Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi di antara IMS. Pada
pengobatannya terjadi pula perubahan karena sebagian disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae yang telah resisten terhadap penisilin dan disebut Penicillinase Producing
Neisseria gonorrhoeae (PPNG). Kuman ini meningkat di banyak negeri termasuk
Indonesia.Pada umumnya penularannya melalui hubungan kelamin yaitu secara genito-
genital, oro-genital, dan ano-genital. Tetapi, di samping itu dapat juga terjadi secara manual
melalui alat-alat, pakaian, handuk, termometer, dan sebagainya. Oleh karena itu secara
garis besar dikenal gonore genital dan gonore ekstra genital.Gonore disebabkan oleh
Neisseri gonorrhoeae, bakteri gram negatif dengan tipikal diplokokus ditemukan dalam sel
nuklear polimorf. Insidens tertinggi pada grup usia 15 hingga 29 tahun. Periode inkubasi
biasanya 2 sampai 4 hari.1,2
Banyak faktor penunjang yang dapat mempermudah dalam hal penyebarannya
menyangkut : kemajuan sarana transportasi, pengaruh geografi, pengaruh lingkungan,
kurangnya fasilitas pengobatan, kesalahan diagnosis, perubahan pola hidup, dan tak kalah
penting ialah penyalahgunaan obat. Kesemuanya ini dapat terjadi terutama karena latar
belakang kurangnya pengetahuan mengenai seluk beluk dari infeksi menular
seksual.Dengan bertambah banyaknya ragam antibiotik yang berhasil disintesis akhir-akhir
ini memperkuat dugaan sebelumnya bahwa uretritis gonore akan dapat terberantas secara
tuntas. Kenyataannya hal seperti ini tidak keseluruhannya benar. Tidak jarang penderita
uretritis gonore tidak kunjung sembuh meskipun telah minum sendiri antibiotik yang mahal
sekalipun. Penderita lain dengan sakit yang sama berobat ke dokter, kemudian
sembuh.Berdasarkan pengalaman tersebut, setiap kali sakit setelah hubungan seksual,
pasien selalu minum obat yang sama tanpa pemerikaan diri ke dokter lebih dahulu. Kasus
seperti ini sering terjadi dalam praktek sehari-hari.Usia terjangkit adalah usia remaja yang

1
aktif secara seksual. Pada bayi baru lahir ada konjungtivitis akibat infeksi gonore. Wanita
muda, pria homoseksual, umumnya infeksi tidak bergejala pada pria, dan infeksi pada
pharyngeal dan anorectal di pasien pria homoseksual.3,4

2
BAB II

LAPORAN KASUS

Resume
Seorang pria berumur 36 tahun datang ke BP Kulit dengan keluhan nyeri dibagian
genital dengan adanya duh yang keluar dari genitalnya. Dari hasil anamnesis 3 hari
yang lalu pasien merasakan nyeri saat ereksi dan ada cairan putih kekuningan
seperti nanah yang keluar dari alat genitalnya.Kontak terakhir dengan istri barunya
ialah 1 minggu yang lalu yang telah dinikahi sebulan yang lalu. istri barunya ialah
seorang janda yang telah mengaku bahwa dulu dia suka berhubungan badan dengan
dengan orang lain sebanyak beberapa kali dan bergonta-ganti pasangan sebelum
menikah dengan pasien.Pasien merasa cemas dengan penyakitnya karna pasien
belum pernah menderita penyakit kelamin sebelumnya.Pasien sudah minum obat
yang dia beli sendiri kemarin dua hari yang lalu sebelum ke BP kulit untuk periksa.
Status Venereologi
Lokasi : Genital
Efloresensi : duh tubuh / sekret yang mukopurulen keluar dari alat genital
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Gram
Diagnosis Banding
- Chlamydia trachomatis
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik. Diagnosa pada pasien
ini adalah Uretritis Gonorea
Penatalaksanaan :Cefixim 200 mg tab (2x1 tab)
Prognosis : Ad bonam

