Anda di halaman 1dari 25

SKENARIO 1

Seorang laki-laki 35 tahun datang ke klinik dokter umum dengan keluhan mata merah
sejak 2 hari yang lalu, nyeri (+) riwayat trauma (-). Pemeriksaan visus kedua mata 6/6

A. KATA SULIT
-
B. KATA/KALIMAT KUNCI
 Laki-laki 35 tahun
 Mata merah 2 hari lalu
 Nyeri (+)
 Trauma (-)
 Visus kedua mata 6/6

C. PERTANYAAN

1. Jelaskan anatomi dan fisiologi dari mata!


2. Apa definisi dari mata merah ?
3. Apa etiologi dari mata merah ?
4. Jelaskan patomekanisme dari skenario!
5. Bagaimana langkah-langkah diagnosis dari skenario?
6. Sebutkan dan jelaskan differential diagnosis dari skenario!

D. JAWABAN
1. Jelaskan anatomi dan fisiologi mata!
ANATOMI MATA
Anatomi kelopak mata
Kelopak mata mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan dan bagian belakang ditutupi
selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Pada kelopak terdapat bagian-bagian :
 Kelenjar : kelenjar sebasea, kelenjar keringat atau kelenjar Moll, kelenjar zeis pada
pangkal rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus.
 Otot : M.orbikularis okuli, M.rioland, M.levator palpebra.
 Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a.palpebra.

Anatomi sistem lakrimal


Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem lakrimal terdiri
atas 2 bagian, yaitu :
 Sistem produksi atau glandula lakrimal terletak di temporo antero superior rongga orbita.
 Sistem ekskresi, terdiri atas pungtum lakrimal, kanallikuli lakrimal, sakus lakrimal dan
duktus nasolakrimal.
Anatomi konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak mata bagian dalam.
Konjungtiva terdiri atas 3 bagian, yaitu :
 Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus.
 Konjungtiva bulbi menutupi sklera.
 Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan
konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.
Anatomi bola mata
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal
24mm. Bola ata dibungkus oleh 3 lapisan jaringan, yaitu :
1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan
memberikan bentuk pada mata. Bagian erdepan sklera
disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan
sinar masuk ke dalam bola mata.
2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular.
Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang
potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan
suprakoroid.
Jaringan uvea terdiri dari iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3
susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata. Otot dilatator terdiri atas
jaringan ikat jarang yang tersusun dalam bentuk yang dapat berkontraksi yang disebutsel
mioepitel. Sfingter iris dan otot siliari dipersarafi oleh parasimpatis.
3. Retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang
merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf
optik dan diteruskan ke otak.
Lensa terletak dibelakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada badan siliar melalui
Zonula Zinn. Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak di
daerah temporalis atas di dalam rongga orbita.

Sklera
Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan pembungkus dan
pelindung bola mata. Sklera berhubungan erat dengan kornea dalam bentuk lingkaran yang
disebut limbus sklera berjalan dari papil saraf ooptikus sampai kornea. Sklera anterior ditutupi
oleh 3 jaringan ikat vaskular.

Kornea
Kornea adalah selaput bening mata yang tembus cahaya, merupakan lapisan jaringan menutup
bola mata sebelah depan.

Uvea
Lapis vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar dan koroid. Perdarahan uvea
dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior longus yang
masuk menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optik dan 7 buah arteri
siliar anterior, yang terdapat 2 pada setip otot superior medial inferior pada otot rektus lateral.
Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi saru membentuk arteri sirkularis mayor
pada badan siliar. Uvea posterior mendapat perdarahan dari 15-20 buah arteri siliar posterior
brevis yang menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf optik. Iris terdiri dari pupil dan bagian
tepi siliar, dan badan siliar terletak antara iris dan koroid.

Pupil
Sudut bilik mata
Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Berdekatan dengan
sudur ini didaparkan jaringan trabekulum, kanal Schelmm, baji sklera, garis Schwalbe dan jonjot
iris.
Lensa mata
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata dan bersifat
bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris.

Badan kaca
Badan kaca meupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa dan retina.
Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Badan kaca melekat pada ora serata, pars plana,
dan papil saraf optik.

Retina
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima
rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina.

Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arteri retina sentral yang
masuk retina melalui papil saraf optik yang akan memberikan nutrisi pada retina dalam. Lapisan
luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.

Saraf optik
Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2 jenis serabut saraf, yaitu : saraf
penglihatan dan serabut pupilomotor.

