PENDAHULUAN
A. RASIONAL
yang harus ditempuh oleh mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Studi kasus
bantuan yang diberikan dapat efektif dan sesuai dengan kebutuhan konseli. Tujuan
studi kasus adalah bantuan kepada konseli yang bermasalah untuk memperoleh
membantu siswa untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik (Hayyinah,
artinya data yang dikumpulkan mencakup seluruh aspek kepribadian. Data yang
diperoleh dengan cara ini akan bermanfaat untuk mendiagnosa dan menentukan
1
Pengumpulan data yang valid, relevan dan komprehensif tersebut digunakan
untuk menentukan jenis kesulitan yang dialami oleh konseli, sumber penyebab
masalah dan menentukan jenis layanan atau bantuan yang akan diberikan. Data
yang akan diberikan pada konseli berdasarkan data dan masalah yang dialami
konseling.
2
4. Berguna untuk memecahkan masalah yang sulit dan kompleks.
dalam bekerja. Salah satu ciri profesional adalah menguasai dan terampil dalam
kasus dalam rangka pelayanan bimbingan adalah suatu metode atau cara yang
praktikan dalam membantu konseli yang mengalami masalah. Selain itu, dengan
studi kasus ini praktikan diharapkan mampu menerapkan prosedur dan teknik
B. KONFIDENSIALITAS
bantuan (helping professional) umumnya memiliki sejumlah tata cara atau kode
Demikian pula halnya dengan konselor yang bekerja pada profesi bimbingan yang
memberikan bantuan kepada siswa di sekolah juga tidak bisa lepas dari kode etik
jabatan konselor. Hal ini dimaksudkan agar konselor dalam menjalankan tugasnya
dapat menjaga standart mutu dan menghindari adanya penyimpangan kode etik.
Dari sekian banyak bukti yang ada dalam kode etik jabatan konselor yang
erat kaitannya dengan konfidensialitas adalah Kode Etik No. 1 dan 4 bab
3
penyimpangan penggunaan informasi (Munandir, 1979). Kode Etik tersebut
berbunyi:
untuk tidak membocorkan identitas konseli dalam laporan ini, yaitu dengan cara
apabila secara kebetulan ada kesamaan dalam penulisan nama orang tertentu,
diluar kesengajaan, masalah studi kasus ini tidak ada sangkut pautnya dengan
C. IDENTIFIKASI KONSELI
konseli, wawancara dengan konselor pamong, wali kelas, guru bidang studi dan
orang tua konseli, hasil pengamatan (observasi) serta home visit yang dilakukan
oleh praktikan. Dari hasil konseling diketahui bahwa konseli mempunyai masalah
pribadi, belajar dan sosial. Konseli kurang percaya diri dengan cara bicaranya dan
teman di kelas. Data yang diperoleh melalui home visit, konseli tidak mempunyai
4
teman yang sebaya di lingkungannya dan jarang mendapat kontrol dari orang
tuanya.
yang dihadapi oleh konseli tersebut menjadi alasan praktikan untuk melaksanakan
studi kasus.
2. IDENTIFIKASI KONSELI
1. Identifikasi konseli
d. Golongan darah :O
(fiktif)
g. Kelas : 7 RSBI 4
h. Agama : Islam
j. Kewarganegaraan : Indonesia
5
l. Hobi : Browsing internet dan membaca
komik
a. Keadaan jasmani
b) Berat badan : 54 kg
b. Penampakan lahiriah
c. Keadaan kesehatan
b) Penglihatan : Normal
c) Pendengaran : Normal
6
d. Riwayat Pendidikan
sekarang
e. Keadaaan keluarga
b) Umur : 42 tahun
c) Agama : Islam
e) Pendidikan : S2
(fiktif)
h) Umur : 39 tahun
i) Agama : Islam
j) Pekerjaan : Swasta
k) Pendidikan : S1
(fiktif)
7
p) Hubungan dengan keluarga : Lebih dekat dengan Ibu
q) Fasilitas : Lengkap
g. Keadaan di
stabil
- Mudah marah
- Ke kantin
8
a) Rencana Pendidikan : Ingin menyelesaikan sekolah
animator
1. Penampilan Fisik
Konseli memiliki postur yang gemuk dan memiliki tinggi badan yang
sesuai dengan ukuran anak SMP pada umumnya. Konseli memiliki warna
kulit sawo matang, bentuk wajah bulat dan mata agak sipit. Rambutnya hitam
2. Penampilan Psikis
Penampilan psikis konseli pada saat pelajaran terlihat sedikit pendiam dan
melamun. Konseli sulit untuk konsentrasi pada saat pelajaran Namun, pada
tersinggung dan marah jika diganggu teman. Emosi konseli tidak stabil dan
cenderung tidak bisa diam. Konseli sering diolok-olok temannya karena cara
bicara yang cadel, sehingga konseli merasa kurang percaya diri. Konseli tidak
memiliki teman di kelas. Konseli suka bermain game di laptopnya pada saat
istirahat, namun jika ada yang mengganggu konseli bisa memukul temannya.
