Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PENERAPAN MODEL FAMILY CENTERED CARE (FCC) UNTUK

MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PADA KELUARGA PASIEN YANG DI


RAWAT DI RUANG HIGH CARE UNIT (HCU) RSUP DR. SOERADJI
TIRTONEGORO KLATEN

Disusun sebagai Tugas Take Home


Mata Ajar : Metodologi Penelitian
Dosen : Istianna Nurhidayati, M. Kep.,Ns.Sp.Kep.Kom

Oleh :
Nama : TRI WINDARTI
NIM : B. 1801055

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JALUR


STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2019
JAWABAN :
1. BAB I PENDAHULUAN
a. Variabel Penelitian
1) Variabel Bebas pada penelitian ini : Pengaruh Penerapan Model Family
Centered Care (FCC).
2) Variabel Terikat pada penelitian ini : Tingkat Kecemasan pada Keluarga Pasien
yang di Rawat di Ruang High Care Unit (HCU) RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten.
b. Latar Belakang Penelitian
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia no. 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit, mendapatkan pelayanan yang bermutu sesuai standar serta
mendapat pelayanan yang jujur dari petugas kesehatan merupakan hak pasien dan
memberikan informasi yang jujur, benar serta valid merupakan kewajiban dari
rumah sakit. Kinerja perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan menjadi
tolak ukur dari kualitas pelayanan dan kepuasan pasien maupun kelyarga, dimana
kualitas pelayanan menjadi penentu citra institusi pelayanan yang nantinya dapat
meningkatkan kepuasan pasien maupun keluraga selaku penerima pelayanan
(Patricia, Potter&Perry, 2010)
Menurut Pedoman Standard Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1
disebutkan bahwa Rumah sakit seyogianya mempertimbangkan bahwa asuhan di
rumah sakit merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi
dengan para profesional pemberi asuhan dan tingkat pelayanan yang akan
membangun suatu kontinuitas pelayanan. Maksud dan tujuan adalah
menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan pelayanan yang sudah tersedia di
rumah sakit, mengoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan pemulangan
dan tindakan selanjutnya. Sebagai hasilnya adalah meningkatkan mutu asuhan
pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di rumah sakit. Perlu
informasi penting untuk membuat keputusan yang benar tentang:kebutuhan pasien
yang dapat dilayani oleh rumah sakit; pemberian pelayanan yang efisien kepada
pasien; rujukan ke pelayanan lain baik di dalam maupun keluar rumah sakit;
pemulangan pasien yang tepat dan aman ke rumah.
Asuhan pasien di rumah sakit diberikan dan dilaksanakan dengan pola
pelayanan berfokus pada pasien (Patient/Person Centered Care–PCC). Pola ini
dipayungi oleh konsep WHO: Conceptual framework integrated people-centred
health services.64(WHO global strategy on integrated people-centred health
services 2016–2026, July2015).
Pelayanan berfokus pada pasien diterapkan dalam bentuk Asuhan Pasien
Terintegrasi yang bersifat integrasi horizontal dan vertikal. Pada integrasi
horizontal kontribusi profesi tiap-tiap profesional pemberi asuhan (PPA) adalah
sama pentingnya atau sederajat. Pada integrasi vertikal pelayanan berjenjang
oleh/melalui berbagai unit pelayanan ke tingkat pelayanan yang berbeda maka
peranan manajer pelayanan pasien (MPP) penting untuk integrasi tersebut dengan
komunikasi yang memadai terhadap profesional pemberi asuhan (PPA).
Pelaksanaan asuhan pasien terintegrasi berpusat pada pasien dan
