BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian
SMA Negeri 3 merupakan salah satu SMA Negeri yang terletak di Kecamatan
Bengkalis. Luas wilayah Kecamatan: 513,00 Km2. SMA Negeri 3 Bengkalis beralamat
dijalan Pattimura No. 044 RT 01 RW 01 Desa/Kelurahan Bengkalis Kota, Kecamatan
Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Adapun batas-batas wilayah sebagai
berikut:
4.1.1.1 Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bantan
4.1.1.2 Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Siak Kecil
4.1.1.3 Sebelah barat berbatasan dengan Rupat Utara
Gambar 4.1
Denah lokasi tempat penelitian
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa dapat dilihat dari 113 responden pada penelitian
ini didapatkan usia minimal 15 tahun dan usia maksimal 18 tahun, dengan nilai mean =
16.35, nilai median = 16.00 dan standar deviasi = 0.788.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden berusia 16 tahun yaitu sebanyak 57 orang (50.4%). Mayoritas responden
adalah perempuan dengan jumlah 77 orang (68.1%).
teman sebaya. Variabel media informasi menunjukkan bahwa media informasi memiliki
pengaruh bagi remaja yaitu sebanyak 71 orang (62.8%). Variabel persepsi terhadap
berpacaran diketahui sebanyak 58 orang (51.3%) remaja memiliki persepsi negatif
terhadap pacaran.
4.1.3.1 Hubungan pengaruh orang tua dengan perilaku seksual pranikah remaja
Tabel 4.4 Hubungan pengaruh orang tua dengan perilaku seksual pranikah
pada remaja di SMAN 3 Bengkalis Tahun 2019
Perilaku seksual POR
p value
(CI 95%)
Pengaruh
Menyimpang Tidak Total
orang tua
menyimpang
f % f % n %
Kurang 38 66.7 19 33.3 57 100.0
3.333
Baik 21 37.5 35 62.5 56 100.0 0.004
(1.540-7.214)
Total 59 52.2 54 47.8 113 100.0
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, didapatkan hasil dari 57 orang remaja yang memiliki
pengaruh orang tua yang kurang diperoleh 38 orang (66.7%) yang berperilaku seksual
menyimpang. Dan 56 orang remaja yang memiliki pengaruh orang tua yang baik
diperoleh 21 orang (37.5%) yang berperilaku seksual menyimpang.
Hasil uji chi square didapat p value 0.004 < 0.05, hal ini berarti ada hubungan antara
pengaruh orang tua dengan perilaku seksual pranikah. Dengan nilai Prevalen Odds
Ratio (POR) = 3.333 (CI 95% = 1.540-7214), ini artinya remaja yang memiliki
pengaruh orang tua yang kurang mempunyai risiko 3.333 kali untuk berperilaku seksual
menyimpang dibanding remaja yang memiliki pengaruh orang tua baik.
4.1.3.2 Hubungan peran teman sebaya dengan perilaku seksual pranikah remaja
Tabel 4.5 Hubungan peran teman sebaya dengan perilaku seksual pranikah
pada remaja di SMAN 3 Bengkalis Tahun 2019
Perilaku seksual
POR
Peran teman Menyimpang Tidak Total p value
(CI 95%)
sebaya menyimpang
f % f % n %
Berpengaruh 27 35.1 50 64.9 77 100.0
Tidak 32 88.9 4 11.1 36 100.0 0.068
0.0001
berpengaruh (0.022-0.211)
Total 59 52.2 54 47.8 113 100.0
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, didapatkan hasil dari 77 orang remaja yang memiliki
pengaruh dari peran teman sebaya diperoleh 27 orang (35.1%) yang berperilaku seksual
menyimpang. Dan dari 36 orang remaja yang tidak berpengaruh dari teman sebaya
diperoleh 32 orang (88.9%) berperilaku seksual menyimpang.
Hasil uji chi square didapat p value 0.000 < 0.05, hal ini berarti ada hubungan antara
peran teman sebaya dengan perilaku seksual pranikah. Dengan nilai Prevalen Odds
Ratio (POR) = 0.068 (CI 95% = 0.022-0.211), ini artinya peran teman sebaya
merupakan faktor protektif/proteksi terhadap perilaku seksual.
