian dari

orang tuanya.

Dari gejala tersebut, maka konseli perlu segera dibantu agar permasalahan

dapat terselesaikan dengan baik melalui kegiatan bimbingan, dengan harapan

permasalahan yang dihadapi tidak mengganggu proses belajar dan perkembangan

sosial konseli.

C. ANCANGAN STUDI KASUS

Penyusunan studi kasus yang dilaksanakan oleh praktikan didasarkan pada

ancangan klinis model Trait and Factor yang dikembangkan oleh E. G

Williamson. Alasan praktikan menggunakan pendekatan Trait and Factor karena

didasarkan pada hakekat manusia, salah satunya adalah manusia merupakan

individu yang unik.

Ancangan klinis model Trait and Factor memiliki 6 tahap untuk

membantu konseli dalam menyelesaikan masalahnya yaitu analisis, sintesis,

diagnosis, prognosis, treatment dan tindak lanjut (follow up). Ancangan ini

memiliki tahapan yang komprehensif dan sistematis untuk memahami masalah

yang dihadapi konseli.

Tahapan untuk menyelesaikan masalah menurut ancangan Trait and Factor

yaitu:

1. Analisis

13
Analisis merupakan langkah mengumpulkan informasi tentang diri konseli

dan latar belakangnya. Tujuan dari mengumpulkan data adalah untuk

memperoleh pemahaman dari diri konseli sehubungan dengan syarat-syarat

yang diperlukan untuk memperoleh penyesuaian diri, baik untuk masa

sekarang maupun yang akan datang.

Alat / instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa:

catatan kumulatif, wawancara, otobiografi, daftar cek masalah, studi habit,

sosiometri dan catatan dokumenter. Alat - alat pengumpul data tersebut akan

membantu konselor dalam menganalisis masalah konseli.

2. Sintesis

Sintesis merupakan usaha merangkum, menggolong-golongkan serta

menghubung-hubungkan data yang telah dikumpulkan sehingga tergambarkan

keseluruhan pribadi konseli.

Sintesis merupakan langkah merangkum dan mengatur data dari hasil

analisis yang menunjukkan kekuatan dan kelemahan konseli (Sudrajat, 2009).

Tujuan tahap sintesis yaitu untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang

diri konseli, baik kelebihan maupun kelemahan dan masalah-masalah yang

dihadapi konseli.

3. Diagnosis

Diagnosis merupakan langkah untuk mengambil kesimpulan logis

mengenai masalah yang dihadapi oleh konseli atas dasar gambaran diri dari

hasil analisis dan sintesis. Tahap ini digunakan untuk mencari, menemukan

dan menentukan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah dan

14
membuat perkiraan-perkiraan yang dialami oleh konseli berkaitan dengan

masalah yang dihadapi saat ini.

Ada tiga hal yang harus dilaksanakan pada tahap diagnosis, yaitu:

a. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan rumusan masalah yang dihadapi oleh

konseli saat ini.

b. Klasifikasi Masalah

Klasifikasi masalah menurut Bordin (dalam Fauzan, 2004) adalah

sebagai berikut:

a) Bergantung pada orang lain (dependence)

Konseli cenderung memiliki ketergantungan terhadap keputusan

dan saran dari orang lain dalam menyelesaikan masalah.

b) Kurangnya informasi (lack of information)

Kurangnya informasi akan menyebabkan konseli salah dalam

mengambil keputusan.

c) Konflik diri (self conflicts)

Konseli mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan dan

mengambil sebuah keputusan sehingga mempengaruhi kondisi

psikisnya.

d) Kecemasan dalam menentukan pilihan (choice anxiety)

Kontrol diri yang kurang dalam menentukan pilihan apabila pilihan

tersebut diserahkan kepada konseli.

e) Tidak termasuk masalah di atas (no problems)

15
Konseli tidak mengalami masalah yang digolongkan pada masalah

di atas.

Klasifikasi masalah menurut Pepinsky (dalam Fauzan, 2004) adalah

sebagai berikut:

a) Kurang percaya diri (lack of assurance)

Konseli kurang percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki.

b) Kurang informasi (lack of information)

Konseli memiliki permasalahan karena kurangnya informasi yang

diperoleh.

c) Kurang menguasai keterampilan yang diperlukan (lack of skill)

Konseli memiliki masalah karena kurangnya keterampilan untuk

membentuk sikap positif.

d) Konflik diri (self conflict)

e) Kecemasan menentukan pilihan (choice anxiety)

c. Etiologi

Etiologi merupakan langkah untuk menentukan sumber penyebab

masalah, baik yang berasal dari dalam diri maupun dari lingkungan

konseli.

4. Prognosis

Prognosis berkaitan dengan upaya untuk memprediksi kemungkinan-

kemungkinan yang akan terjadi pada diri konseli apabila masalahnya tidak

segera diatasi.

5. Treatment

16
Tahap ini merupakan tahap pengembangan strategi pemecahan masalah

dalam konseling, praktikan membantu konseli menemukan sumber-sumber

yang ada dalam diri konseli, sumber-sumber dari lembaga dan masyarakat

guna membantu konseli mencapai penyesuaian yang optimal. Melalui tahap

ini praktikan memberikan alternatif pemecahan masalah dengan tetap

mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari setiap alternatif yang

mungkin dapat dilaksanakan.

6. Follow Up

Follow up (tindak lanjut) adalah hal-hal yang perlu direncanakan dari

alternatif yang dipilih untuk dikembangkan dari alternatif yang telah

dilaksanakan. Tujuan dari follow up adalah untuk memantau dan mengetahui

hasil perkembangan yang konseli setelah mendapat treatment (bantuan) dari

konselor, serta melihat kemungkinan bantuan lain yang perlu diberikan

terhadap konseli.

BAB III

17
PROSEDUR DAN METODE PENYELIDIKAN KASUS

Prosedur dan metode penyelidikan yang digunakan dalam studi kasus ini

adalah ancangan klinis model Trait and Factor. Ancangan ini dicetuskan oleh E.G

Williamson. Adapun langkah-langkah dalam membantu mengatasi permasalahan

konseli adalah sebagai berikut:

A. ANALISIS

Analisis merupakan tahap pengumpulan data tentang diri dan latar

belakang konseli. Data yang dikumpulkan mencakup segala aspek kehidupan

konseli yang meliputi diri konseli, lingkungan, keluarga dan masyarakat sekitar

tempat tinggal konseli. Informasi tentang konseli diperoleh dari pengumpulan data

baik melalui asesmen tes dan non tes.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah

melalui studi dokumentasi, observasi, wawancara, Daftar Cek Masalah (DCM),

sosiometri, who am i, studi habit dan home visit.

