Anda di halaman 1dari 75

1 HELMY DARMAWAN

2017-12-076

PLTU
(Pembangkit Listrik Tenaga Uap)
Tugas Paper Teknik Tenaga Uap
Ir,Habib Rochani.MT
P
LTU (Pembangkit Listrik tenaga uap) suatu system pembangkit thermal dengan menggunakan uap
air sebagai fluida kerjanya yaitu dengan memanfaatkan energi kinetic uap untuk menggerakan poros
sudu-sudu turbin. Pada dasarnya pengertia dari PLTU adalah suatu pusat yang memproduksi listrik
dengan system tenaga uap dengan mengambil energi panas yang terkandung di dalam bahan bakar,
untuk memproduksinya. Kemudian uap di alirkan ke dalam turbin dan turbin tersebut akan
merubah energi panas uap yang diterima menjadi energi mekanis dalam bentuk gerak putar. Dan
dari Gerakan putar ini kemudian di kopel dengan generator yang akhirnya bisa menghasilkan energi
listrik khusunyauntuk tenaga listrik tenaga uap bahwasanya energi panas dalam bahan bakar tidak
langsung deiberikan langsung ke turbin melainkandiberikan terlebih dahulu ke steam generator atau
yang sering kita sebut boiler atau Ketel uap

Uap yang dihasilkan oleh boiler tekanan maupun temperaturnya cukup tinggi kemudian baru
di masukkan ke turbin dari sedikit penjabaran diatas dapat kita ketahui bahwasanya dalam dunia
pembangkit listrik tenaga uap ada tiga komponen ytama yaitu :

 Boiler dengan alat bantunya

 Turbin dengan alat bantunya

 Altenator /Generator dengan alat bantunya

Dari perpindahan energi-energi di atas proses yang terjadi dengan peralatan peralatan yang ada
kaitanya dengan aliran,tekanan dan temperature yang tinggi serta proses-proses kimia yang tidak
bisa dihindarkan

 Pengertian PLTU

Pembangkit Listrik Tenaga Uap adalah kering. Pembangkit listrik tenaga uap
pembangkit yang mengandalikan energi menggunakan berbagai macam bahan bakar
kinetik dari uap untuk menghasilkan energi terutama batu-bara dan minyak bakar serta
listrik. Bentuk utama pembangkit listrik jenis MFO untuk start awal. Komponen-
ini adalah generator yang di hubungkan ke komponen pada pembangkit listrik tenaga
turbin dimana untuk memutar turbin uap tersebut dapat dilihat pada gambar di
diperlukan energi kinetik dari uap panas atau bawah ini :

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
2 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

Gambar 1. Komponen-komponen Pembangkit Listrik Tenaga Uap

Sistem kerja PLTU menggunakan bahan mengkonversikanenergi kimia menjadi


bakar minyak HSD (solar) dan gas alam. energi listrik dengan menggunakan uap air
Kelebihan dari PLTU adalah daya yang sebagai fluida kerjanya, yaitu dengan
dihasilkan sangat besar. Konsumsi energi memanfaatkan energi kinetik uap untuk
pada peralatan PLTU bersumber dari putaran menggerakkan proses sudu-sudu turbin
turbin uap. PLTU adalah suatu pembangkit menggerakkan poros turbin, untuk
yang menggunakan uap sebagai penggerak selanjutnya poros turbin menggerakkan
utama (prime mover). Untuk menghasilkan generator yang kemudian dibangkitkannya
uap, maka haruslah ada proses pembakaran energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan
untuk memanaskan air. PLTU merupakan akan menyuplai alat- alat yang disebut
suatu sistem pembangkit tenaga listrik yang beban.

 Prinsip Kerja PLTU

Prinsip kerja dari PLTU adalah dengan economizer yang selanjutnya dialirkan ke
menggunakan siklus air-uap-air yang pipa untuk dipanaskan pada tube boiler
merupakan suatu sistem tertutup air dari
kondensat atau air dari hasil proses
pengkondensasian di kondensor dan make up
water (air yang dimurnikan) dipompa oleh
condensat pump ke pemanas tekanan rendah.
Disini air dipanasi kemudian dimasukkan
oleh daerator untuk menghilangkan oksigen,
kemudian air ini dipompa oleh boiler feed
water pump masuk ke economizer. Dari Gambar 2. Proses Konversi Energi PLTU

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
3 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

Pada tube, air dipanasi berbentuk uap ini dihasilkan energi listrik. Energi listrik
air. Uap air ini dikumpulkan kembali pada yang dihasilkan dari generator disalurkan
steam drum, kemudian dipanaskan lebih dan di distribusikan lebih lanjut ke
lanjut pada superheater sudah berubah pelanggan. Uap bebas dari turbinselanjutnya
menjadi uap kering yang mempunyai di kondensasikan dari kondensor dan
tekanan dan temperatur tinggi, dan bersama air dari make up water pump
selanjutnya uap ini digunakan untuk dipompa lagi oleh pompa kondensat masuk
menggerakkan sudu turbin tekanan tinggi, ke pemanas tekanan rendah, daerator, boiler
untuk sudu turbin menggerakkan poros feed water pump, pemanas tekanan tinggi,
turbin. Hasil dari putaran poros turbin economizer, dan akhirnya menuju boiler
kemudian memutar poros generator yang untuk dipanaskan menjadi uap lagi. Proses
dihubungkan dengan coupling, dari putaran ini akan terjadi berulang-ulang

Gambar 3. Siklus fluida kerja sederhana pada PLTU

Siklus kerja PLTU yang merupakan siklus tertutup dapat digambarkan dengan diagram T
– s (Temperatur – entropi). Siklus ini adalah penerapan siklus rankine ideal. Adapun urutan
langkahnya adalah sebagai berikut :

 a – b : Air dipompa dari tekanan P2 menjadi P1. Langkah ini adalah langkah kompresi
isentropis, dan proses ini terjadi pada pompa air pengisi.
 b – c : Air bertekanan ini dinaikkan temperaturnya hingga mencapai titik didih. Terjadi
di LP heater, HP heater dan Economiser.
 c – d : Air berubah wujud menjadi uap jenuh. Langkah ini disebut vapourising
(penguapan) dengan proses isobar isothermis, terjadi di boiler yaitu di wall tube (riser)
dan steam drum.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
4 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
 d – e : Uap dipanaskan lebih lanjut hingga uap mencapai temperatur kerjanya menjadi
uap panas lanjut (superheated vapour). Langkah ini terjadi di superheater boiler dengan
proses isobar.

