2017-12-076
PLTU
(Pembangkit Listrik Tenaga Uap)
Tugas Paper Teknik Tenaga Uap
Ir,Habib Rochani.MT
P
LTU (Pembangkit Listrik tenaga uap) suatu system pembangkit thermal dengan menggunakan uap
air sebagai fluida kerjanya yaitu dengan memanfaatkan energi kinetic uap untuk menggerakan poros
sudu-sudu turbin. Pada dasarnya pengertia dari PLTU adalah suatu pusat yang memproduksi listrik
dengan system tenaga uap dengan mengambil energi panas yang terkandung di dalam bahan bakar,
untuk memproduksinya. Kemudian uap di alirkan ke dalam turbin dan turbin tersebut akan
merubah energi panas uap yang diterima menjadi energi mekanis dalam bentuk gerak putar. Dan
dari Gerakan putar ini kemudian di kopel dengan generator yang akhirnya bisa menghasilkan energi
listrik khusunyauntuk tenaga listrik tenaga uap bahwasanya energi panas dalam bahan bakar tidak
langsung deiberikan langsung ke turbin melainkandiberikan terlebih dahulu ke steam generator atau
yang sering kita sebut boiler atau Ketel uap
Uap yang dihasilkan oleh boiler tekanan maupun temperaturnya cukup tinggi kemudian baru
di masukkan ke turbin dari sedikit penjabaran diatas dapat kita ketahui bahwasanya dalam dunia
pembangkit listrik tenaga uap ada tiga komponen ytama yaitu :
Dari perpindahan energi-energi di atas proses yang terjadi dengan peralatan peralatan yang ada
kaitanya dengan aliran,tekanan dan temperature yang tinggi serta proses-proses kimia yang tidak
bisa dihindarkan
Pengertian PLTU
Pembangkit Listrik Tenaga Uap adalah kering. Pembangkit listrik tenaga uap
pembangkit yang mengandalikan energi menggunakan berbagai macam bahan bakar
kinetik dari uap untuk menghasilkan energi terutama batu-bara dan minyak bakar serta
listrik. Bentuk utama pembangkit listrik jenis MFO untuk start awal. Komponen-
ini adalah generator yang di hubungkan ke komponen pada pembangkit listrik tenaga
turbin dimana untuk memutar turbin uap tersebut dapat dilihat pada gambar di
diperlukan energi kinetik dari uap panas atau bawah ini :
Prinsip kerja dari PLTU adalah dengan economizer yang selanjutnya dialirkan ke
menggunakan siklus air-uap-air yang pipa untuk dipanaskan pada tube boiler
merupakan suatu sistem tertutup air dari
kondensat atau air dari hasil proses
pengkondensasian di kondensor dan make up
water (air yang dimurnikan) dipompa oleh
condensat pump ke pemanas tekanan rendah.
Disini air dipanasi kemudian dimasukkan
oleh daerator untuk menghilangkan oksigen,
kemudian air ini dipompa oleh boiler feed
water pump masuk ke economizer. Dari Gambar 2. Proses Konversi Energi PLTU
Pada tube, air dipanasi berbentuk uap ini dihasilkan energi listrik. Energi listrik
air. Uap air ini dikumpulkan kembali pada yang dihasilkan dari generator disalurkan
steam drum, kemudian dipanaskan lebih dan di distribusikan lebih lanjut ke
lanjut pada superheater sudah berubah pelanggan. Uap bebas dari turbinselanjutnya
menjadi uap kering yang mempunyai di kondensasikan dari kondensor dan
tekanan dan temperatur tinggi, dan bersama air dari make up water pump
selanjutnya uap ini digunakan untuk dipompa lagi oleh pompa kondensat masuk
menggerakkan sudu turbin tekanan tinggi, ke pemanas tekanan rendah, daerator, boiler
untuk sudu turbin menggerakkan poros feed water pump, pemanas tekanan tinggi,
turbin. Hasil dari putaran poros turbin economizer, dan akhirnya menuju boiler
kemudian memutar poros generator yang untuk dipanaskan menjadi uap lagi. Proses
dihubungkan dengan coupling, dari putaran ini akan terjadi berulang-ulang
Siklus kerja PLTU yang merupakan siklus tertutup dapat digambarkan dengan diagram T
– s (Temperatur – entropi). Siklus ini adalah penerapan siklus rankine ideal. Adapun urutan
langkahnya adalah sebagai berikut :
a – b : Air dipompa dari tekanan P2 menjadi P1. Langkah ini adalah langkah kompresi
isentropis, dan proses ini terjadi pada pompa air pengisi.
b – c : Air bertekanan ini dinaikkan temperaturnya hingga mencapai titik didih. Terjadi
di LP heater, HP heater dan Economiser.
c – d : Air berubah wujud menjadi uap jenuh. Langkah ini disebut vapourising
(penguapan) dengan proses isobar isothermis, terjadi di boiler yaitu di wall tube (riser)
dan steam drum.
Siklus Termodimika
Coal Feeder
Gambar 3: Pulverizer
FDF menghisap udara atmosfir dan mengalirkannya melalui saluran udara (air duct)
melintasi pemanas awal udara (Air preheater) yang menggunakan uap untuk memanaskan udara .
Dari sini udara terus mengalir ke pemanas udara (air heater) yang memanfaatkan gas bekas
sebagai media pemanas. Setelah melintasi air heater, udara kemudian masuk kedalam windbox.
Dari windbox, udara kemudian didistribusikan ke damper - damper atau air register disekitar
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING
IT-PLN
15 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
burner untuk keperluan proses pembakaran didalam ruang bakar. Pada gambar 1.2.5, garis yang
tercetak tebal merupakan sistem udara pembakaran. Sistem umumnya dilengkapi dengan 2 buah
FDF serta 2 saluran (duct) yang dihubungkan oleh saluran penghubung (cross tie).
Umumnya kedua FDF senantiasa beroperasi secara kontinyu. Dalam keadaan darurat,
ketel dapat beroperasi hanya dengan 1 FDF. Pengaturan aliran udara dapat dilakukan melalui
pengaturan inlet vanes ataupun melalui variasi putaran fan.
Dalam gambar terlihat bahwa PAF FDF. Dari PAF udara primer dihembuskan
menerima pasokan udara dari Discharge ke Pulverizer dan setelah bercampur dengan
Udara sekunder pada ketel batubara sama udara (steam coil air heater) dan terus
halnya dengan udara pembakaran kepemanas udara (air heater) untuk
(combustion air) pada ketel berbahan bakar selanjutnya masuk kedalan windbox dan
minyak. Fungsi udara sekunder adalah akhirnya didistribusikan melalui air register
memasok kebutuhan udara untuk proses kedalam ruang bakar.
pembakaran yang sempurna didalam ruang
Didalam ruang bakar udara sekunder
bakar.
bertemu dengan campuran antara udara
Sistem udara sekunder terlihat gambar primer dengan serbuk batubara sehingga
dibawah ini. dalam garis tercetak tebal. terjadi proses pembakaran yang sempurna.
