Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TN S DENGAN

DIAGNOSA MEDIS CA PARU DI CEMPAKA RSUD


PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Dosen pembimbing : Wantonoro, M.Kep.,Ns., Sp.Kep.M.B., Ph.D

Disusun Oleh :
Miya Endarwanti
1610201094

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN NY S DENGAN DIAGNOSA CHF


(CONGESTIVE HEART FAILURE) DI BANGSAL NUSA INDAH I RSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Telah disahkan dan disetujui pada:


Hari :
Tanggal :
Jam :

Yogyakarta, Maret 2020


Dosen Pembimbing Lapangan Mahasiswa

Sumirat Titis, S.Kep Miya Endarwanti


NIP: NIM: 1610201094

Dosen Pembimbing Mata Kuliah

Wantonoro, Mkep.,Ns., Sp.Kep.M.B., Ph.D


NIDN:0528018401

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pasien Tn S Dengan Diagnosa Medis Ca
Paru Di Bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul”
. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah
ini yang tentunya jauh dari kesempurnaan. Karena itu kami selalu membuka
diri untuk setiap saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan karya kami selanjutnya.
Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagi
pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu,baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Akhirnya semoga sumbangan amal bakti semua pihak tersebut
mendapat balasan yang setimpal dari- Nya. Dan semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan kami khususnya dan masyarakat pecinta ilmu
pengetahuan pada umumnya.

Bantul, 9 Maret
2020

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................................iii

DAFTAR ISI........................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................................3


A. Definisi.......................................................................................................................3
B. Epidemiologi..............................................................................................................3
C. Anatomi Fisiologi Paru...............................................................................................4
D. Etiologi.......................................................................................................................6
E. Klasifikasi...................................................................................................................8
F. Patofisiologi dan Clinical Pathway...........................................................................10
G. Pathway....................................................................................................................12
H. Manifestasi Klinis.....................................................................................................13
I. Pemeriksaan Penunjang............................................................................................13
J. Penatalaksanaan........................................................................................................14
K. Efek Samping...........................................................................................................16
L. Perawatan Palliatif....................................................................................................16
M. Discharge Planning..................................................................................................17

BAB III PENUTUP.............................................................................................................18


A. Kesimpulan...............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................19

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker paru adalah penyakit pertumbuhan jaringan yang tidak dapat terkontrol
pada jaringan paru. Munculnya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak
normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Kanker paru
merupakan penyakit kanker dengan penyebab kematian terbanyak di dunia, yaitu
mencapai 1,61 juta kematian pertahun (12,7%), kanker payudara yaitu mencapai 1,31
juta kematian pertahun (10,9%), dan kanker kolorektal yaitu mencapai 1,23 juta
kematian pertahun (9,7%) (Varalakshmi, 2013: 63). Di Indonesia, kanker paru
menduduki peringkat ketiga diantara kanker yang paling sering ditemukan di beberapa
rumah sakit (Metha Arsilita Hulma, dkk, 2014: 196).
Penyebab utama kanker paru adalah asap rokok yang telah diidentifikasi dapat
menyebabkan kanker dengan 63 jenis bersifat karsinogen dan beracun (Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia, 2018). Menurut American Cancer Society (2018) 80% kasus
kanker paru disebabkan oleh rokok (perokok aktif) dan 20% (perokok pasif). Penyebab
kanker paru lainnya adalah radiasi dan polusi udara. Selain itu, nutrisi dan genetik
terbukti juga berperan dalam timbulnya kanker paru (Albert & Samet, 2003).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Ca Paru?
2. Bagaimana epideminologi dari Ca Paru?
3. Bagaimana anatomi fisiologi paru?
4. Bagaimana Etiologi dari Ca Paru?
5. Bagaimana Klasifikasi dari Ca Paru?
6. Bagaimana patofisiologi dari Ca Paru?
7. Bagaimana pathway dari Ca Paru?
8. Bagaimana manifestasi klinis dari Ca Paru?
9. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Ca Paru?
10. Bagaimana efek samping dari Ca paru?
11. Bagaimana cara perawatan Palliatif dari Ca Paru?
12. Bagaimana discharge planning dari Ca Paru?