Konseli suka berbohong terhadap teman, guru dan orang tuanya. Cara
9
Sikap positif konseli adalah konseli merupakan anak yang sopan terhadap
guru dan terbuka terhadap orang lain. Konseli memiliki minat yang besar
jika bertemu.
BAB II
10
A. GEJALA
Gejala merupakan tanda - tanda tingkah laku yang tampak (overt) dan
kasus konseli dalam studi kasus ini, sehingga dapat diketahui konseli adalah
konseli tampak sering melamun dan tidak bisa konsentrasi dalam belajar. Konseli
tidak bisa diam dan suka mengganggu teman-temannya. Cara berbicara konseli
sedikit kasar dan mudah marah. Menurut hasil pengamatan guru Bahasa Inggris
dan Bahasa Indonesia, pandangan konseli kosong dan sering tidak memperhatikan
guru. Catatan konseli tidak lengkap dan tidak rapi. Konseli sering kurang serius
pada saat mengerjakan tugas dan jarang bertanya. Menurut pengamatan guru wali
kelas, diketahui bahwa konseli suka menggambar. Konseli suka berkelahi di kelas
dan suka berbohong. Menurut pengamatan guru BK, konseli cukup terbuka
terhadap orang lain, namun mudah terpancing emosinya jika diganggu oleh
teman.
praktikan dengan konseli, proses konseling serta analisis data non tes ditemukan
gejala-gejala:
1. Konseli merasa kurang percaya diri dengan cara bicara yang cadel
11
4. Konseli suka berbohong
Alasan pemilihan kasus didasarkan pada gejala masalah yang tampak pada
12
cenderung hiperaktif, prestasinya rendah dan kurang mendapat perhatian dari
orang tuanya.
Dari gejala tersebut, maka konseli perlu segera dibantu agar permasalahan
sosial konseli.
diagnosis, prognosis, treatment dan tindak lanjut (follow up). Ancangan ini
yaitu:
1. Analisis
13
Analisis merupakan langkah mengumpulkan informasi tentang diri konseli
sosiometri dan catatan dokumenter. Alat - alat pengumpul data tersebut akan
2. Sintesis
Tujuan tahap sintesis yaitu untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang
dihadapi konseli.
3. Diagnosis
mengenai masalah yang dihadapi oleh konseli atas dasar gambaran diri dari
hasil analisis dan sintesis. Tahap ini digunakan untuk mencari, menemukan
14
membuat perkiraan-perkiraan yang dialami oleh konseli berkaitan dengan
Ada tiga hal yang harus dilaksanakan pada tahap diagnosis, yaitu:
a. Identifikasi Masalah
b. Klasifikasi Masalah
sebagai berikut:
mengambil keputusan.
psikisnya.
15
Konseli tidak mengalami masalah yang digolongkan pada masalah
di atas.
sebagai berikut:
diperoleh.
c. Etiologi
masalah, baik yang berasal dari dalam diri maupun dari lingkungan
konseli.
4. Prognosis
kemungkinan yang akan terjadi pada diri konseli apabila masalahnya tidak
segera diatasi.
5. Treatment
16
Tahap ini merupakan tahap pengembangan strategi pemecahan masalah
yang ada dalam diri konseli, sumber-sumber dari lembaga dan masyarakat
6. Follow Up
terhadap konseli.
BAB III
17
PROSEDUR DAN METODE PENYELIDIKAN KASUS
Prosedur dan metode penyelidikan yang digunakan dalam studi kasus ini
adalah ancangan klinis model Trait and Factor. Ancangan ini dicetuskan oleh E.G
A. ANALISIS
konseli yang meliputi diri konseli, lingkungan, keluarga dan masyarakat sekitar
tempat tinggal konseli. Informasi tentang konseli diperoleh dari pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah
1. Studi Dokumentasi
18
Konseli hanya memperoleh nilai yang cukup untuk mata pelajaran
mata pelajaran yang lain konseli mendapat nilai dibawah 70. Nilai
dan status gizi normal. Kondisi mata konseli normal, kanan 6/6 dan
a. Observasi
dalam kelas kurang aktif (tidak pernah bertanya ketika ada materi
yang belum dipahami). Pada saat jam kosong konseli lebih senang
19
bermain game di laptopnya dan menggambar. Pada saat istirahat
berlebihan.
b. Wawancara
20
Menurut informasi dari teman dekat konseli diketahui bahwa
Ketuntasan Minimal).