Rongga orbita
Dinding orbita terditi atas tulang :
1. Superior : os.frontal
2. Lateral : os.frontal, os.zigomatik, ala magna os.stenoid
3. Inferior : os.zigomatik, os.maksila, os.palatina
4. Nasal : os.maksila, os.lakrima, os.etmoid

Otot penggerak mata


Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk penggerakan mata tergantung pada
letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot. Otot penggerak mata terdiri dari 6 otot, yaitu :
1. Oblik inferior
2. Oblik superior
3. Rektus inferior
4. Rektus lateral
5. Rektus medius
6. Rektus superior
Suplai darah konjungtiva
Pada konjungtiva terdapat pembuluh darah:
1. Arteri konjungtiva posterior yang memperdarahi konjungtiva bulbi
2. Arteri siliar anterior atau episklera yang memberikan cabang:
a. Arteri episklera masuk kedalam bola mata dengan arteri siliar posterior longus bergabung
membentuk arteri sirkular mayor atau pleksus siliar, yang akan memperdarahi iris dan badan
siliar
b. Arteri perikornea, yang memperdarahi kornea.
c. Arteri episklera yang terletak diatas sklera, merupakan bagian arteri siliar anterior yang
memberikan perdarahan ke dalam bola mata.

FISIOLOGI MATA
Proses visual mata
Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina dan menghasilkan sebuah
bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika dilatasi maksimal, pupil dapat dilalui cahaya sebanyak
lima kali lebih banyak dibandingkan ketika sedang konstriksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri
diatur oleh dua elemen kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang terdiri dari otot-otot
sirkuler dan papillary dilator yang terdiri dari sel-sel epithelial kontraktil yang telah termodifikasi.
Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai myoepithelial cells.Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-
sel ini berkontraksi dan melebarkan pupil sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki mata.
Kontraksi dan dilatasi pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya berubah dan ketika kita
memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek yang dekat atau jauh. Pada tahap
selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata, pembentukan bayangan pada retina bergantung pada
kemampuan refraksi mata. Beberapa media refraksi mata yaitu kornea aqueous humor dan lensa
Kornea merefraksi cahaya lebih banyak dibandingkan lensa. Lensa hanya berfungsi untuk
menajamkan bayangan yang ditangkap saat mata terfokus pada benda yang dekat dan jauh.
Setelah cahaya mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai retina, tahap terakhir dalam
proses visual adalah perubahan energi cahaya menjadi aksi potensial yang dapat diteruskan ke
korteks serebri. Proses perubahan ini terjadi pada retina. Retina memiliki dua komponen utama
yakni pigmented retina dan sensory retina. Pada pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang
berisi pigmenmelanin yang bersama-sama dengan pigmen pada choroid membentuksuatu matriks
hitam yang mempertajam penglihatan dengan mengurangipenyebaran cahaya dan mengisolasi
fotoreseptor-fotoreseptor yang ada.Pada sensory retina, terdapat tiga lapis neuron yaitu lapisan
fotoreseptor,bipolar dan ganglionic. Badan sel dari setiap neuron ini dipisahkan olehplexiform
layer dimana neuron dari berbagai lapisan bersatu. Lapisanpleksiform luar berada diantara lapisan
sel bipolar dan ganglionic sedangkan lapisan pleksiformis dalam terletak diantara lapisan sel
bipolar dan ganglionic.Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal
yangterbentuk akan diteruskan ke nervus optikus, optic chiasm, optic tract,lateral geniculate dari
thalamus, superior colliculi, dan korteks serebri.
Neural Pathway untuk Penglihatan
1.semua yang dapat dilihat dapat terlihat oleh satu mata = visual fieldn (lapang pandang). Kita
memiliki binocular vision karena wilayah yang besar dari kedua mata kita saling overlap ®
binocular visual field.
2. visual field dibagi menjadi 2 wilayah:
a. nasal atau central half
b. temporal atau peripheral half
3. untuk masing-masing mata:
a. berkas cahaya dari suatu objek di nasal half dari visual field jatuhpada temporal half pada retina
dan begitu pula sebaliknya.
b. informasi visual dari sisi kanan dari masing-masing visual field disampaikan ke sisi kiri otak
dan begitu pula sebaliknya. Neural circuitry dari retina
4. photoreceptor (rods & cones) menyampaikan sinyal ke outer plexiform layer, lalu bersynapse
dengan bipolar cells & horizontal cells
5. horizontal cells menyampaikan sinyal secara horizontaldi outer flexiform layer dari photo
receptor ke bipolar cells.
6. bipolar cells menyampaikan sinyal secara vertical dari rods, cones &horizontal cells ke inner
plexiform layer dimana mereka bersynapse dengan ganglion cells & amacrine cells.
7. amacrine cells menyampaikan sinyal dengan 2 arah, yaitu bipolar®ganglionatau
bipolar®ganglion cells atau amacrine cells lainnya.
8. ganglion cells menyampaikan output signal dari retina melalui optic nerve ke otak.

