PENDAHULUAN
1 |BAB MENGERAS
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
2 |BAB MENGERAS
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Skenario
BAB MENGERAS
I. Klarifikasi Istilah
3 |BAB MENGERAS
Mengedan : mengadakan tekanan di dl tubuh bagian bawah (perut) spt ketika
hendak buang air besar, akan melahirkan anak ( KBBI)
BAB : defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk
membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari
sistem pencernaan mahkluk hidup (koes iriantp. 2007)
III. Brainstorming
4 |BAB MENGERAS
Pengobatan. Pengobatan juga dapat mempengaruhinya proses
defekasi, seperti penggunaaan laksantif atau antasida yang terlalu
sering. Kedua jenis tersebut dapat melunakkan feses dan
meningkatkan peristaltik usus. Penggunaan lama menyebabkan
usus besar kehilangan tonus otonya dan menjadi kurang responsif
terhadap stimulus yang diberikan oleh laksantif.
Gaya hidup. Kebiasaan atau gya hidup dapat mempengaruhi
defekasi. Hal ini dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gaya
hidup sehat atau kebiasaan melakukan buang air besar di tempat
yang bersih atau toilet, ketika seseorang tersebut buang air besar di
tempat yang terbuka atau tempat yang kotor, maka ia akan
mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
Penyakit. Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi,
biasanya penyakit-penyakit tersebut berhubungan langsug dengan
sistem pencernaan, seperti gastroenteritis atau penyakit infeksi
lainya.
Nyeri. Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan atau
keinginan untuk defekasi, seperti nyeri pada kasus hemorroid dan
episiotomi.
Kerusakan sensoris dan motoris. Kerusakan pada sistem sensoris
dan motoris dapat mempengaruhi proses defekasi karena dapat
menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam
melakukan defekasi. Hal tersebut dapat diakibatkan karena
kerusakan pada tulang belakang atau kerusakan sarf lainnya.
6 |BAB MENGERAS
benar-benar mengeluarkan bau meliputi indol, skatol, merkaptan, dan
hidrogen sulfide (Guyton dan Hall: 2016).
Bagan
V. Learning Issues
VI. Referensi
Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan rektum. Sekum
membentuk kantung buntu di bawah pertemuan antara usus halus dan usus
7 |BAB MENGERAS
besar di katup ileosekum. Tonjolan kecil seperti jari di dasar sekum adalah
apendiks, suatu jaringan limfoid yang mengandung limfosit. Kolon, yang
membentuk sebagian besar usus besar, tidak bergelung seperti usus halus
tetapi terdiri dari tiga bagian yang relatif lurus - kolon asendens, kolon
transversum, dan kolon desendens. Bagian terakhir kolon desendens
membentuk huruf S, membentuk kolon sigmoid (sigmoid artinya
"berbentuk S"), kemudian lurus untuk membentuk rektum (rektum artinya
"lurus").
Penyerapan telah diselesaikan di usus halus maka isi yang
disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tak tercerna
(misalnya selulosa), komponen empedu yang tidak diserap, dan cairan.
Kolon mengekstraksi HrO dan garam dari isi lumennya. Apa yang
terringgal dan akan dikeluarkan disebut feses (tinja). Fungsi utama usus
besar adalah untuk menyimpan tinja sebelum defekasi. Selulosa dan bahan
lain yang tak tercerna di dalam diet membentuk sebagian besar massa dan
karenanya membantu mempertahankan keteraturan buang air (Sherwood,
L: 2014).
Dalam keadaan normal katup ileosekum dalam keadaan yang
menutup sebagiann sehingga lewatnya kimus ke sekum biasanya
berlangsung lambat. Segera setelah makan refleks gastroileum
menguatkan peristaltic di ileum memaksa kimus masuk ke sekum.
Hormone gastrin juga melemaskan sfingter. Jika sekum teregang, derajat
kontraksi sifingter ileosekum meningkat. Gerakan pada kolon dimulai
ketika kimus melewati sfingter tersebut. Waktu makanan untuk masuk ke
kolon ditentukan oleh waktu pengosongan lambung.
Suatu gerakan khas usus besar adalah gerakan mengaduk haustra
(haustra churning). Dalam proses ini haustra tetap melemas dan menjadi
teregang karena disi, ketika peregangan mencapai ambang, dinding akan
berkontraksi dan memeras isi ke haustra berikutnya. Peristaltis juga terjadi
meski rendah. Jeis terakhir gerakan adalah peristaltis massal, gelombang
8 |BAB MENGERAS
peristaltic kuat yang dimulai disekitar pertengahan kolon transversum dan
mendorong isi kolon ke rectum (Tortora: 2016).
(Tortora, 2012)
Caecum, pertemuan antara usus halus dan usus besar yaitu di ileocecal
junction. Terdapat sebuah tabung buntu kecil yang melekat pada
caecum dengan panjang sekitar 9 cm, yaitu appendiks vermiformis. Di
dinding appendiks vermiformis, terdapat banyak pembuluh limfe.