Berikut ini akan dipaparkan hasil teknik pengumpulan data:

1. Studi Dokumentasi

a. Raport Tengah Semester Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011

Raport tengah semester digunakan untuk mengetahui

kemampuan siswa secara akademik dan untuk mengukur

kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran.

Dari hasil raport tengah semester diketahui bahwa konseli

memiliki nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

18
Konseli hanya memperoleh nilai yang cukup untuk mata pelajaran

Matematika (76), Penjaskes (79) dan TIK (73). Sedangkan untuk

mata pelajaran yang lain konseli mendapat nilai dibawah 70. Nilai

terendah diperoleh pada mata pelajaran Bahasa Daerah (38).

Konseli menyadari kesulitannya pada mata pelajaran tersebut.

b. Data Dasar Status Kesehatan Murid

Konseli memiliki berat badan 54 kg, tinggi badan 149,5 cm

dan status gizi normal. Kondisi mata konseli normal, kanan 6/6 dan

kiri 6/6 (tidak perlu menggunakan kacamata). Kondisi pendengaran

konseli normal. Secara umum, kesehatan konseli normal dan tidak

memerlukan tindakan lanjutan.

2. Teknik Non Testing

a. Observasi

Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan

cara mengamati aktivitas konseli baik secara langsung maupun

tidak langsung. Hasil dari observasi adalah tingkah laku konseli

yang dapat diukur dan dapat diamati (behavior observable).

Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan oleh

praktikan diperoleh data bahwa konseli sering melamun dan tidak

konsentrasi ketika pelajaran berlangsung. Konseli sering

menggerakkan tubuhnya (terlihat tidak tenang). Aktivitas konseli di

dalam kelas kurang aktif (tidak pernah bertanya ketika ada materi

yang belum dipahami). Pada saat jam kosong konseli lebih senang

19
bermain game di laptopnya dan menggambar. Pada saat istirahat

konseli suka mengganggu teman-temannya dan sering bercanda

berlebihan.

b. Wawancara

- Wawancara dengan konseli

Konseli merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Konseli

merasa ada beban menjadi anak pertama karena selalu menjadi

sumber kemarahan orang tuanya. Orang tua konseli jarang

memperhatikan jadwal belajar konseli, karena sibuk bekerja

dan memperhatikan adiknya yang masih kecil.

Konseli sering berkelahi karena teman di kelas suka mengejek

cara berbicaranya. Konseli suka bermain game di laptop dan

akan marah jika ada yang mengganggunya.

Konseli sulit menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru

karena metode yang digunakan oleh guru kurang menarik.

Aktivitas konseli di rumah hanya bermain dengan adik, karena

tidak memiliki teman yang sebaya di lingkungan tempat

tinggalnya. Selain itu, konseli mengisi kegiatan di rumah

dengan bermain drum.

- Wawancara dengan teman dekat konseli

20
Menurut informasi dari teman dekat konseli diketahui bahwa

konseli suka mengganggu teman-temannya di kelas. Cara

berbicara konseli sangat kasar dan mudah marah. Konseli

sering melamun pada saat guru menjelaskan pelajaran.

- Wawancara dengan guru bidang studi

Menurut informasi dari guru bidang studi diketahui bahwa

konseli memiliki catatan yang tidak lengkap. Tulisan konseli

tidak rapi dan jarang mengerjakan tugas dengan baik. Konseli

sering tidak memperhatikan guru pada saat pelajaran

berlangsung. Konseli cenderung tidak aktif untuk bertanya

maupun dalam mengemukakan pendapatnya. Konseli suka

berbicara dan sering mengganggu teman-temannya. Hasil

ulangan harian konseli selalu dibawah KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimal).

- Wawancara dengan orang tua

Menurut informasi yang diperoleh dari orang tua diketahui

bahwa konseli jarang mengerjakan tugas di rumah. Konseli

sering berkata bahwa guru tidak pernah memberikan tugas di

rumah. Orang tua konseli jarang mengontrol kegiatan belajar

karena sibuk bekerja dan mengasuh adik konseli yang masih

kecil. Ketika masih kecil, konseli terlalu dilindungi oleh orang

tuanya (over protective), sehingga konseli kurang mandiri

dalam melakukan sesuatu. Kegiatan konseli di rumah adalah

21
mengikuti les matematika dan fisika. Orang tua konseli

menyadari bahwa konseli sedikit hiperaktif. Namun, pada

dasarnya konseli mudah mengalah dan sering diganggu oleh

teman-temannya.

- Wawancara dengan wali kelas

Menurut informasi yang diperoleh dari wali kelas diketahui

bahwa konseli memiliki minat yang besar pada bidang

menggambar. Konseli memiliki penampilan yang kurang rapi

ketika di sekolah. Konseli mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

band.

- Wawancara dengan konselor

Menurut informasi yang diperoleh dari konselor diketahui

bahwa konseli tidak stabil secara emosi dan mudah

tersinggung. Namun, konseli mudah terbuka terhadap lawan

bicaranya.

c. Daftar Cek Masalah (DCM)

DCM merupakan daftar kemungkinan masalah yang dihadapi

oleh konseli. Dari hasil analisis Daftar Cek Masalah diperoleh data

yaitu:

A. Masalah Kesehatan

22
a. Merasa terlalu gemuk

Dari 25 masalah kesehatan yang tercantum dalam DCM,

konseli mengalami 1 masalah dengan prosentase 1/25x100%=

4%

B. Masalah Keadaan Kehidupan Ekonomi

a. Saya tidak ingin orang tua terlalu mengekang

Dari 20 masalah keadaan kehidupan ekonomi yang tercantum

dalam DCM, konseli mengalami 1 masalah dengan prosentase

1/20x100% = 5%

C. Masalah Keluarga

Konseli tidak memilih dari 19 masalah keluarga yang

tercantum dalam DCM.