Pasokan udara sekunder disediakan oleh Gas-gas bekas hasil pembakaran kemudian
FDF yang dialirkan melintasi pemanas awal dihisap keluar dari ruang bakar oleh IDF.
Karena temperatur gas yang dialirkan reheater. Hal ini akan mengakibatkan
kembali oleh GRF lebih rendah, maka kenaikkan temperatur uap keluar superheater
efeknya akan menurunkan temperatur maupun reheater. Ini berarti bahwa pada laju
campuran kedua gas dalam ruang bakar, pembakaran yang tetap, semakin banyak gas
tetapi meningkatkan massa gas yang akan bekas yang disirkulasikan kembali ke ruang
melintasi elemen - elemen superheater dan bakar, akan semakin tinggi temperatur uap.
reheater. Akibatnya gas bekas akan Pengaturan aliran gas yang disirkulasikan
membawa panas lebih banyak dari ruang dapat dilakukan melaui GRF inlet damper
bakar untuk diserahkan ke superheater dan atau memalui variasi putaran GRF.
Umumnya dipasang pada saluran gas ketidak beresan dalam proses pembakaran.
bekas menuju cerobong. berfungsi untuk Jadi meter kepekatan gas bekas merupakan
mendeteksi kepekatan gas bekas. Gas bekas indikator bagi para operator untuk
yang jernih menandakan bahwa proses melakukan tindakan koreksi seperlunya.
pembakaran didalam ruang bakar Salah satu jenis perangkat ini adalah tipe
berlangsung secara baik. Sedang gas bekas fotocell seperti terlihat pada gambar 11.
yang pekat, menandakan adanya suatu
Baik PLTU berbahan bakar minyak Selain itu juga digunakan minyak yang
maupun PLTU berbahan bakar batubara lebih ringan (Lighter Oil) seperti grade 2
selalu dilengkapi dengan sistem bahan bakar atau minyak diesel (Inland Diesel Oil/IDO)
minyak. Fungsi sistem ini adalah untuk yang umumnya dipakai untuk penyalaan
menyediakan pasokan bahan bakar minyak awal ketel. Contoh tipikal untuk sistem
bagi kebutuhan ketel. Konfigurasi sistem bahan bakar minyak dapat dilihat sepeti pada
bahan bakar minyak serta komponen- gambar 12.
komponennya sangat beragam
Sistem bahan bakar minyak mencakup pengisian, penimbunan, transfer serta pemanasan
minyak terutama untuk HFO.
Tangki Penyimpan.
Berfungsi sebagai sarana penampung menurunkan kekentalan agar lebih mudah
bahan bakar minyak. Untuk HFO terdiri dari dipompakan.
tangki penampung utama (Main Storage
Tank) dengan kapasitas cukup besar dan
tangki harian (Day Tank) dengan kapasitas
yang lebih kecil. Storage Tank umumnya
diisi dari sumber pasokan minyak diluar
sistem seperti Tongkang, Truk dan lain
sebagainya.
tank, HFO dipompakan ke day tank oleh Valve). Aliran minyak ke ignitor umumnya
transfer pump melaui katup pengatur (CRV) tidak variablel. Bila ignitor stop maka
yang dikendalikan oleh level day tank. Bila minyak akan disirkulasikan kembali kedalam
level day tank sudah cukup maka katup akan tangki.
menutup dan HFO dari pompa disirkulasikan
Gambar 13., merupakan ilustrasi
kembali ke storage tank. Untuk minyak storage tank sedang gambar 14, merupakan
diesel (IDO) umumnya hanya disediakan tipikal day tank dengan pemanas uap
Gambar 13: Storage Tank
Pompa Minyak.
Baik transfer pump, supply pump maupun supply pump umumnya berupa
maupun booster pump memiliki fungsi yang pompa ulir yang digerakkan oleh motor
sama yaitu untuk mengalirkan minyak. listrik pada putaran konstan dengan kapasitas
Gambar.15, merupakan jenis-jenis pompa untuk setiap pompa melebihi kebutuhan.
yang banyak dipakai. Transfer pump Kelebihan pasokan minyak dialirkan
Karena pemanas ini menggunakan uap sebagai media pemanas, maka air kondensasi uap
umumnya dikembalikan ke kondensor. Bila terjadi kebocoran pipa-pipa pemanas, maka air
Seperti diketahui untuk merealisir terjadinya perantara, fluida kerja akan mengalir
transformasi energi pada berbagai komponen melintasi beberapa komponen utama PLTU
utama PLTU, diperlukan fluida perantara dalam suatu siklus tertutup, seperti tampak
yang disebut fluida kerja. Fluida kerja yang pada gambar 18.
dipakai di PLTU adalah air. Sebagai
Energy
Added
Energy Removed
Turbine
Boiler
Exhaust
Steam
Pump Condensed
Condenser Energy
Removed
Selama melewati lintasan tertutup tersebut, fluida kerja mengalami perubahan wujud yaitu
dari air menjadi uap untuk kemudian menjadi air kembali. Karena itu siklus fluida kerja dapat
dipisahkan menjadi dua sistem, yaitu sistem uap dan sistem air.
Sistem uap merupakan bagian dari siklus dimana fluida kerja berada dalam wujud uap dan dapat
dikelompokkan menjadi :
Merupakan rangkaian pipa saluran untuk mengalirkan uap yang keluar dari ketel ke turbin.
Sistem ini hanya terdapat pada pada PLTU dengan turbin reheat. Juga merupakan rangkaian pipa
saluran uap yang terdiri dari dua segmen yaitu yang menyalurkan uap bekas dari turbin tekanan
tinggi kembali ke ketel (cold reheat) dan yang menyalurkan uap dari ketel ke Turbin tekenan
menengah/rendah (hot reheat).
Selama melintasi turbin hingga keluar ke kondensor, uap dicerat/diekstrak di beberapa titik dan
pada umumnya uap ini dialirkan ke pemanas awal air pengisi (Feed water Heater) untuk
memanaskan air kondensat / air pengisi. Uap tersebut dinamakan uap ekstraksi.
Gambar 19, memperlihatkan ketiga sistem uap tersebut, dimana garis tebal putus-putus
menunjukkan sistem uap ekstraksi dan garis tebal menyatakan sistem uap utama serta sistem uap
reheat.
Beberapa komponen atau alat bantu PLTU memerlukan pasokan uap untuk dapat beroperasi.
Alat-alat bantu tersebut diantaranya adalah :
Kebutuhan uap bantu pada periode start unit umumnya dipasok oleh unit lain yang sudah
beroperasi terlebih dahulu atau dari boiler kecil (Package Boiler/Auxiliary Boiler) yang khusus
disediakan untuk keperluan ini. Ketika unit sudah beroprasi normal, pasokan dapat diambil dari
ketel utama sehingga auxiliary boiler dapat dimatikan.
Sistem air kondensat merupakan sumber pasokan utama untuk sistem air pengisi ketel. Mayoritas
air kondensat berasal dari proses kondensasi uap bekas didalam kondensor. Rentang sistem air
kondensat adalah mulai dari hotwell sampai ke Dearator. Selama berada dalam rentang sistem air
kondensat, air mengalami 3 proses utama yaitu mengalami pemanasan, mengalami pemurnian
dan mengalami deaerasi.