Neural pathway
1. Axon dari seluruh retinal ganglion cells dari satu mata keluar dari mata di optic disc dan
membentuk optic nerve.
2. optic nerve fibers dari kedua mata bergabung untuk membentuk optic chiasm yang berada di
superior dari anterior sella turcica, di atas kelenjar pituitary.
3. di optic chiasm:
a. fibers dari nasal half dari masing-masing retina crossing.
b. fibers dari temporal half dari masing-masing retina tidak crossing.
4. pada level optic cheasm, sebagian kecil ganglion cells axon akan terminasi di suprachiasmatic
nucleus dari hypothalamus®mengatur pola tidur &aktivitas lainnya yang terjadi sesuai circardian
sebagai respons dari gelap &terang.
5. crossed nasal & uncrossed temporal fibers berlanjut di belakang optic chiasm sebagai optic
tract.
6. optic tract akan terminasi di;
A. superior colliculus Menerima visual input untuk disampaikan ke pons
(tectopontine/tectobulbar) dan spinal cord (tectospinal).
a.Tectopontine:
-menyampaikan informasi visual ke cerebellum.
-mengontrol pergerakan mata melalui para median pontine reticular formation.
b. Tectospinal:
mengatur reflex yang mengatur control pergerakan kepala dan leher sebagai respon dari visual
input.

B. pretectal area dari midbrain


-pretectal area, rostal terhadap superior colliculus, dimana midbrain fuse dengan thalamus.
-pretectal area dari midbrainu/ papillary reflex
2. Apa definisi dari mata merah ?
mata merah umunya terjadi karena pelebaran pembuluh darah di mata. Mata yang merah
mengindikasikan adanya masalah pada mata, bisa masalah ringan ataupun serius yang
memerlukan penanganan lebih lanjut.

3. Apa etiologi dari mata merah ?


Penyebab mata merah yang paling sering adalah karena pelebaran pembuluh darah
padapermukaan mata. Hal ini biasanya disebabkan oleh :
 Udara yang panas/ kering
 Paparan sinar matahari
 Debu
 Reaksi alergi
 Influenza
 Infeksi bakteri/virus
 Batuk

4. Jelaskan patomekanisme dari skenario!


Terjadinya mata merah :
Mata terlihat merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtifa yang terjadi pada perdangan
mata akut hal ini disebabkan ketika seseorang memiliki peradangan pada konjungtiva akan
membuat mediator radang seperti prostaglandin dan histamine akan menuju ke area inflamasi ,
hyperemia terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun berkurangnya
pengeluaran seperti pada pembendungan pembuluh darah yang dapat diakibatkan karena trauma,
pelebaran pembuluh darah ataupun perdarahan antara konjungtifa dan skela inilah yang
menyebabkan mata terlihat merah.
Patomekanisme Nyeri :
Ketika terjadi kerusakan jaringan pada mata, maka respon tubuh adalah dengan mengeluarkan sel
- sel radang, sel-sel radang seperti prostaglandin menambah kepekaan nosireseptor, sinyal nyeri
yang didapatkan dari nosireseptor tersebut kemudian disalurkan kesaraf afferen melalui serabut
saraf alfa dan C, dengan perantara subtantia P yang dikeluarkan oleh serat-serat nyeri afferen
rangasangan di kirim ke Talamus dan kemudian memicu respon tubuh terhadap nyeri yang di
rasakan terhdap mata.