 Siklus Termodimika

Siklus Rankine adalah siklus yang digunakan untuk menyediakan bahan


termodinamika yang mengubah panas bakar untuk menghasilkan panas yang
menjadi kerja. Panas yang disuplai secara dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada
eksternal pada aliran tertutup, yang biasanya sistem bahan bakar tergantung pada jenis
menggunakan air sebagai fluida bergerak.
Pada steam boiler, ini akan menjadi
reversible tekanan konstan pada proses
pemanasan air untuk menjadi uap air, lalu
pada turbin proses ideal akan menjadi
reversible ekspansi adiabatik dari uap, pada
kondenser akan menjadi reversible tekanan
konstan dari panas uap kondensasi yang
masih saturated liquid dan pada proses ideal
dari pompa akan terjadi reversible kompresi
adiabatik pada cairan akhir dengan bahan bakar yang digunakan pada sistem.
mengetahui tekanannya. Ini adalah siklus Berikut ini adalah gambar diagram siklus
reversible, yaitu keempat proses tersebut rankine
terjadi secara ideal yang biasa disebut Siklus
Rankine
Salah satu peralatan yang sangat penting di Gambar 4. Siklus Rankine Ideal
dalam suatu pembangkit tenaga listrik adalah
Boiler (Steam Generator) atau yang biasanya  Siklus Rankin Ideal
disebut ketel uap. Alat ini merupakan alat Siklus ideal yang mendasari siklus kerja dari
penukar kalor, dimana energi panas yang suatu pembangkit daya uap adalah siklus
dihasilkan dari pembakaran diubah menjadi rankine. Siklus rankine berbeda dengan
energi potensial yang berupa uap. Uap yang siklus – siklus udara ditinjau dari fluida
mempunyai tekanan dan temperatur tinggi kerjanya yang mengalami perubahan fase
inilah yang nantinya digunakan sebagai selama siklus pada saat evaporasi dan
media penggerak utama turbin uap. Energi kondensasi. Perbedaan lainnya secara
panas diperoleh dengan jalan pembakaran termodinamika siklus uap dibandingkan
bahan bakar di ruang bakar. dengan siklus gas adalah bahwa perpindahan
Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan, kalor pada siklus uap dapat terjadi secara
sistem steam dan sistem bahan bakar. Sistem isothermal.
air umpan menyediakan air untuk boiler Proses perpindahan kalor yang sama dengan
secara otomatis sesuai dengan kebutuhan proses perpindahan kalor pada siklus carnot
steam. Berbagai kran disediakan untuk dapat dicapai pada daerah uap basah,
keperluan perawatan dan perbaikan. Sistem perubahan entalpi fluida kerja akan
steam mengumpulkan dan mengontrol menhasilkan penguapan atau kondensasi,
produksi steam dalam boiler. Steam tetapi tidak pada perubahan temperature.
dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik Temperature hanya diatur oleh tekanan uap
pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan fluida.
steam diatur menggunakan kran dan Kerja pompa pada siklus rankine
dipantau dengan alat pemantau tekanan. untuk menaikkan tekanan fluida kerja dalam
Sistem bahan bakar adalah semua peralatan fase cair akan jauh lebih kecil dibandingkan

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
5 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
dengan pemampatan untuk campuran uap
dalam tekanan yang sama pada siklus carnot.
Siklus rankine ideal dapat digambarkan
dalam diagram T-S dan H-S seperti pada
gambar dibawah ini

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
6 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
yang akan masuk pompa untuk melengkapi
siklus ini.
 Turbin Uap
Turbin uap merupakan suatu penggerak
mula yang mengubah energi potensial uap
menjadi energi kinetik dan selanjutnya
diubah menjadi energi mekanis dalam
bentuk putaran poros turbin. Poros turbin,
lansung atau dengan bantuan roda gigi
reduksi, dihubungkan dengan mekanisme
yang akan digerakkan. Tergantung pada
jenis mekanisme yang digunakan, turbin uap
dapat digunakan pada berbagai bidang
seperti pada bidang industri, untuk
pembangkit tenaga listrik dan untuk
Gambar 5. Sikus rankine sederhana transportasi. Pada proses perubahan energi
Siklus rankine ideal terdiri dari 4 tahapan potensial menjadi energi mekanisnya yaitu
proses: dalam bentuk putaran poros dilakukan
 1-2 kompresi isentropic dengan dengan berbagai cara.
pompa.
 2-3 penambahan panas dalam boiler
secara isobar
 3-4 ekspansi isentropic pada turbin
 4-1 pelepasan panas pada condenser
secara isobar dan isothermal

Air masuk pompa pada kondisi 1 sebagai


cairan jenuh (saturated liquid) dan
dikompresi sampai tekanan operasi boiler.
Temperature air akan meningkat selama Gambar 6. Turbin Uap
kompresi isentropic karena menurunnya Pada dasarnya turbin uap terdiri dari dua
volume spesifik air. Air memasuki boiler bagian utama, yaitu stator dan rotor yang
sebagai cairan terkompresi (compressed merupakan komponen utama pada turbin
liquid) pada kondisi 2 dan akan menjadi uap kemudian di tambah komponen lainnya yang
superheated pada kondisi 3. Dimana panas meliputi pendukunnya seperti bantalan,
diberikan oleh boiler ke ar pada tekanan kopling dan sistem bantu lainnya agar kerja
yang tetap. Boiler dan seluruh bagian yang turbin dapat lebih baik. Sebuah turbin uap
dihasilkan steam ini disebut sebagai steam memanfaatkan energi kinetik dari fluida
generator. Uap superheated pada kondisi 3 kerjanya yang bertambah akibat penambahan
kemudian akan memauki turbin untuk energi termal.
diekspansi secara isentropic dan akan Turbin uap adalah suatu penggerak mula
menghasilkan kerja untuk memutar shaft yang mengubah energi potensial menjadi
yang terhubung dengan generator listrik energi kinetik dan energi kinetik ini
sehingga dapat dihasilkan listrik. Tekanan selanjutnya diubah menjadi energi mekanik
dan temperatur dari steam akan turun selama dalam bentuk putaran poros turbin. Poros
proses ini menuju keadan 4 steam akan turbin langsung atau dengan bantuan elemen
masuk kondensor dan biasnya sudah berupa lain, dihubungkan dengan mekanisme yang
uap jenuh. Stem ini akan dicairkan pada digerakkan. Tergantung dari jenis
tekanan konstan didalam condenser dan akan mekanisme yang digerakkan turbin uap
meninggalkan kondensor sebagai cair jenuh
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING
IT-PLN
7 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
dapat digunakan pada berbagai bidang mendapatkan perubahan energi potensial
industri, seperti untuk pembangkit listrik. menjadi energi kinetik dari semburan
uapnya.