1
2

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Ca Paru
2. Untuk mengetahui epideminologi dari Ca Paru
3. Untuk mengetahui anatomi fisiologi paru
4. Untuk mengetahui Etiologi dari Ca Paru
5. Untuk mengetahui klasifikasi dari Ca Paru
6. Untuk mengetahui Bagaimana patofisiologi dari Ca Paru
7. Untuk mengetahui pathway dari Ca Paru
8. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Ca Paru
9. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Ca Paru
10. Untuk mengetahui efek samping dari Ca Paru
11. Untuk mengetahui perawatan Palliatif dari Ca Paru
12. Untuk mengetahui discharge planning dari Ca Paru

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan
yang berasal dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang dimaksud
dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus
(karsinoma bronkus/bronchogenic carcinoma) (Kemenkes RI, 2017). Kanker paru
atau disebut karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas primer sistem
pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan berasal dari mukosa
percabangan bronkus (Nurarif & Kusuma, 2015). Kanker paru adalah keganasan
yang berasal dari luar paru maupun yang berasal dari paru sendiri (primer), dimana
kelainan dapat disebabkan oleh kumpulan perubahan genetika pada sel epitel saluran
nafas yang dapat mengakibatkan proliferasi sel yang tidak dapat dikendalikan.
(Purba & Wibisono, 2015).

B. Epidemiologi
Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia, mencapai
hingga 13% dari semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga menyebabkan
1/3 dari seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki. Di Amerika Serikat,
diperkirakan terdapat sekitar 213.380 kasus baru pada tahun 2007 dan 160.390
kematian akibat kanker paru pada tahun 2007. Berdasarkan data WHO, kanker paru
merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki di Indonesia, dan terbanyak kelima
untuk semua jenis kanker pada perempuan. Kanker paru juga merupakan penyebab
kematian akibat kanker terbanyak pada laki-laki dan kedua terbanyak pada
perempuan.

Hasil penelitian dari 100 RS di Jakarta menunjukkan bahwa kanker paru


merupakan kasus terbanyak pada laki-laki dan nomor 4 terbanyak pada perempuan,
dan merupakan penyebab kematian utama pada laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan data hasil pemeriksaan di laboratorium Patologi Anatomik RSUP
Persahabatan, lebih dari 50 persen kasus dari semua jenis kanker yang didiagnosa
adalah kasus kanker paru. Data registrasi kanker Rumah Sakit Dharmais tahun 2003-
2007 menunjukkan bahwa kanker trakea, bronkus dan paru merupakan keganasan
terbanyak kedua pada pria (13,4%) setelah kanker nasofaring (13,63%) dan

3
merupakan penyebab kematian

4
5

akibat kanker terbanyak pada pria (28,94%).

Insiden kanker paru termasuk rendah pada usia di bawah 40 tahun, namun
meningkat sampai dengan usia 70 tahun. Faktor risiko utama kanker paru adalah
merokok. Secara umum, rokok menyebabkan 80% kasus kanker paru pada laki- laki
dan 50% kasus pada perempuan. Faktor lain adalah kerentanan genetik, polusi udara,
pajanan radon, dan pajanan industri (Kemenkes RI, 2017)

C. Anatomi Fisiologi Paru


1. Anatomi Paru
Paru merupakan organ yang elastis dan terletak di dalam rongga dada
bagian atas, bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan bagian bawah
dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru terdiri dari dua bagian yang
dipisahkan oleh mediastinum yang berisi jantung dan pembuluh darah. Paru
kanan mempunyai tiga lobus yang dipisahkan oleh fissura obliqus dan
horizontal, sedangkan paru kiri hanya mempunyai dua lobus yang dipisahkan
oleh fissura obliqus. Setiap lobus paru memiliki bronkus lobusnya masing-
masing. Paru kanan mempunyai sepuluh segmen paru, sedangkan paru kiri
mempunyai sembilan segmen (Syaifuddin, 2011).

Paru diselubungi oleh lapisan yang mengandung kolagen dan jaringan


elastis, dikenal sebagai pleura visceralis. Sedangkan lapisan yang menyelubungi
rongga dada dikenal sebagai pleura parietalis. Di antara kedua pleura terdapat
cairan pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan pleura
bergerak selama bernafas dan untuk mencegah pemisahan thoraks dan paru.
Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer, sehingga
mencegah terjadinya kolaps paru. Selain itu rongga pleura juga berfungsi
menyelubungi struktur yang melewati hilus keluar masuk dari paru. Paru
dipersarafi oleh pleksus pulmonalis yang terletak di pangkal tiap paru. Pleksus
pulmonalis terdiri dari serabut simpatis (dari truncus simpaticus) dan serabut
parasimpatis (dari arteri vagus). Serabut eferen dari pleksus ini mempersarafi
otot-otot bronkus dan serabut aferen diterima dari membran mukosa bronkioli
dan alveoli (Sari & Purwoko, 2015).