5. Langkah-langkah diagnosa dari skenario!

6. Sebutkan dan jelaskan Differential diagnosa dari skenario!

A. Episkleritis : merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak antara konjungtiva
dan permukaan sklera
B. Skleritis : terjadi peradangan lebih dalam pada sklera.
biasanya disebabkan kelainan atau penyakit sistemik. Lebih sering di sebabkan penyakit
jaringan ikat, pasca herpes, sifilis dan gout.kadang-kadang disebabkan tuberkulosis, bakteri
(pseudomonas), sarkoidosis, hipertensi, benda asing, dan pasca bedah.
C. Konjungtivitis : merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi
belakang kelopak mata dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronis.
D. Pterygium : adalah pertumbuhan jaringan fibrovaskuler berbentuk segitiga yang tumbuh dari
arah kanjungtiva menuju kornea pada daerah intrapalpebra, pterygium tumbuh berbentuk
sayap pada konjungtiva bulbi.
E. Dry eye : penyakit multifaktor dengan gejala berkurangnya cairan air mata dan gangguan
pada permukaan mata akibat perubahan permukaan epitel sehingga menurunkan jumlah air
mata dan sensitifitas permukaan mata dimana hal ini dapat menyebabkan reaksi inflamasi.
(Alkozi et al.,2013).

A. Konjungtivitis

Etiologi

1.Konjungtivitis

a.Infeksi :

-virus
-baktri :

 Hiperakut(purulen)
Neisseria gonorrhoeae,Neisseria meningitis,Neisseria gonorrhoeae subspecies kochii
 Akut(mukopurulen)
Pneumococcus(streptococcus pneumoniae)(iklim sedang),Haemophilus aegyptius(basil
kochweeks)(iklim tropik)
 Subakut
Haemophilus influenza(iklim sedang)
 Kronik
Staphylococcus aureus,Morexella lacuanata

-klamidia(trachoma)

-jamur(jarang)

b. Non-infeksi :-Alergi/hipersensitivtas

-Toxic/iatrogenic

-Dry eye syndrome

Manifestasi klinik
Gejala klinis dapat menyerupai penyakit mata yang lain, berupa iritasi dan pelebaran pembuluh
darah bilateral, eksudat purulen dengan palpebra saling melengket saat bangun tidur, kadang-
kadang edem palpebra. Konjungtivitis dapat berupa hiperemi kongjungtiva bulbi, lakrimasi,
pseudoptosis akibat kelopak mata bengkak, hipertrofi papil, dan kemosis.
anamnesis

KONJUNGTIVITIS VIRAL

Diagnosis Konjungtivitis Viral Gejala klinis konjungtivitis dapat menyerupai penyakit mata lain
sehingga penting untuk membedakan konjungtivitis dengan penyakit lain yang berpotensi
mengganggu penglihatan. Diperlukan anamnesis dan pemeriksaan mata yang teliti untuk
menentukan tata laksana gangguan mata termasuk konjungtivitis. Infeksi virus biasanya
menyerang satu mata lalu ke mata lain beberapa hari kemudian disertai pembesaran kelenjar limfe
dan edema palpebra. Tajam penglihatan secara intermiten dapat terganggu karena sekret mata.
Jenis sekret mata dan gejala okular dapat memberi petunjuk penyebab konjungtivitis. Sekret mata
berair merupakan ciri konjungtivitis viral dan sekret mata kental berwarna kuning kehijauan
biasanya disebabkan oleh bakteri. Konjungtivitis viral jarang disertai fotofobia, sedangkan rasa
gatal pada mata biasanya berhubungan dengan konjungtivitis alergi.

Penatalaksanaan

No Patologi Etiologi Dampak Pengobatan


Bakteri Staphylococcus, Mata merah akut, Antibiotic
streptococcus, grittiness, sensasi topikal
gonocco, terbakar, biasanya Artificial tears
corynebacterium kedua mata sulit
strains dibuka saat
bangun, injeksi
konjungtiva difus,
sekret
mukopurulen,
papil (+)
Virus Adenovirus, herpes Mata berair Hari ke 3-5
simpleks/varisela- unilateral, mata worst, bersihakan
herpes zoster merah, discomfort, selama 7-14 hari
fotofobia, mata tanpa pengobatan
bengkak, pre- Artificial tears : -
auricular mengurangi mata
lymphadenopathy, kering dan
konjungtivitis bengkak
folikuler, Antiviral : herpes
pseudomembran simpleks atau
(+/-) varisela zozter
Jamur Candida spp dapat Tidak jelas, Antijamur
menyebabkan kebanyakan pada topikal
konjungtivitis, pasien
blastomysis, imunokompromise,
dermatitidis, setelah
sporohrix, schenckii penggunaan
kortikosteroid
topikal dan terapi
antibiotic untuk
mata inflamasi
Vernal Alergi Bilateral inflamasi Removal
kronik allergen
konjungtiva, Antihistamin
riwayat atopic topikal
keluarga, Vasokonstriktor
fotofobia, sensasi
benda asing,
blepharospasm.
Cobblestone
pappilae,
hornertrantas dots
Inclusion Chlamydia Mata merah dalam Doxycycline 100
trachomantis sampai mg PO 20 days
minggu/bulan Atau
dengan iritasi mata Erythromycin
mukopurulen, 250 mg PO 21
sticky hari
dicharge¸onset Antibiotic topical
akut atau subakut,
iritasi, sensasi
benda asing,
berair, unilateral,
swollen lids¸
kemosis, folikel
Konjungtivitis virus:

• Pengobatan suportif dapat sembuh sendiri,

• Kompres, astrigen, lubrikasi,

Kasus berat:

• steroid topikal,

• Pengobatan simtomatik

• Antibiotik untuk cugah infeksi sekunder

Terapi spesifik konjuntivitis bakteri tergantung pada temuan agen mikrobiologinya. Sambil
menunggu hasil laboratorium, dokter dapat memulai terapi dengan anti-mikroba topikal sprektum
luas (mis polymyxin-trimethoprim). Pada setiap konjuntivitis purulen yang pulasan gramnya
menunjukkan diplokokkus gram negati, sugesstif neisseria, harus segera dimulai terapi topikal dan
sistemik. Jika kornea tidak terlibat, ceftriaxone 1 g yang diberikan dosis tunggal per intramuskular
bisanya merupakan terapi sistemik yang adekuat. Jika kornea terkena, dibutuhkan ceftriaxone
parenteral, 1-2 g per hari selama 5 hari. Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, saccus
conjunctivalis harus dibilas dengan larutan saline agar dapat menghilangkan sekret konjungtiva.
Untuk mencegah penyebaran penyakit, pasien dan keluarga diminta memerhatikan higiene
perorangan secara khusus.
Komplikasi

- Blefarokonjungtivitis

- Pseudomembran

- Parut linear halus dan parut datar

- Keterlibatan kornea serta timbulvesikel pada kulit

Prognosis:

Konjungtivitis virus: Dengan higiene yang baik penyakit ini akan bertambah ringan atau sembuh

Pencegahan :

Konjungtivitis virus: Berdasarkan tingginya angka penularan, maka perlu dibiasakan cuci tangan,
desinfeksi peralatan medis, dan Konjungtivitis Viral penderita. Pasien tidak boleh saling bertukar
barang pribadi dengan orang lain dan harus menghindari kontak langsung atau tidak langsung
(seperti di kolam renang) selama dua minggu Cara pencegahan penularan yang paling efektif
adalah meningkatkan daya tahan tubuh, menghindari bersentuhan dengan sekret atau air mata
pasien, mencuci tangan setelah menyentuh mata pasien sebelum dan sesudah menggunakan obat
tetes mata. Selain itu, hindari penggunaan tetes mata dari botol yang telah digunakan pasien
konjungtivitis virus, hindari penggunaan alat mandi dan bantal kepala yang sama. Penggunaan
kaca mata hitam bertujuan mengurangi fotofobia, namun tidak bermanfaat mencegah penularan.

B. Episkleritis

Etiologi
Penyakit radang episklera belum diketahui.radang mungkin disebabkan reaksi hipersensitivitas
terhadap penyakit sistemik seperti tuberculosis,rheumatoid arthritis,lues,SLE,dan
lainnya.merupakan suatu reaksi toxik,alergi atau merupakan bagian daripada infeksi

Manifestasi klinik
Mata terasa kering dengan rasa sakit yang ringan menganjal, dengan konjungtiva yang kemotik.
Bentuk radang mempunyai gambaran khusus, yaitu berupa benjolan setempat dengan batas tegas
dan warna merah ungu dibawah kongjungtiva, dan ditekan akan terasa sakit dan menjalar ke
sekitar mata. Pada episkleritis jika dilakukan pengangkatan konjungtiva diatasnya maka akan
mudah terangkat atau dilepas dari pembuluh darah yang meradang.