Gambar 8. Turbin Impuls VS Turbin


Reaksi
Gambar 7. Turbin Pada PLTU Adapun turbin impuls mengubah
Turbin uap digunakan sebagai energi potensial uapnya menjadi energi
penggerak mula PLTU, seperti untuk kinetik didalam nosel (yang dibentuk oleh
menggerakkan pompa, compressor dan lain- sudu-sudu diam yang berdekatan). Nosel
lain. Jika di bandingkan dengan penggerak diarahkan kepada sudu gerak. Didalam sudu-
generator listrik yang lain, turbin uap sudu gerak, energi kinetik diubah menjadi
mempunyai kelebihan lain antara lain: energi mekanis. Energi potensial uap berupa
• Penggunaan panas yang lebih baik. ekspansi uap, yang diperoleh dari perubahan
tekanan awal hingga tekanan akhirnya di
• Pengontrolan putaran yang lebih mudah dalam sebuah nosel atau dalam satu grup
nosel yang ditempatkan didepan sudu-sudu
• Tidak menghasilkan loncatan bunga api
cakram yang berputar. Penurunan tekanan
listrik
uap didalam nosel diikuti dengan penurunan
• Uap bekasnya dapat digunakan kembali kandungan kalornya yang terjadi didalam
untuk proses. nosel. Hal ini menyebabkan naiknya
kecepatan uap yang keluar dari nosel (energi
Siklus yang terjadi pada turbin uap adalah kinetik). Kemudian energi kecepatan
siklus Rankine, yaitu berupa siklus tertutup, semburan uap yang keluar dari nosel yang
dimana uap bekas dari turbin di manfaatkan diarahkan kepada sudu gerak (sudu-sudu
lagi dengan cara mendinginkanya kembali di cakram yang berputar) memberikan gaya
kondensor, kemudian dialirkan lagi di impuls pada-pada sudu gerak sehingga
pompa dan seterusnya sehingga merupakan menyebabkan sudu-sudu gerak berputar
siklus tertutup. (melakukan kerja mekanis).
Secara umum turbin uap dapat Atau bisa dapahami secara sederhana
digolongkan menjadi tiga macam yaitu pronsip kerja dari turbin impuls yaitu turbin
turbin impuls, reaksi dan gabungan. yang proses ekspansi lengkap uapnya hanya
Penggolongan ini berdasarkan cara terjadi pada kanal diam (nosel) saja, dan
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING
IT-PLN
8 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
energi kecepatan diubah menjadi kerja dikopelkan langsung dengan pompa dan juga
mekanis pada sudu-sudu turbin. Kecepatan sama halnya dikopel dengan sebuah
uap yang keluar dari turbin jenis ini bisa generator singkron untuk menghasilkan
mencapai 1200/detik. Turbin jenis ini energi listrik.
pertama kali dibuat oleh de Laval, yang Setelah melewati turbin uap, uap
mana turbin ini mampu beroperasi pada yang bertekanan dan bertemperatur tinggi
putaran 30.000rpm. Pada aplikasinya turbin tadi muncul menjadi uap bertekanan rendah.
impuls ini dilengkapi dengan roda gigi Panas yang sudah diserap oleh kondensor
reduksi untuk memindahkan momen putar ke menyebabkan uap berubah menjadi air yang
mekanisme yang akan digerakkan seperti kemudian dipompakan kembali menuju
generator listrik boiler. Sisa panas dibuang oleh kondensor
Turbin reaksi yaitu turbin yang mencapai setengah
ekspansi uapnya tidak hanya terjadi pada jumlah panas semula yang masuk. Hal ini
laluan-laluan sudu pengarah (nosel) yang mengakibatkan efisisensi thermodhinamika
tetap saja tetapi juga terjadi pada laluan sudu suatu turbin uap bernilai lebih kecil dari
gerak (sudu-sudu cakram yang berputar), 50%. Turbin uap yang modern mempunyai
sehingga terjadi penurunan keseluruhan Page 13
kandungan kalor pada semua tingkat temperatur boiler sekitar 5000 C
sehingga terdistribusi secara seragam. Turbin sampai 6000 C dan temperatur kondensor
yang jenis ini umumnyan digunakan untuk 200 C sampai 300 C
kepentingan industri. Kecepatan uap yang Untuk mengubah energi potensial
mengalir pada turbin (yang biasanyan uap menjadi energi mekanis dalam bentuk
nekatingkat) lebih rendah yaitu sekitar 100 – putaran poros dilakukan dengan berbagai
200 m/detik. cara, sehingga secara umum turbin uap
 Prinsip Kerja Turbin Uap dibagi menjadi tiga jenis utama, yaitu: turbin
Turbin uap merupakan satu uap impulus, reaksi dan gabungan (impulus-
penggerak mula yang mengubah energi reaksi). Selama proses ekspansi uap di dalam
potensial uap menjadi energi kinetik dan turbin juga terjadi beberapa kerugian utama
energi kinetik ini selanjutnya diubah menjadi yang dikelompokkan menjadi dua jenis
energi mekanis dalam bentu putaran poros kerugian utama, yaitu kerugian dalam dan
turbin. Poros turbin, langsung atau dengan kerugian luar. Hal ini mengakibatkan
bantuan roda gigi reduksi, dihubungkan terjadinya kehilangan energi, penurunan
dengan mekanisme yang di gerakkan. kecepatan dan penurunan kecepatan dari uap
Tergantung kepada mekanisme yang tersebut yang pada akhirnya akan
digerakkan, turbin uap di pakai dalam mengurangi efisiensi siklus dan penurunan
beberapa bidang industri, untuk pembangkit daya generator yang akan dihasilkan oleh
tenaga listrik, dan untuk transportasi. Dalam generator listrik.
perancangan ini, turbin uap digunakan untuk  Klasifikasi Turbin Uap
menggerakkan generator tenaga listrik pada Turbin uap dapat di klasifikasikan ke
PLTU. dalam kategoei yang berbeda yang
Turbin uap terdiri dari sebuah cakram tergantung pada jumlah tingkat tekanan, arah
yang dikelilingi oleh daun-daun cakram yang aliran uap, proses penurunan kalor, konsisi-
disebut sudu-sudu. Sudu-sudu ini berputar kondisi uap pada masuk turbin dan
karena tiupan dari uap bertekanan yang pemakaianya di bidang industri. Adapun
berasal dari ketel uap, yang telah dipanasi klasifikasinya antara lain:
terdahulu dengan menggunakan bahan bakar
padat, cair dan gas. 1. Menurut jumlah tingkat tekanan, terdiri
Uap tersebut kemudian dibagi dari:
dengan menggunakan control valve yang a) Turbin satu tingkat, atau satu atau
akan dipakai untuk memutar turbin yang lebuh tingkat kecepatan, yaitu turbin