21
mengikuti les matematika dan fisika. Orang tua konseli
teman-temannya.
band.
bicaranya.
oleh konseli. Dari hasil analisis Daftar Cek Masalah diperoleh data
yaitu:
A. Masalah Kesehatan
22
a. Merasa terlalu gemuk
4%
1/20x100% = 5%
C. Masalah Keluarga
1/24x100% = 4,2%
E. Masalah Pribadi
23
a. Tidak pernah menjadi pemimpin
b. Mudah marah
24
a. Sering berdebar jika mengingat masa depan
masalah cinta
Grafik 1.1
25
Grafik Daftar Cek Masalah
25%
20%
15%
Aspek Masalah
10%
5%
0%
A B C D E F G H I J K L
Keterangan:
A : Masalah Kesehatan
C : Masalah Keluarga
E : Masalah Pribadi
d. Sosiometri
26
Sosiometri adalah alat yang digunakan untuk meneliti
bersangkutan.
e. Tes Who Am I
konseli adalah orang yang sanggup membuat rencana yang baik (di
27
Konseli merasa dirinya kurang bahagia, mudah marah dan mudah
Tabel 1.1
Pilihan
Total
Cocok Agak Cocok Tidak Cocok
4.5 24 6 34.5
f. Studi Habit
1) Kebiasaan Baik
syarat
28
e. Orang tua kadang-kadang memperhatikan penggunaan
sendiri
pelajaran
2) Kebiasaan Buruk
pelajaran
Tabel 1.2
Pernyataan
Positif Negatif
Jumlah % Jumlah %
10 17.85 4 7.14
29
g. Home Visit
ibu mendidik konseli dengan keras (ibu mudah emosi). Ibu sering
karena ayah sibuk bekerja sebagai dokter spesialis anak dan ibu
3. Teknik Testing
30
logis-matematis artinya konseli mampu menggunakan logika
yang besar, peka, perasa, halus, lemah lembut, sopan santun, baik
kemauannya sendiri.
B. SINTESIS
31
Berdasarkan dari hasil data tersebut disimpulkan bahwa konseli merupakan anak
pertama dari tiga bersaudara. Hubungan konseli dengan ayah kurang dekat karena
ayah terlalu sibuk bekerja. Konseli terlalu dilindungi oleh orang tuanya (over
protective) sehingga konseli kurang mandiri dalam melakukan sesuatu. Ibu sering
lingkungan rumahnya.
apabila diganggu oleh teman-temannya. Konseli kurang percaya diri dengan cara
bicaranya yang cadel, karena menjadi bahan ejekan temannya. Konseli suka
Konseli sering melamun dan kurang konsentrasi pada saat guru menerangkan.
Konseli jarang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan tidak memiliki
catatan yang lengkap. Konseli tidak bisa diam dan suka berbicara dengan
temannya. Konseli merasa sulit memahami materi yang disampaikan oeh guru.
(Daftar Cek Masalah), aspek masalah tertinggi yang dihadapi oleh konseli adalah
Dari hasil analisis tes Who Am I diketahui bahwa konseli merupakan individu
32
Berdasarkan dari analisis sosiometri diketahui bahwa konseli merupakan
siswa yang terisolir atau tidak disukai oleh teman-temannya karena sifatnya yang
Konseli sulit memahami materi yang disampaikan oleh guru karena tidak
C. DIAGNOSIS
mengenai masalah yang dihadapi oleh konseli atas dasar gambaran diri dari hasil
analisis dan sintesis. Tahap ini digunakan untuk mencari, menemukan dan
dihadapi saat ini. Diagnosa ini meliputi tiga tahapan kegiatan yaitu:
1. Identifikasi Masalah
33
b. Gejala Masalah Keluarga
guru.
dalam menghafal.
34
d. Gejala Masalah Sosial
emosi.
tempat tinggalnya.
2. Klasifikasi Masalah
Konseli merasa kurang percaya diri dengan cara bicaranya yang cadel,
dengan temannya.
35
e. Kecemasan dalam menentukan pilihan (Choice Anxiety)
3. Etiologi
a. Faktor internal
cadel
b. Faktor eksternal
konseli.
mendapat perhatian.
36
D. PROGNOSIS
a. Konseli akan sulit mengontrol dirinya dan akan cenderung berbuat anarkis.
menerangkan.