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, didapatkan hasil dari 71 orang remaja yang memiliki
pengaruh dari media informasi diperoleh 25 orang (35.2%) remaja berperilaku seksual
menyimpang. Dan dari 42 orang remaja yang tidak berpengaruh terhadap media
informasi diperoleh 34 orang (81.0%) remaja berperilaku tidak menyimpang.
Hasil uji chi square didapat p value 0.000 < 0.05, hal ini berarti ada hubungan antara
media informasi dengan perilaku seksual pranikah. Dengan nilai Prevalen Odds Ratio
(POR) = 0.128 (CI 95% = 0.051-0.381), ini artinya media informasi merupakan faktor
protektif/proteksi terhadap perilaku seksual.
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, didapatkan hasil dari 58 orang remaja yang memiliki
persepsi negatif terhadap berpacaran diperoleh 46 orang (79.3%) remaja berperilaku
seksual menyimpang. Dan dari 55 orang remaja yang memiliki persepsi positif terhadap
berpacaran diperoleh 13 orang (32.6%) berperilaku seksual menyimpang.
Hasil uji chi square didapat p value 0.000 < 0.05, hal ini berarti ada hubungan antara
persepsi terhadap berpacaran dengan perilaku seksual pranikah pada remaja. Dengan
nilai Prevalen Odds Ratio (POR) = 12.385 (CI 95% = 5.090-30.113), ini artinya remaja
yang memiliki persepsi negatif terhadap berpacaran memiliki risiko 12.385 kali untuk
berperilaku seksual menyimpang dibanding remaja yang memiliki persepsi positif
terhadap berpacaran.
4.2 Pembahasan
4.2.2 Hubungan pengaruh orang tua dengan perilaku seksual pranikah pada
remaja
Berdasarkan hasil uji chi square didapatkkan p value = 0.004 < 0.05, hal ini berarti ada
hubungan pengaruh orang tua dengan perilaku seksual pranikah pada remaja. Dengan
nilai Prevalen Odds Ratio (POR) = 3.333 (CI 95% = 1.540-7.214), ini artinya remaja
yang memiliki pengaruh orang tua yang kurang mempunyai risiko 3.333 kali untuk
berperilaku seksual menyimpang dibanding remaja yang memiliki pengaruh orang tua
baik.
Penelitian ini sesuai dengan teori Permatasari (2016), orang tua adalah pengasuh anak
yang paling berperan penting dalam memberi pengarahan dan menanamkan perilaku
yang baik kepada anak dalam kehidupan sehari-hari dimana sikap, perilaku serta
kebiasaan orang tua selalu dilihat dan ditiru sehingga secara sadar atau tidak akan
diresapi oleh anak dan berkembang menjadi kebiasaan. Kurangnya pengaruh orang tua
melalui komunikasi antara orangtua dan remaja seputar masalah seksual dapat
memperkuat munculnya penyimpangan perilaku seksual (Susabda, 2011).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hargiayati, Hayati dan Maidartati
(2019) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan
perilaku seksual pada remaja. Penelitian lain dengan hasil yang sama yaitu penelitian
Nirmajanti (2015), menyebutkan bahwa sebagian responden memiliki perilaku seksual
pranikah yang baik dengan peran orang tua baik.
Menurut peneliti, pengaruh orang tua sangat penting dikarenakan orang tua adalah
sebagai role model bagi pembentuk karakter, sikap dan perilaku remaja. Semakin baik
pengaruh dari orang tua, maka semakin rendah angka penyimpangan perilaku seksual
pranikah pada remaja.
4.2.3 Hubungan peran teman sebaya dengan perilaku seksual praikah pada
remaja
Berdasarkan hasil uji chi square didapatkkan p value = 0.000 < 0.05, hal ini berarti ada
hubungan peran teman sebaya dengan perilaku seksual pranikah pada remaja. Dengan
nilai Prevalen Odds Ratio (POR) = 0.068 (CI 95% = 0.022-0.211), ini artinya peran
teman sebaya merupakan faktor protektif/proteksi terhadap perilaku seksual.
Penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kelompok sebaya adalah
lingkungan kedua setelah keluarga, yang berpengaruh bagi kehidupan individu.
Solidaritas yang kuat dalam kelompok inilah yang membuat remaja memiliki ikatan
identitas yang kuat sehingga membuat remaja mencontoh perilaku buruk teman
sebayanya dari kontrol orang tua dan guru (Sarwono, 2011). Menurut Myrers (2012),
remaja cenderung menerima ajakan teman sebaya agar diterima dalam sebuah
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sigalingging dan Sianturi (2019)
yang menyatakan bahwa ada hubungan peran teman sebaya dengan perilaku seksual
remaja. Teman sebaya yang tidak baik dalam satu kelompok akan berdampak kepada
perilaku seksual yang menyimpang. Adapun penelitian lain yang memperkuat yaitu
Indah dan Sari (2016), menunjukkan bahwa ada hubungan antara peran teman sebaya
dengan perilaku seksual bebas, dengan nilai p sebesar 0.000 (p < 0.05).
4.2.4 Hubungan media informasi dengan perilaku seksual pranikah pada remaja
Berdasarkan hasil uji chi square didapatkkan p value = 0.000 < 0.05, hal ini berarti ada
hubungan antara media informasi dengan perilaku seksual pranikah pada remaja.
Dengan nilai Prevalen Odds Ratio (POR) = 0.128 (CI 95% = 0.051-0.381), ini artinya
media informasi merupakan faktor protektif/proteksi terhadap perilaku seksual.
Penelitian ini sesuai dengan teori Jalinus dan Ambiyar (2016), media adalah suatu
perantara atau pengantar, dimana berfungsi untuk menyebarkan informasi. Media
memiliki dampak negatif terutama pornografi yang merupakan hal serius untuk
ditangani. Makin meningkatnya jumlah remaja yang terpapar pornografi merupakan
suatu masalah besar terhadap meningkatnya jumlah remaja yang berperilaku seksual
aktif (Supriati & Fikawati, 2009).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahyani (2012), bahwa pajanan
pornografi, perilaku langsung dan tidak langsung berhubungan secara signifikan dengan
inisiasi hubungan seksual sebelum menikah. Remaja menerima pesan seksual dari
media informasi, tetapi jarang dijelaskan bahwa akibat dari perilaku tersebut
menyebabkan remaja hamil diluar nikah atau kehamilan yang tidak diinginkan. Hal ini
membuat remaja tidak lagi berpikir panjang untuk meniru apa yang mereka saksikan
karena remaja lebih menganggap kepuasan seksual sesuai dengan apa yang mereka lihat
(Indrijati, 2017).
Menurut peneliti, sebagian besar remaja tersebut menunjukkan rasa penasaran akibat
dari kurangnya informasi dari orang tua tentang perilaku seksual yang dapat
membahayakan remaja, sehingga remaja mencari tahu sendiri apa itu seksualitas dengan
cara menonton televisi acara dewasa, mengakses situs porno atau yang lainnya. Maka
dari itu, diperlukannya batasan dan pengendalian diri terhadap buruknya pengaruh
pornografi yang terdapat pada media informasi.
Penelitian ini sesuai dengan teori Triningtyas (2017), persepsi adalah pandangan orang
tentang kenyataan. Seringkali remaja mempunyai pandangan yang salah bahwa masa
pacaran ialah masa dimana seseorang boleh mencintai maupun dicintai oleh kekasihnya.
Dalam hal ini bentuk ungkapan rasa cinta dapat dinyatakan dengan berbagai cara,
misalnya pemberian hadiah bunga, berpelukan, berciuman dan bahkan melakukan
hubungan seksual. Dengan anggapan yang salah ini, maka akan menyebabkan tindakan
yang salah pula.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa persepsi negatif terhadap berpacaran
mengarah kepada perilaku seksual yang menyimpang. Hal ini sejalan dengan penelitian
Ohee dan Purnomo (2018), dimana status hubungan berpacaran mempengaruhi perilaku
pacaran yang beresiko (p = 0.001).
tayangan dewasa yang dapat membentuk persepsi yang salah pada remaja sehingga
menyebabkan perilaku seksual yang menyimpang.