D. Masalah Agama dan Moral

a. Merasa hormat dengan orang yang lebih tua

Dari 24 masalah agama dan moral yang tercantum dalam

DCM, konseli mengalami 1 masalah dengan prosentase

1/24x100% = 4,2%

E. Masalah Pribadi

a. Sering merasa malu dengan teman lawan jenis

b. Saya ingin lebih menarik

Dari 14 masalah yang tercantum dalam DCM, konseli

mengalami 2 masalah dengan prosentase 2/14x100% = 14%

F. Masalah Hubungan Sosial dan Berorganisasi

23
a. Tidak pernah menjadi pemimpin

b. Mudah marah

Dari 24 masalah yang tercantum dalam DCM, konseli

mengalami 2 masalah dengan prosentase 2/24x100% = 8,3%

G. Masalah Hobi dan Penggunaan Waktu Luang

a. Lebih suka buku hiburan daripada buku pelajaran

b. Sebagian besar waktu saya gunakan untuk belajar

Dari 19 masalah yang tercantum dalam DCM, konseli

mengalami 2 masalah dengan prosentase 2/19x100% = 11%

H. Masalah Penyesuaian Terhadap Sekolah

a. Sering malas masuk sekolah

b. Sering merasa cemas bila ada ulangan

c. Ingin menjadi pengurus OSIS tetapi tidak terpilih

d. Peraturan sekolah terlalu menekan

e. Seorang kawan selalu menjengkelkan saya

Dari 24 masalah yang tercantum dalam DCM, konseli

mengalami 5 masalah dengan prosentase 5/24x100% = 21%

I. Masalah Penyesuaian Terhadap Kurikulum

a. Pelajaran di sekolah terlalu berat

b. Pelajaran yang bersifat hitungan sukar bagi saya

Dari 15 masalah yang tercantum dalam DCM, konseli

mengalami 2 masalah dengan prosentase 2/15x100% = 13%

J. Masalah Masa Depan Yang Berhubungan Dengan Jabatan

24
a. Sering berdebar jika mengingat masa depan

Dari 12 masalah yang tercantum dalam DCM, konseli

mengalami 1 masalah dengan prosentase 1/12x100% = 8,3%

K. Masalah Kebiasaan Belajar

a. Belajar dengan cara membayangkan

Dari 15 masalah yang tercantum dalam DCM, konseli

mengalami 1 masalah dengan prosentase 1/15x100% = 6,7%

L. Masalah Muda-Mudi dan Asmara

a. Merasa jijik/muak jika ada orang yang membicarakan

masalah cinta

Dari 23 masalah yang tercantum dalam DCM konseli

mengalami 1 masalah dengan prosentase 1/23x100% = 4,3%

Grafik 1.1

25
Grafik Daftar Cek Masalah

25%

20%

15%
Aspek Masalah
10%

5%

0%
A B C D E F G H I J K L

Keterangan:

A : Masalah Kesehatan

B : Masalah Keadaan Kehidupan Ekonomi

C : Masalah Keluarga

D : Masalah Agama dan Moral

E : Masalah Pribadi

F : Masalah Hubungan Sosial dan Berorganisasi

G : Masalah Hobi dan Penggunaan Waktu Luang

H : Masalah Penyesuaian Terhadap Sekolah

I : Masalah Penyesuaian Terhadap Kurikulum

J : Masalah Masa Depan Yang Berhubungan Dengan Jabatan

K : Masalah Kebiasaan Belajar

L : Masalah Muda Mudi dan Asmara

d. Sosiometri

26
Sosiometri adalah alat yang digunakan untuk meneliti

struktur sosial sekelompok individu dengan dasar relasi sosial,

status sosial dari masing-masing anggota kelompok yang

bersangkutan.

Dari hasil analisis sosiometri yang telah dilancarkan dengan

kriterium kelompok teman yang disenangi dalam kegiatan diskusi

kelompok dan presentasi, tidak ada teman yang memilih konseli

(terisolir). Sedangkan kriteria teman yang tidak disenangi dalam

kegiatan diskusi kelompok dan presentasi, ada 22 teman yang

memilih konseli, 11 teman laki-laki dan 11 teman perempuan

dengan jumlah pilihan sebanyak 47 kali.

e. Tes Who Am I

Tes Who Am I adalah suatu teknik pengumpulan data yang

bertujuan untuk membantu konseli mengetahui tentang diri konseli

baik kelebihan dan kekurangannya.

Berdasarkan intrepretasi tes Who Am I diperoleh data bahwa

konseli adalah orang yang sanggup membuat rencana yang baik (di

dalam sekolah, di luar sekolah, dalam permainan dan tugas.

Konseli merasa dirinya seorang pemimpin yang baik, konseli segan

bermain bersama dengan teman di kelompoknya. Konseli adalah

seseorang yang selalu merusak/melanggar peraturan sekolah

maupun pergaulan. Konseli adalah seseorang yang selalu bekerja

untuk kepentingan kelas, konseli sulit untuk mendapatkan kawan.

27
Konseli merasa dirinya kurang bahagia, mudah marah dan mudah

memulai pertengkaran. Secara umum konseli menyimpulkan

dirinya sebagai individu yang mudah marah apabila diganggu oleh

teman-temannya dan suka memukul. Namun, pada dasarnya

konseli adalah orang yang sabar.

Tabel 1.1

Hasil Analisis Tes Who Am I

Pilihan
Total
Cocok Agak Cocok Tidak Cocok
4.5 24 6 34.5

Berdasarkan interpretasi tes Who Am I dapat disimpulkan

konseli berkepribadian yang optimis, menyenangkan dalam bergaul

dan percaya pada diri sendiri.

f. Studi Habit

Berdasarkan analisis studi habit diperoleh informasi tentang

konseli dalam belajar yang meliputi:

1) Kebiasaan Baik

a. Konseli memiliki waktu belajar di rumah

b. Konseli mempunyai waktu untuk belajar (time schedule)

c. Konseli memiliki kamar belajar sendiri di rumah

d. Lampu kamar belajar di rumah konseli cukup memenuhi

syarat

28
e. Orang tua kadang-kadang memperhatikan penggunaan

waktu belajar konseli di rumah

f. Konseli belajar karena dorongan dan kebutuhan konseli

sendiri

g. Buku-buku pelajaran konseli cukup lengkap

h. Konseli kadang-kadang membaca buku di perpustakaan

i. Konseli kadang-kadang bertanya kepada teman tentang

pelajaran

j. Di rumah ada yang membantu konseli dalam soal pelajaran

2) Kebiasaan Buruk

a. Konseli tidak biasa tidur siang

b. Ada beberapa mata pelajaran yang sulit konseli ikuti

c. Catatan konseli kurang lengkap

d. Konseli jarang bertanya kepada Bapak/Ibu guru tentang

pelajaran

Tabel 1.2

Hasil Analisis Studi Habit

Pernyataan
Positif Negatif
Jumlah % Jumlah %
10 17.85 4 7.14

Dari informasi studi habit dapat disimpulkan bahwa konseli

memiliki masalah belajar khususnya dalam menerima materi yang

disampaikan guru dan menghafal catatan.