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
9 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
yang biasanya berkapasitas kecil dan bahkan tiga tingkat menengah turbin
turbin ini kebanyakan dipakai untuk tersebut.
menggerakkan kompresor sentrifugal. d) Menurut prinsip aksi uap, terdiri dari:
b) Turbin impulus dan reaksi a) Turbin impulus, yang energi
nekatingkat, yaitu turbin yang dibuat potensial uapnya di ubah menjadi
dalam jangka kapasitas yang luas mulai energi kinetic di dalam nozel atau
dari yang kecil sampai yang besar. laluan yang di bentuk oleh sudu-sudu
yang berdekatan, dan di dalam sudu
2. Menurut arah aliran uap, terdiri dari: gerak, energi kinetik uap di ubah
a) Turbin aksial, yaitu turbin yang menjadi energi mekanis.
uapnya mengalir dalam arah yang b) Turbin reaksi aksial yang ekspansi
sejajar terhadap sumbu turbin. uapnya di antara laluan sudu, baik
b) Turbin radial, yaitu turbin yang sudu pengarah maupun sudu gerak.
uapnya mengalir dalam arah yang tegak c) Turbin reaksi radial tanpa sudu
lurus terhadap sumbu turbin. pengarah yang diam.
d) Turbin reaksi radial dengan sudu
3. Menurut jumlah silinder, terdiri dari:
pengarah yang diam
a) Turbin silinder tunggal

b) Turbin silinder ganda  Komponen Utama Turbin Uap


Berikut adalah beberapa bagian-
c) Turbin tiga silinder bagian penting dari turbin uap:
1) Sudu-sudu turbin
d) Turbin empat silinder PLTU memiliki sudu-sudu turbin yang
terdiri dari satu tingkat impuls dan 14
Turbin nekatingkat yang rotornya di tingkat reaksi tekanan tinggi, 12 reaksi
pasang pada poros yang sama dan yang di pada tekanan menengah, 2 x 8 reaksi
kopel dengan generator tungal di kenal pada turbin tekanan rendah.
dengan turbin poros nekatunggal ; turbin 2) Sudu tetap dan sudu jalan turbin
dengan poros yang terpisah untuk masing- Uap yang berasal dari boiler dialirkan
masing silinder yang dipasang sejajar satu melalui nozzel. Karena adanya
dengan yang lainya dikenal dengan turbin penyempitan pada aliran nozel, maka
neka-aksial. tekanan uap menurun dan kecepatannya
bertambah. Sudu tetap mempunyai
fungsi antara lain:
4. Menurut metode pengaturan, terdiri dari: a. Untuk mengubah energi potensial
menjadi energi kinetik
a) Turbin dengan pengaturan pengaturan
pencekikan (throttling), dalam hal ini uap b. Untuk mengarahkan uap ke sudu
panas lanjut yang keluar dari ketel masuk jalan turbin
melalui satu atau lebih saluran pencekik
yang di operasikan serempak. Nozzel pada sudu tetap dipasang
b) Turbin dengan pengaturan nozel yang pada casing dan fixed, sedangkan sudu
uap segarnya masuk melalui dua atau jalan dipasang pada rotor turbin dan
lebih pengatur pembuka yang berurutan. berputar jika dilalui uap. Sudu jalan
berfungsi untuk mengubah energi
c) Turbin dengan pengaturan langkah (by-
kinetik uap menjadi energi mekanis.
pass governing), dimana uap panas lanjut
Jarak antara sudu-sudu jalan sangat kecil
yang keluar dari ketel disamping untuk
sekali kurang lebih 0,6 mikrometer.
dialirkan ke tingkat pertama juga
langsung di alirkan ke satu, dua, atau
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING
IT-PLN
10 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
3) Poros (shaft)  Peralatan Bantu Turbin Uap
Poros merupakan salah satu bagian
dari turbin yang menjadikan rotor- rotor Peralatan bantu turbin merupakan
berbagai tingkat turbin menjadi satu serangkaian sistem yang mendukung operasi
kesatuan. Poros ini juga mentransmisikan turbin agar dalam pengoperasiannya dapat
torsi rotor turbin untuk memutar bagian dari berjalan dengan baik. Peralatan bantu turbin
rotor generator listrik. antara lain:
1. Sistem Pelumasan, fungsi sistem
pelumasan turbin antara lain:
a) Mencegah korosi
4) Rumah Turbin (Casing) b) Mencegah keausan pada bagian
Casing berfungsi untuk melindungi turbin yang bergerak
proses ekspansi uap oleh turbin agar tidak
c) Sebagai pengangkut partikel
terjadi kebocoran dari dan kearah luar.
kotor yang timbul karena gesekan
5) Katup-katup pengatur beban d) Sebagai pendingin terhadap
Katup pengatur beban pada turbin panas yang timbul akibat gesekan
disebut juga governor valve yang mengatur
jumlah aliran uap masuk ke turbin PLTU 2. Sistem perapat / seal
Semarang. Pembukaan dari tiap katup Sistem perapat digunakan
tergantung kebutuhan beban. untuk mencegah kebocoran uap dari
dalam turbin ke udara luar atau
6) Bantalan aksial turbin sebaliknya melewati kelenjar-
Aliran uap yang memutar turbin kelenjar perapat (gland seal)
mengakibatkan turbin bergerak kearah aksial sepanjang poros turbin.
(searah sumbu). Jika gerakan kearah aksial
ini melewati batas yang dizinkan, maka 3. Sistem turning gear
terjadilah gesekan antar rotor turbin dengan Turning gear merupakan alat
statornya. Jarak antara sudu tetap dan sudu bantu turbin yang berfungsi
jalan dibuat kecil sekali yang berguna untuk mensukseskan operasi turbin pada
menghindari gesekan. Bantalan aksial saat start up dan shut down. Fungsi
ditempatkan pada bagian bantalan nomor 1 turning gear untuk menghindari
turbin (dekat dengan pedetsal) untuk melengkungnya poros turbin
memonitor gerakan ke arah aksial dan terutama pada saat temperatur poros
dilengkapi dengan minyak yang mengalir masih tinggi, ketika turbin baru saja
dan dipancarkan ke torak. Dengan shut down. Turning gear digerakan
bergeraknya torak ke arah aksial, maka oleh motor listrik AC yang memutar
tekanan minyak ini diteruskan ke rangkaian poros turbin 3 rpm. Dengan demikian
trip turbin. PLTU Semarang mempunyai terjadilah pendinginan yang merata
batasan pada tekanan minyak 2,4 kg/cm2 untuk menghindari terjadinya
dan trip pada 5,6 kg/cm2. defleksi (lendutan) poros.