mencakup elemen sebagai berikut: keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan
keluarga. (lihat AP 4, PAP 2, dan PAP 5); dokter penanggung jawab pelayanan
(DPJP) sebagai Ketua tim asuhan pasien oleh profesional pemberi asuhan (PPA)
(Clinical Leader). (lihat juga PAP 2.1, EP 4); profesional pemberi asuhan (PPA)
bekerja sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi interprofesional dibantu antara
lain oleh Panduan Praktik Klinis (PPK), Panduan Asuhan Profesional Pemberi
Asuhan (PPA) lainnya, Alur Klinis/Clinical Pathway terintegrasi, Algoritme,
Protokol, Prosedur, Standing Order dan CPPT (Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi); perencanaan pemulangan pasien (P3)/Discharge Planning
terintegrasi; asuhan gizi terintegrasi (lihat PAP 5); manajer pelayanan pasien/case
manager.
Dalam pemenuhan Hak Pasien dan Keluarga (HPK), pasien dan
keluarganya adalah pribadi yang unik dengan sifat, sikap, perilaku yang berbeda-
beda, kebutuhan pribadi, agama, keyakinan, dan nilai-nilai pribadi. Rumah sakit
membangun kepercayaan dan komunikasi terbuka dengan pasien untuk
memahami dan melindungi nilai budaya, psikososial, serta nilai spiritual setiap
pasien. Hasil pelayanan pada pasien akan meningkat bila pasien dan keluarga
yang tepat atau mereka yang berhak mengambil keputusan diikutsertakan dalam
pengambilan keputusan pelayanan dan proses yang sesuai dengan harapan, nilai,
serta budaya.
Untuk mengoptimalkan hak pasien dalam pemberian pelayanan yang
berfokus pada pasien dimulai dengan menetapkan hak tersebut, kemudian
melakukan edukasi pada pasien serta staf tentang hak dan kewajiban tersebut.
Para pasien diberi informasi tentang hak dan kewajiban mereka dan bagaimana
harus bersikap. Para staf dididik untuk mengerti dan menghormati kepercayaan,
nilai-nilai pasien, dan memberikan pelayanan dengan penuh perhatian serta
hormat guna menjaga martabat dan nilai diri pasien. Pada bab ini dikemukakan
proses-proses untuk melakukan identifikasi, melindungi, dan mengoptimalkan hak
pasien; memberitahu pasien tentang hak mereka; melibatkan keluarga pasien bila
kondisi memungkinkan dalam pengambilan keputusan tentang pelayanan pasien;
mendapatkan persetujuan tindakan (informed consent); mendidik staf tentang hak
dan kewajiban pasien.Bagaimana proses asuhan dilaksanakan di rumah sakit
sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan, konvensi international, dan
perjanjian atau persetujuan tentang hak asasi manusia yang disahkan oleh
pemerintah. Proses ini berkaitan dengan bagaimana rumah sakit menyediakan
pelayanan kesehatan dengan cara yang wajar yang sesuai dengan kerangka
pelayanan kesehatan dan mekanisme pembiayaan pelayanan kesehatan yang
berlaku. Bab ini juga berisi hak dan kewajiban pasien dan keluarganya serta
berkaitan dengan penelitian klinis (clinical trial) dan donasi, juga transplantasi
organ serta jaringan tubuh.
Menurut Institute for Patient-Family Centered Care (2012) Pelayanan
yang berpusat pada pasien dan keluarga adalah suatu pendekatan dalam
perencanaan, pemberian dan evaluasi pelayanan kesehatan yang berbasis pada
kemitraan yang saling memberikan manfaat antara penyedia pelayanan, pasien
dan keluarga. Ada 4 (empat) konsep dalam Patient Family Centered Care (PFCC)
yaitu Martabat dan Respek, Berbagi Informasi dan Komunikasi, Partisipasi, dan
Kolaborasi.
Profesi Keperawatan merupakan lading amal, ilmu dan kemanuasiaan. Hal
ini dikarenakan bahwa perawat tidak hanya berfokus pada pelayanan yang
diberikan kepada pasien atau sering disebut Patien Centered Care (PCC) tetapi