2. Fisiologi Paru
Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan
6

normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga
paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan
antara paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer. Fungsi
utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer.
Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan
mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus
berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme seseorang tapi
pernafasan harus tetap dapat memelihara kandungan oksigen dan karbon
dioksida tersebut. Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara
darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan
oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida (Guyton, 2007).

Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit


(bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru utama
(trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembung-gelembung paru-paru (alveoli)
yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan karbondioksida
dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada lebih dari 300 juta alveoli
di dalam paru-paru manusia bersifat elastis (Syafrullah, 2015)

Pernapasan dapat berarti pengangkutan oksigen (O2) ke sel dan


pengangkutan CO2 dari sel kembali ke atmosfer. Proses ini terdiri dari 4 tahap
yaitu (Guyton, 2007):
a. Pertukaran udara paru: yang berarti masuk dan keluarnya udara ke dan dari
alveoli. Alveoli yang sudah mengembang tidak dapat mengempis penuh,
karena masih adanya udara yang tersisa didalam alveoli yang tidak dapat
dikeluarkan walaupun dengan ekspirasi kuat. Volume udara yang tersisa ini
disebut volume residu. Volume ini penting karena menyediakan O2 dalam
alveoli untuk mengaerasikan darah.
b. Difusi O2 dan CO2 antara alveoli dan darah.
c. Pengangkutan O2 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh menuju ke dan dari
sel-sel.
d. Regulasi pertukaran udara dan aspek-aspek lain pernapasan.

Menurut Guyton (2007) volume paru terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:


a. Volume Tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap
kali pernafasan normal. Besarnya ± 500 ml pada rata-rata orang dewasa.
7

b. Volume Cadangan Inspirasi adalah volume udara ekstra yang diinspirasi setelah
volume tidal, dan biasanya mencapai ± 3000 ml.
c. Volume Cadangan Eskpirasi adalah jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan
dengan ekspirasi maksimum pada akhir ekspirasi normal, pada keadaan
normal besarnya ± 1100 ml.
d. Volume Residu, yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru-paru
setelah ekspirasi kuat. Besarnya ± 1200 ml.

Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru dan


dibagi menjadi empat bagian, yaitu (Guyton, 2007):
a. Kapasitas Inspirasi sama dengan volume tidal + volume cadangan inspirasi.
Besarnya ±3500 ml, dan merupakan jumlah udara yang dapat dihirup
seseorang mulai pada tingkat ekspirasi normal dan mengembangkan paru
sampai jumlah maksimum.
b. Kapasitas Residu Fungsional sama dengan volume cadangan inspirasi + volume
residu.Besarnya ± 2300 ml, dan merupakan besarnya udara yang tersisa dalam
paru pada akhir eskpirasi normal.
c. Kapasitas Vital sama dengan volume cadangan inspirasi + volume tidal +
volume cadangan ekspirasi. Besarnya ± 4600 ml, dan merupakan jumlah
udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah terlebih dahulu
mengisi paru secara maksimal dan kemudian mengeluarkannya sebanyak-
banyaknya.
d. Kapasitas Paru Total sama dengan kapasitas vital + volume residu. Besarnya ±
5800ml, adalah volume maksimal dimana paru dikembangkan sebesar
mungkin dengan inspirasi paksa.

D. Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru
belum diketahui, tapi merokok dan paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat
yang bersifat karsinogenik merupakan faktor resiko utama. Beberapa faktor risiko
penyebab terjadinya kanker paru adalah (Stopler, 2010):

1. Merokok
Merokok merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85% dari
seluruh kasus. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai
8

merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan
merokok, dan lamanya berhenti merokok.

2. Perokok Pasif
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak
merokok, tetapi mengisap asap rokok dari orang lain, risiko menderita kanker
paru meningkat dua kali.

3. Polusi Udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat kanker
paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan
daerah pedesaan.

4. Paparan Zat Karsinogen


Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium,
nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru.
Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali
lebih besar daripada masyarakat umum.

5. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih
besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler
memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor
memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru.

6. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga
dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif
kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru.

7. Metastase Dari Organ Lain


Kanker paru yang merupakan metastase dari organ lain adalah kanker paru
sekunder. Paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel kanker yang ganas.
Meskipun stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah pasien menderita
penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian organ paru, sel kanker terus
berkembang dan bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel kanker bersifat
imortal dan bisa menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi. Paru- paru
9

itu adalah end organ bagi sel kanker atau tempat berakhirnya sel kanker, yang
sebelumnya dapat menyebar di aera payudara, ovarium, usus, dan lain- lain.

E. Klasifikasi
Ada dua jenis utama kanker paru di kategorikan berdasarkan ukuran serta
adanya sel ganas yang terlihat yaitu kanker paru karsinoma bukan sel kecil/NSCLC
(Non Small Cell Lung Cancer) dan kanker paru karsinoma sel kecil/SCLC (Small
Cell Lung Cancer). Beberapa jenis kanker paru adalah (Purba & Wibisono, 2015):

1. Karsinoma Sel Skuamosa


Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan,
berasal dari permukaan epitel bronkus. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak
sentral di sekitar hilus dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor
jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung
ke kelenjar getah bening, dinding dada, dan mediastinum.

2. Adenokarsinoma
Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan
kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis
interstisial kronik. Lesi seringkali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada
stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan
gejala-gejala. Karsinoma bronkoalveolus dimasukkan sebagai subtipe
adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO.

3. Karsinoma Sel Besar


Sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan
sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung
timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan
cepat ke tempat-tempat yang jauh.

4. Karsinoma Sel Kecil

Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral


dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah
bening hilus dan mediastinum. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang
paling jelas pada pemeriksaan sitologik adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel
tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan.
10

Tabel 1.1 TNM Klasifikasi Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil

Tumor Primer (T)


TX Tumor primer tidak dapat dinilai, atau tumor dibuktikan dengan adanya
sel-sel ganas dalam sputum atau bronkial tetapi tidak di
visualisasikan dengan bronkoskopi
T0 Tidak terdapat tumor primer
Tis Karsinoma in situ
T1 Tumor ≤ 3cm , di kelilingi oleh paru-paru atau pleura visceral, tidak ada
bukti bronkoskopi invasi lebih proksimal dari bronkus lobus
(tidak dibronkus utama), penyebaran tumor dangkal di saluran udara
yang utama (terbatas pada dinding bronkus)
T1a Tumor ≤ 2cm dalam dimensi terbesar
T1b Tumor > 2cm tetapi ≤ 3cm dalam dimensi terbesar.
T2 Tumor > 3cm tetapi ≤ 7cm atau tumor dengan salah satu dari berikut
: Menyerang pleura visceral, Terutama melibatkan bronkus ≥ 2cm distal
karina, Terkait dengan atelektasis/pneumonitis obstruktif
memperluas ke daerah hilus tetapi tidak melibatkan seluruh paru- paru

T2a Tumor > 3cm tetapi ≤ 5cm dalam dimensi terbesar


T2b Tumor > 5cm tetapi ≤ 7cm dalam dimensi terbesar
T3 Tumor > 7cm atau yang langsung menyerang salah satu dari berikut :
a) Dinding dada (termasuk tumor sulkus superior), diafragma, saraf
phrenikus, pleura mediastinal, atau parietal perikardium atau tumor
di bronkus utama < 2cm distal karina tetapi tanpa keterlibatan karina Atau
b) atelektasis terkait/pneumonitis obstruktif seluruh paru-paru
atau nodul
T4 tumor terpisah di lobus yang sama
Tumor dari berbagai ukuran yang menyerang salah satu dari berikut:
mediastinum, jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus,
vertebral, atau karina; tonjolan kecil tumor terpisah dalam lobus
ipsilateral yang berbeda
Kelenjar getah bening (N)
NX Kelenjar getah bening tidak dapat di nilai
N0 Tidak ada metastasis
N1 Metastasis di peribronkial ipsilateral dan/atau kelenjar getah bening hilus
ipsilateral dan nodul intrapulmo, termasuk keterlibatan secara
Langsung
N2 Metastasis di mediastinum dan/atau subkranial kelenjar getah bening
Ipsilateral
N3 Metastasis di mediastinum kontralateral, hilus kontralateral,
ipsilateral atau kontralateral sisi tidak sama panjang, atau kelenjar getah
bening supraklavikula
Metastase (M)
M0 Tidak diketahui adanya metastasis jauh
M1 Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu misalnya otak
Sumber: Purba & Wibisono, 2015
11