29
g. Home Visit

Informasi yang diperoleh dari home visit (kunjungan

rumah) yang dilaksanakan oleh praktikan dan konselor pamong

adalah konseli merupakan tipe anak yang suka mengalah sehingga

sering diganggu oleh teman-temannya. Konseli selalu dimanja oleh

orang tuanya (over protective), karena konseli merupakan anak

pertama dari tiga bersaudara. Namun, sejak konseli memiliki adik,

ibu mendidik konseli dengan keras (ibu mudah emosi). Ibu sering

memarahi konseli dan sering membandingkan konseli dengan adik-

adiknya. Orang tua jarang mengontrol kegiatan belajar konseli

karena ayah sibuk bekerja sebagai dokter spesialis anak dan ibu

sibuk mengurusi adik konseli yang masih kecil. Konseli mengikuti

les tambahan pelajaran fisika dan matematika. Konseli jarang

mengerjakan PR di rumah. Hubungan konseli dengan ayah kurang

dekat. Konseli merasa takut berbicara dengan ayahnya.

Konseli tidak memiliki teman yang sebaya di lingkungan tempat

tinggalnya, sehingga hanya senang bermain dengan adik dan

bermain musik di rumah.

3. Teknik Testing

a. Hasil Tes Psikologi

Berdasarkan hasil tes psikologis, diketahui bahwa konseli

memiliki IQ 90 (rata-rata bawah), EQ 62 % (cukup baik) dan SQ

56 % (cukup). Kecerdasan yang menonjol dari konseli adalah

30
logis-matematis artinya konseli mampu menggunakan logika

secara efektif. Faktor kepribadian konseli yang positif adalah

konseli selalu berhati-hati, mampu menahan diri, berani, terus

terang, ramah, aktif, responsif, suka petualangan, memiliki minat

yang besar, peka, perasa, halus, lemah lembut, sopan santun, baik

hati, cepat puas diri, kritis, teliti dan imajinatif.

Sedangkan faktor kepribadian konseli yang negatif adalah menarik

diri, individualis, kurang terbuka, merasa lelah, memiliki sedikit

teman, kurang peka pada bahaya, terlalu dilindungi, bergantung

pada rasa tidak aman, kerja seenaknya, ceroboh, tidak formal,

kurang teratur, kurang rapi, tidak terkendali, lunak dan mengikuti

kemauannya sendiri.

Menurut laporan deteksi psikologis masalah-masalah yang

dihadapi konseli adalah bersikap malas, kurang diandalkan dalam

bekerja, kurang energik, lambat dalam bekerja, sikap cenderung

dingin, kerja seenaknya, kurang mandiri, kurang tanggung jawab,

tidak setia, suka mengalah dan terlalu dilindungi.

B. SINTESIS

Sintesis merupakan usaha merangkum, menggolong-golongkan serta

menghubung-hubungkan data yang telah dikumpulkan sehingga tergambarkan

keseluruhan pribadi konseli.

31
Berdasarkan dari hasil data tersebut disimpulkan bahwa konseli merupakan anak

pertama dari tiga bersaudara. Hubungan konseli dengan ayah kurang dekat karena

ayah terlalu sibuk bekerja. Konseli terlalu dilindungi oleh orang tuanya (over

protective) sehingga konseli kurang mandiri dalam melakukan sesuatu. Ibu sering

memarahi dan membandingkan konseli dengan adiknya. Orang tua jarang

memperhatikan kegiatan belajar konseli. Konseli tidak memiliki teman sebaya di

lingkungan rumahnya.

Konseli sering berkelahi dengan teman-temannya. Konseli mudah marah

apabila diganggu oleh teman-temannya. Konseli kurang percaya diri dengan cara

bicaranya yang cadel, karena menjadi bahan ejekan temannya. Konseli suka

berbicara kasar dan sulit mengontrol emosi.

Konseli sering melamun dan kurang konsentrasi pada saat guru menerangkan.

Konseli jarang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan tidak memiliki

catatan yang lengkap. Konseli tidak bisa diam dan suka berbicara dengan

temannya. Konseli merasa sulit memahami materi yang disampaikan oeh guru.

Nilai tugas dan ulangan harian konseli dibawah rata-rata.

Berdasarkan hasil tes yang dilancarkan oleh praktikan melalui DCM

(Daftar Cek Masalah), aspek masalah tertinggi yang dihadapi oleh konseli adalah

penyesuaian terhadap sekolah. Masalah kedua adalah masalah pribadi konseli

yang merasa kurang percaya diri denga lawan jenis.

Dari hasil analisis tes Who Am I diketahui bahwa konseli merupakan individu

yang mudah marah, meskipun memiliki kepribadian yang optimis.

32
Berdasarkan dari analisis sosiometri diketahui bahwa konseli merupakan

siswa yang terisolir atau tidak disukai oleh teman-temannya karena sifatnya yang

pemarah, kasar dan suka mengganggu teman di kelas.

Konseli sulit memahami materi yang disampaikan oleh guru karena tidak

konsentrasi dan malas mencatat pelajaran.

C. DIAGNOSIS

Diagnosis merupakan langkah untuk mengambil kesimpulan logis

mengenai masalah yang dihadapi oleh konseli atas dasar gambaran diri dari hasil

analisis dan sintesis. Tahap ini digunakan untuk mencari, menemukan dan

menentukan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah dan membuat

perkiraan-perkiraan yang dialami oleh konseli berkaitan dengan masalah yang

dihadapi saat ini. Diagnosa ini meliputi tiga tahapan kegiatan yaitu:

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan tahapan untuk membuat deskripsi

masalah yang dialami oleh konseli. Berdasarkan analisis dan sintesis,

diperoleh gambaran masalah konseli sebagai berikut:

a. Gejala Masalah Pribadi

- Konseli merasa minder dengan cara bicara yang cadel,

sehingga sering menjadi bahan ejekan teman-temannya.

- Konseli mudah marah dan emosional.

- Konseli kurang memperhatikan penampilannya (tidak rapi).

33
b. Gejala Masalah Keluarga

- Konseli kurang mendapat perhatian dari orang tua, karena

orang tua sibuk bekerja.

- Ibu sering membandingkan konseli dengan adik-adiknya

sehingga konseli merasa ada beban menjadi anak pertama.

- Orang tua tidak mengontrol kegiatan belajar konseli.

- Orang tua menyadari bahwa konseli sedikit hiperaktif.

- Konseli mendapat perlakuan yang over protective dari orang

tuanya ketika masih kecil.

c. Gejala Masalah Belajar

- Konseli sering melamun dan tidak konsentrasi dalam belajar

- Catatan konseli tidak lengkap

- Konseli sering tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh

guru.