7) Bantalan turbin 4. Sistem governor


Untuk menumpu rotor turbin dengan Governor adalah suatu alat
satu silinder casing diperlukan bantalan pengatur putaran. Setiap turbin uap
utama (main bearing) sebanyak dua buah, memerlukan governor, baik turbin
sedangkan pada turbin yang mempunyai yang digunakan untuk menggerakan
lebih dari satu silinder casing bantalannya generator listrik, pompa air pengisi
lebih dari dua buah. maupun menggerakan blower. Tipe

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
11 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
governor yang biasa digunakan yaitu ketika terjadi trip, governor- governor yang
elektronik dan hidrolik-mekanik. ada akan secara otomatis menutup laju uap
yang menuju ke Turbin, sehingga turbin
5. Sistem proteksi akan berhenti bekerja.
Sistem proteksi turbin
merupakan serangkaian peralatan Mekanisme pengendalian buka tutup
baik mekanis, hidrolis dan elektris katup dapat dilakukan sebagai berikut:
yang dirancang mampu
mengamankan operasi turbin dalam 1) Sistem pengendalian dengan governor
segala kondisi terburuk sekalipun. motor

Pada sistem ini pengaturan


6. Condenser pembukaan governor valve selain diperintah
Condenser berfungsi untuk oleh tekanan minyak governor motor, juga
mengkondensasikan uap bekas menjadi uap dipengaruhi oleh putaran turbin (frekuensi).
air pengisi boiler, dimana uap bekas dari LP Hal ini dapat terjadi
Turbin masuk ke kondensor melalui pipa- karena tekanan minyak governor
pipa kondensor yang di dalamnya berisi motor berhubungan dengan tekanan
fluida kerja (biasanya berupa sea water atau discharge impeller serta putaran turbin.
fresh water). Sistem pengaturan ini disebut juga free
governor action. Karena pembukaan
 Pengendalian Katup Uap governor dipengaruhi oleh perubahan
Turbin frekuensi. Tekanan minyak pada governor
diatur oleh servo motor yang dikerjakan oleh
Salah satu hal yang juga sangat operator dari control room.
penting dalam pengontrolan turbin uap
adalah pengaturan putarannya dengan 2) Sistem pengendalian secara elektronik
mengatur prosentase buka tutup katup. Pada sistem ini pengaturan governor
Sistem katup uap (governor valve) pada dilakukan secara hidrolik diperintahkan oleh
dasarnya mempunyai fungsi sebagai berikut: suatu perangkat elektronik yang disebut
a. Sebagai pengendali putaran turbin electro hydraulic converter.
sebelum generator on line. b.Sebagai
pengendali setelah generator sinkron 3) Sistem pengendalian dengan load limit
dengan jaringan lokaldimana unit Pegaturan governor load limit adalah
sebagai master (island operator) pengaturan pembukaan govenor yang hanya
c. Sebagai pengendali beban yang dikontrol oleh tekanan minyak. Load limit
dibangkitkan generator apabila frekuensi tidak bisa mempengaruhi
generator sinkron dengan jaringan. pembukaan governor valve, kecuali jika
Sistem pengatur ini bekerja berdasarkan terjadi tekanan frekuensi yang tinggi
speed drop yang telah ditentukan untuk sehingga pengendalian minyak dari governor
mengatur frekuensi jaringan. motor akan menurunkan tekanan minyak.
d. Sebagai peralatan proteksi yang
menjamin bekerjanya turbin dengan  Sistem Pembakaran Batubara
aman. Mengingat cadangan batubara di
e. Sebagai sarana pengaturan secara Indonesia cukup besar, maka kian hari kian
jarak jauh dari pusat pengukur beban. banyak PLTU berbahan bakar batubara
dibangun di Indonesia. Bila ditinjau dari
Fungsi-fungsi trip yang telah kita keragaman sistemnya, PLTU batubara
bicarakan sebelumnya juga sangat memiliki tingkat kompleksitas yang lebih
berhubungan dengan governor ini karena
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING
IT-PLN
12 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
tinggi dibanding PLTU minyak. Berkenaan salah satu masalah yang sering terjadi pada
dengan itu, session ini akan diulas mengenai bungker. Masalah lain yang juga kerap
sistem pembakaran batubara. Lingkup terjadi adalah kebakaran dan penyumbatan
pembakaran dalam session ini hanya dibatasi (blockage). Untuk menanggulangi kebakaran
mulai dari bungker batubara sampai ke bungker dilengkapi dengan sistem pemadam
burner seperti terlihat pada gambar beruapa deluge atau CO2. Penyumbatan
sering terjadi terutama ketika batubara dalam
keadaan basah. Pengoperasian vibrator yang
lebih intensif cukup dapat diandalkan untuk
mengatasi masalah ini.

 Coal Feeder

Coal feeder memiliki dua fungsi penting


yaitu untuk memberikan pasokan batubara
secara kontinyu manakala penggiling
batubara (mill/pulverizer) dalam keadaan
operasi serta mengatur aliran batubara. Pada
Gambar 1: Sistem Pembakaran PLTU
PLTU batubara, laju aliran bahan bakar
Komponen-komponen dalam sistem
untuk ketel dikontrol oleh coal feeder. Ada
pembakaran batubara adalah :
beberapa jenis coal feeder namun yang
Merupakan sarana penampung bayak dipakai adalah jenis belt feeder
(storage) sementara batubara untuk seperti terlihat pada gambar dibawah ini
memasok kebutuhan ketel. Kapasitas
bungker umumnya dirancang agar dapat
memasok kebutuhan ketel selama beberapa
jam, tanpa ada tambahan pemasokan
batubara kebungker. Setiap Unit PLTU
umumnya memiliki beberapa buah bungker
dimana setiap bungker melayani sebuah
penggiling batubara (Pulverizer / Mill).