juga memberikan pelayanan yang melibatkan keluarga pasien atau sering disebut
Family Centered Care (FCC). (Canon, 2011). FCC merupakan bagian dari model
Keperawatan Patient-Family Centered Care (PFCC). (Johnson, B.H&Abraham
M.R, 2012)
Family Centered Care (FCC) di Ruang Perawatan Intensif merupakan
pendekatan perawatan berbasis keluarga yang telah lama dikembangkan, namun
pengembangan ini di Indonesia belum tercipta secara optimal. (Gerritsen,
Hartog&Curtis, 2017; Hendrawati, Fatimah, Yuyun, Fitri&Nurhidayah, 2017).
Critical Care Nurses Association of The Philippines menyebutkan bahwa
pelayanan keperawatan kritis merupakan kekhususan dalam pelayanan
keperawatan untuk menangani respon manusia dalam rangka mengatasi masalah
yang mengancam jiwa dimana masalah tersebut dapat berubah secara dinamis dan
mengancam kehidupan secara aktual maupun potensial. (Morton, Fontaine, Hudak
dan Gallo, 2013)
American Association of Critical Care Nurses (AACN) menyebutkan
bahwa salah satu bagian dari asuhan keperawatan holistik merupakan tanggung
jawab dari perawat juga, dimana perawatan kritis tidak hanya berfokus pada
kebutuhan pasien saja tetapi juga melibatkan keluarga dalam pemberian asuhan
keperawatan. (AACN, 1989 dalam Morton, Fontaine, Hudak dan Gallo, 2013)
Keluarga merupakan supporting system yang sangat penting dalam proses
penyembuhan pasien, apabila pasien tidak mendapatkan dukungan dari keluarga,
maka sangat berpengaruh pada proses penyembuhan dan pemulihan spiritual
(Morton, Fontaine, Hudak dan Gallo, 2013) Keluarga berdasarkan teori keluarga
dipandang sebagai suatu hubungan saling ketergantungan dan saling keterikatan.
Antar anggota keluarga memiliki rasa kasih saying yang kuat dan saling memiliki,
bahkan ketika ada salah satu anggota keluarga yang sakit, anggota keluarga yang
lain akan merasakan kesedihan dan selalu mendampingi supaya cepat sembuh.
(Gavaghan&Carroll, 2009)
Peran keluarga ini didukung dalam beberapa penelitian di Amerika, bahwa
kehadiran keluarga sebagai fasilitator dan sumber informasi mengenai riwayat
pasien, sebagai penyemangat, pemberi harapan serta dapat membantu
memberikan rasa aman dan nyaman bagi pasien. (Mc Adam, Arai dan
Puntillo,2008)
Perawatan pasien di Ruang Rawat Intensif memberikan dampak kepada
pasien dan juga keluarga yang merawatnya. (Padilla Fortunawati, 2014) . Pada unit
Perawatan Intensif, perawat harus menyadari apa yang menjadi kebutuhan
keluarga dengan anggota keluarga yang sedang dirawat karena kondisi yang kritis.
Akan tetapi, menurut Cannon (2011) antara perawat dan keluarga mempunyai
alokasi waktu yang tidak sama, sehingga jarang sekali bertemu saat conference,
saat dilakukan prosedur tindakan dan saat visitasi pasien. Perawat cenderung
mengesampingkan keluarga saat melakukan conference dan saat dilakukan
prosedur tindakan, padahal ini sangan penting bagi keluarga pasien. Keluarga
akan kebingungan jika mereka tidak memahami lingkungan Ruang Perawatan
Inatensif dan tidak tahu kondisi anggota keluarganya yang dirawat. Bahkan
keluarga dapat memberikan kesimpulan atau persepsi yang salah terkait kondisi
pasien atau pelayanan, jika mereka tidak lengkap dalam menerima informasi dan
pengetahuan dari perawat di ruang Perawatan inatensif. Hal ini sesuai dengan
studi dari Morrison (1997) bahwa keluarga pasien terkejut atau kaget saat berada
di dalam lingkungan Ruang Perawatan Intensif karena merasa tidak ada perbedaan
antara siang dan malam, suara yang berisik karena banyaknya alarm alat