Kolon, memiliki panjang sekitar 1,5-1,8 m. Terdiri atas empat bagian,
yaitu:
9 |BAB MENGERAS
Kolon ascenden. Terbentang secara superior dari caecum dan
berakhir pada flexura coli dextra dekat dengan margin inferior
kanan hepar.
Kolon transversum. Terbentang dari flexura coli dextra sampai
dengan flexura coli sinistra.
Kolon descenden. Terbentang dari flexura coli sinistra sampai
dengan pembukaan superior pelvis major, yang kemudian
menjadi kolon sigmoid.
Kolon sigmoid. Membentuk tabung huruf S yang terbentang
menuju ke pelvis dan berakhir di rektum.
Rektum. Tabung muskular yang lurus yang dimulai dari batas akhir
kolon sigmoid dan berakhir di kanalis analis.
Kanalis analis, dengan panjang sekitar 2-3 cm. Berawal dari bagian
akhir inferior rektum dan berakhir di anus.
10 |BAB MENGERAS
mesenteriumnya, yang menghasilkan pembentukan lengkung usus
primer. Di puncaknya, lengkung usus tetap berhubungan langsung
dengan yolk sac melalui duktus vitelinus yang sempit. Bagian sefalik
dari lengkung berkembang menjadi bagian distal duo-denum, jejunum
dan sebagian ileum. Bagian kaudal menjadi bagian bawah ileum,
saekum, apendiks, kolon asendens, dan dua pertiga proksimal kolon
transversum (Sadler, 2011).
11 |BAB MENGERAS
kolon asendens dan desendens secara permanen terletak di posisi
retroperitoneum. Namun, apendiks, ujung bawah saekum, dan kolon
sigmoideum, tetap mempertahankan mesenterium bebasnya .
Mesokolon transversum memiliki nasib yang berbeda. Mesokolon ini
menyatu dengan dinding posterior omentum mayus tetapi tetap
mempertahankan mobilitasnya. Garis perlekatannya pada akhirnya
membentang dari fleksura hepatika kolon asendens hingga fleksura
splenika kolon desendens . Mesenterium lengkung jejunoileum mula-
mula bersambungan dengan mesenterium kolon asendens. Sewaktu
mesenterium mesokolon asendens menyatu dengan dinding abdomen
posterior, mesenterium lengkung jejunoileum memperoleh garis
perlekatan baru yang membentang dari area tempat duodenum menjadi
intraperitoneum hingga tautan ileosaekum (Sadler, 2011).
Usus belakang membentuk sepertiga distal kolon transversum,
kolon desendens, kolon sigmoideum, rektum dan bagian atas kanalis
analis. Endoderm usus belakang juga membentuk lapisan dalam pada
kandung kemih dan uretra. Pada akhir minggu ketujuh, membrana
kloakalis ruptur, sehingga terbentuk lubang anus untuk usus belakang
dan lubang ventral untuk sinus urogenitalis. Di antara keduanya, ujung
septum urorektale membentuk korpus perineale (badan perineum.
Bagian atas (dua pertiga) kanalis analis berasal dari endoderm usus
belakang; bagian bawah(sepertiga) berasal dari ektoderm di sekitar
proktodeum . Ektoderm di regio proktodeum di permukaan bagian
kloaka berproliferasi dan melakukan invaginasi untuk membuat celah
anus ). Selanjutnya, degenerasi membrana kloakalis (kini disebut
membran anus) membentuk kontinuitas di antara bagian atas dan
bawah kanalis analis. Karena bagian kaudal kanalis analis berasal dari
ektoderm, maka bagian ini disuplai oleh arteri rektalis inferior, cabang
dari arteri pudenda interna. Namun, bagian kranial kanalis analis
berasal dari endoderm sehingga disuplai oleh arteri rektalis superior
yang merupakan kelanjutan dari arteri mesenterika inferior, yaitu arteri
12 |BAB MENGERAS
usus belakang. Taut antara regio endoderm dan ektoderm di kanalis
analis ditandai oleh linea pektinata, tepat di bawah kolumna analis. Di
garis ini, epitel berubah dari epitel silindris menjadi epitel gepeng
berlapis (Sadler, 2011).