Setiap bungker dilengkapi level


Gambar 2: Belt Feeder
indikator untuk mengetahui level batubara
Belt feeder dapat beroperasi dalam
didalam bungker. Dimulut bagian bawah
mode gravimetric atau volumetric yang
bungker dipasang “Discharge Isolation
berarti dapat mengontrol aliran batubara
Gate/Bin Gate”, yang berfungsi untuk
dalam satuan berat atau satuan volume.
memblokir aliran batubara dari bungker.
Pada beberapa jenis bungker, juga  Penggiling Batubara (Pulverizer/Mill).
dilengkapi dengan penghembus udara atau Penggiling berfungsi untuk
vibrator yang berfungsi untuk mencegah menggiling bongkahan batubara menjadi
menempelnya batubara pada dinding-dinding serbuk halus (PF), agar lebih mudah
bungker, yang lebih umum dikenal dengan bercampur dengan udara pembakaran
istilah “Channeling”. Channeling merupakan

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
13 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
didalam ketel sehingga proses pembakaran cerobong. Guna mendapatkan pasokan udara
sempurna akan berlangsung lebih cepat. yang kontinyu, maka dibutuhkan adanya
aliran. Untuk menghasilkan aliran,
Seperti halnya coal feeder, Pulverizer dibutuhkan adanya perbedaan tekanan.
juga memiliki banyak tipe. Sekalipun Dalam sistem udara pembakaran, dikenal
demikian, dalam session ini hanya akan istilah draft (draught) yang menyatakan
dibahas tipe yang paling banyak dipakai tekanan statis dalam ruang bakar ketel. Ada
yaitu tipe MPS seperti yang terlihat pada 4 macam draft yang dikenal yaitu : Natural
gambar dibawah ini : draft Forced Draft , Induced Draft dan
Balanced Draft, sebagaimana terlihat pada

gambar dibawah ini

Gambar 3: Pulverizer

 Sistem Udara Pembakaran.


Fungsi dari sistem udara Pembakaran
adalah menyediakan udara yang cukup untuk
kebutuhan proses pembakaran bahan bakar
didalam ruang bakar ketel. Karena proses
pembakaran berlangsung terus selama ketel
beroperasi, maka pasokan udara
pembakaranpun harus dilakukan secara terus
menerus. Sementara itu, secara simultan,
produk gas hasil pembakaran juga harus
dikeluarkan secara terus menerus dari
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING
IT-PLN
14 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
Gambar 4: Sistem Udara Pembakaran

Dari keempat macam draft tersebut, yang


banyak diaplikasikan untuk PLTU adalah
(Forced draft serta balanced draft).

 Sistem Udara Pembakaran pada Forced Draft.


Dalam sistem ini, seluruh saluran udara, ruang bakar ketel hingga ke saluran gas bekas
bertekanan positif (lebih tinggi dari tekanan atmosfir). Gambar 5. merupakan ilustrasi sistem ini.
Umumnya diterapkan pada ketel - ketel berbahan bakar minyak.

Gambar 5: Sistem Udara Pembakaran pada Forced Draft


Aliran udara pembakaran dan gas bekas dihasilkan oleh kipas tekan paksa (Forced draft
Fan /FDF). Pada sistem ini, tekanan yang paling tinggi berada pada sisi tekan (discharge) FDF
dan semakin mendekati cerobong tekanan semakin rendah.

FDF menghisap udara atmosfir dan mengalirkannya melalui saluran udara (air duct)
melintasi pemanas awal udara (Air preheater) yang menggunakan uap untuk memanaskan udara .
Dari sini udara terus mengalir ke pemanas udara (air heater) yang memanfaatkan gas bekas
sebagai media pemanas. Setelah melintasi air heater, udara kemudian masuk kedalam windbox.
Dari windbox, udara kemudian didistribusikan ke damper - damper atau air register disekitar
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING
IT-PLN
15 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
burner untuk keperluan proses pembakaran didalam ruang bakar. Pada gambar 1.2.5, garis yang
tercetak tebal merupakan sistem udara pembakaran. Sistem umumnya dilengkapi dengan 2 buah
FDF serta 2 saluran (duct) yang dihubungkan oleh saluran penghubung (cross tie).

Umumnya kedua FDF senantiasa beroperasi secara kontinyu. Dalam keadaan darurat,
ketel dapat beroperasi hanya dengan 1 FDF. Pengaturan aliran udara dapat dilakukan melalui
pengaturan inlet vanes ataupun melalui variasi putaran fan.

 Sistem Udara Pembakaran Pada


Balanced Draft.
Pada sistem Balanced draft, FDF dipakai sebabnya sistem ini disebut balanced draft.
untuk menghembuskan udara pembakaran Ruang bakar biasanya termasuk kedalam
sementara kipas hisap paksa (Induce Draft daerah yang bertekanan negatif. Daerah
Fan / IDF) dipakai untuk menghisap gas bertekanan paling tinggi adalah disisi tekan
bekas hasil pembakaran dari ruang bakar (discharge) FDF dan secara bertahap turun
ketel. menuju negatif dimana tekanan paling
rendah adalah disisi hisap IDF. Ilustrasi
Karenanya, sepanjang laluan udara sistem ini terlihat seperti gambar 6 dan
dan gas bekas, ada daerah yang bertekanan umumnya diaplikasikan pada ketel-ketel
positif (lebih tinggi dari tekanan atmosfir), batubara
dan ada daerah yang bertekanan negatif

(lebih rendah dari tekanan atmosfir). Itulah

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
16 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

Gambar 6: Sistem Udara Pembakaran Balanced Draft


Sistem udara pada ketel-ketel batubara terdiri dari 2 macam udara yaitu udara primer
(primary air) dan udara sekunder (secondary air).

 Udara Primer (primary air).