monitoring pasien yang berbunyi, dan banyaknya selang dan kabel kabel yang ada
di pasien.
Reaksi terhadap situasi yang ditimbulkan karena ada anggota keluarga
yang dirawat di ruang perawatan intensif dapat memicu ketegangan dalam system
keluarga karena dihadapkan pada kondisi ketidaknyamanan dan ketidakamanan.
Keluarga akan dipenuhi dengan oetrasaan bersalah disorientasi, kelelahan,
keputusaan, kemarahan, penolakan dan juga ketakutan akan kehilangan anggota
keluarga yang dicintainyayang dapat menyebabkan kondisi ketidakseimbangan
dalam keluarga. (Verhaeghe ST, van Zuuren FJ, Deffloor T, Duijnstee MS,
Grypdonck MH, 2007)
Kondisi terdapatnya ketidakseimbangan yang terjadi dalam keluarga oleh
karena ada anggota keluarga yang mengalami kondisi penyakit kritis dan
membutuhkan perawatan di Ruang Perawatan Intensif. (Leon AM, Knapp s,
2008). Kondisi Stres yang dialami keluarga dapat menghambat kemampuan
keluarga dalam memberikan dukungan kepada anggota keluarganya yang sedang
di rawat di Ruang Perawatan Intensif. (Lee LYK, Lau YL, 2003). Bila ada salah
satu anggota keluarga di rawat di ruang perawatan intensif merupakan situasi yang
mengancam jiwa dan dapat memicu stres berat pada keluarga yang dapat berlanjut
pada mondisi kelelahan, gangguan fisik, psikologis, serta ketidakberdayaan
keluarga dalam menghadapi kondisi stress tersebut.(Maxwell KE, Stunekel DS,
Saylor C, 2007)
Faktor-faktor yang dapat memicu stress pada keluarga sebagai respons ada
anggota keluarga yang dirawat di ruang perawatan intensif meliputi perubahan
lingkungan, aturan ruangan perawatan, perubahan peran keluarga, status emosi
keluargadan aktivitas pada kehidupan sehari-hari keluarga, kemampuan
pembiayaan (finansial) keluarga, serta sikap petugas kesehatan dalam pemberian
informasi tentang kondisi kesehatan pasien di Ruang Perawatan Intensif.(Bond
AE, Draeger CRL, Mandleco B, Donnelly M, 2003).
Pada umumnya keluarga yang salah satu anggota keluarganya mengalami
kondisi kritis akan mengalami kecemasan yang tinggi terutama takut kehilangan
orang yang dicintainya (Holden, J, Harisson L, and Johnson M, 2002).
Menurut Van dan Kautz (2007) menjelaskan bahwa selama pasien dirawat
di rumah sakit terutama di ICU, perawat mempunyai peran dalam memberikan
dukungan dalam keluarga, mempertahankan integritas keluarga, dan membantu
anggota keluarga untuk mampu membantu merawat pasien. Perawat harus bisa
menjadi sarana yang memberikan strategi untuk lebih mendekatkan keluarga
dalam pelayanan pasien kritis di ICU, karena akan memberikan keuntungan secara
psikis dan fisiologis bagi keluarga dan bagi pasien (Cannon, 2011). Pasien akan
lebih merasa diperhatikan jika keluarga lebih dekat dengannya, sedangkan
keluarga juga lebih tenang karena lebih dekat dengan pasien dan lebih berfokus
pada pasien.
Namun, banyak kondisi dimana perawat kurang memberikan perhatian
serta memberikan intervensi keperawatan khusus bagi anggota keluarga yang
mengalami kondisi kritis terutama dalam mengatasi kecemasan tinggi yang
mereka hadapi.(Gavaghan, SR and Carroll DL, 2002)
RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten adalah Rumah Sakit Tipe A di
abwah kementerian Kesehatan Indonesia yang memiliki Instalasi Rawat Intensif
(IRI) dimana IRI tersebut meliputi Ruang Intensif Care Unit (ICU), Ruang
Intensif Cardio Care Unit (ICCU) dan Ruang High Care Unit (HCU). HCU
berkapasitas 8 tempat tidur dengan klasifikasi pasien dengan kriteria pasien yang
memerlukan pengawasan hemodinamik secara ketat.
Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Sugimin dengan judul :
Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang Intensif Care Unit RSUP dr. soeradji
Tirtonegoro Klaten menunjukkan bahwa respon maladaptif fisiologis (63,3%)
lebih besar daripada respon adaptif fisiologis (36,7%) sedangkan respon adaptif
psikologis (53,3%) sama dengan respon maladaptif hampir sama dengan respon
maladaptive psikologis (46,7%).
Dampak dari tidak terpenuhinya 5 dimensi kebutuhan keluarga yaitu :
dukungan, kenyamanan, informasi, kedekatan dan jaminan (Leske, 1991 dalam
Freitas, Kimura&Ferreira, 2007) tersebut salah satunya kebutuhan akan informasi
terkait perkembangan penyakit pasien dan penjelasan pengobatan dapat
meningkatkan kecemasan pada keluarga pasien, kecemasan yang dialami keluarga
mengakibatkan keluarga tidak dapat berfikir secara rasional terhadap prognosis
dan pengobatan pasien di Ruang Perawatan Intensif, hal ini mengakibatkan
pengambilan keputusan yang tertunda dan dapat merugikan pasien dalam
pemberian tindakan secara intensif. (Davidson, Powers, Hedayat, Tieszen, Kon,
Shepard, et al, 2009)
Strategi untuk meningkatkan perawatan berpusat pada keluarga dalam area
perawatan kritis dewasa adalah dengan melibatkan anggota kleuarga dalam
bermitra dengan tenaga kesehatan terutama perawatan untuk mempertimbangkan
dan memaparkan keterlibatan anggota keluarga dalam menyediakan perawatan
dasar yang menyenangkan bagin kerabat keluarga di ruang rawat intensif.
(Mitchell, dkk, 2009)
Hal ini menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian tentang
Pengaruh Penerapan Model Family Centered Care (FCC) untuk Menurunkan
Tingkat Kecemasan pada Keluarga Pasien yang di Rawat di Ruang High Care
Unit (HCU) yang dimana HCU merupakan bagian dari Ruang Instalasi Rawat
Intensif RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
c. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, perawat dan anggota keluarga berkolaborasi sebagai
sebuah pasangan untuk memecahkan masalah kecemasan. Pada umumnya, model
FCC digunakan pana unit anak dan bayi, namun FCC juga dapat digunakan di
Ruang Perawatan Intensif karena pasien dengan kondisi kritis tidak dapat
membuat keputusan untuk dirinya sendiri dan tergantung pada keluarga.
Sehingga, tingkat ketergantungan pasien secara langsung berdampak terhadap
keluarga. Menurut Studi Pendahuluan yang telah peneliti dilakukan sepanjang
awal bulan januari 2018 dengan melakukan wawancara pada 4 keluarga pasien
yang menunggu di Ruang HCU RSST mengatakan bahwa informasi dari dokter
kurang terpapar pada keluarga dikarenakan keluarga jarang bertemu dengan
dokter yang menangani pasien, keluarga juga mengatakan ingin mendapatkan
informasi tentang kemajuan kondisi pasien, keluarga ingin mendampingi
keluarganya yang dirawat di Ruang HCU RSST saat dilakukan tindakan, keluarga
juga ingin mengetahui tindakan pengobatan dan perawatan apa saja yang sudah
dilakukan dan belum dilakukan terhadap keluarganya yang dirawat di Ruang
HCU.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah
“Apakah ada Pengaruh Penerapan Model Family Centered Care (FCC) untuk
Menurunkan Tingkat Kecemasan pada Keluarga Pasien yang di Rawat di Ruang
High Care Unit (HCU) RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten?.
d. Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Model Family Centered Care
(FCC) untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan pada Keluarga Pasien yang di
Rawat di Ruang High Care Unit (HCU) RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten.