3
Gambar 1. Terlihat duh tubuh yang berwarna putih kekuningan seperti nanah yang
nampak pada tissu

4
Gambar 2. Tampak bakteri N.Gonnorheae yang seperti biji kopi dan membentuk
koloni.

5
BAB III

PEMBAHASAN

Penularan gonore dapat terjadi malalui kontak seksual dengan penderita gonoroe.
Masa tunas penyakit ini terutama pada laki laki bevariasi berkisar antara 2-5 hari. Biasanya
bisa lebih lama berkisar 1-14 hari, hal ini disebabkan karena penderita sudah mengobati diri
sendiri. Pada wanita sulit ditemukan masa tunasnya karena pada umumnya asimtomatik.
Gejala yang paling sering ditemukan pada pria adalah uretritis anterior akut dan dapat
menjalar ke proksimal, keluhan subyektif yang dirasakan adalah rasa gatal dan panas
dibagian distal uretra, terutama disekitar orifisium uretra eksternum, kemudia disusul
disuria, polakisuria, keluar duh tubuh yang kadang kadang disertai dengan darah dari jung
uretra dan disertai rasa nyeri pada saat ereksi. Pada saat pemeriksaan tampak orifisium
uretra eksternum eritematosa, edematosa dan ektropion. Pada wanita baik penyakitnya akut
ataupun kronik gejala subyektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapati adapun
gejala yang didapatkan adalah berupa keputihan atau duh tubuh yang mukopurulen, disuria,
bisa juga uretritis, servisitis, bartholinitis dan proktitis. Biasanya pada wanita gejala yang
dikeluhkan timbul setelah terjadi komplikasi.1,4,5,

Diagnosis penyakit ini ditegakkan atas dasar anamnesis, dari anamnesis didapatkan
keluhan rasa gatal dan panas dibagian distal uretra, terutama disekitar orifisium
uretra eksternum, kemudia disusul disuria, polakisuria, keluar duh tubuh yang
kadang kadang disertai dengan darah dari jung uretra dan disertai rasa nyeri pada
1,5,
saat ereksi. Dari hasil anamnesis didapatkan Seorang pria berumur 36 tahun
datang ke BP Kulit dengan keluhan nyeri dibagian genital dengan adanya duh yang
keluar dari genitalnya. Dari hasil anamnesis 3 hari yang lalu pasien merasakan
nyeri saat ereksi dan ada cairan putih kekuningan seperti nanah yang keluar dari
alat genitalnya.Kontak terakhir dengan istri barunya ialah 1 minggu yang lalu
yang telah dinikahi sebulan yang lalu.Menurut pasien istri barunya ialah seorang

6
janda yang telah mengaku bahwa dulu dia suka berhubungan badan dengan
dengan orang lain sebanyak beberapa kali dan bergonta-ganti pasangan sebelum
menikah dengan pasien.Pasien merasa cemas dengan penyakitnya karna pasien
belum pernah menderita penyakit kelamin sebelumnya.Pasien sudah minum obat
yang dia beli sendiri kemarin dua hari yang lalu sebelum ke BP kulit untuk periksa.
.Hal ini sesuai dengan teori mengenai predileksi dan keluhan yang dialami pasien.

Pada pemeriksaan fisik tampak orifisium uretra eksternum eritematosa, edematosa


dan ektropion.1,5,6 Hal ini sesuai dengan pemeriksaan fisik pasien bahwa pada pemeriksaan
fisik pasien didapatkan orifisium uretra eksternum pasien terjadi eritematosa dan
edematosa.

Secara morfologik Gonokokus ini terdiri atas 4 tipe yaitu tipe 1 dan 2 yang
mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan
bersifat nonvirulen. Pili tersebut akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan
suatu peradangan. Bakteri Neisseria Gonorhoe merupakan bakteri diplokokus aerobic gram
negatif, intraseluler yang dapat mempengaruhi epitel kuboid atau kolumner host. Beberapa
faktor yang mempengaruhi cara Gonokokus memediasi virulensi dan patogenisitasnya. Pili
dapat membantu pergerakan Gonokokus ke permukaan mukosa. Membran protein luar
seperti protein opacity-associated (opa) dapat meningkatkan perlekatan antara Gonokokus
dan juga dapat meningkatkan perlekatan fagosit. Produksi yang dimediasi plasmid tipe
TEM-1 beta laktamase (penisilinase) juga berperan pada virulensinya. Dengan bantuan pili
dan protein opa Gonokokus dapat melekat pada sel mukosa host dan kemudian terjadi
penetrasi seluruhnya diantara sel dalam ruang subepitel. Karakteristik respon host oleh
invasi dengan netrofil, diikuti dengan pengelupasan epitel, kemudian pebentukan
mikroanses submukosal dan discharge puruen. Apabila tidak dilakukan pengobatan
infiltrasi makrofag dan limfosit akan digantikan oleh netrofil. Beberapa stran menyebabkan
infeksi asimptomatik.1,3,7

7
Pemeriksaan penunjang : sediaan langsung didapatkan Bakteri Neisseria gonorrhoe,
Kultur media yang digunakan tumbuh koloni Neisseria gonorrhoe.1,4 Hal ini sesuai dengan
hasil peeriksaan gram pasien, dimana dari hasil pemeriksaan gram terdapat gambaran
bakteri Neisseria Gonorrhoe yang berbentuk seperti biji kopi yg membentuk suatu koloni.

Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, seperti :

a. Sediaan langsung/Pewarnaan gram


Dapat ditemukan gram negatif diplococcus intraseluler dan ekstraseluler dalam
leukosit PMN pada eksudat. Bahan duh tubuh pria diambil dari fossa navicularis
sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar bartholin, serviks, untuk
pasien dengan anamnesis berisiko melakukan kontak seksual anogenital dan
orogenital, maka pengambilan duh tubuh dilakukan pada faring dan rektum.
Sensitivitas pemeriksaan langsung ini bervariasi, pada spesimen duh uretra pria
sensitivitasnya berkisar 90-95%, sedangkan pada endoserviks sensitivitasnya hanya
berkisar antara 45-65%, dengan spesifitasnya yang tinggi yaitu 90-99%. GO
dikatakan positif bila dijumpai adanya diplokokus gram nrgatif dengan bentuk
morfologinya yang khas dan biasanya terdentifikasi di dalam sel leukosit
polimorfonuklear (intraselular) maupun dekat di sekitar sel leukosit (ekstraselular).1
b. Kultur
Identifikasi spesies perlu dilakukan pemeriksaan biakan (kultur). 2 macam media
yang dapat digunakan:
- Media transport: Media stuart dan Transgrow
- Media pertumbuhan: Mc Leod’s chocolate agar, Thayer Martin, dan
Modified Thayer Martin agar.
Media transgrow selektif dan nutritif untuk N. Gonorrhoeae dan N. Meningiditis,
dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan media transport dan
pertumbuhan sehingga tidak perlu ditanam kembali. Media ini merupakan metode

8
modifikasi Thayer Martin dengan menambahkan trimetoprim untuk mematikan
Proteus spp.1
c. Tes Beta-Laktamase
Pemeriksaan ini menggunakan cefinase TM dis. BBL 961192 yang mengandung
chromogenic cephalosporin akan menyebabkan perubahan warna dari kuning
menjadi merah.1
d. Tes Thomson
Tes ini berguna untuk mengetahui sampai mana infeksi telah berlangsung.
Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada waktu itu ialah
pengobatan setempat. Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan yaitu1:
- Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
- Urin dibagi menjadi 2 gelas
- Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II
Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit
80-100 ml, jika air seni kurang dari 80 ml, maka gelas II sukar dinilai baru menguras
uretra anterior.
Hasil pembacaan:
Gelas 1 Gelas 2 Arti

Jernih Jernih Tidak ada infeksi

Keruh Jernih Infeksi uretritis anterior

Keruh Keruh Panuretritis

Jernih Keruh Tidak mungkin

Tabel 1. Rekomendasi pemeriksaan laboratorium

e. Tes Identifikasi presumtif dan konfirmasi1


- Tes Oksidase

9
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilendiamin
hidroklorida 1% ditambahkan kepada koloni gonococcus. Semua N.
gonorrhoeae memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang
semula bening menjadi merah muda sampai merah lembayung.
- Tes Fermentasi
Tes dilanjutkan dengan memakai glukosa, sukrosa dan maltosa. N.
gonorrhoeae hanya meragikan glukosa.

Penatalaksanaan

Dalam hal tatalaksana duh tubuh uretra dan vagina perlu dipertimbangkan ketersediaan
sarana pemeriksaan pada lokasi layanan kesehatan. Yang paling ideal adalah melakukan
pemeriksaan penunjang untuk mengetahui mikroorganisme penyebab. Oleh karena itu,
pada praktisnya perlu dibedakan antara ada atau tidak adanya fasilitas pemeriksaan
mikroskopis.1
Untuk daerah tanpa fasilitas pemeriksaan dan laboratorium lengkap, tatalaksana dapat
dilakukan dengan sindromic approach (pendekatan sindrom) berupa penilaian faktor risiko,
dan langsung mengobatinya untuk kedua infeksi tersebut. Untuk lokasi layanan kesehatan
yang mempunyai fasilitas pemeriksaan dan laboratorium lengkap, pendekatannya dapat
lebih sempurna.1
Pertimbangan untuk melakukan pengobatan untuk kedua infeksi (gonore dan
klamidiosis) disebabkan oleh:
1. Tingginya insiden infeksi klamidia bersamaan dengan gonore (25-50%)
2. Tingginya insidens infeksi klamidia dan gonore disertai komplikasi.
3. Kesukaran teknik pemeriksaan klamidia.