Diagnosis

Anamnesis (Subjective)

- Keluhan :

1. Mata kemerahan

2. Iritasi ringan

3. Rasa tidak nyaman

4. Biasanya tidak nyeri, atau pasien dapat juga merasakan nyeri tumpul ringanFaktor Risiko : 1.
Rosacea ocular, 2. Atopi, 3. Gout, 4. Infeksi, 5. Penyakit kolagen-vaskular

Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective)

- Pemeriksaan fisik :

1. Mata merah di satu sisi akibat pelebaran pembuluh darah di konjungtiva (mengecil jika diberi
fenilefrin 2,5% topikal)

2. Injeksi episklera (nodular, sektoral, atau difus)

3. Tidak nyeri tekan


4. Penglihatan normal

5. Tidak ada sekret

6. Bentuk radang : benjolan setempat dengan batas tegas dan warna merah ungu di bawah
konjungtiva, apabila ditekan sakit sampai menjalar ke sekitar mata.

Penatalaksanaan

 Kelainan bersifat jinak dan perjalanan penyakit biasanya sembuh sendiri dalam 1-2
minggu
 Terapi berupa air mata buatan sebagai penyejuk yang diberikan setiap 4-6 jam hingga
kemerahan mereda
 Pada kasus yang didasari kelainan lokal atau sistemik, dibutuhkan terapi yang lebih
spesifik.
 Doksisiklin 100 mg, 2 kali sehari untuk rosacea
 Terapi antimikroba untuk tuberculosis, sifilis.
 Obat anti-inflamasi non steroid lokal atau sistemik atau kortikosteroid untuk penyakit
kolagen-vaskuler.

Komplikasi
Episkleritis: -skleritis

Prognosis
Episkleritis: dapat sembuh sempurna atau bersifat residif yang dapat menyerang pada tempat
yang sama ataupun berbeda-beda

Kelainan ini bersifat jinak, dan perjalanan penyakit biasanya sembuh sendiri dalam 1-2 minggu.

Pterigium: umumnya prognosisnya baik secara kosmetik maupun penglihatan, namun hal itu juga
tergantung dari ada tidaknya infeksi pada daerah pembedahan. Prosedur operasi biasanya well
tolerated pada pasien dan kebanyakan pasien dapat beraktivitas seperti biasanya pada 48 jam
setelah operasi.

C. Skleritis

Etiologi

Pada banyak kasus,kelainan pada skleritis diperantarai oleh proses imunologi yaitu terjadinya
reaksi tipe IV(hipersensitivitas tipe lambat) dan tipe III(kompleks imun)dan disertai penyakit
sistemik,adanya trauma,adanya infeksi dan idiopatik.penyebab terjadinya skleritis dapat juga
berupa :penyakit autoimun,penyakit granulomatosa,ganguan metabolic,infeksi dan lain-lain
seperti limfoma dan rosasea.

Manifestasi klinik

Perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi, dagu, dan alis yang kadang-kadang
membangunkan sewaktu tidur, mata merah berair, fotofobia dengan penglihatan menurun,
kongjungtiva kemotik dan sakit ,benjolan berwarna sedikit lebih biru jingga mengenai seluruh
lingkaran kornea sehingga terlihat seperti skleritis anular.

Diagnosis

Anamnesis (Subjective)

-Keluhan :

1. Nyeri hebat pada bola mata, konstan, dan tumpul. Nyeri dapat menyebar ke dahi, alis, dan dagu.

2. Intensitas nyeri sangat berat hingga membuat pasien terbangun pada malam hari

3. Ketajaman penglihatan berkurang

4. Mata merah berair

5. Fotofobia
-Penyebab skleritis :

1. Penyakit Autoimun: Arthritis Rheumatoid,Poliathritis Nodosa, Polikondritis


berulang,Granulomatosis Wegener, Lupus Eritematosus sistemik , Pioderma Gangrenosum,
Kolitis Ulseratif, Nefropati IgA ,Arthritis Psoariatika

2. Penyakit Granulomatosa dan Infeksiosa : Tuberculosis,Sifilis , Sarkoidosis, Toksoplasmosis


,Herpes Simpleks, Herpes Zooster, Infeksi Pseudomonas, Infeksi Streptokokus,
Aspergilosis,Lepra

3. Lain-lain: Fisik (radiasi, luka bakar termal) ,Kimia (luka bakar asam atau basa), Penyebab
mekanis (trauma tembus, pembedahan),Limfoma,Rosacea

4. Tidak diketahui

Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective)

-Pemeriksaan fisik :

1. Bola mata sangat nyeri bila ditekan

2. Injeksi hebat pada pembuluh darah skleral dan episkleral (Bola mataberwarna ungu gelap
akibat dilatasi pleksus vaskular profunda di sclera dan episklera, yang mungkin nodular, sektoral,
atau difus)

