Anda di halaman 1dari 8

PERJANJIAN KERJA SAMA

ANTARA

KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN


SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN

KEPALA PUSAT KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR; HK.06.01/1/07986/2011
NOMOR :B/28/XI/2011

TENTANG

PROGRAM PEMBERIAN BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN


BAGI PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN
DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER GIGI SPESIALIS
DAN PENYEDIAAN WAHANA PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

P ad a hari Kamis Tanggal Dua Puluh Empat Bulan November Tahun Dua Ribu Sebelas, kami yang bertanda
tangan di bawah ini:

1. dr. BAMBANG GIATNO RAHARDJO, M.P.H. Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, berkedudukan di Jalan Hang
Jebat ill/ F.3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, selanjutnya di sebut PIHAK KESATU.

2. Brigadir Jenderal Polisi, dr. MUSADDEQ ISHAQ, DFM Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan
Kepolisian Negara Republik Indonesia, b ^ a s a rk a n surat perintah Kepala KepoTisian Negara Republik
Indonesia Nomor Sprin/2076/XI/2011 tanggai 22 November 2011 bertindak dan atas nama Kepolisian
Negara Republik Indonesia, berkedudukan di Jalan Trunojoyo No. 3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan,
melaksanakan penanda tanganan Perjanjian Keija Sama, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

P IH A K KESATU dan M H A K KEDUA secara bersama4)ersama selanjutnya disebut PARA PIHAK


d »

Berdasarkan;

3)
1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3 )
4168);

S 9 2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4301);
a
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
2005-2025, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

6. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);

a 8. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2008 tentang Tata cara Pelaksanaan Hubungan dan Kerja Sama
Kepolisian Negara Republik Indonesia, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4910);
a
9. Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian
Negara Republik Indonesia;
a

1 0. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 591/MENKES/SK/V/2007 tentang Kelompok Kerja Percepatan


Peningkatan Pelayanan Medik Spesialistik Melalui pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Kompetensi;

a 11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1231/MENKES/PER/XI/2007 tentang Penugasan Khusus Sumber
Daya Manusia Kesehatan;

a 12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 535/Menkes/Per/Vl/2008 tentang Program Pemberian


Pembiayaan pendidikan Bagi Peserta Program pendidikan Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis dalam
Rangka Percepatan Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Medik Spesialistik;
a

a
a
d

sSi
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 538/MENKES/SK/VI/2008 tentang Komponen dan Tata Cara

ZSt Pemberian Pembiayaan Pendidikan Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis;

14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 539/MENKES/SK/2008 tentang Pedoman Penerimaan Peserta
Program Pemberian Pembiayaan Pendidikan Bagi peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis/Dokter
Gigi Spesialis Dalam Rangka Percepatan Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Medik Spesialistik;

15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1086/MENKES/SK/X1/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan


Penugasan Khusus Sumber Daya Manusia Kesehatan;

16. Kesepakatan Bersama antara Kementerian Kesehatan dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomon 916/MENKES/PB/V/2011
tanggal 5 Mei 2011
0 Nomon B/8/V/2011
tentang Kerja Sama Bidang Kesehatan dan Kedokteran Kepolisian;

n 17. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang Susunan

o Organisasi dan Tata Kerja Satuan Organisasi pada Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik
Indonesia;

18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/PerA/lll/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
0
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;

0 19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 299/Menkes/Per/ll/2010 tentang Penyelenggaraan Program


Intemsip dan Penempatan Dokter Pasca Intemsip.

m berdasarkan pertimbangan sebagaimana diuraikan tersebut di atas, PARA PIHAK menyetujui untuk

0 mengadakan Perjanjian Kerja Sama sebagai berikut:

A Pasal 1
PENGERTIAN
0
(1 ) Bantuan biaya pendidikan adalah bantuan yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan Republik

0 Indonesia untuk membiayai pendidikan para peserta program pemberian bantuan pendidikan dokter
spesjalis dan dokter gigi s p e ^ is (fi lingkungan Polri;

0 (2 ) Daerah terpencil, sangat terpenc3. tertinggal, perbatasan, pulau-pulau kecil terluar, daerah yang tidak
diminati, daerah rawan b e n c ^ / mengalami bencana dan konflik sosial selanjutnya disebut DTPK;

0 (3 ) Peserta program pemberiai bantuan pendidikan di lingkungan Polri yang selanjutnya disebut peserta
program adalah dokter dan dokter gigi Pegawai Negeri pada Polri yang diusulkan oleh Kapusdokkes
A Polri;

(4 ) Pegawai Negeri pada Polri adalah anggota Polri dan PNS Polri;
m
m
St (5) Penugasan khusus adalah pendayagunaan secara khusus sumber daya manusia kesehatan dalam
kurun waktu tertentu guna meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan pada sarana pelayanan

s
st kesehatan yang berada di DTPK;