10
Mengingat hal tersebut di atas, maka CDC (2011) dan WHO (2010) menganjurkan agar
pada pengobatan uretritis gonore tidak menggunakan lagi penisilin atau derivatnya, dan
disamping itu diberikan juga obat untuk uretritis (klamidia) secara bersamaan.
Nonmedikamentosa1:
 Bila memungkinkan periksa dan lakukan pengobatan pada pasangan tetapnya
(notifikasi pasangan)
 Anjurkan anstinensia sampai infeksi di nyatakan sembuh secara laboratoris, bila
tidak memungkinkan anjurkan penggunaan kondom.
 Kunjungan lanjut untuk tindakan lanjut hari ke -3 dan hari ke -7.
 Lakukan konseling mengenai infeksi, komplikasi yang dapat terjadi, pentingnya
keteraturan berobat.
 Lakukan provider initiated testing and conseling (PITC) terhadap infeksi HIV dan
kemungkinan mendapatkan infeksi menular seksual lain.
 Bila memungkinkan lakukan pemeriksaan penapisan untuk IMS lainnya.
Adapun obat utama adalah sefiksim dosis tunggal, per oral. Di Inggris, terapi lini
pertama mencakup dosis tunggal dari antibiotik sefalosporin generasi ketiga, seperti
seftriakson atau sefiksim oral.11 Macam-macam obat yang di pilih antara lain :
Sefiksim
Merupakan sefalosporin generasi ke -3 di pakai sebagai dosis tunggal 400 mg.
Efektifitas dan sensitifitas sampai saat ini paling baik yaitu sebesar 95%.1,11

Levofloksasin
Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah Levofloksasin 500 mg, dosis
tunggal. Sedangkan Ciprofloksasin 500 mg, dan Ofloksasin 400 mg, peroral dosis
tunggal, di laporkan sudah resisten pada beberapa daerah tertentu, di Indonesia.1,8

Tiamfenikol

11
Dosis 3,5 gram, dosis tunggal secara oral. Angka kesembuhan ialah 97,7%. Tidak di
anjurkan pada kehamilan.1,8
Kanamisin
Dosis pemberian 2 g, dosis tunggal.9
Setriakson
Dosis pemberian 250 mg, dosis tunggal, injeksi IM.10
Bila ada infeksi campuran dengan Chlamydia bisa diberi Eritromicin 500 mg 4 dd 1
selama 7 hari, Doksisiklin 100mg/sehari 2 kali 1 selama 7 hari, Bila gonore disertai
komplikasi sistemik, dapat diberikan :
1. Meningitis dan endocarditis : cefriakson 1-2 g iv setiap 12 jam, untuk meningitis
dilanjutkan 10-14 haru dan untuk endocarditis diteruskan paling sedikit 4 minggu
2. Arthritis, tenosynovitis dan dermatitis
 Ciprofloksasin 500mg iv tiap 12 jam
 Ofloksasin 400 mg tiap 12 jam
 Cefotaxim 1 g iv tiap 8 jam
 Cefriakson 1 g im/iv tiap 24 jam
Penderita gonore harus selalu didiagnosis dan diskrining secara utuh terhadap
kemungkinan terkena penyakit menular seksual yang lain ataupun kemungkinan terkena
HIV, diminta untuk membantu upaya dalam memberitahukan pasangan penderita, dan
berikan edukasi, konseling, dan dukungan tanpa menghakimi penderita.6
Prognosis

Infeksi gonorrhoeae yang belum menyebar melalui aliran darah ke daerah lain hampir
selalu dapat disembuhkan dengan antibiotik. Gonorrhoeae yang telah menyebar merupakan
infeksi yang lebih serius tapi hampir selalu dapat membaik dengan pengobatan.1

12
BAB IV

KESIMPULAN

Uretritis gonore ( gonorrheae ) merupakan penyakit hubungan seksual yang


disebabkan oleh kuman Neiserria gonorrheae yang menyerang uretra pada laki-laki dan
endocervix pada wanita,paling sering ditemukan dan mempunyai insiden yang cukup
tinggi. Neiserria gonorrheae merupakan kuman kokus gram negatif, berukuran 0,6-1,5 μm,
berbentuk diplokokus seperti biji kopi dengan sisi yang datar berhadap hadapan.Kuman ini
tidak motil dan tidak membentuk spora.