Seperti diketahui bahwa pada ketel-ketel media transportasi. Adapun media yang
batubara, untuk mendapatkan efisiensi digunakan adalah udara yang dihembuskan
pembakaran yang baik, bongkahan batubara melalui sebuah Fan. Udara ini dikenal
harus digiling menjadi bubuk halus didalam dengan istilah udara primer (primary air) dan
pulverizer. Setelah menjadi serbuk halus, dihembuskan oleh Primary Air Fan (PAF).
baru dialirkan melaui pipa-pipa ke burner- Sistem udara primer terlihat pada gambar 7,
burner batubara. Untuk mengalirkan serbuk dalam garis yang dicetak tebal.
batubara dari pulverizer ke burner diperlukan

Gambar 7: Udara Primer

Dalam gambar terlihat bahwa PAF FDF. Dari PAF udara primer dihembuskan
menerima pasokan udara dari Discharge ke Pulverizer dan setelah bercampur dengan

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
17 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
bubuk batubara, selanjutnya mengalir ini, maka temperatur udara primer harus
bersama bubuk batubara keburner - burner cukup tinggi untuk menguapkan air dari
batubara. batubara. Karena itu umumnya dilengkapi
dengan pemanas udara tersendiri yang
Disamping sebagai sarana dipasang disisi hisap PA Fan. Pemanas ini
transportasi serbuk batubara, udara primer disebut Pemanas udara primer (Primary Air
juga berfungsi untuk mengeringkan batubara Heater) dan menggunakan gas bekas sebagai
didalam Pulverizer. Guna memenuhi fungsi media pemanas.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
18 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

 Udara Sekunder (secondary air).

Udara sekunder pada ketel batubara sama udara (steam coil air heater) dan terus
halnya dengan udara pembakaran kepemanas udara (air heater) untuk
(combustion air) pada ketel berbahan bakar selanjutnya masuk kedalan windbox dan
minyak. Fungsi udara sekunder adalah akhirnya didistribusikan melalui air register
memasok kebutuhan udara untuk proses kedalam ruang bakar.
pembakaran yang sempurna didalam ruang
Didalam ruang bakar udara sekunder
bakar.
bertemu dengan campuran antara udara
Sistem udara sekunder terlihat gambar primer dengan serbuk batubara sehingga
dibawah ini. dalam garis tercetak tebal. terjadi proses pembakaran yang sempurna.
Pasokan udara sekunder disediakan oleh Gas-gas bekas hasil pembakaran kemudian
FDF yang dialirkan melintasi pemanas awal dihisap keluar dari ruang bakar oleh IDF.

Gambar 8: Sistem Udara Sekunder

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
19 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

 Sistem Gas Bekas.


Gas bekas (Flue gas) adalah merupakan gas- yang memanfaatkan sissa panas dalam gas
gas hasil dari proses pembakaran diruang bekas untuk memanaskan udara pembakaran
bakar ketel. Didalam ruang bakar, gas bekas dalam perjalanannya menuju winbox. Dari
mengalir kearah atas sambil menyerahkan Air heater, gas bekas selanjutnya mengalir
kandungan panasnya keair yang berada kedalam pengumpul abu (Precipitator / Dust
didalam pipa-pipa dinding ruang bakar Colector) baik yang mekanik (Mechanical
(water wall tube). Dari ruang bakar, gas dust colector) ataupun yang elektrik
bekas selanjutnya mengalir melintasi (Electrostatic Precipitator). Pengumpul abu
elemen-elemen secondary superheater dan berfungsi untuk memisahkan gas bekas dari
reheater untuk memanaskan uap. partikel abu dalam rangka mengurangi emisi
pencemar padat dari gas bekas manakala gas
Dari sini, gas bekas kemudian berbalik arah
bekas dibuang ke atmosfir melalui cerobong.
menuju kebawah melintasi primary
superheater dan ekonomizer. Didalam Setelah melalui pengumpul abu, untuk ketel-
ekonomiser, sisa-sia panas yang masih ketel Forced draft, gas bekas langsung
terkandung dalam gas bekas dipakai untuk menuju cerobong sedang untuk ketel - ketel
memanaskan air pengisi yang akan masuk ke Balanced draft, gas bekas dihisap dulu oleh
Boiler drum. Setelah melintasi economizer, IDF dan baru dibuang ke atmosfir lewat
gas kemudian keluar meninggalkan ketel dan cerobong. Gambar 9, merupakan contoh
mengalir didalam laluan sistem gas bekas pada ketel Balanced draft.
Sedangkan garis yang tercetak tipis pada
gas (gas duct) menuju pemanas udara (air gambar 8, merupakan sistem gas bekas untuk
heater). Air heater adalah komponen terakhir ketel Forced draft.

Gambar 9: Sistem Gas Bekas Pada Ketel Balanced Draft

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
20 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

 Gas Recirculation. keruang bakar ketel sehingga bercampur


Sistem resirkulasi gas bekas (gas dengan gas bekas baru hasil proses
recirculation) banyak diterapkan pada ketel pembakaran. Gas bekas yang akan
dengan tujuan untuk mengatur temperatur disirkulasikan dicerat dari saluran gas bekas
uap keluar reheater dan superheater. Prinsip keluar economizer yang dihisap oleh Gas
dari sistem resirkulasi gas cukup sederhana Recirculation Fan (GRF) untuk selanjutnya
yaitu dengan mengalirkan sebagian gas dihembuskan kembali ke bagian bawah
bekas bertemperatur rendah, kembali ruang bakar ketel seperti terlihat pada
gambar 10.

Gambar 10: Sistem Resirkulasi Gas Dengan GRF

Karena temperatur gas yang dialirkan reheater. Hal ini akan mengakibatkan
kembali oleh GRF lebih rendah, maka kenaikkan temperatur uap keluar superheater
efeknya akan menurunkan temperatur maupun reheater. Ini berarti bahwa pada laju
campuran kedua gas dalam ruang bakar, pembakaran yang tetap, semakin banyak gas
tetapi meningkatkan massa gas yang akan bekas yang disirkulasikan kembali ke ruang
melintasi elemen - elemen superheater dan bakar, akan semakin tinggi temperatur uap.
reheater. Akibatnya gas bekas akan Pengaturan aliran gas yang disirkulasikan
membawa panas lebih banyak dari ruang dapat dilakukan melaui GRF inlet damper
bakar untuk diserahkan ke superheater dan atau memalui variasi putaran GRF.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
21 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

 Meter Kepekatan Gas Bekas (smoke opacity meter).

Umumnya dipasang pada saluran gas ketidak beresan dalam proses pembakaran.
bekas menuju cerobong. berfungsi untuk Jadi meter kepekatan gas bekas merupakan
mendeteksi kepekatan gas bekas. Gas bekas indikator bagi para operator untuk
yang jernih menandakan bahwa proses melakukan tindakan koreksi seperlunya.
pembakaran didalam ruang bakar Salah satu jenis perangkat ini adalah tipe
berlangsung secara baik. Sedang gas bekas fotocell seperti terlihat pada gambar 11.
yang pekat, menandakan adanya suatu

Gambar 11: Smoke Opacity

Sebuah proyektor sinar ditempatkan diproyeksikan oleh proyektor akan terhalang


disatu sisi laluan gas bekas sedang oleh pekatnya gas. Hal ini mengakibatkan
pasangannya, berupa menangkap sinar sinar yang ditangkap receiver berkurang dan
(Receiver), dipasang sisi yang akibatnya, jarum penunjuk meter kepekatan
berseberangan. Intensitas cahaya yang gas akan bergerak naik. Pada beberapa
diterima oleh receiver akan menggerakkan sistem, bila kepekatan gas cukup tinggi, akan
jarum penunjuk kepekatan asap secara memberikan sinyal alarm sebagai peringatan
proporsional. bagi operator untuk melakukan tindakan
koreksi.
Bila gas asap yang lewat diantara proyektor
dan receiver cukup pekat, maka sinar yang

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
22 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

 Sistem Bahan Bakar Minyak.