2) Tujuan Khusus
a) Untuk mengidentifikasi karakteristik responden.
b) Untuk Mengetahui Penerapan Model Family Centered Care (FCC) di
Ruang HCU
c) Untuk Mengetahui Tingkat kecemasan keluarga Pasien Ruang HCU RSUP
dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
d) Untuk Mengetahui Pengaruh Penerapan Model Family Centered Care
(FCC) untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan pada Keluarga Pasien yang
di Rawat di Ruang High Care Unit (HCU) RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten.
e. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoritis
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah
bagi perkembangan kemajuan ilmu keperawatan kekritisan dan memperkaya
hasil penelitian yang telah ada sehingga menambah data yang valid dalam
pembuktian teori khususnya penerapan model FCC di ranah keperawatan
kritis dewasa.
2) Manfaat Praktis
a) Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam penerapan
model FCC yang tidak hanya digunakan di keperawatan anak atau bayi
namun juga bisa diterapkan di keperawatan kritis dewasa, sehingga
diharapkan penerapan Model FCC lebih komprehensif dengan mendukung
Rumah Sakit dalam pembetukkan Family Care Specialist (FCS) maupun
Family Support Group di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten maupun Standard Operasional Prosedur (SOP)
Pedoman Pelaksanaan Family Centered Care (FCC) yang komprehensif.
b) Bagi perawat
Hasil penelitian ini sebagai motivasi melakukan pembaharuan-
pembaharuan dalam pelaksanaan model keperawatan salah satu tujuannya
untuk meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga, menurunkan angka
kecemasan pasien dan keluarga serta menghindari complain dari
pelanggan.
c) Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini berguna sebagai dasar bagi peneliti selanjutnya
untuk dapat mengembangkan penelitian mengenai penerapan Family
Centered Care (FCC) secara komprehensif salah satunya dengan
pembetukkan Family Care Specialist (FCS) maupun Family Support
Group di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
maupun Standard Operasional Prosedur (SOP) Pedoman Pelaksanaan
Family Centered Care (FCC) yang komprehensif.
f. Penelitian yang Sejenis
Judul : Family Care Centre Model Could Decrease Anxiety Level
among Family Members of Patients Who Have Been Undergoing in The Intensive
Care Unit (ICU)
Pengarang ; Ali Hamzah, Sukarni, Achmad Husni
Penerbit : Scientific Research Publishing
Tahun Terbit : Januari 2018
Abstrak : Penelitian ini menggunakan design quasi experimental dengan
pre dan post test dengan menggunakan grup control. Total 48 keluarga yang
dirawat di ruang ICU RS dr. Hasan Sadikin Bandung dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Data dikumpulkan dengan Tingkat Skala Kecemasan
Hamilton (HARS) dan dianalisa menggunakan analisa univariate dengan rata-rata
dan standard deviasi, kemudian dianalisa dengan analisa bivariate dengan t-test
berpasangan dan independent t-test. Hasil penelitian menunjukkan hasil yang
signifikan dalam penerapan model FCC untuk menurunkan tingkat kecemasan
keluarga pasien ICU.
Kelemahan Penelitian :
Dalam penelitian ini belum dijelaskan karakteristik responden yang berhasil
mengalami penurunan tingkat kecemasan secara lebih spesifik dan juga kondisi
tingkat kecemasan keluarga yang sudah pindah ke ruang perawatan biasa setelah
pindah dari ruang ICU.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
a. Tinjauan Teori
1) Family Centered Care (FCC)
2) Kecemasan
b. Kerangka Teori