Pada saat melintasi sistem air kondensat, air mengalami pemanasan pada berbagai komponen
antara lain di gland steam condensor, di air ejector dan dibeberapa pemanas awal air pengisi
tekanan rendah. Pemanasan ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi siklus serta menghemat
pemakaian bahan bakar. Bila air kondensat tidak dipanaskan, berarti membutuhkan lebih banyak
bahan bakar untuk menaikkan temperatur air didalam ketel.
Selain itu, air kondensat juga mengalami proses pemurnian untuk mengurangi pencemar-
pencemar padat dan cair yang terkandung dalam air kondensat.
Pemurnian yang dilakukan didalam sistem air kondensat termasuk sistem pemurnian didalam
siklus (Internal Treatment) yang dapat dilakukan dengan cara mengalirkan air kondensat
melintasi penukar ion (Condensate Polishing) bila ada, maupun secara kimia melalui
penginjeksian bahan - bahan kimia. Melalui proses pemurnian internal ini, maka pencemar yang
dapat mengakibatkan deposit maupun korosi pada komponen-komponen ketel dapat dihilangkan
sehingga kualitas air kondensat menjadi lebih baik.
Terjadinya deposit di ketel yang disebabkan oleh kualitas air yang buruk, dapat mengakibatkan
terhambatnya proses perpindahan panas didalam ketel dan pada kondisi ekstrim dapat
mengakibatkan bocornya pipa-pipa ketel akibat over heating.
Deaerasi adalah proses pembuangan pencemar gas dari dalam air kondensat. Gas-gas pencemar
yang ada dalam air kondensat misalnya oksigen (O2), carbondioksida (CO2) dan non condensable
gas lainnya. Pencemar gas dapat menyebabkan korosi pada saluran dan komponen-komponen
yang dilaui air kondensat. Proses deaerasi ini terjadi didalam deaerator yang merupakan
komponen paling hilir dari sistem air kondensat. Ilustarsi sistem air kondensat terlihat seperti
pada gambar 20.
2.2.1. Hotwell.
Hotwell adalah tangki penampung yang terletak dibagian bawah kondensor dan berfungsi untuk
menampung air hasil kondensasi uap bekas didalam kondensor sebagai pemasok utama sistem air
kondensat. Tetapi perlu diketahui bahwa hasil kondensasi uap bekas tidak selalu mencukupi
kebutuhan untuk sistem kondensat. Karenanya, level air kondensat dalam hotwell harus selalu
dimonitor. Bila level hotwell terlalu rendah, maka pompa kondesat akan trip untuk mengamankan
pompa. Manakala level hotwell terlau tinggi, maka air kondensat akan merendam pipa-pipa
pendingin kondensor, sehingga dapat mengurangi proses pendinginan dalam kondensor. Hal ini
dapat mengakibatkan menurunnya laju kondensasi uap bekas sehingga menurunkan vacum
kondensor. Untuk menjaga stabilitas level hotwell, umumnya disediakan “Hotwell Level
Control” yang akan mengontrol level hotwell decara otomatis. Bila level hotwell turun dari harga
yang semestinya, maka “Hotwell Level Control” akan memerintahkan katup air penambah (make
up water) untuk membuka sehingga air penambah akan mengalir masuk kedalam hotwell akibat
tarikan vacum kondensor. Ketika level hotwell kembali ke kondisi normal, “Hotwell Level
Control” akan memerintahkan katup air penambah untuk menutup.
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING
IT-PLN
36 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
Bila level hotwell terlalu tinggi, maka “Hotwell Level Control” akan memerintahkan katup
pelimpah (Spill Over/Overflow Valve) untuk membuka dan mengalirkan air kondensat melaui
pompa kondensat, saluran pelimpah dan kembali ke Tangki air penambah. Ketika level hotwell
kembali normal, maka katup pelimpah akan menutup kembali.
Berfungsi untuk mengalirkan air kondensat dari hotwell melintasi sistem air kondensat menuju ke
deaerator. Umumnya sistem kondensat memiliki 2 buah pompa kondensat yaitu 1 untuk cadangan
(stand by) dan satu lagi beroperasi. Jenis pompa yang banyak dipakai adalah pompa sentrifugal
bertingkat (multy stage). Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa sisi hisap pompa kondensat
berhubungan dengan hotwell yang vakum. Untuk menjamin kontinuitas aliran air ke sisi hisap
(suction) pompa, maka tekanan pada sisi hisap pompa paling tidak harus sama dengan tekanan
kondensor. Berkaitan dengan hal tersebut, maka sisi hisap pompa dilengkapi dengan saluran
penyeimbang tekanan (Equalizing / Balancing Line) agar tekanan pada sisi hisap pompa selalu
sama dengan tekanan kondensor. Faktor yang perlu diperhatikan oleh operator adalah bahwa
katup isolasi (bila ada) pada saluran penyeimbang ini harus selalu terbuka selama pompa
beroperasi.
Pada mulut saluran hisap pompa kondensat didalam hotwell biasanya dipasang “Vortex
Eliminator” untuk mencegah terjadinya pusaran air (vortex). Bila pusaran ini sampai terjadi,
maka pompa kondensat akan mengalami kavitasi yang dapat merusak pompa.
Kavitasi ini juga dapat timbul bila temperatur air kondensat didalam hotwell terlalu tinggi. Pompa
kondensat juga dilengkapi oleh saringan (strainer) pada sisi hisapnya. Disamping itu juga
dilengkapi oleh katup isolasi yang dipasang sisi hisap dan sisi tekan pompa. Ketika akan mencuci
saringan, kedua katup isolasi ini harus ditutup rapat. Pada saat membuka katup isolasi sisi hisap,
lakukan secara hati-hati karena setelah pencucian strainer, rumah strainer masih terisi udara. Pada
sisi tekan pompa juga dipasang katup satu arah (check valve) untuk mencegah aliran balik
terhadap pompa.
Gland steam condensor adalah penukar panas untuk mengkondensasikan uap bekas dari perapat
poros turbin. Uap bekas ini akan memanaskan air kondensat dari pompa kondensat yang dialirkan
Merupakan perangkat penukar ion seperti demineralizer plant yang ditempatkan didalam siklus
air kondensat. Fungsinya untuk menjaga kualitas air kondensat. Condensate Polisher akan
mengikat calcium, magnesium, sodium sulphate, chlorid dan nitrat dari air kondensat melalui
penukar ion. Cara ini telah terbukti sangat efektif untuk menghilangkan garam-garam dari air
kondensat. Penukar ion yang dipakai umumnya dari jenis campuran resin penukar kation dan
resin penukar anion (mixbed). Pertama-tama, ion bermuatan positif (kation) dari air kondesat
(Calcium, magnesium dan sodium) akan ditukar oleh resin penukar kation. Setelah itu baru ion
bermuatan negatif (anion) dari air kondensat (sulphate, chloride dan nitrate) akan ditukar oleh
resin penukar anion. Setelah beroperasi beberapa lama, resin - resin tersebut akan menjadi jenuh
dan tidak mampu lagi menukar ion. Dalam kondisi seperti ini, resin-resin tersebut harus
diregenerasi agar dapat aktif kembali. Tangki mixbed dengan resin yang sudah jenuh harus dinon
aktifkan dan ditukar dengan tangki mixbed satunya lagi (umumnya tersedia 2 tangki mixbed).