- Konseli tidak aktif di kelas dan jarang bertanya kepada guru

apabila mengalami kesulitan belajar.

- Konseli sulit untuk memahami materi pelajaran khususnya

dalam menghafal.

- Konseli sering merasa cemas apabila menghadapi ulangan.

- Nilai ulangan harian dan tengah semester di bawah KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimal).

34
d. Gejala Masalah Sosial

- Konseli merupakan siswa terisolir (tidak disukai oleh teman

sekelas) karena sering mengganggu teman dan sulit mengontrol

emosi.

- Konseli tidak memiliki teman yang sebaya di lingkungan

tempat tinggalnya.

2. Klasifikasi Masalah

Klasifikasi masalah menurut Pepinsky (dalam Fauzan, 2004)

adalah sebagai berikut:

a. Kurang percaya diri (Lack of assurance)

Konseli merasa kurang percaya diri dengan cara bicaranya yang cadel,

sehingga sering mendapat ejekan dari teman-temannya.

b. Kurang informasi (Lack of information)

- Konseli kurang mendapat informasi tentang cara mengelola

emosi dan memahami materi pelajaran.

- Konseli kurang informasi tentang pemahaman diri

c. Kurang keterampilan (Lack of skill)

Konseli kurang memiliki keterampilan dalam belajar dan bersosialisasi

dengan temannya.

d. Konflik diri (Self Conflict)

Konseli tidak tahu bagaimana merespon teman-teman yang sering

mengejeknya, kecuali dengan membalas dan berkelahi.

35
e. Kecemasan dalam menentukan pilihan (Choice Anxiety)

Konseli memerlukan cara bagaimana menghadapi teman-temannya

dan meningkatkan prestasinya dalam belajar.

3. Etiologi

Etiologi merupakan tahap mencari faktor-faktor penyebab masalah

yang dihadapi oleh konseli, yang meliputi:

a. Faktor internal

- Rasa kurang percaya diri konseli terhadap cara bicaranya yang

cadel

- Motivasi konseli yang rendah dalam belajar

- Ketidakmampuan konseli dalam memahami materi pelajaran

- Rasa kecewa yang disebabkan karena perbedaan perlakuan

orang tua terhadap dirinya.

- Kurangnya konsentrasi konseli dalam belajar.

b. Faktor eksternal

- Kurangnya dukungan dari orang tua terhadap kegiatan belajar

konseli.

- Teman-teman yang sering mengganggu konseli.

- Orang tua terlalu sibuk bekerja sehingga konseli kurang

mendapat perhatian.

36
D. PROGNOSIS

Prognosis merupakan tahap untuk memprediksi kemungkinan yang terjadi

jika masalah konseli segera diselesaikan dan tidak diselesaikan.

1. Kemungkinan yang terjadi jika masalah konseli tidak segera diselesaikan:

a. Konseli akan sulit mengontrol dirinya dan akan cenderung berbuat anarkis.

b. Konseli akan merasa kurang percaya diri dengan cara berbicaranya.

c. Konseli akan terus terisolir di lingkungannya.

d. Prestasi konseli akan terus menurun.

e. Motivasi belajar konseli terus menurun.

f. Konseli tidak naik kelas.

g. Konseli semakin malas mencatat dan memperhatikan guru saat

menerangkan.

h. Konseli tidak memiliki teman.

i. Hubungan konseli dengan orang tua menjadi tidak baik.

2. Kemungkinan yang terjadi jika masalah segera diselesaikan:

a. Konseli dapat mengontrol dirinya.

b. Konseli menjadi percaya diri dengan cara berbicaranya yang cadel.

c. Konseli akan memiliki banyak teman.

d. Hubungan konseli dengan orang tua menjadi baik.

e. Konsentrasi, motivasi dan prestasi belajar konseli akan meningkat

f. Konseli akan mendapat perhatian dari orang tuanya.

g. Penampilan konseli akan lebih rapi

h. Konseli akan segera intropeksi diri dan memperbaiki kelemahannya

37
BAB IV

USAHA-USAHA BANTUAN

Berdasarkan data tentang konseli yang telah dikumpulkan dan telah

melalui tahap-tahap analisis, sintesis, diagnosis dan prognosis, maka langkah

berikutnya dalam kegiatan studi kasus ini adalah upaya merumuskan rencana

usaha-usaha bantuan yang kiranya dapat diberikan. Perumusan ini dilakukan

antara konseli dan praktikan.

Tahap pemberian bantuan kepada konseli meliputi bantuan yang

direncanakan, bantuan yang terlaksana dan bantuan yang tidak terlaksana. Berikut

akan dipaparkan jenis bantuan yang akan dilaksanakan oleh praktikan, yaitu:

A. USAHA BANTUAN YANG DIRENCANAKAN

Usaha bantuan yang direncanakan praktikan agar konseli dapat mengatasi

masalah yang dihadapinya:

1. Memberikan Layanan Konseling

Konseling adalah proses pemberian bantuan yang diberikan oleh

seorang konselor kepada konseli yang terhambat perkembangannya,

sehingga konseli mampu menyelesaikan masalahnya, memahami diri

dan lingkungannya, menerima dirinya serta dapat mengarahkan diri

dalam merencanakan alternatif pilihan pemecahan masalah, kemudian

konseli mampu mengambil keputusan yang tepat untuk dirinya (Suryo,

2010).

38
Pelaksanaan konseling untuk konseli dapat dilaksanakan secara

indivual maupun kelompok. Adapun tujuan pelaksanaan konseling

adalah:

a. Konseli mampu berkembang dalam hubungan sosial dengan teman

sebaya

b. Konseli mampu mengembangkan kemampuan komunikasi baik

dalam menerima dan menyampaikan pendapatnya.

c. Konseli akan lebih percaya diri dengan penampilan dan cara

berbicara

d. Konseli mampu mengontrol emosi dan perkataannya

e. Konseli akan memiliki motivasi dalam belajar

f. Konseli akan mampu menghargai orang lain

g. Konseli akan meningkatkan prestasi dalam belajar

2. Memberikan Layanan Informasi

Layanan informasi merupakan kegiatan pemberian berbagai

informasi atau keterangan yang diperlukan oleh siswa, baik keterangan

mengenai pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.

Informasi yang diberikan kepada konseli meliputi:

a. Informasi pemahaman terhadap konsep diri

Infromasi ini bertujuan agar konseli dapat memahami diri baik

kelebihan dan kekurangannya, sehingga konseli mampu

mengembangkan konsep diri yang positif (memiliki kesadaran

terhadap diri) dan mengurangi konsep diri yang negatif.