PENERAPAN PATIENT-FAMILY CENTERED CARE (PFCC)

PATIENT CENTERED
CARE (PCC)

Variable bebas:
FAMILY CARE
CENTERED (FCC)
1. ORIENTASI
KELUARGA
2. VISITASI
TERBUKA Variabel terikat :
5 DIMENSI 3. MENGIJINKA PENURUNAN
KEBUTUHAN : N KELUARGA TINGKAT
1. KEBUTUHAN AKAN DI DEKAT KECEMASAN
KEDEKATAN PASIEN SAAT KELUARGA
2. JAMINAN TINDAKAN PASIEN HCU
PELAYANAN 4. MELIBATKA RSST
3. DUKUNGAN N KELUARGA
KELUARGA DALAM
4. INFORMASI DAN PERAWATAN
KENYAMANAN 5. JAMINAN
5. SPIRITUAL KESEHATAN
BPJS

 TERBENTUKNYA
FAMILY CARE
SPESIALIST (FCS)
 DIBENTUK DAN
DIJALANKANNY
A FAMILY
SUPPORT GROUP

Keterangan

; tidak dilakukan penelitian


: dilakukan penelitian

Sumber : Davidson, JE, Powers K, Hedayat K.M, Tieszen M, Kon A.A, Shepard E,
et.al. (2007). Clinical Practice Guidelines for Support of Family in the patient-
centered intensive care unit: American college of critical care medicine task force
2004-2005. Critical Care Medicine Vol. 35 (2), pp 605-622
DAFTAR PUSTAKA

Bond AE, Draeger CRL, Mandleco B, Donnelly M. (2003). Needs of Family members
of patients with severe traumatic brain injury : implications for evidence- based
practice. Cri Care Nurs : 23(4):63-72

Davidson, JE, Powers K, Hedayat K.M, Tieszen M, Kon A.A, Shepard E, et.al. (2007).
Clinical Practice Guidelines for Support of Family in the patient-centered intensive care
unit: American college of critical care medicine task force 2004-2005. Critical Care
Medicine Vol. 35 (2), pp 605-622

Freitas K.S, Kimura M, Ferreira K.A.S.L.(2007). Family Members Needs At Intensive


Cre Unit : Comparative Analizys Between A Public And A Private Hospital. Rev
Latino-am Enfermagem, Vol. 15 (1) pp : 84-92

Gavaghan, S.R and Carroll, DL. (2002). Families of Critically Ill Patients and The
Effect of Nursing interventions. Dimensions of Critical Care Nursing, 21, 64-71.
https://doi.org/10.1097/00003465-2002203000-00004

Gavaghan SR & Carroll DL. 2009. Families of Critically Ill Patients and the Effect of
Nursing Interventions. Dimens Crit Care Nurs. 29(3):28-33.

Holden, J, Harrison L, and Johnson, M.(2002). Families, Nurses and Intensive Care
patients : A Review Literature. Journal of Clinical Nursing, 11, 140-148.
https://doi.org/10.1046/j.365-2702.2002.00581.x

Johnson, B.H&Abraham, M.R. (2012). Partnering with Patients, Residents and Families
: A resource for Leaders of Hospitals, Ambulatory Care Settings and Long-Term Care
Communities. Bethesda, MD: Institute for Patient-and Family- Centered Care.

Komisi Akreditasi Rumah Sakit. 2017. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi
1.

Leon AM, Knapp S. (2008). Involving family system in critical care nursing :
Challenges and opportunities. Dimens Crit Care Nurs : 27 (6) : 255-62

Lee LYK, lau YL. (2003). Immediate needs of adult family members of adult intensive
care patients in Hong Kong. J Clin Nurs: 12 :490-500

Morton P.G, Fontaine D, Hudak C.MN, Gallo B.M. (2013). Keperawatan Kritis :
Pendekatan Asuhan Holistik Vol. 1 Edisi 8 Alih Bahasa : Subekti N.B, Yudha E.K,
Yulianti D, Nurwahyu, Kapoh R.P. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Mc AdamJ.L, Arai S., Puntillo K.A.(2008). Unrecognized Contributions of Families In


The Intensive Care Unit. Intensive Care Unit, Vol. 34 (6). pp : 1097-101. Doi :
10.1007/s00134-008-1066-z. Available at :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18369593

Maxwell KE, Stunekel DS, Saylor C. (2007). Needs of family members of critically ill
patients : a comparison of nurse and family perceptions. Heart Lung : 36:367-76

Patricia, A, Potter, Perry A.G. (2010). Fundamental Keperawatan Buku 2. Edisi 7. Alih
Bahasa : Nggie A.F, Albar M. Jakarta : Salemba Medika.

Sugimin. (2017). Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang Intensive Care Unit RSUP dr.
Soeradji tirtonegoro Klaten. Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UMS.
ums.ac.id

Verhaeghe ST, van Zuuren FJ, Deffloor T, Duijnstee MS, Grypdonck MH. How does
information influence hope in family members of traumatic coma patients in Intensif
Care Unit? J Clin Nurs: 16: 1488-97(2007).

Anda mungkin juga menyukai