3. Tekanan intra okuler meningkat

4. Dengan penetesan fenilefrin 10% tidak akan terjadi vasokonstriksi.

-Pemeriksaan penunjang :

1. Pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi penyakit sistemik yang terkait.

 Hitung darah lengkap dan laju endap darah


 Faktor Rheumatoid Serum (RF)
 Antibodi Antinukleus Serum (ANA)
 PPD, Rontgen toraks
 FTA-ABS, VDRL-serum
 Kadar asam urat serum  Urinalisis

2. Pemeriksaan rontgen orbita untuk menyingkirkan kemungkinan adanya benda asing.

Penatalaksanaan
Skleritis Pengobatannya dengan antiinflamasi steroid ataupun nonsteroid atau obat imunosupresif
lainnya

 Indometasin 100 mg perhari


 ibuprofen 300 mg perhari
imunosupresif lain juga dapat digunakan. 2 Siklofosfamid sangat

bermanfaat apabila terdapat banyak kompleks imun dalam darah. Tetapi steroid

topikal saja tidak bermanfaat tetapi dapat dapat menjadi terapi tambahan untuk

terapi sistemik.

Komplikasi
-Keratitis

-Uveitis

-Glaukoma

-Katarak

-Hipermetropia.

Prognosis
Skleritis: tergantung pada penyakit penyebabnya. Skleritis pada spondiloartropati atau pada SLE
biasanya relatif jinak dan sembuh sendiri. Prognosis skleritis tergantung pada penyakit
penyebabnya. Penyulit skleritis berupa keratitis perifer, glaucoma, granuloma subretina, uveitis,
ablasi retina eksudatif, proptosis, katarak, dan hipermetropia.
D. Pterygium

Etiologi
Pterigium juga disebabkan iritasi kronis atau debu,cahaya sinar matahari,dan udara yang
panas.etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga merupakan suatu neoplasma,radang,dan
degenerasi.selain itu factor genetic juga dicurigai sebagai factor predisposisi

Manifestasi klinik
Mata merah berulang yang disertai rasa iritasi pada permukaan mata,rasa seperti ada yang
mengganjal,berpasir dan perih

Penatalaksanaan
Pterigium

Tidak diperlukan pengobatan karena sering bersifat rekuren, terutama pada pasien yang masih
muda. Bila pterigium meradang dapat diberikan steroid atau tetes mata dekongestan. Sumber :
Ilyas s, Yulianti sri. Ilmu penyakit mata, edisi kelima. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Cetakan ke-6.

Penalaksanaan

 Medikamentosa. Lubrikan topical (+/-) volterol untuk mengurangi iritasi. Pada pterigium
derajat 1-2 yang mengalami inflamasi, pasien dapat diberikan obat tetes mata kombinasi
antobiotik dan steroid 3 kali sehari selama 5-7 hari.
 Diperhatikan juga bahwa penggunaan kortikosteroid tidak dibenarkan pada penderita
dengan takanan intraocular tinggi atau mengalami kalainan pada kornea.
 Bedah. Pada pterigium 3-4 dilakukan tindakan bedah berupa eksisi pterigium. Sedapat
mungkin setelah eksisi pterigium maka bagan konjungtiva bekas pterigium tersebut
ditutupi dengan cangkok konjungtiva yang diambil dari konjungtiva bagian superior untuk
menurunkan angka kekambuhan. Tujuan utama pengangkatan pterigium yaitu memberikan
hasil yang baik secara kosmetik, mengupayakan komplikasi seminimal mungkin, angka
kekambuhan yang rendah, penggunaan Mitomycin C (MMC) sebaiknya hanya pada kasus
pterigium yang rekuren, mengingat komplikasi dari pemakaian MMC juga cukup berat.
 Kriteria rujukan : pterigium derajat 3-4.

Komplikasi

Pterigium:  -Gangguan penglihatan

-Mata kemerahan

-Iritasi

- Gangguan pergerakan bola mata.