Tabel 1.2 Stadium Kanker Paru berdasarkan TNM Klasifikasi

Stadium TNM
Stadium 0 Tx N0 M0
Stadium IA Tis N0 M0
Stadium IB T1 N0 M0
Stadium IIA T2 N0 M0
Stadium IIB T1 N1 M0
Stadium T2 N1 M0
IIIA T3 N0 M0 atau T3 N1 M0
Stadium IIIB T berapapun N3 M0 atau T4 N berapapun M0
Stadium 4
Sumber: Purba & Wibisono, 2015

F. Patofisiologi dan Clinical Pathway


Dari etiologi yang menyebabkan Ca paru ada 2 jenis yaitu primer dan
sekunder. Primer yaitu berasal dari merokok, asap pabrik, zat karsinogen, dll dan
sekunder berasal dari metastase organ lain, Etiologi primer menyerang percabangan
segmen/sub bronkus menyebabkan cilia hilang. Fungsi dari cilia ini adalah
menggerakkan lendir yang akan menangkap kotoran kecil agar keluar dari paru-paru.
Jika silia hilang maka akan terjadi deskuamasi sehingga timbul pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka akan menimbulkan
ulserasi bronkus dan menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia yang
selanjutnya akan menyebabkan Ca Paru. Ca paru ada beberapa jenis yaitu karsinoma
sel skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel bronkoalveolar, dan karsinoma sel
besar. Setiap lokasi memiliki tanda dan gejala khas masing masing. Pada karsinoma
sel skuamosa, karsinoma bronkus akan menjadi berkembang sehingga batuk akan
lebih sering terjadi yang akan menimbulkan iritasi, ulserasi, dan pneumonia yang
selanjutnya akan menimbulkan himoptosis. Pada adenokarsinoma akan
menyebabkan meningkatnya produksi mukus yang dapat mengakibatkan
penyumbatan jalan nafas. Sedangkan pada karsinoma sel bronkoalveolar sel akan
membesar dan cepat sekali bermetastase sehingga menimbulkan obstruksi bronkus
dengan gejala dispnea ringan. Pada karsinoma sel besar akan terjadi penyebaran
neoplastik ke mediastinum sehingga timbul area pleuritik dan menyebabkan nyeri
kronis. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya
metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur–struktur
terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka
(Nurarif & Kusuma, 2015).
12

Sedangkan pada Ca paru sekunder, paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel


kanker yang ganas. Meskipun stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah pasien
menderita penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian organ paru, sel kanker terus
berkembang dan bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel kanker bersifat imortal
dan bisa menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi. Paru-paru itu adalah
end organ bagi sel kanker atau tempat berakhirnya sel kanker, yang sebelumnya dapat
menyebar di aera payudara, ovarium, usus, dan lain-lain (Stopler, 2010).
13

G. Pathway

Predisposisi
Primer : Merokok (perokok aktif dan pasif), Bronkus mengalami trauma Perubahan epitel Ulserasi
polusi udara, paparan zat karsinogen. oleh paparan zat karsinogen silia dan mukosa Deskuamasi
bronkus
(rokok, paparan industri)
Lapisan epitel bronkus
Sekunder: Metastase dari organ Ca Paru hiperplasi & metaplasi
lain abnormal

Adenokarsinoma Carcinoma non sel kecil


Karsinoma sel skuamosa Carcinoma sel
kecil
produksi mucus >> Karsinoma
Karsinoma berkembang Membesar/metastase di berkembang di pada
di tengah bronkus dan tengah parenkim paru jaringan paru perifer
menonjol ke dalam Menyumbat jalan napas
Perubahan membran Produksi cairan melebihi
Hiperplasia pada Ketidakefektifan alviolar kemampuan penyerapan
Sesak
dinding bronkus bersihan jalan
nafas Penumpukan cairan
anoreksia Dispnea
pada rongga pleura
Obstruksi jalan Ketidakefektifan
napas pola napas
anemia Gangguan
Ketidakseimbanga pertukaran gas Ekspansi paru menurun
Ketidakefektifan n nutrisi: kurang
bersihan jalan napas Keletihan dari kebutuhan
tubuh Dispnea
Intoleransi
aktivitas
(Sumber : Betz, C. L. & Sowden, 2002)
14