Resin yang jenuh dalam tangki mixbed yang tidak aktif kemudian harus dipindahkan ke tangki
regenerasi.
Salah satu sarana transportasi yang banyak digunakan untuk memindakan resin yang jenuh ke
tangki regenerasi adalah udara bertekanan (compresed air). Dengan dihembus oleh udara
bertekanan, resin dialirkan melalui pipa ke tangki regenerasi. Setelah regenerasi selesai dilakukan
di tangki regenerasi, resin dialirkan kembali ke tangki mixbed agar dapat dipergunakan bila
kondisi membutuhkan. Condensate polisher juga dilengkapi dengan katup pintas (bypass) untuk
mengalirrkan air kondensat tanpa melewati condensate polisher.
Dengan adanya pompa booster ini, maka tekanan kerja pompa kondensat dapat dibuat relatif
rendah guna menjamin kondisi yang aman bagiu condensate polisher. Setelah melewati
condensate polisher, tekanan air kondesat dinaikkan oleh pompa booster condensate polisher agar
Pada PLTU yang menggunakan ejector uap untuk mempertahankan vakum kondensor, maka uap
bekas bercampur non condensable gas yang masih mengandung energi panas dipakai untuk
memanaskan air kondensat yang dialirkan lewat steam air ejector condenser. Dengan cara ini
maka panas yang terkandung dalam campuran uap tadi akan diserap oleh air kondensat sehingga
temperatur air kondensat keluar dari steam air ejector condenser akan mengalami kenaikkan. Uap
yang telah diserap panasnya akan mengembun dan airnya dialirkan ke hotwell.
Dalam sistem air kondensat, pada lokasi setelah condensate polisher terdapat saluran simpang
kembali ke kondensor / hotwell. Saluran simpang ini disebut saluran resirkulasi. Saluran ini
berfungsi sebagai proteksi terhadap komponen-komponen pompa condensat, gland steam
condenser, condensate polisher, condensate polisher booster pump dan steam air ejector
condensor. Saluran ini dilengkapi dengan katup pengatur otomatis yang mendapat signal
pengaturan dari besarnya aliran air kondensat yang menuju deaerator. Bila aliran sangat rendah,
maka katup resirkulasi ini akan membuka dan mengalirkan kembali (meresirkulasi) sebagian air
kondensat kembali kehotwell. Dengan cara ini berarti komponen - komponen seperti tersebut
diatas selalu dilewati aliran air kondensat yang senantiasa cukup. Bila aliran air kondensat ke
deaerator semakin bertambah tinggi, maka katup resirkulasi akan menutup.
Pada beberapa PLTU, saluran ini juga disebut saluran minimum Flow karena berfungsi untuk
menjamin selalu tercapainya aliran minimum air kondensat sesuai kebutuhan dari komponen-
komponen yang disebut diatas.
Katup ini terpasang di saluran air kondensat menuju deaerator yang berfungsi untuk mengontrol
level deaerator. Dalam posisi pengaturan otomatis katup ini dikendalikan oleh level deaerator.
Bila level deaerator turun, pembukaan katup akan bertambah besar sehingga aliran air kondensat
menuju deaerator juga akan meningkat. Pada saat level deaerator tinggi, pembukaan katup akan
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING
IT-PLN
39 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
berkurang untuk mengurangi aliran air kondensat ke deaerator. Pada beberapa PLTU, terdapat 2
macam katup pengontrol level deaerator, yaitu katup pengontrol untuk kondisi normal operasi
dan katup pengontrol untuk kondisi start up/beban rendah. Katup yang pertama berfungsi untuk
mengatur aliran air kondensat ketika unit sudah berada dalam kondisi normal operasi pada beban
yang cukup dimana aliran air kondensat sudah cukup tinggi.
Katup yang kedua berfungsi untuk mengatur aliran air kondensat ketika unit sedang start up atau
ketika beroperasi pada beban rendah. Pada saat ini, dibutuhkan aliran yang masih relatif rendah,
serta variasi perubahan aliran yang relatif kecil. Dimensi katup maupun saluran pipa katup ini
lebih kecil dibanding katup pertama sehingga memungkinkan pengaturan aliran dengan variasi
yang halus.
Pada jenis PLTU yang menggunakan variasi putaran untuk mengatur aliran air kondensat, katup
pengatur seperti tersebut tidak tersedia dalam sistem air kondensat.
Pemanas awal air tekanan rendah berfungsi untuk meningkatkan efisiensi siklus dengan cara
memanaskan air kondensat yang melintasinya. Media pemanas yang digunakan adalah uap yang
dicerat / diekstrak dari turbin dan disebut uap ekstraksi (bleed steam / extraction steam). Pemanas
ini umumnya tipe permukaan (surface) dimana air mengalir dibagian dalam pipa sedang uap
ekstraksi dibagian luar pipa. Kondensasi uap ekstraksi yang terbentuk dialirkan ke pemanas awal
air tingkat yang lebih rendah atau langsung ke kondensor. Gambar 21, memperlihatkan sebuah
pemanas awal beserta kelengkapannya.
Katup isolasi uap ekstraksi yang dipasang pada saluran uap ekstraksi serta semuanya
digerakkan oleh motor listrik. Berfungsi untuk memblokir uap ekstraksi pada saat belum
diperlukan.
Katup satu arah ekstraksi (Extraction Line Check Valve). Berfungsi untuk mencegah aliran
balik uap dari pemanas ke turbin.
2.2.10. Deaerator.
Deaerator merupakan komponen paling hilir dari sistem air kondensat. Merupakan pemanas tipe
kontak langsung (direct contact heater). Memiliki 2 fungsi utama yaitu untuk memanaskan air
kondensat dan sekaligus menghilangkan gas-gas (non condensable gas) dari air kondensat. Media
pemanas yang digunakan adalah juga uap ekstraksi. Didalam deaerator terjadi kontak langsung
antara air kondesat dengan uap pemanas. Akibat percampuran ini, maka temperatur air kondensat
akan naik hingga hampir mencapai titik didihnya. Semakin dekat temperatur air kondensat
dengan titik didihnya, semakin mudah pula proses pemisahan air dengan oksigen dan gas-gas
lainnya yang terlarut dalam air kondensat. Ada beberapa tipe deaerator, tetapi yang banyak
dipakai adalah tipe “Spray & Tray”, seperti yang terlihat pada gambar 22.
Akibatnya terjadi pertukaran panas antara uap dengan air sekaligus terjadi pula proses deaerasi.