(6) Intemsip adalah proses pemantapan mutu dokter untuk menerapkan kompetensi yang diperoleh
selama pendidikan, secara terintegrasi, komprehensif, mandiri, serta menggunakan pendekatan
S d
kedokteran keluarga, dalam rangka pemahiran dan penyelarasan antara hasil pendidikan dengan
praktik di lapangan;
1
»
(7 ) Dokter pendamping adalah dokter yang memiliki kriteria dan kemampuan untuk melaksanakan
bimbingan dan supervisi terhadap peserta program intemsip;
H

0 (8 ) Wahana adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi tempat pelaksanaan program intemsip
yang telah memenuhi kriteria sebagai tempat pelaksanaan program intemsip;

0 (9 ) Peserta Program Intemsip adalah dokter yang baru lulus program studi pendidikan dokter berbasis
kompetensi yang akan menjalankan praktik kedokteran dan/atau mengikuti pendidikan dokter spesialis;
0
(1 0 )

0 tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif,
kuratif, maupun rehabilitatif milik Polri;

0 (1 1
(1 1 )) Kemenkes RI adalah Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;

0 (1 2 )
kesehatan;

0 (1 3 ) Pusdokkes Polri adalah Pusat kedokteran dan Kesehatan KepoOsian Negara Republik Indonesia.

0
Pasal 2
I I
MAKSUD DAN TUJUAN

0 (1 ) Maksud kerja sama ini untuk pelaksanaan Kesepakatan Bersama a n t ^ Kementerian Kesehatan RI
dengan Polri tentang Kerja Sama Bidang Kesehatan dan Kedokteran Kepolisian dalam bidang
0 pendidikan tenaga kesehatan, guna percepatan peningkatan c d o ^ n dan mutu pelayanan Kedokteran
Kepolisian dan Kesehatan Kepolisian di Rumah Sakit B h a y a n ^ c ^ Tingkat III dan IV serta fasilitas
kesehatan lainnya di lingkungan Polri untuk memenuhi kebutuhan dokter spesialis dan dokter gigi
0 spesialis melalui program pendidikan serta penyediaan Wahana Program Internship Dokter Indonesia
dilingkungan Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III dan IV serta fasilitas kesehatan lainnya

0 dilingkungan PCXR1;

0
0
0
s» Tujuan kerja sama ini adalah memberikan bantuan biaya pendidikan bagi dokter dan dokter gigi
Pegawai Negeri pada Polri dan penyediaan wahana Program Internship Dokter Indonesia.

a Pasal 3
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Perjanjian Kerja Sama ini adalah penyelenggaraan program pemberian bantuan biaya
pendidikan bagi peserta program pendidikan dokter spesialis dan dokter gigi spesialis di lingkungan Polri dan
9 penyediaan Wahana Program Intemsip Dokter indonesia

0
Pasal 4

m PESERTA PROGRAM

Peserta program pendidikan dokter spesialis dan dokter gigi spesialis yang diprioritaskan adalah
n Pegawai Negeri pada Polri yang bertugas di jajaran Kedokteran dan Kesehatan Polri, dan akan
ditugaskan di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III dan IV DTPK sesuai kebutuhan tenaga Dokter
m Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis dan Dokter Peserta Program Intemsip Dokter Indonesia

Peserta program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Kesehatan.

m
Pasal 5
KEWAJIBAN DAN HAK

(1 ) PIHAK KESATU berkewajiban:


A
memberikan bantuan biaya kepada peserta program yang tercantum pada pasal 4 ayat (1) dan ayat
(2).
A
(2) PIHAK KEDUA berkewajiban:
menyerahkan hasil laporan pelaksanaan program pendidikan pada setiap akhir semester dan akhir
a
program kepada PIHAK KESATU.

A
(3 ) PIHAK KESATU berhak:
a. mengajukan daftar calon peserta Program kepada Menteri Kesehatan sesuai dengan usui
1 PIHAK KEDUA untuk ditetapkan;
b. menugaskan Peserta Program dalam tahapan pendidikan ke Rumah Sakit atau fasiRtas
pelayanan kesehatan milik Polri yang ditunjuk;
A
c. Menggunakan wahana intemsip di Rumah Sakit Bhayangkara milik Polri;
d. Memberikan penilaian terhadap kelayakan dan menetapkan Wahana Program Intemsip Dokter
indonesia di Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan milik Polri yang diusulkan oleh
pihak PIHAK KEDUA;
a

a
m
e. Menerima laporan perkembangan pelaksanaan Program Intemsip Dokter Indonesia yang
dilaksanakan di wahana milik Polri yang berada di bawah PIHAK KEDUA.

as
PIHAK KEDUA berhak:

s» a.
b.
mengusulkan daftar nama calon peserta program kepada PIHAK KESATU.
Menyediakan wahana intemsip di Rumah Sakit Bhayangkara milik Polri, meliputi, Pemenuhan

s» tenaga dokter pendamping Program Intemsip Dokter Indonesia di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
milik Polri, Penyelenggaraan kegiatan pelatihan bagi dokter Polri yang memenuhi syarat untuk
dijadikan sebagai dokter pendamping. Penyelenggaraan kegiatan Monitoring dan Evaluasi
d terhadap Program Intemsip Dokter Indonesia yang dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan milik Polri, Pelaksanaan Sosialisasi Program Intemsip Dokter Indonesia di lingkungan
T Polri.

