Berpendidikan HlS dan HKS Bandung (1924), pernah menjadi guru Perguruan
Islam Adabiah Padang, dan selama bermukim di Belanda (1928-1947) pernah menjadi
anggota Tweede Kamer (Majelis Rendah) mewakili Partai Komunis (1933-1946).
Rustam Effendi menghasilkan Kumpulan sajak Percikan Pemenungan (1925) dan
drama bersajak Bebasari (1926).
Adalah sosok pribadi terpelajar yang tinggi semangat intelektualnya sejak masih
pelajar Holandsch Inlandsche School (HIS) di Bengkulu, kemudian Hogere
Kweekschool (HKS) di Bandung (1928) sambil berkursus malam Hoofdakte Cursus,
berlanjut ke Rechte Hoge School (Sekolah Tinggi Hukum) hingga datangnya tentara
pendudukan Jepang tahun 1942. Dalam keadaan darurat itulah Takdir dan kawan-
kawan seangkatannya menerima ijazah Meester in de Rechten (Sarjana Hukum). ).
Takdir juga pernah menempuh kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1940-
1942), dan pada tahun 1979 menerima gelar Doktor Honoris karena kesetiaannya
menulis selama 50 tahun sejak terbitnya Pujangga Baru, dan pada tahun 1987
menerima gelar kehormatan yang sama dari Universitas Sains Malaysia. Riwayat
jabatan dan pekerjaannya terlalu panjang ditulis di sini. Yang jelas, Takdir pemah
menjadi guru (1928-1929), kemudian menjadi redaktur Balai Pustaka (1930-1942)
dan menghasilkan roman Layar Terkembang (1936), roman Tak Putus Dirundung
Malang (1929), roman Dian yang Tak Kunjung Padam (1932), roman Anak Perawan
di Sarang Penyamun (1941), kumpulan sajak Tebaran Mega (1936), antologi Puisi
Lama (1941) dan Puisi Baru (1946).
Adapun sejumlah karya yang terkenal dari angkatan tersebut tercatat antara lain
sebagai berikut :