Oksigen dan gas-gas lain akan mengalir keatas dan keluar dari deaerator menuju atmosfir melalui
saluran venting. Proses deaerasi secara mekanis seperti ini ternyata tidak menjamin bahwa air
kondensat akan bebas 100% dari Oksigen.
Guna membantu tugas deaerator untuk menghilangkan oksigen, maka cara kimia pun
dilaksanakan juga yaitu dengan menginjeksikan Hydrazine kedalam air kondensat pada suatu titik
sebelum air kondensat masuk deaerator. Penginjeksian ini dilakukan oleh pompa khusus injeksi
bahan kimia. Air kondensat yang sudah bebas oksigen dan gas-gas lain ini kemudian turun dan
ditampung pada tangki penampung (storage tank) yang berada dibagian bawah deaerator dan siap
untuk dialirkan ke pompa air pengisi ketel.
Beberapa peralatan proteksi juga dipasang pada deaerator. Salah satunya adalah katup pengaman
tekanan lebih (Relief Valve). Bila tekanan didalam deaerator terlalu tinggi hingga mencapai harga
tertentu, maka katup pengaman akan terbuka sehinggga deaerator akan terhubung ke atmosfir.
Dalam keadaan ini, uap akan mengalir ke atmosfir dan deaerator menjadi aman.
Pada beberapa deaerator bahkan juga dilengkapi dengan vacum breaker untuk melindungi
deaerator dari kemungkinan terjadinya vacum dalam deaerator. Perangkatnya berupa saluran
yang ditutup dengan diapragma. Bila tekanan deaerator turun hingga lebih rendah dari tekanan
atmosfir, maka diapragma akan pecah dengan udara atmosfir akan masuk guna mencegah vacum
yang lebih tinggi didalam deaerator.
Sistem air pengisi adalah merupakan kelanjutan dari sistem air kondensat. Terminal akhir dari
sistem air kondensat adalah deaerator yang merupakan pemasok air kesisi hisap pompa air
pengisi. Mulai dari sini, air yang sama berubah nama menjadi air pengisi. Perbedaan yang
mencolok antara air kondensat dengan air pengisi terletak pada tekanannya. Tekanan air pada
sistem air pengisi naik hinggga lebih tinggi dari tekanan ketel.
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING
IT-PLN
43 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
Fungsi dari sistem air pengisi hampir sama dengan sistem air kondensat yaitu untuk menaikkan
tekanan, menaikkan temperatur serta memurnikan air pengisi. Tekanan air pengisi perlu
dinaikkan agar air pengisi dapat mengalir kedalam ketel. Tugas ini dilaksanakan oleh pompa air
pengisi ketel (BFP). Disamping itu, selama melintasi sistem, air pengisi mengalami beberapa
tahap pemanasan sehinggga mengalami kenaikkan temperatur. Pemanasan ini dilakukan untuk
dua tujuan. Pertama, semakin dekat temperatur air pengisi masuk ketel dengan titik didih air pada
tekanan ketel, maka semakin sedikit bahan bakar yang diperlukan untuk proses penguapan
didalam ketel. Kedua, temperatur air pengisi yang akan masuk ketel sedapat mungkin harus
mendekati temperatur metal ketel sebab perbedaaan yang besar antara keduanya dapat
menimbulkan kerusakkan komponen ketel akibat thermal stress.
Fungsi pemurnian bertujuan untuk menghilangkan zat-zat pencemar padat dari air pengisi melalui
cara kimia yaitu dengan meninjeksikan bahan kimia guna menggumpalkan zat-zat padat yang
terlarut dalam air pengisi. Gumpalan zat-zat padat ini kemudian dapat dibuang melalui saluran
blowdown pada ketel. Agar dapat melaksanakan semua tugas tersebut, maka sistem air pengisi
memiliki beberapa komponen antara lain :
Kebanyakan berjenis pompa centrifugal bertingkat dengan putaran tetap ataupun putaran variabel.
Jumlah pompa tergantung pada kapasitas unit pembangkit. Beberapa PLTU memiliki 2 pompa air
pengisi dimana 1 pompa untuk beroperasi dan satu pompa untuk cadangan (stand by). Beberapa
PLTU lain dilengkapi dengan 3 buah pompa dengan 2 buah pompa beroperasi (pada beban
penuh) dan satu pompa stand by.
Penggerak pompa juga beberapa macam. Ada pompa air pengisi yang digerakkan oleh motor
listrik, ada juga yang digerakkan oleh turbin uap khusus yang memang dibuat hanya untuk
menggerakkan BFP. Saat ini, penggerak yang disebut terakhir semakin banyak digunakan karena
lebih efisien terutama untuk BFP berukuran besar.
Air yang diarahkan ke piston pengimbang ini kemudian dapat dikembalikan lagi ke sisi hisap
(suction) pompa (internal) atau langsung ke deaerator (external) seperti terlihat pada gambar
23.
Untuk menanggulangi masalah ini, maka BFP dilengkapi dengan saluran pemanasan
(warming line). Fungsinya adalah untuk menghangatkan (warming) pompa yang standby agar
pada saat start, perbedaaan temperatur pompa dengan temperatur air pengisi tidak terlalu
besar lagi. Proses pemanasannya sendiri adalah dengan cara mengalirkan air pengisi dengan
aliran yang sangat rendah secara kontinyu kedalam pompa yang standby. Air yang digunakan
dapat berasal dari sisi tekan BFP yang beroperasi atau dapat juga dari deaerator.
g. Sistem pelumasan.
Mengingat ukuran BFP cukup besar, maka umumnya dilengkapi dengan sistem pelumasan
sirkulasi bertekanan. Sistem terdiri dari tangki pelumas, pompa pelumas, pendingin minyak
pelumas, saringan dan katup-katup pengatur. Pada beberapa BFP terdapat 2 pompa pelumas
yaitu pompa pelumas utama dan pompa pelumas bantu. Pompa pelumas utama digerakkan
oleh poros pompa sedang pompa pelumas bantu digerakkan oleh motor listrik. Sebelum
pompa beroperasi, pelumasan dipasok oleh pompa pelumas bantu. Setelah pompa berputar,
tugas pelumasan diambil alih oleh pompa pelumas utama. Pada BFP yang menggunakan
kopling fluida, maka selain memasok sistem pelumasan minyak yang sama juga digunakan
sebagai fluida kerja pada kopling fluida.
Seperti halnya pada sistem air kondensat, sistem air pengisi juga dilengkapi dengan pemanas
awal air pengisi. Fungsinya juga sama yaitu untuk menaikkan temperatur air pengisi guna
menghemat pemakaian bahan bakar dan menaikkan efisiensi siklus. Media pemanas yang
digunakan adalah juga uap ekstraksi dari turbin namun berasal dari titik-titik ekstraksi pada
daerah tekanan uap yang lebih tinggi. Tipe pemanas yang dipakai adalah tipe permukaan
(surface) dimana air pengisi mengalir dalam pipa sedang uap ekstraksi diluar pipa.