m Pasal 6
PELAKSANAAN PROGRAM
f t

(1) Program pendidikan dokter spesialis yang diprioritaskan terdiri dari:

a. 4 (empat) jenis spesialis dasar yang meliputi: ilmu kesehatan anak, ilmu penyakit dalam, ilmu
bedah umum, ilmu kebidanan dan kandungan;
m

b. 4 (empat) jenis spesialis penunjang yang meliputi: Ilmu Radiologi, Ilmu Anestesi, ilmu Patologi
Klinik, dan, ilmu Rehabilitasi Medik.

a (2) Program pendidikan dokter gigi spesialis terdiri dari Ilmu Bedah Mulut dan Ilmu Konservasi Gigi;

(3) Program Intemsip Dokter Indonesia berpedoman pada ketentuan yang berlaku

a
(4) Tata cara pelaksanaan dari perjanjian kerja sama ini ditetapkan oleh PIHAK KESATU dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian kerja sama ini;
a
a Pasal 7
PEMBIAYAAN
a

a (1 ) Besaran bantuan biaya pendidikan dan biaya intemsip disesuaikan dengan alokasi anggaran yang
tersedia pada tahun anggaran yang sedang berjalan.

(2 ) Komponen bantuan biaya pendidikan untuk dokter spesialis dan dokter gigi spesialis sebagaimana
d
dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3 ) Peserta program diberikan bantuan tMaya pendidikan selama program pendidikan sesuai kurikulum
yang ditetapkan di institusi pendidikan.

«I
a Dalam hal peserta program melaksanakan tugas negara, maka bantuan biaya pendidikan dihentikan
sementara waktu, dan dibayarkan kembali setelah peserta program kembali mengikuti pendidikan.

9
Pasal 8
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

(1) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan program dilaksanakan bersama oleh PARA PIHAK.

(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai oleh PARA PIHAK.

0
Pasal 9
9 ADDENDUM

Perubahan pada Perjanjian Kerja Sama ini hanya dapat dilakukan setelah melalui konsultasi dan mendapat
9 persetujuan tertulis PARA PIHAK, dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Kerja Sama ini.

m
Pasal 10
m KEADAAN MEMAKSA

m PARA PIHAK dibebaskan dari tanggung jawab atas keterlambatan atau kegagalan dalam memenuhi
kewajiban yang tercantum dalam Perjanjian Kerja Sama ini yang disebabkan atau diakibatkan oleh
kejadian di luar kekuasaan PARA PIHAK yang digolongkan sebagai keadaan memaksa.
9
Peristiwa yang dapat digolongkan keadaan memaksa antara lain adanya bencana alam (gempa bumi,
topan, banjir, dan lain-lain), wabah penyakit, perang, peledakan, revolusi, huru-hara, dan kekacauan
9 ekonomi/moneter yang berpengaruh pada Perjanjian ini.

9 Apabila t^ja rfi keadaan memaksa maka Pihak yang lebih dahulu mengetahui wajib memberitahukan
kepada pitek lainnya selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalendar setelah terjadinya keadaan
memaksa untuk disdesaikan secara musyawarah.
9
Keadaan m enaksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini tidak menghapuskan Perjanjian Kerja
Sama, dan berdasarkan kesiapan kondisi, PARA PIHAK dapat melangsungkan kerja sama
9 sebagaimana mestinya.

9 Pasal 11
PERSELISIHAN
9
(1 ) Jika dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini timbul Perselisihan antara PARA PIHAK akan
diselesaikan secara musyawarah.
9
(2 ) Apabila tidak bisa diselesaikan secara musyawarah, penyelesaiannya akan dilakukan melalui
9 Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
A

Pasai 12
JANGKA WAKTU

S »
(1) Perjanjian Kerja Sama ini berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun, terhitung sejak Perjanjian Kerja
Sama ini ditandatangani oleh PARA PIHAK
t il
(2) Masa berlaku Perjanjian Kerja Sama ini dapat diperpanjang atas kesepakatan tertulis PARA PIHAK,
dengan membuat Perjanjian Kerja Sama baru dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum
berakhirnya Perjanjian Kerja Sama ini.

a (3) Perjanjian Kerja Sama ini dapat berakhir sebelum habis jangka waktu berlakunya, atas dasar
kesepakatan tertulis PARA PIHAK.

m Pasal 13
PENUTUP

S I Perjanjian Kerjasama ini dibuat rangkap 2 (dua), bermaterai cukup serta mempunyai kekuatan hukum yang
sama setelah ditandatangani oleh PARA PIHAK.

PIHAK PERTAMA
gijTEM PEir
A9767AAF647561549
IWHM W U W JW A H

■ a r. BAMBANG GIATNO RAHARDJO, M.P.H

n
m
m
m

m
»
n

Anda mungkin juga menyukai