H. Manifestasi Klinis

Tabel 1.3 Manifestasi klinis Ca Paru sesuai dengan lokasinya

Adenokarsinoma Karsinoma Sel Karsinoma Sel Karsinoma Sel


dan Skuamosa kecil besar
Bronkoalveolar
Tanda 1. Nafas dangkal 1. Batuk 1. SIADH 1. Batuk
dan 2. Batuk 2. Dyspnea 2. Sindrom berkepanjang
Gejala 3. Penurunan 3. Nyeri dada chusing an
nafsu makan 4. Atelektasis 3. Hiperkalsemia 2. Nyeri dada
4. Trosseau 5. Pneumo 4. Batuk saat
syndrome nia 5. Stridor menghirup
postobst 6. Nafas dangkal 3. Suara serak
ruktif 7. Sesak nafas 4. Sesak napas
6. Mengi 8. Anemia
7. Hemoptisis
8. Kelelahan
9. Penurunan
berat
badan
Sumber: Tan, 2017

I. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kanker paru ini adalah
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk (Purba &
Wibisono, 2015):
1. menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru;
2. kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau pemeriksaan
analisis gas;
3. menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada organ-
organ lainnya; dan
4. menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada jaringan
tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena metastasis.

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah (Purba &


Wibisono, 2015):
1. Radiologi
Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama
dipergunakan untuk mendiagnosa kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran
radiologi yang bervariasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan
15

keganasan tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar getah bening, dan
metastasis ke organ lain.
2. Sitologi
Merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai nilai
diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang rendah. Pemeriksaan dilakukan
dengan mempelajari sel pada jaringan. Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan
gambaran perubahan sel, baik pada stadium prakanker maupun kanker.
Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dipakai untuk
mendapatkan bahan sitologik.
3. Bronkoskopi
Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan
indikasi untuk bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik,
perubahan mikroskopik mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau
gumpalan daging. Bronkoskopi akan lebih mudah dilakukan pada tumor yang
letaknya di sentral. Tumor yang letaknya di perifer sulit dicapai oleh ujung
bronkoskop.
4. Biopsi Transtorakal
Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk
mendiagnosis tumor pada paru terutama yang terletak di perifer.
5. Torakoskopi
Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna
pemeriksaan histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan
dengan alat torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada
untuk melihat dan mengambil sebagian jaringan paru yang tampak.

J. Penatalaksanaan

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017, manajemen


penatalaksanaan pada penyakit kanker paru dibagi berdasarkan klasifikasinya. Pada
Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK), terdiri dari berbagai jenis,
antara lain adalah Karsinoma Sel Skuamosa (KSS), adenokarsinoma, Karsinoma
Bukan Sel Kecil (KBSK) penatalaksanaannya tergantung pada stadium penyakit,
tampilan umum penderita, komorbiditas, tujuan pengobatan, dan cost-effectiveness.
Modalitas penanganan yang tersedia adalah bedah, radiasi, dan kemoterapi.
16

Penatalaksanaan kanker paru karsinoma bukan sel kecil antara lain:

1. Bedah
Terapi utama utama untuk sebagian besar KPBSK, terutama stadium I-II
dan stadium IIIA yang masih dapat direseksi setelah kemoterapi neoadjuvan. Jenis
pembedahan yang dapat dilakukan adalah lobektomi, segmentektomi dan reseksi
sublobaris. Pasien dengan kardiovaskular atau kapasitas paru yang lebih rendah,
pembedahan segmentektomi dan reseksi sublobaris paru dilakukan.

2. Radioterapi
Radioterapi dalam tatalaksana kanker paru Bukan Sel Kecil (KPKBSK)
dapat berperan di semua stadium KPKBSK sebagai terapi kuratif definitif, kuratif
neoajuvan atau ajuvan maupun paliatif. Radioterapi dapat diberikan pada stadium
I yang menolak dilakukan operasi setelah evaluasi bedah thoraks dan pada
stadium lokal lanjut (Stadium II dan III) konkuren dengan kemoterapi. Pada
pasien Stadium IIIA resektabel, kemoterapi pre operasi dan radiasi pasca operasi
merupakan pilihan. Pada pasien Stadium IV, radioterapi diberikan sebagai paliatif
atau pencegahan gejala (nyeri, perdarahan, obstruksi).

3. Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan sebagai modalitas neoadjuvant pada stadium
dini, atau sebagai adjuvant pasca pembedahan. Terapi adjuvant dapat diberikan
pada KPKBSK stadium IIA, IIB dan IIIA. Pada KPKBSK stadium lanjut,
kemoterapi dapat diberikan dengan tujuan pengobatan jika tampilan umum pasien
baik. Kemoterapi adalah sebagai terapi paliatif pada pasien dengan stadium lanjut.

Penatalaksanaan Kanker Paru Karsinoma Sel Kecil (KPKSK) berbeda dengan


KPBSK, pasien dengan KPKSK, penatalaksanaan dilakukan berdasarkan stadium,
antara lain :

1. Stadium terbatas
Pilihan modalitas terapi pada stadium ini adalah kombinasi dari
kemoterapi berbasis-platinum dan terapi radiasi toraks. Kemoterapi dilakukan
paling banyak 4-6 siklus, dengan peningkatan toksisitas yang signifikan jika
17

diberikan lebih dari 6 siklus. Regimen terapi kombinasi yang memberikan hasil
paling baik adalah concurrent therapy, dengan terapi radiasi dimulai dalam 30
hari setelah awal kemoterapi. Regimen kemoterapi yang tersedia untuk stadium
ini adalah EP, sisplatin/karboplatin dengan etoposid (pilihan utama,
sisplatin/karboplatin dengan irinotekan. Reseksi bedah dapat dilakukan dengan
kemoterapi adjuvant atau kombinasi kemoterapi dan radiasi terapi adjuvant pada
TNM stadium dini, dengan/tanpa pembesaran kelenjar getah bening.

2. Stadium lanjut
Pilihan utama modalitas terapi stadium ini adalah kemoterapi kombinasi.
Regimen kemoterapi yang dapat digunakan pada stadium ini adalah:
sisplatin/karboplatin dengan etoposid (pilihan utama), atau sisplatin/karboplatin
dengan irinotekan. Pilihan lain adalah radiasi paliatif pada lesi primer dan lesi
metastasis.

K. Efek Samping
Secara umum, komplikasi dari operasi termasuk infeksi, kerusakan pada area
di dekat lokasi bedah, perdarahan, dan sesak napas. Risiko lain termasuk serangan
jantung, stroke atau gumpalan darah ke paru-paru. Efek samping dari radiasi
termasuk kerusakan pada jaringan yang dekat dengan tumor, biasanya paru-paru dan
kerongkongan (kesulitan atau menelan menyakitkan), kerusakan pada kulit, kelelahan
(kelelahan), dan kehilangan nafsu makan. Kerontokan rambut akan terjadi di area
yang menerima radiasi secara langsung. Efek samping kemoterapi dapat meliputi
kelelahan, rambut rontok, mual dan muntah, anemia (jumlah sel darah merah rendah),
peningkatan risiko infeksi, kerusakan ginjal dan kerusakan saraf. Efek samping akan
bervariasi tergantung pada obat kemoterapi spesifik yang digunakan. Efek samping
terapi yang ditargetkan dapat mencakup ruam kulit, diare, dan jaringan parut yang
jarang parah di paru-paru (fibrosis paru). Gangguan visual ringan juga telah
dilaporkan dengan beberapa terapi yang ditargetkan. Sebagian besar efek samping
dapat dikelola dengan sangat baik dengan obat tambahan dan perubahan jadwal
istirahat dan olahraga. Tim perawatan Anda akan melakukan yang terbaik untuk
membuat efek samping dapat dikelola sebaik mungkin.
L. Perawatan Palliatif
Perawatan paliatif dan perannya dalam pengobatan kanker paru-paru mengacu
18

pada mengobati gejala yang disebabkan oleh kanker dan terapi yang digunakan untuk
mengobati kanker. Tujuan perawatan paliatif adalah untuk mengurangi gejala, seperti
sesak napas, sakit, tertekan, kelelahan, kecemasan atau depresi, dan masalah spiritual.
Seorang pasien dan tim perawatan kesehatan harus sering melakukan perawatan
palliative secara terbuka lalu di diskusikan semua gejala yang dialami ager
mendapatkan hasil yang memuaskan.Penting untuk membahas risiko dan manfaat
dari setiap terapi yang perlu dipertimbangkan dan bagaimana terapi itu akan
memengaruhi kualitas hidup dan peluang untuk hidup lebih lama. Banyak fasilitas
memiliki tim perawatan paliatif yang berpengalaman dalam membantu orang dengan
kanker.