Dalam usaha untuk mendapatkan efisiensi pemanas awal yang optimum, pemanas air pengisi
dirancang untuk terdiri dari 3 zona seperti terlihat pada gambar 27, yaitu :
Zona desuperheating
Pada zona ini terjadi penyerapan fraksi panas Superheat dari uap ekstraksi oleh air pengisi.
Zona Subcooling.
Manakala aliran uap dalam satu saluran terganggu, misalnya saat unit trip, maka sisa uap dalam
saluran akan terkondensasi. Air kondensasi yang terbentuk akan terkumpul dibagian saluran atau
dititik paling rendah dalam sistem dan dapat menimbulkan dua masalah :
Adanya butiran ataupun genangan air didalam sistem saluran dapat meningkatkan laju korosi.
Pada saat unit ditart kembali, genangan air akan kontak dengan uap yang dapat
mengakibatkan terjadinya letusan air (splashing), water hammer dan bahkan dapat terbawa
oleh uap kedalam turbin sehingga menimbulkan erosi.
Karena alasan-alasan tersebut, maka air yang terbentuk dalam sistem saluran uap sedapat
mungkin harus dikeluarkan. Untuk itu maka pada sistem saluran uap maupun turbin dilengkapi
dengan banyak saluran drain yang berfungsi untuk membuang air yang terkondensasi. Selain
untuk membuang air, saluran drain juga dipakai untuk memanaskan pipa-pipa saluran pada tahap
pemanasan (warming) sebelum menjalankan unit. Proses pemanasan (warming) yang baik akan
mengurangi thermal stress dan pada akhirnya akan memperpanjang umur dari sistem saluran
maupun komponen-komponen PLTU pada umumnya.
Gambar 28, merupakan contoh sistem drain dan ekstraksi pada PLTU.
Gambar 28: merupakan contoh sistem drain dan ekstraksi pada PLTU
Dalam gambar diatas, selain drain dari saluran uap, juga diperlihatkan sistem drain dari kondensat
uap ekstraksi didalam pemanas awal air pengisi. Seperti diketahui bahwa uap ekstraksi dipakai
untuk memanaskan air pengisi didalam pemanas awal air pengisi. Akibatnya, uap ekstraksi akan
mengalami pendinginan didalam pemanas awal dan terkondensasi. Air kondensasi yang
terbentuk akibat proses tersebut harus dialirkan keluar dari pemanas awal secara kontinyu.
Karena PLTU umumnya dilengkapi dengan beberapa tingkat pemanas awal, maka sistem drain
kondensasi uap ekstraksipun dibuat bertingkat yang dikenal dengan sistem drain bertingkat
(cascade drain system).
Yang dimaksud dengan sistem drain bertingkat adalah drain kondensasi uap ekstraksi dari
pemanas awal yang lebih tinggi dialirkan ke pemanas awal yang satu tingkat lebih rendah.
Sebagai contoh, drain dari pemanas awal air pengisi tingkat 6 akan dialirkan ke pemanas awal
tingkat 5 drain dialirkan ke pemanas awal tingkat 4 dan seterusnya. Dirancang demikian karena
drain dari pemanas awal tingkat yang lebih tinggi masih dapat dimanfaatkan untuk memanasi air
pengisi pada pemanas awal yang satu tingkat lebih rendah. Laju aliran drain dari masing-masing
pemanas dikontrol oleh level controller (LC) pada pemanas yang bersangkutan. Selain saluran
drain normal, sistem drain cascade juga dilengkapi dengan saluran drain alternatif (alternate
drain/emergen drain).
Bila level kondensasi dalam pemanas awal air tinggi, maka pertama-tama katup saluran drain
normal yang menuju ke pemanas awal setingkat lebih rendah akan membuka. Bila katup ini
sudah membuka penuh tetapi level dalam pemanas masih naik terus, maka katup drain alternatif
(alternate drain) akan membuka. Bila kedua katup drain ini telah membuka tetapi level dalam
pemanas awal masih naik terus, maka pada suatu level tertentu, katup uap ekstraksi yang menuju
ke pemanas bersangkutan akan menutup.
Kondisi ini dimaksudkan sebagai proteksi untuk mencegah agar air kondensasi uap ekstraksi
tidak sampai mencapai turbin. Sistem saluran drain alternatif umumnya terbagi menjadi 2.
Sistem saluran drain alternatif dari pemanas awal tekanan tinggi (HP heater) biasanya dialirkan
menuju deaerator. Sedangkan saluran drain alternatif dari pemanas awal tekanan rendah (LH
heater) diarahkan ke kondensor.
Sistem air pendingin utama merupakan sistem yang menyediakan dan memasok air pendingin
yang diperlukan untuk mengkondensasikan uap bekas didalam kondensor dan memasok
kebutuhan untuk “Auxiliary Coolingwater heat Exchanger”. Air pendingin utama (circulating
water) merupakan media pendingin untuk menyerap panas laten uap bekas dari turbin yang
mengalir kedalam kondensor. Tanpa aliran air pendingin utama yang cukup, vakum kondensor
akan rendah dan dapat mengakibatkan unit trip.
Ada 2 macam sistem air pendingin utama yang lazim diterapkan di PLTU yaitu sistem terbuka
dan sistem tertutup.
Dalam sistem terbuka, air pendingin dipasok secara kontinyu dari sumber tak terbatas seperti
sungai, danau atau laut yang dipompakan ke kondensor untuk akhirnya dibuang kembali
keasalnya.
Konstruksi saringan adalah berupa kawat baja berbentuk segmen-segmen persegi panjang
yang dikaitkan pada rantai-rantai dikedua sisinya. Rantai-rantai tersebut kemudian
dikalungkan melingkari roda-roda gigi yang ditempatkan diantara 2 poros. Salah satu poros
dihubungkan ke penggerak berupa motor listrik. Dalam keadaan terpasang, rangkaian
segmen-segmen kasa baja tersebut akan membentuk suatu pita raksasa / layar (screen) dan
bila motor diputar, maka layar ini akan bergerak mengelilingi roda gigi. Sampah-sampah
dalam air pendingin akan tersangkut pada saringan dan karena saringan bergerak, maka
sampah-sampah yang menempel juga akan terbawa keatas permukaan. Pada bagian saringan
yang berada diatas permukaan air dipasang nosel-nosel penyemprot (sprayer) yang
menggunakan media air bertekanan. Manakala sampah-sampah yang tersangkut mencapai
posisi nosel, maka semprotan air dari nosel akan merontokkan sampah-sampah tersebut dan
jatuh ke saluran khusus untuk menampung sampah-sampah tersebut. Dengan cara ini maka
setelah melewati posisi nosel, saringan akan bersih kembali. Pada beberapa konstruksi juga
disediakan penyemprot ikan (Fish spray) yang posisinya berada dibawah nosel utama. Fish
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING
IT-PLN
56 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
spray berfungsi untuk menyemprot ikan-ikan kecil yang tersangkut disaringan dengan air
bertekanan rendah. Akibat semprotan ini ikan-ikan akan terlepas dari saringan dan masuk ke
saluran (got) yang khusus disediakan untuk selanjutnya dikembalikan ke air.