39
b. Informasi cara meningkatkan rasa percaya diri

Informasi ini bertujuan untuk mengurangi rasa tidak percaya diri

konseli terhadap penampilan dan cara berbicara. Konseli dapat

berlatih bagaimana cara mengungkapkan kesulitan yang

dihadapinya.

c. Informasi tentang cara mengelola emosi

Informasi ini bertujuan agar konseli mampu mengontrol emosinya

dengan baik, khususnya dalam hubungan dengan teman sebaya.

d. Informasi tentang komunikasi yang efektif

Informasi ini bertujuan agar konseli mampu menjalin hubungan

yang baik dengan teman dan guru. Konseli dapat berlatih bertanya

apabila mengalami kesulitan dalam belajar dan mampu

mengemukakan pendapatnya dengan baik.

e. Informasi cara belajar efektif

Infromasi ini bertujuan agar konseli mampu meningkatkan

motivasi dan konsentrasi dalam belajar. Informasi yang diberikan

dapat berupa cara mencatat yang baik, memahami materi pelajaran,

cara menghafal dan mengatur waktu belajar.

f. Informasi cara bergaul

Infromasi ini bertujuan agar konseli mampu meningkatkan

hubungan sosial dengan teman, sehingga konseli tidak menjadi

siswa terisolir di kelas.

40
3. Memberikan Bimbingan Kelompok

Pelaksanaan bimbingan kelompok dilaksanakan dengan memberikan

materi cara mengelola emosi, tujuan agar konseli bisa menyadari

bahwa emosi yang tidak stabil dapat mengganggu hubungan sosialnya

di kelas.

4. Memberikan layanan penempatan

Layanan penempatan bertujuan agar konseli mampu meningkatkan

konsentrasi dalam belajar dan meningkatkan prestasi konseli. Layanan

yang dilakukan adalah penempatan posisi tempat duduk dan kelompok

belajar di kelas.

5. Pemberian Tugas

Pemberian tugas kepada konseli bertujuan agar konseli mampu berlatih

mencatat yang baik dan memiliki jadwal belajar yang teratur.

6. Mengadakan pendekatan dengan guru bidang studi dan wali kelas

Pendekatan ini dilaksanakan untuk mengurangi permasalahan yang

dihadapi oleh konseli khususnya masalah belajar dan sosial konseli.

Pendekatan ini bertujuan agar ada komunikasi yang baik dengan guru

bidang studi dan wali kelas untuk memperbaiki kondisi belajar siswa.

7. Pemberian motivasi dan reinforcement oleh konselor

Motivasi dan reinforcement diberikan setiap konseli mampu

melakukan sedikit perubahan perilaku, tujuan agar konseli menjadi

lebih percaya diri.

41
8. Home Visit

Home Visit atau kunjungan rumah adalah kegiatan pendukung

bimbingan dan konseling untuk memperoleh data, keterangan,

kemudahan dan komitmen bagi terentasnya masalah yang dihadapi

oleh konseli. Home visit harus diawali dengan menjalin kerjasama

antara pihak sekolah dengan orang tua konseli guna memperoleh data

yang komprehensif.

9. Konferensi Kasus

Konferensi kasus merupakan kegiatan pendukung bimbingan dan

konseling untuk membahas permasalahan yang dihadapi oleh konseli

tertentu dalam forum diskusi atau pertemuan yang dihadiri oleh

berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan bahan data dan

keterangan lebih lanjut serta kemudahan-kemudahan dan komitmen

bagi terentasnya permasalahan konseli. Pertemuan konferensi kasus

bersifat tertutup dan terbatas.

10. Alih Tangan Kasus (Referral)

Alih tangan kasus merupakan kegiatan pendukung bimbingan dan

konseling untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat oleh ahli

yang relevan. Rencana alih tangan kasus ini untuk mengetahui kondisi

konseli yang sedikit hiperaktif untuk mendapat penanganan lebih

lanjut dari psikolog anak.

42
B. USAHA BANTUAN YANG TELAH DILAKSANAKAN

Usaha bantuan yang telah dilaksanakan oleh praktikan kepada konseli

adalah:

1. Layanan Konseling Individual

a. Konseling Pertemuan Pertama

Konseling pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin,

tanggal 8 November 2010 melalui surat panggilan siswa. Proses

konseling dilaksanakan pada pukul 09.25 sampai 10.45 WIB di

ruang konseling SMP Negeri Malang. Proses konseling berjalan

dengan lancar karena praktikan sudah menjalin hubungan baik

dengan konseli, selain itu konseli mudah terbuka dengan orang

lain.

Data yang diperoleh pada konseling pertemuan pertama yang

dilaksanakan praktikan dengan konseli adalah sebatas pada analisa

masalah yang dihadapi oleh konseli yang meliputi:

- Konseli sering berkelahi dengan teman

- Konseli sering diganggu oleh teman-temannya karena cara

berbicara yang cadel

- Konseli sulit memahami materi yang disampaikan oleh guru

- Konseli memiliki hobi menggambar dan browsing internet

- Konseli merasa sulit mengontrol emosinya

43
- Konseli kurang bisa menerima diri sebagai anak pertama

karena sering menjadi sasaran kemarahan orang tua jika

sesuatu terjadi dengan adik

- Konseli tidak memiliki teman di lingkungan tempat tinggalnya

- Nilai konseli banyak yang merosot

- Konseli sulit untuk konsentrasi belajar di kelas

b. Konseling Pertemuan Kedua

Konseling pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal

12 November 2010 melalui referal dari guru Bahasa Indonesia.

Jadwal pertemuan kedua tidak sesuai dengan jadwal yang telah

dibuat bersama dengan konseli (15 November 2010) karena ada

permasalahan yang dihadapi oleh konseli dan memerlukan

penanganan secepatnya.

Konseling pertemuan kedua dilaksanakan pada pukul 09.00 sampai

09.15 WIB di ruang konseling SMP Negeri Malang.

Hasil pertemuan kedua, informasi yang diperoleh adalah:

- Konseli tidak mencatat pelajaran Bahasa Indonesia

- Konseli tidak mengerjakan tugas Bahasa Indonesia

- Konseli mengganggu teman di kelas

- Nilai konseli dibawah rata-rata

- Konseli berlatih menulis di rumah untuk memperbaiki

catatannya

44
- Konseli ingin mengikuti les semua mata pelajaran, tidak hanya

fisika dan matematika

- Konseli menyetujui untuk diadakan pertemuan dengan orang

tuanya.

c. Konseling Pertemuan Ketiga

Konseling pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Senin, tanggal

15 November 2010 sesuai dengan kesepakatan yang dibuat

bersama konseli. Pelaksanaan konseling ketiga dilaksanakan di

depan kelas 7 RSBI 4 pada pukul 09.10 sampai 10.05 WIB.