-Timbul jaringan parut kronis dari konjungtiva dan korna


-Dry Eye sindrom
Pencegahan :
Pterigium: Lindungi mata dengan pterigium dari sinar matahari, debu dan udara kering dengan
kacamata pelindung.Bila terdapat tanda radang beri air mata buatan bila perlu dapat diberi
steroid.Bila terdapat dellen (lekukan kornea) beri air mata buatan dalam bentuk salep. Pemberian
vasokonstriktor perlu control dalam 2 minggu dan pengobatan dihentikan, jika sudah ada
perbaikan. Pterigium dapat tumbuh menutupi seluruh permukaan kornea.
E. Dry eye

Etiologi
Pengaruh lingkungan ,konsumsi beberapa jenis obat,penggunaan lensa kotak,hingga proses
penuaan diduga sebagai penyebab mata kering yang utama.Aktifitas harian yang memperparah
penyebab mata kering seperti : kena angin kencang,merokok,suhu lingkungan terlalu panas atau
dingin,salah menggunakan obat tetes mata,sering pakai hair dryer dan menggunakan computer
dalam waktu lama dan dekat.

Manifestasi klinik
Mata merah bersensasi panas,seperti berpasir,iritasi,fotofobia,penglihatan sedikit buram,waktu
bangun kelopak mata atas dan bawah menempel,lendir didalam dan disekitaran mata,dan mudah
lelah

Penatalaksanaan
Pengobatan tergantung pada penyebab dan air mata buatan yang diberikan selamanya. Langkah
pertama adalah menggunakan air mata artifisial (buatan), gel, atau salep mata tertentu untuk
melembabkan permukaan bola mata.  Obat-obat ini untuk sementara waktu dapat mengurangi
keluhan dan menyediakan penggantian penting air mata pada pasien yang mengalami defisieni air
mata.  Bila akan digunakan untuk jangka panjang atau bila akan digunakan lebih dari 4 kali dalam
sehari, hindari pengguanan obat yang mengandung pengawet atau yang mengandung preparat
yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Penggunaan alat pelembab udara (humidifier)
dalam ruangan juga bermanfaat meningkatkan kelembaban udara yang berakibat menurunkan
penguapan air mata.
Bila dry eye terjadi sebagai akibat penggunaan obat-obatan tertentu, dapat menganjurkan
mengganti obat dengan obat lain yang tidak dry eye bila memungkinkan.  Bila dry eye disebabkan
oleh penggunaan lensa kontak, maka dokter dapat menanjurkan untuk dilakukan penyesuaian
penggunaan lensa kontak (misalnya mengganti jenis lensa kontak, mengurangi lamanya
penggunaan lensa kontak, dsb).

Pilihan lainnya adalah pemasangan sumbat (punctal plug) pada lubang saluran 'pembuangan' air
mata di sudut kelopak mata.  Tujuannya adalah untuk mengurangi pengaliran keluar air mata
sehingga memperbaiki lubrikasi permukaan bola mata dengan air mata yang ada.  Sumbat ini
terbuat dari silikon atau kolagen yang dapat dipakai secara temporer.  Pada kasus dry eye yang
berat dapat digunakan sumbat permanen.

Pada beberapa kasus dapat dilakukan bedah sederhana yang disebut punctal cautery, yaitu lubang
saluran 'pembuangan' air mata ditutup permanen dengan metode kauterisasi. Metode ini
direkomendasikan pada penutupan permanen.

Air mata berisi protein, elektrolit, dan vitamin yang sangat dibutuhkan untuk menjaga kesehatan
permukaan bola mata dan untuk mencegah infeksi.  Air mata terus menerus dihasilkan untuk
membasahi, memberi nutrisi dan melindungi permukaan bola mata. 

Komplikasi
Dry eyes: -ulkus kornea

- Infeksi sekunder oleh bakteri


- Parut kornea
- Neovaskularisasi kornea
Prognosis
Dry eyes: Secara umum, prognosis untuk ketajaman visual pada pasien dengan
sindrom mata kering baik

Pencegahan

Hindari keadaan lingkungan dengan udara kering dan biarkan mata beristirahat ketika melakukan
aktivitas-aktivitas yang mengharuskan mata bekerja / menatap untuk periode waktu yang lama. 
Teteskan obat tetes mata lubrikan ketika melakukan kegiatan seperti ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata, edisi 5. Jakarta:Badan Penerbit FKUI:2019
2. Novitasari, Andra. Buku Aja:Sistem indera mata. Unimus Press, semarang. 2017.

3. http://repository.usu.ac.id/1221/hipermetropi.pdf

4. Konjungtivitis Viral: Diagnosis dan Terapi di Pelayanan Kesehatan Primer Departemen Ilmu
Kesehatan Mata FK Universitas Indonesia RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo

Anda mungkin juga menyukai