Metode penginjeksian chlor ada beberapa macam misalnya metode penginjeksian kontinyu
atau metode shock therapy. Pada metode shock therapy, penginjeksian tidak dilakukan secara
kontinyu melainkan secara periodik. Selang waktu antar periodenya dapat diatur secara
otomatis dengan bantuan timer. Hal yang penting diperhatikan adalah konsentrasi chlor yang
diinjeksikan harus tepat. Bila dosisnya kurang, maka efeknya terhadap microorganisme akan
berkurang. Sedang bila dosisnya terlalu besar, dapat mempengaruhi lingkungan terutama
didaerah outfall.
Pada beberapa konstruksi pompa dilengkapi dengan saluran air lincir dan sekaligus juga
berfungsi sebagai perapat yang dialirkan keperapat poros pompa (Gland seal). Sebelum
pompa dijalankan, pasokan air ini harus diaktifkan terlebih dahulu.
Pada sisi tekan pompa dipasang penghubung fleksibel (expansion joint) untuk meredam
getaran maupun tumbukan air (water hammer) mengingat pompa ini mengalirkan air dalam
jumlah yang sangat besar. Pada saluran tekan pompa umumnya dipasang katup kupu-kupu
(butterfly) dengan maksud agar dapat menutup dengan cepat mengingat diameter pipa saluran
yang sangat besar. Katup ini umumnya digerakkan oleh motor listrik. Pembukaan dan
penutupan katup ini berlangsung scera otomatis. Katup akan membuka otomatis beberapa saat
setelah pompa start dan akan menutup secara otomatis pula bila pompa distop.
g. Kondensor.
Fungsi utama kondensor adalah untuk mengondensasikan uap bekas dari turbin menjadi air
kondensat untuk dapat disirkulasikan kembali. Hal ini dilaksanakan melalui proses
prndinginan uap oleh air pendingin yang mengalir dibagian dalam pipa-pipa kondensor. Tipe
dan konstruksi kondensor ada berbagai macam dan secara detil akan dibahas pada pelajaran
lain. Salah satu tipe yang akan dibahas disini sebagai contoh tipikal adalah tipe single pass,
single shell, double inlet & outlet, surface condenser, devided water boxes seperti terlihat
pada gambar 32.
Posisi “Out of Service” adalah posisi me-non-aktifkan salah satu shell kondensor dengan
memblokir aliran air pendingin untuk shell tersebut sehingga shell dapat dibersihkan dalam
kondisi unit beroperasi. Tetapi karena hanya 1 shell yang beroperasi, maka dalam kondisi out
of service, biasanya unit hanya boleh beroperasi pada 50% beban. Setelah pembersihan
selesai, kondensor dapat dinormalkan kembali.
Pada sistem ini, pembuangan udara dilakukan melalui saluran dan katup venting dibagian atas
water box hanya dengan mengandalkan tekanan air pendingin. Sedangkan pada sistem
terbuka (gambar 34) udara dikeluarkan dari water box melaui saluran yang sama tetapi
dengan bantuan perangkat vacum seperti vacum pump.
i. Taproge.
Taproge adalah sistem pembersih pipa kondensor sisi air pendingin dengan menggunakan
sarana pembersih berupa bola-bola karet yang disebut bola Taproge dengan cara
mensirkulasikan bola-bola tersebut bersama air pendingin seperti terlihat pada gambar 35.
Bila pipa air pendingin dinyatakan kotor dan tidak teratasi oleh backwashing, maka sistem
Taproge dapat dioperasikan. Untuk keperluan ini, pada saluran air pendingin keluar dipasang
semacam saringan berengsel yang terdiri dari 2 bagian seperti layaknya sepasang daun pintu
teralis. Perangkat ini disebut catcher yang berfungsi untuk menangkap bola-bola Taproge agar
tidak ikut terbuang ke outfall. Sebelum mengoperasikan sistem Taproge, catcher harus dalam
posisi tertutup (catch position). Bila menggunakan bola - bola Taproge baru, bola-bola
taproge sebaiknya terlebih dahulu direndam dalam air dan diremas-remas guna
menghilangkan udara dari dalam bola. Bola kemudian dimasukkan pada penampung (ball
collector) yang dilengkapi dengan tingkap berlubang-lubang.
Secara prinsip, sistem air pendingin utama siklus tertutup menggunakan media air pendingin
yang sama secara berulang dalam sirkulasi tertutup guna memasok kondensor seperti terlihat
pada gambar 36.
Air pendingin dipompakan ke kondensor oleh pompa air pendingin utama (CWP) untuk
mengkondensasikan uap bekas dengan cara menyerap panas laten dari uap bekas tersebut. Akibat
proses dikondensor, temperatur air pendingin keluar kondensor akan mengalami kenaikkan.
Karena air akan disirkulasikan kembali ke kondensor, maka air pendingin ini harus didinginkan
terlebih dahulu. Proses pendinginan air dilaksanakan di Menara pendingin (Cooling Tower).
Didalam menara pendingin, air pendingin didinginkan oleh udara sehingga temperaturnya
kembali turun dan siap disirkulasikan kembali kedalam kondensor. Gambar 37, merupakan
contoh aplikasi sistem air pendingin utama siklus tertutup.
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING
IT-PLN
64 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
Dalam contoh aplikasi sistem air pendingin utama siklus tertutup seperti gambar diatas, fungsi
sebagian besar komponennya seperti kondensor, Auxiliary Cooling water heat Exchanger,
Traveling Screen sama seperti yang telah diuraikan dalam sistem air pendingin utama siklus
terbuka pada session sebelumnya. Perbedaannya hanya terletak pada menara pendingin (Cooling
Tower) yang tidak terdapat pada sistem air pendingin siklus terbuka.
Pada prinsipnya, ada dua tipe dasar cooling tower yaitu cooling tower tipe kering (Dry
Cooling Tower) berupa penukar panas tipe permukaan (Surface heat Exchanger) dan cooling
tower basah (Wet Cooling Tower) yang merupakan penukar panas tipe kontak langsung
(direct contact heat exchanger). Mengingat cooling tower yang banyak dipakai di PLTU
adalah tipe wet cooling tower, maka session ini hanya akan membahas wet cooling tower.
Pada wet cooling tower, air pendingin utama yang akan didinginkan dialirkan dari bagian atas
cooling water dan disemprotkan pada kisi-kisi pendingin. Udara sebagai media pendingin
dihembuskan dari arah samping bagian bawah cooling tower dan mengalir kearah atas.
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING
IT-PLN
65 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
Selanjutnya, butiran-butiran air akan kontak langsung dengan udara sehingga terjadi transfer
panas dari air ke udara. Akibat proses ini, sebagian air akan menguap dan terbuang bersama
udara lewat bagian atas cooling tower. Manakala didalam air pendingin terdapat zat-zat
pencemar, maka ketika sebagian air menguap, konsentrasi zat pencemar semakin tinggi,
sehingga dapat mengakibatkan timbulnya berbagai masalah dalam kondensor. Untuk
mengatasi masalah ini, maka secara periodik atau secara kontinyu, air pendingin harus
dibuang / didrain dari bagian bawah bak penampung (basin). Proses ini dikenal dengan istilah
“Blowdown” yang selain berfungsi untuk menurunkan konsentrasi zat pencemar dalam air
pendingin, sekaligus juga untuk membuang endapan-endapan / lumpur-lumpur dibagian
bawah bak penampung.