Hasil konseling pertemuan ketiga adalah:

- Konseli mulai berlatih menulis di rumah dan menunjukkan

kepada praktikan

- Konseli mulai percaya diri dengan cara bicara yang cadel dan

berusaha tidak terpengaruh dengan ejekan teman-temannya

- Konseli berusaha menahan diri dan mengontrol emosi apabila

diganggu oleh teman-temannya

- Konseli mulai berani membuka diri dengan ibunya

- Konseli sedikit mengurangi kebiasaan berbohong

Pada hari Sabtu, 13 November 2010 praktikan melaksanakan

wawancara dengan kedua orang tua konseli untuk memperoleh

data yang lebih komprehensif. Data yang diperoleh adalah:

- Orang tua jarang mengontrol kegiatan konseli

45
- Konseli sering membohongi orang tuanya jika guru tidak

memberikan PR

- Menurut orang tua konseli memiliki karakter yang mudah

mengalah dan sering diganggu oleh teman-temannya ketika di

SD

- Kegiatan konseli adalah mengikuti les matematika dan fisika

- Orang tua konseli menyadari bahwa anaknya sedikit hiperaktif

- Sejak kecil konseli terlalu dilindungi oleh orang tuanya (over

protective)

- Orang tua tidak ingin konseli menjadi minder karena menjadi

siswa terisolir di kelas

- Orang tua konseli ingin adanya komunikasi yang berkelanjutan

dengan pihak sekolah (konselor)

- Orang tua akan memantau perkembangan belajar konseli

melalu teman-teman konseli.

d. Konseling Pertemuan Keempat

Konseling pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Senin, 22

November 2010 sesuai dengan kesepakatan bersama dengan

konseli. Konseling dilaksanakan pada pukul 10.00 sampai 10.11

WIB di ruang konseling SMP Negeri 5 Malang.

Beberapa hari sebelumnya praktikan melaksanakan wawancara

dengan teman sekelas, diperoleh informasi bahwa konseli suka

berkata-kata kotor dan melihat film porno. Konseli sering

46
mengganggu teman-teman dengan membawa gunting. Dari

informasi tersebut praktikan dan konseli membuat komitmen di

pertemuan ke empat yaitu:

- Konseli tidak akan mengganggu teman-temannya dengan

gunting

- Konseli mengakui dirinya pernah menonton film porno dan

berjanji tidak mengulangi lagi

- Konseli akan mengurangi kebiasaan berkata-kata kotor

- Konseli akan mengikuti kelompok belajar di kelas untuk

membantu belajarnya

- Konseli terus berlatih menulis agar catatan lebih rapi

- Konseli memerlukan bimbingan belajar cara mencatat dan

menghafal pelajaran melalui mind mapping.

- Konseli merasa nyaman dengan orang tua karena sudah

memperhatikan konseli ketika belajar di rumah

- Konseli mengikuti les semua mata pelajaran

e. Pertemuan Kelima

Pertemuan kelima dilaksanakan pada hari Senin, 29 November

2010 untuk mengetahui sejauh mana konseli telah melaksanakan

keputusan yang diambil dalam mengatasi masalahnya dan perasaan

setelah melaksanakan keputusan tersebut.

Dari pertemuan kelima diharapkan konseli sudah menunjukkan

perubahan dalam perkembangan yang optimal.

47
2. Layanan Informasi

Layanan informasi yang sudah dilaksanakan adalah pemahaman

terhadap konsep diri, cara meningkatkan rasa percaya diri, cara

mengelola emosi, komunikasi yang efektif dan cara bergaul.

Layanan yang sudah dilaksanakan sangat diperlukan untuk

perkembangan konseli.

3. Layanan Penempatan

Layanan penempatan yang dilaksanakan adalah pemindahan tempat

duduk konseli yang tadinya di belakang menjadi di depan. Tujuan

pemindahan tempat duduk agar konseli mampu untuk meningkatkan

konsentrasi dalam belajar.

Layanan penempatan yang kedua adalah kelompok belajar, tujuan

untuk membantu konseli menghadapi kesulitan dalam belajar.

Kelompok belajar yang dibentuk terdiri dari lima orang dan harus

melaporkan kegiatan kepada konselor.

4. Pemberian Tugas

Pemberian tugas dilaksanakan dengan melatih konseli menulis dan

mencatat yang baik. Konseli membuat jadwal belajar di rumah yang

akan selalu dipantau oleh orang tua.

5. Pendekatan dengan guru bidang studi dan wali kelas

Pendekatan dengan guru dan wali kelas untuk memudahkan praktikan

dan konselor meninjau kegiatan belajar konseli. Wali kelas mendukung

kegiatan praktikan dan konseli.

48
6. Pemberian motivasi dan reinforcement oleh konselor

Motivasi dan reinforcement harus diberikan kepada konseli secara

berkelanjutan. Motivasi ini dilaksanakan untuk meningkatkan perilaku

baru yang baik dan sudah dibentuk. Pemberian reinforcement

digunakan untuk meningkatkan semangat konseli dalam belajar dan

mencapai perkembangan optimal konseli.

7. Home Visit

Pelaksanaan home visit dilaksanakan agar terbentuk komunikasi yang

baik antara konseli, orang tua dan pihak sekolah. Kerjasama tersebut

diharapkan mampu membantu konseli menemukan lingkungan yang

kondusif untuk dirinya.

8. Konferensi Kasus

Konferensi kasus dilaksanakan pada hari Senin, 18 November 2010

pukul 13.15 WIB yang dihadiri oleh wali kelas, guru Bahasa

Indonesia, guru Bahasa Inggris, guru Bimbingan dan Konseling, guru

PPL Geografi, praktikan dan ketua kelas. Dari hasil konferensi kasus

disimpulkan bahwa konseli memerlukan dukungan untuk

mengembangkan hobi menggambar, perlu adanya metode yang

menarik dalam mengajar konseli, perlu adanya bimbingan belajar,

bimbingan pribadi, komunikasi yang intensif antara konseli, orang tua

dan pihak sekolah serta perlu dilaksanakan konseling yang

berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan konseli.