Absorpsi dan Sekresi Elektrolit dan Air. Mukosa usus besar seperti
juga mukosa usus halus, mempunyai kemampuan absorpsi aktif
natrium yang tinggi, dan gradien potensial listrik yang diciptakan oleh
absorpsi natrium juga menyebabkan absorpsi klorida. Taut erat di
antara sel-sel epitel dan epitel usus besar jauh lebih erat daripada taut
erat di usus halus. Keadaan tersebut mencegah difusi kembali ion
dalam jumlah bermakna melalui taut ini, sehingga memungkinkan
mukosa usus besar untuk mengabsorbsi ion natrium jauh lebih
sempurna yaitu, melawan gradien konsentrasi yang jauh lebih tinggi
14 |BAB MENGERAS
dari pada yang terjadi di usus halus. Hal ini terutama terjadi saat
terdapat sejumlah besar aldosteron karena aldosterone sangat
meningkatkan kemampuan transpor natrium. Selain itu, seperti yang
berlangsung di bagian distal usus halus, mukosa usus besar menyekresi
ion bikarbonat sementara secara bersamaan mengabsorbsi ion klorida
dalam jumlah yang sama dalam proses transpor pertukaran yang telah
dijelaskan sebelumnya. Bikarbonat membantu menetralisasi produk
akhir asam dan kerja bakteri di dalam usus besar. Absorpsi ion natrium
dan klorida menciptakan gradient osmotik di sepanjang mukosa usus
besar, yang kemudian menyebabkan absorpsi air. Kemampuan
Absorpsi Maksimal Usus Besar. Usus besar dapat mengabsorbsi
maksimal 5 sampai 8 L cairan dan elektrolit setiap hari. Bila jumlah
total cairan yang masuk usus besar melalui katup ileosekal atau
melalui sekresi usus besar melebihi jumlah ini, kelebihan cairan akan
muncul dalam feses sebagai diare. Seperti yang sudah ditulis lebih
awal pada bab ini, toksin kolera atau infeksi bakteri tertentu lainnya
sering menyebabkan kripta pada ileum terminalis dan usus besar
menyekresikan 10 L atau lebih cairan setiap harinya, menimbulkan
diare berat dan sering mematikan. Kerja Bakteri dalam Kolon. Banyak
bakteri, khususnya basil kolon, bahkan terdapat secara normal pada
kolon pengabsorpsi. Bakteri-bakteri ini mampu mencerna sejumlah
kecil selulosa, dengan cara ini menyediakan beberapa kalori nutrisi
tambahan untuk tubuh. Pada hewan-hewan herbivora, sumber energi
ini sangat berarti, walaupun hal ini tidak penting pada manusia.
15 |BAB MENGERAS
terbentuk sebagai akibat aktivitas bakteri adalah vitamin K, vitamin
B12, tiamin, riboflavin, dan bermacam-macam gas yang menyebabkan
flatus di dalam kolon, khususnya karbon dioksida, gas hidrogen, dan
metan. Vitamin K yang dibentuk oleh bakteri sangat penting karena
jumlah vitamin ini dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari
normalnya kurang untuk mempertahankan koagulasi darah yang
adekuat (Guyton dan Hall: 2016).
16 |BAB MENGERAS
gerakan peristaltic yang lebih kuat di rectum agar feces dapat
lebih cepat keluar
N.pudendus, yang mengirim impuls untuk mengurangi
kontraksi M.sphincter ani eksternum dan M.levator ani agar
otot tersebut berelaksasi sehingga feces di keluarkan melalui
canalis analis.
Penutupan epiglotis dan kontraksi otot-otot dinding abdomen berfungsi
untuk meningkatkan tekanan intra abdominal sehingga mendukung
pengeluaran feces. Selanjutnay feces di keluarkan melalui canalis
analis menonjol melalui anus mendahului massa feces. Pada akhir
proses defekasi, tunika mukosa kembali ke canalis analis serta
penarikan ke atas oleh M.puborectalis (bagian dari M.levator ani).
Kemudian lumen canalis analis yang kosong di tutup oleh kontraksi
tonik M.sphingcter ani. (Lauralee Sherwood. 2014)
Ada beberapa keadaan yang menjadi faktor resiko kenapa BAB keras
dan sembelit atau konstipasi bisa terjadi antara lain karena Pemasukan
cairan yang kurang dalam tubuh yang membuat defekaksi menjadi
keras. Oleh karena proses absorbsi air yang kurang menyebabkan
kesulitan proses defekasi. Diet, pola, atau jenis makanan yang
17 |BAB MENGERAS
dikomsumsi juga dapat mempengaruhi dari proses defekasi. Makanan
yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses
percepatan defekasi dan jumlah yang dikonsumsi pun
mempengaruhinya ( Uliyah, dkk, 2008 ).
Mekanisme Konstipasi
19 |BAB MENGERAS
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan rectum. Tiga atau empat
kali sehari, umumnya setelah makan, terjadi peningkatan mencolok motilitas saat
segmen-segmen besar kolon asenden dan transversum berkontraksi secara
simultan, mendorong tinja sepertiga hingga tiga perempat panjang kolon dalam
beberapa detik. Kontraksi masif ini, yang secara tepat dinamai pergerakan massa.
Ketika pergerakan massa di kolon mendorong tinja ke dalam rektum, peregangan
yang terjadi di rektum merangsang reseptor regang di dinding rektum, memicu
refleks defekasi. Proses defekasi terjadi secara volunter dan involunter. Jika
defekasi ditunda terlalu lama, dapat terjadi konstipasi yaitu ketika isi kolon
tertahan lebih lama daripada normal, H2O yang diserap dari tinja meningkat
sehingga tinja menjadi kering dan keras.
20 |BAB MENGERAS