Akibat proses penguapan dan blowdown, maka untuk mempertahankan kuantitas air
pendingin didalam siklus, diperlukan penambahan air dari luar dengan jumlah yang
sebanding. Air pendingin yang ditambahkan dari luar siklus disebut “make up”. Ilustrasi dari
semua proses diatas dapat dilihat pada gambar 38.
Wet Cooling Tower sendiri juga terdiri dari dua tipe yaitu :
a. Natural draft cooling tower dan Forced draft cooling tower. Berhubung natural draft
cooling tower belum lagi dipakai di PLTU yang dimiliki PLN, maka session ini hanya
akan membahas Forced draft cooling tower.
b. Forced draft cooling tower sering juga disebut Mechanical draft cooling tower
menggunakan kipas yang digerakkan oleh motor listrik untuk mengalirkan udara
pendingin cooling tower. Dipandang dari sisi aliran udaranya, cooling tower ini dibedakan
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING
IT-PLN
66 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
menjadi cross flow cooling tower seperti gambar 39 dan counter flow cooling seperti
gambar 40.
Gambar 39: Cross Flow Cooling Tower Gambar 40: Counter Flow Cooling Tower
Pada cross flow cooling tower, aliran udara bersilangan tegak lurus terhadap aliran udara
sedang pada counter flow cooling tower, aliran udara berlawanan dengan arah aliran air.
Gambar 41, memperlihatkan konstruksi tipikal Mechanical draft cooling tower yang banyak
dipakai pada PLTU milik PLN yang umumnya terbuat dari kayu atau beton.
Ketika unit berperasi pada beban penuh atau cuaca panas, seluruh fan pada cooling tower
mungkin harus dioperasikan. Tetapi pada beban rendah atau cuaca dingin, sebagian fan dapat
dimatikan untuk menghemat listrik.
Akibatnya diperlukan tambahan fluida kerja sejumlah tertentu dari luar siklus secara kontinyu.
Sistem air penambah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan tambahan fluida kerja tersebut.
Mengingat bahwa kualitas air penambah harus sama baiknya dengan kualitas air yang telah
berada dalam siklus, maka sistem air penambah dilengkapi dengan unit pengolah air
(demineralizer plant) yang berfungsi untuk mengolah air sumber (raw water) menjadi air
penambah (make up water).
Raw water untuk PLTU dapat berasal dari berbagai sumber seperti air PAM (City water), air
tanah (well water), air sungai atau air laut yang telah diolah melalui Desalination Plant.
Desalination Plant adalah unit untuk mengolah air laut melalui proses evaporasi / penguapan air
laut. Uap air ini kemudian dikondensasikan dan akhirnya didapat air dengan kualifikasi yang
memadai sebagai Raw Water. Pembahasan lebih rinci mengenai Desalination Plant serta
demineralizer plant akan diulas pada pelajaran lain. Gambar 42, merupakan contoh sistem air
penambah dengan raw water yang berasal dari air tanah (well).
Filter berfungsi sebagai saringan akhir untuk menyaring partikel-partikel yang masih terlarut
dalam air. Umumnya filter tersebut berupa carbon, gravel atau pasir. Filter juga dilengkapi
saluran backwash. Lewat dari filter, air kemudian masuk ke tangki raw water (Service
Water/Treated Water Storage Tank). Dari tangki ini, air kemudian dialirkan ke Demineralizer
yaitu unit pengolah air dengan metode penukar ion ( Ion Exchanger). Mengenai demineralizer
plant akan dibahas khusus pada pelajaran tersendiri.
Keluar dari demineralizer plant, kualitas air telah menjadi air penambah (Make up water) yang
ditampung dalam tangki air penambah. (Make up water / Demineralizer Water Storage Tank) dan
siap untuk dimasukkan kedalam siklus bila diperlukan. Air penambah umumnya masuk kedalam
siklus melalui Hotwell, seperti terlihat pada gambar 43.
Aliran air penambah yang masuk ke hotwell diatur oleh katup air penambah (make up valve).
Pembukaan katup dikendalikan oleh level Transmitter (LT) yangg menggunakan Parameter Level
Hotwell sebagai set point, karena variasi level hotwell merepresentasikan kebutuhan air
penambah. Bila level hotwell turun menjadi lebih rendah dari semestinya, maka katup air
penambah akan membuka sehingga air penambah dari tangki air penambah (Make up /
Condensate Storage Tank) akan mengalir kedalam hotwell oleh tarikan vacum. Hal yang perlu
diperhatikan oleh operator adalah bahwa jangan biarkan level tangki air penambah terlalu rendah.
Kalau sampai hal ini terjadi, maka hisapan vacum akan menimbulkan pusaran air (vortex) dalam
tangki air penambah sehingga memungkinkan udara dari tangki akan terhisap kedalam hotwell.
Hal ini dapat mengakibatkan turunnya vacum dan bahkan mungkin dapat mengakibatkan Unit
trip. Bila level hotwell tinggi, maka hotwell level transmitter (LT) akan memerintahkan katup
pelimpah (Spill Valve) untuk membuka dan sebagian air hotwell akan mengalir melalui pompa
kondensat dan kembali ke tangki air penambah.
Sistem air pendingin bantu merupakan pemasok kebutuhan air pendingin untuk alat-alat bantu
PLTU seperti :
Yang merupakan suatu sistem tertutup seperti terlihat pada gambar 4.3.1.
Sisi tekan masing-masing pompa dilengkapi katup satu arah (check valve) untuk mencegah
aliran balik manakala pompa sedang dalam keadaan stop. Ketika pompa dimatikan, operator
harus memastikan bahwa katup satu arah (check valve) ini menutup dengan baik. Kedua
pompa juga dilengkapi dengan Pressure switch yang dipasang pada saluran tekan air
pendingin bantu. Pressure switch ini berfungsi untuk memberikan sinyal start otomatis
terhadap pompa. Bila tekanan saluran tekan air pendingin utama turun hingga batas tertentu,
maka Pressure switch akan memerintahkan pompa yang stand by untuk start secara otomatis.
Pada penukar panas ini, air pendingin bantu mengalir diluar pipa - pipa pendingin sedangkan
media pendingin mengalir didalam pipa-pipa pendingin.
Pada sisi masuk dan sisi keluar penukar panas baik untuk sisi air pendingin bantu maupun
untuk sisi media pendingin dilengkapi dengan temperatur indikator. Operator harus
memperhatikan temperatur-temperatur indikator ini. Bila temperatur air pendingin bantu
keluar heat exchanger tinggi, berarti ada yang kurang beres. Bila ternyata hal ini disebabkan
oleh tersumbatnya saluran-saluran media pendingin, lakukan back washing terhadap penukar
panas atau bila perlu lakukan pembersihan.