M. Discharge Planning
Discharge planning merupakan serangkaian keputusan dan aktivitas-aktivitas
yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan yang berlanjut dan terkoordinasi
ketika pasien akan pulang dari pelayanan kesehatan. Discharge planning pada pasien
kanker paru disusun berdasarakan tindakan keperawatan yang meliputi observasi,
mandiri, edukasi, dan kolaborasi yang disusun sebagai berikut :

1. Observasi keadaan pasien meliputi tanda-tanda vital pasien.

2. Kolaborasi dengan dokter untuk mengkonsultasikan tentang penanganan lanjutan


(Kemoterapi, radiasi, atau pembedahan).
3. Motivasi klien untuk tidak merokok dan tidak berada di dekat orang yang sedang
merokok.
4. Hindari daerah yang banyak polusi udara atau pakailah masker untuk mencegah
debu masuk ke saluran pernafasan.
5. Ajarkan kepada klien untuk meningkatkan daya tahan tubuh, cukup istirahat, dan
makan-makanan yang bergizi.
6. Ajarkan kepada klien untuk menghindari menghirup zat karsinogenik (seperti
asbestos, uranium, dll).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan
yang berasal dari paru sendiri (primer). Seperti umumnya kanker yang lain,
penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, tapi merokok dan paparan
atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor
resiko utama. Ca paru ada 2 jenis yaitu primer dan sekunder. Primer yaitu berasal
dari merokok, asap pabrik, zat karsinogen, dll dan sekunder berasal dari metastase
organ lain. Sedangkan pada ca paru sekunder, paru-paru menjadi tempat berakhirnya
sel kanker yang ganas. Tindakan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada
pasien kanker paru disusun berdasarakan tindakan keperawatan yang meliputi
observasi, mandiri, edukasi, dan kolaborasi.

19
DAFTAR PUSTAKA

American Thoracic Society.2014. ATS Patient Education Series; Treatment of Lung

Cancer Lung Cancer Mini Series. www.thoracic.org (Diakses tanggal 10 Maret

2020)

Guyton A.C. and J.E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.Jakarta:

EGC

Keliat, Budi Anna., et all. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015- 2017.

Edisi 10. Jakarta: EGC

Kemenkes RI. 2017. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Paru.

http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKParu.pdf (Diakses pada 9 Maret

2020)

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic Noc. Jogja: Mediaction

Nurjannah, I & Tumanggor, R.D. 2013. Nursing Interventions Classification Edisi 6

(Bahasa Indonesia). Indonesia. ELSEVIER.

Nurjannah, I & Tumanggor, R.D. 2013. Nursing Outcomes Classification Edisi 5 (Bahasa

Indonesia). Indonesia. ELSEVIER.

Purba, Ardina Filindri & Wibisono. 2015 Pola Klinis Kanker Paru di RSUP dr. Kariadi

Semarang Periode Juli 2013- Juli 2014.

http://eprints.undip.ac.id/46681/3/BAB_II_HASIL_KTI.pdf (Diakses pada 9

Maret 2020)

Sari, Lenny Widyawati Intan dan Purwoko, Yosef. 2015. Perbedaan Nilai Arus Puncak

Ekspirasi Sebelum dan Sesudah Pelatihan Senam Lansia Menpora pada

Kelompok Lansia Kemuning, Banyumanik, Semarang. http://eprints.undip.ac.id/

20
46788/3/Lenny_Widyawati_Intan_Sari_22010111120052_Lap.KTI_Bab2.pdf

(Diakses pada 9 Maret 2020)

Stoppler, M.C. 2010. Kanker Paru. http://www.emedicinehealth/ (Diakses pada 9 Maret

2020)

Syafrullah, Sarah Carolin. 2015. Pengaruh Olahraga Renang terhadap Kapasitas Vital

Paksa dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik pada Mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung. http://digilib.unila.ac.id/20701/14/BAB

%20II.pdf (Diakses pada 15 Januari 2018)

Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk

Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC

Tan, Winston W. 2017. Non-Small Cell Lung Cancer Clinical Presentation

https://emedicine.medscape.com/article/279960-clinical. (Diakses pada 9 Maret

2020)

21

Anda mungkin juga menyukai