37
BAB IV
USAHA-USAHA BANTUAN
berikutnya dalam kegiatan studi kasus ini adalah upaya merumuskan rencana
direncanakan, bantuan yang terlaksana dan bantuan yang tidak terlaksana. Berikut
akan dipaparkan jenis bantuan yang akan dilaksanakan oleh praktikan, yaitu:
2010).
38
Pelaksanaan konseling untuk konseli dapat dilaksanakan secara
adalah:
sebaya
berbicara
39
b. Informasi cara meningkatkan rasa percaya diri
dihadapinya.
yang baik dengan teman dan guru. Konseli dapat berlatih bertanya
40
3. Memberikan Bimbingan Kelompok
di kelas.
belajar di kelas.
5. Pemberian Tugas
Pendekatan ini bertujuan agar ada komunikasi yang baik dengan guru
bidang studi dan wali kelas untuk memperbaiki kondisi belajar siswa.
41
8. Home Visit
antara pihak sekolah dengan orang tua konseli guna memperoleh data
yang komprehensif.
9. Konferensi Kasus
yang relevan. Rencana alih tangan kasus ini untuk mengetahui kondisi
42
B. USAHA BANTUAN YANG TELAH DILAKSANAKAN
adalah:
lain.
43
- Konseli kurang bisa menerima diri sebagai anak pertama
penanganan secepatnya.
catatannya
44
- Konseli ingin mengikuti les semua mata pelajaran, tidak hanya
tuanya.
kepada praktikan
- Konseli mulai percaya diri dengan cara bicara yang cadel dan
45
- Konseli sering membohongi orang tuanya jika guru tidak
memberikan PR
SD
protective)
46
mengganggu teman-teman dengan membawa gunting. Dari
gunting
membantu belajarnya
e. Pertemuan Kelima
47
2. Layanan Informasi
perkembangan konseli.
3. Layanan Penempatan
Kelompok belajar yang dibentuk terdiri dari lima orang dan harus
4. Pemberian Tugas
48
6. Pemberian motivasi dan reinforcement oleh konselor
7. Home Visit
baik antara konseli, orang tua dan pihak sekolah. Kerjasama tersebut
8. Konferensi Kasus
pukul 13.15 WIB yang dihadiri oleh wali kelas, guru Bahasa
PPL Geografi, praktikan dan ketua kelas. Dari hasil konferensi kasus
49
C. USAHA BANTUAN YANG BELUM DILAKSANAKAN
Rencana bantuan yang diberikan kepada konseli ada yang terlaksana dan
dengan waktu 1 x 40 menit. Selain itu, kelas harus diisi dengan materi yang
2. Alih tangan kasus (referral) konseli kepada psikolog atas perilaku siswa yang
50
BAB V
(FOLLOW UP)
Usaha tindak lanjut merupakan kegiatan lanjutan dari usaha yang telah
bantuan yang telah diberikan kepada konseli dan akan merencanakan bentuk
bantuan yang lain apabila bantuan yang sebelumnya tidak sesuai. Untuk
1. Konseli mulai percaya diri dengan penampilan dan cara bicara yang cadel
temannya.
semua pelajaran.
51
8. Konseli mulai terbuka terhadap orang tuanya
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan menjadi tindak lanjut yang
52
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan studi kasus ini adalah:
siswa dengan cara mempelajari berbagai data dan masalah yang dialami oleh
lanjut).
tugas, pendekatan guru bidang studi dan wali kelas, pemberian motivasi dan
53
B. SARAN
saran yang mungkin ada manfaatnya bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi Konseli
Peran orang tua sangat diperlukan bagi perkembangan pribadi dan belajar
siswa baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Untuk itu, orang
tua harus senantiasa memberikan perhatian yang cukup kepada siswa agar
Hendaknya guru mampu berperan sebagai konselor di kelas, yang tidak hanya
siswa dalam belajar, khususnya dalam penggunaan metode dan media yang
4. Bagi Praktikan
treatment yang sesuai. Praktikan juga harus dapat menjalin kerjasama dengan
54
5. Bagi Kepala Sekolah
dan konseling. Untuk itu, diperlukan peran dan dukungan Kepala Sekolah
Kegiatan studi kasus dapat digunakan sebagai sarana untuk membantu peserta
berjalan lancar apabila ada dukungan dari berbagai pihak dalam memberikan
55
DAFTAR RUJUKAN
Fauzan, Lutfi.1994. Modul 4: Konseling Trait and Factor. Malang: IKIP Malang.
Munandir, 1979. Kode Etik Jabatan Konselor. Malang: PPB FIP IKIP Malang.
Brahmantyoso, Suryo. 2010. Studi Kasus Ancangan Trait and Factor. Studi Kasus
Tidak Diterbitkan. Malang: Jurusan BKP UM.
56
57