Manifestasi gonore genital yang sering muncul pada laki-laki adalah uretritis akut,
sedangkan pada wanita biasanya berupa servisitis, yang dapat asimptomatis. Pada uretritis,
keluhan subjektif yang muncul adalah rasa panas, gatal di bagian distal uretra di sekitar
orifisium uretra eksternum, disuria, polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang
kadang-kadang disertai darah, dan disertai perasaan nyeri waktu ereksi. Penegakan
diagnosis yang cepat sangat penting dalam menunjang penatalaksanaan uretritis gonore
yang tepat.

13
LAMPIRAN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.AM

Jenis kelamin : Laki-Laki

Umur : 36 tahun

Tanggal pemeriksaan : 6 September 2016

B. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara langsung kepada pasien pada tanggal 26


Sepember 2016 di BP kulit,

Seorang pria berumur 36 tahun datang ke BP Kulit dengan keluhan nyeri


dibagian genital dengan adanya duh yang keluar dari genitalnya. Dari hasil
anamnesis 3 hari yang lalu pasien merasakan nyeri saat ereksi dan ada cairan putih
kekuningan seperti nanah yang keluar dari alat genitalnya.Kontak terakhir dengan
istri barunya ialah 1 minggu yang lalu yang telah dinikahi sebulan yang lalu. istri
barunya ialah seorang janda yang telah mengaku bahwa dulu dia suka berhubungan
badan dengan dengan orang lain sebanyak beberapa kali dan bergonta-ganti
pasangan sebelum menikah dengan pasien.Pasien merasa cemas dengan
penyakitnya karna pasien belum pernah menderita penyakit kelamin
sebelumnya.Pasien sudah minum obat yang dia beli sendiri kemarin dua hari yang
lalu sebelum ke BP kulit untuk periksa

14
C. PEMERIKSAAN FISIS
1. Status Pasien
 Keadaan Umum
Sakit : Sedang
Kesadaran : Composmentis
Gizi : Baik
 Tanda Vital
Tensi : Dalam Batas Normal
Nadi : Dalam Batas Normal
Pernafasan : Dalam Batas Normal
Suhu : Dalam Batas Normal
 Kepala
Sclera : Ikhterus (-)
Konjungtivitis : Anemia (-)
Bibir : Sianosis (-)
 Jantung : Dalam Batas Normal
 Abdomen : Dalam Batas Normal
 Ekstremitas : Dalam Batas Normal
 Genitalia : Terdapat cairan duh tubuh yang keluar dari genital

2. Status Dermatologi
Lokasi : Genital
Efloresensi : duh tubuh / sekret yang keluar dari genital

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Daili SF, Nilasari H. Gonore. Dalam : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2015. Hal 443-49
2. Papadakis M, McPhee S, Rabow M. Current Medical Diagnosis & Treatment Fifty-
Fourth Edition. San Fransisco: McGraw Hill Medical. 2015. Hal. 1443-45
3. Ernawati. Uretritis Gonore. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma. 2014
4. Wolff K, Jhonson R. Bacterial Infections Involving The Skin. Dalam: Wolff K,
Jhonson R. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology Sixth
Edition. San Fransisco: McGraw Hill Medical. 2009. Hal. 650-52
5. Sterry W, Paus R, Burgdorf W. Sexually Transmitted Diseases. Dalam: Sterry W,
Paus R, Burgdorf W. Thieme Clinical Companions, Dermatology. New York:
Thieme. 2006. Hal. 146-49
6. Heryani AD. Insidensi, Karakteristik, dan Penatalaksanaan Penderita Gonore di
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin (Suatu Tinjauan di Rumah Sakit Al-
Islam Bandung Periode Tahun 2008-2010).Bandung: Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung. 2011
7. Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE et all. Sexually Transmitted Diseases 4th
Edition. San Fransisco: McGraw Hill Medical. 2008. Hal. 607-22
8. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional infeksi menular
seksual,2011.Hal.23-48
9. Jawas AF. Penderita Gonore di Divisi Penyakit Menular Seksual Unit Rawat Jalan
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2002-2006.
Surabaya: Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. 20(3). 2008. Hal. 217-28

16
10. Malhotra M, Sood S, Mukherjee A, Muralidhar S, Bala M. Genital Chlamydia
trachomatis : An Update. New Delhi: Indian Journal of Medical Research. 2013.
Hal. 303-16
11. Kinghorn GR. Syphilis and Bacterial Sexually Transmitted Infections. Dalam:
Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editor. Rook’s Textbook of Dermatology
Eighth Edition Volume II. Blackwell Publishing Ltd. 2010. Hal. 34.24-34.28

17

Anda mungkin juga menyukai