49
C. USAHA BANTUAN YANG BELUM DILAKSANAKAN

Rencana bantuan yang diberikan kepada konseli ada yang terlaksana dan

tidak terlaksana. Rencana bantuan yang tidak terlaksana disebabkan oleh

terbatasnya waktu praktikan untuk melaksanakan PPL-BK II di SMP Negeri 5

Malang dan terbatasnya keahlian praktikan untuk membantu konseli

menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Rencana bantuan yang tidak terlaksana adalah:

1. Pelaksanaan bimbingan kelompok dengan materi cara mengelolah emosi. Hal

ini disebabkan karena terbatasnya jam BK yang dilaksanakan 2 minggu sekali

dengan waktu 1 x 40 menit. Selain itu, kelas harus diisi dengan materi yang

tercantum dalam LKS yang sudah ditentukan.

2. Alih tangan kasus (referral) konseli kepada psikolog atas perilaku siswa yang

hiperaktif karena kendala waktu dan kesempatan yang terbatas.

50
BAB V

USAHA TINDAK LANJUT

(FOLLOW UP)

Usaha tindak lanjut merupakan kegiatan lanjutan dari usaha yang telah

dilaksanakan. Kegiatan ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan

bantuan yang telah diberikan kepada konseli dan akan merencanakan bentuk

bantuan yang lain apabila bantuan yang sebelumnya tidak sesuai. Untuk

mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang telah diberikan, maka

praktikan mengikuti perkembangan konseli dengan melaksanakan pengamatan

langsung dan tidak langsung serta wawancara.

Adapun perubahan-perubahan yang dapat diamati setelah konseli

menerima bantuan adalah:

1. Konseli mulai percaya diri dengan penampilan dan cara bicara yang cadel

2. Konseli mengurangi kebiasaan berkata-kata kotor

3. Konseli nampak bisa menyesuaikan diri dengan teman-temannya, meskipun

masih sering bercanda berlebihan.

4. Konseli mulai menghilangkan kebiasaan berbohong

5. Konseli mulai bisa mengontrol emosinya ketika diganggu oleh teman-

temannya.

6. Konseli mulai mau mencatat pelajaran

7. Konseli mulai mengikuti kegiatan bimbingan belajar dengan mengikuti les

semua pelajaran.

51
8. Konseli mulai terbuka terhadap orang tuanya

9. Konseli sudah bisa diterima oleh teman-temannya di kelas

10. Konseli sudah jarang berkelahi

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan menjadi tindak lanjut yang

harus dilaksanakan oleh pihak sekolah mengenai perkembangan konseli yaitu:

1. Bagaimana prestasi konseli di akhir semester ganjil ini ?

2. Bagaimana hasil referral yang akan dilaksanakan oleh sekolah ?

3. Bagaimana perkembangan sosial konseli di sekolah ?

4. Bagaimana perkembangan konseli di lingkungan keluarga ?

52
BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan studi kasus ini adalah:

1. Studi kasus adalah suatu metode pemberian bantuan pada konseli /

siswa dengan cara mempelajari berbagai data dan masalah yang dialami oleh

konseli secara rinci dan sistematis.

2. Studi kasus ini menggunakan ancangan model Trait and Factor

yang di kembangkan oleh E. G. Williamson dengan beberapa tahap yaitu :

analisis, sintesis, diagnosis, prognonis, treatment dan follow-up (tindak

lanjut).

3. Bantuan yang telah dilaksanakan dalam pelaksanaan studi kasus ini

adalah layanan konseling, layanan informasi, layanan penempatan, pemberian

tugas, pendekatan guru bidang studi dan wali kelas, pemberian motivasi dan

reinforcement oleh konselor, home visit dan konferensi kasus. Sedangkan

bantuan yang belum terlaksana adalah bimbingan kelompok tentang

mengelola emosi dan alih tangan kasus (referral).

4. Hasil yang dicapai dari pelaksanaan studi kasus ini adalah

perubahan perilaku konseli dalam hubungan sosial dan belajar.

53
B. SARAN

Sebagai akhir laporan studi kasus ini, praktikan menyampaikan beberapa

saran yang mungkin ada manfaatnya bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi Konseli

Hendaknya konseli mampu meningkatkan prestasi belajar dan

mengembangkan hubungan secara pribadi dan sosial.

2. Bagi Orang Tua

Peran orang tua sangat diperlukan bagi perkembangan pribadi dan belajar

siswa baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Untuk itu, orang

tua harus senantiasa memberikan perhatian yang cukup kepada siswa agar

tercapai perkembangan optimal.

3. Bagi Guru Mata Pelajaran

Hendaknya guru mampu berperan sebagai konselor di kelas, yang tidak hanya

bertujuan untuk meningkatkan prestasi akademik tetapi juga meningkatkan

kepribadian siswa. Guru mampu memberikan motivasi dan dorongan kepada

siswa dalam belajar, khususnya dalam penggunaan metode dan media yang

menarik untuk siswa.

4. Bagi Praktikan

Praktikan hendaknya lebih meningkatkan keterampilan untuk membantu

konseli khususnya dalam menggunakan pendekatan dan memberikan

treatment yang sesuai. Praktikan juga harus dapat menjalin kerjasama dengan

berbagai pihak demi kelancaran pelaksanaan studi kasus.

54
5. Bagi Kepala Sekolah

Peran Kepala Sekolah sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan bimbingan

dan konseling. Untuk itu, diperlukan peran dan dukungan Kepala Sekolah

sebagai fasilitator kegiatan belajar dan mengajar di sekolah, khususnya untuk

memenuhi kebutuhan peserta didik.

6. Bagi Pengembangan Ilmu

Kegiatan studi kasus dapat digunakan sebagai sarana untuk membantu peserta

didik mencapai perkembangan yang optimal. Pelaksanaan studi kasus dapat

berjalan lancar apabila ada dukungan dari berbagai pihak dalam memberikan

ide dan pengetahuan yang dimiliki sehingga menunjang pelaksanaan program

Bimbingan dan Konseling di sekolah.

55
DAFTAR RUJUKAN

Fauzan, Lutfi.1994. Modul 4: Konseling Trait and Factor. Malang: IKIP Malang.

Hayinah. 1992. Masalah Belajar dan Bimbingan. Malang: IKIP Malang.

Munandir, 1979. Kode Etik Jabatan Konselor. Malang: PPB FIP IKIP Malang.

Sudarajat, Ahmad. 2009. Pendekatan Trait dan Factor (On Line),


http://wordpress.com/2009/04/trait-and-factor.ppt, diakses tanggal 21
November 2010.

Brahmantyoso, Suryo. 2010. Studi Kasus Ancangan Trait and Factor. Studi Kasus
Tidak Diterbitkan. Malang: Jurusan BKP UM.

56
57

Anda mungkin juga menyukai