Baik PLTU berbahan bakar minyak Selain itu juga digunakan minyak yang
maupun PLTU berbahan bakar batubara lebih ringan (Lighter Oil) seperti grade 2
selalu dilengkapi dengan sistem bahan bakar atau minyak diesel (Inland Diesel Oil/IDO)
minyak. Fungsi sistem ini adalah untuk yang umumnya dipakai untuk penyalaan
menyediakan pasokan bahan bakar minyak awal ketel. Contoh tipikal untuk sistem
bagi kebutuhan ketel. Konfigurasi sistem bahan bakar minyak dapat dilihat sepeti pada
bahan bakar minyak serta komponen- gambar 12.
komponennya sangat beragam

Mengingat keterbatasan waktu, maka


pada session ini hanya akan dibahas sistem
bahan bakar minyak tipikal yang umum
diterapkan pada PLTU minyak maupun
PLTU batubara. Seperti diketahui bahwa
bahan bakar minyak yang banyak dipakai di
PLTU adalah jenis Heavy Oil (HFO) grade 6
yang juga dikenal sebagai minyak bungker
C.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
23 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

Gambar 12: Sistem Bahan Bakar Minyak

Sistem bahan bakar minyak mencakup pengisian, penimbunan, transfer serta pemanasan
minyak terutama untuk HFO.

Adapun komponen-komponen sistem bahan bakar minyak diantaranya adalah :

 Tangki Penyimpan.
Berfungsi sebagai sarana penampung menurunkan kekentalan agar lebih mudah
bahan bakar minyak. Untuk HFO terdiri dari dipompakan.
tangki penampung utama (Main Storage
Tank) dengan kapasitas cukup besar dan
tangki harian (Day Tank) dengan kapasitas
yang lebih kecil. Storage Tank umumnya
diisi dari sumber pasokan minyak diluar
sistem seperti Tongkang, Truk dan lain
sebagainya.

Tangki ini biasanya juga dilengkapi dengan


pemanas (heater) minyak yang berfungsi
untuk memanaskan minyak guna

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
24 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
Pemanasan dilakukan dengan metode “Trace satu tangki dan tanpa pemanas, minyak
Heating” yang dapat menggunakan media langsung dialirkan ke ignitor melalui katup
berupa air panas atau listrik. Dari storage pengurang tekanan (Pressure Reducing

tank, HFO dipompakan ke day tank oleh Valve). Aliran minyak ke ignitor umumnya
transfer pump melaui katup pengatur (CRV) tidak variablel. Bila ignitor stop maka
yang dikendalikan oleh level day tank. Bila minyak akan disirkulasikan kembali kedalam
level day tank sudah cukup maka katup akan tangki.
menutup dan HFO dari pompa disirkulasikan
Gambar 13., merupakan ilustrasi
kembali ke storage tank. Untuk minyak storage tank sedang gambar 14, merupakan
diesel (IDO) umumnya hanya disediakan tipikal day tank dengan pemanas uap
Gambar 13: Storage Tank

Gambar 14: Day Tank

 Pompa Minyak.
Baik transfer pump, supply pump maupun supply pump umumnya berupa
maupun booster pump memiliki fungsi yang pompa ulir yang digerakkan oleh motor
sama yaitu untuk mengalirkan minyak. listrik pada putaran konstan dengan kapasitas
Gambar.15, merupakan jenis-jenis pompa untuk setiap pompa melebihi kebutuhan.
yang banyak dipakai. Transfer pump Kelebihan pasokan minyak dialirkan

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
25 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
kembali ke Tangki melalui katup pengatur 3 kualifikasiuntuk rentang atomisasi, dapat
jalan (Three Way Control valve) lewat digunakan pompa centrifugal untuk
saluran resirkulasi. mengalirkannya. Karena itu, pompa
centrifugal banyak dipakai sebagai booster
Bagi minyak yang sudah dipanasi pump.
dengan cukup sehingga memenuhi

Gambar 15: Pompa Minyak

Karena mengalirkan minyak bertemperatur tinggi, booster pump biasanya dilengkapi


dengan sistem pendingin dari auxiliary cooling water system.

 Fuel Oil heater.


Fuel oil heater memiliki beberapa fungsi viskositas yang memenuhi kriteria bagi
diantaranya untuk menaikkan temperatur rentang pemompaan (Pumping Range).
minyak disisi masuk pompa. Tujuan Pemanas semacam ini umumnya dipasang
pemanasan ini adalah agar minyak memiliki

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
26 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
didalam tangki dengan media pemanas sehingga viskositas minyak memenuhi
berupa uap atau air panas. kriteria untuk kebutuhan atomisasi
(Atomizing Range).
Fungsi lain adalah untuk menjaga
temperatur minyak sepanjang saluran. Untuk Pemanas ini umumnya menggunakan
ini biasanya digunakan metode “Trace uap sebagai media pemanas dimana aliran
Heating”, baik dengan media uap, air panas uap ke pemanas diatur oleh control valve
ataupun listrik. dengan temperatur minyak keluar pemanas
sebagai set point. Gambar 16, merupakan
Fungsi yang paling utama dari fuel oil heater contoh pemanas minyak tipe permukaan
adalah untuk memanaskan minyak hingga yang banyak dipakai.
mencapai temperatur yang cukup tinggi

Gambar 16: Fuel Oil Heater

Karena pemanas ini menggunakan uap sebagai media pemanas, maka air kondensasi uap
umumnya dikembalikan ke kondensor. Bila terjadi kebocoran pipa-pipa pemanas, maka air

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
27 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
kondensasi dari fuel oil heater akan tercemar minyak. Operator harus memperhatikan masalah
ini dengan seksama.

 Saringan Minyak (Strainer).

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
28 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
29 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
30 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
Fungsi dari saringan adalah untuk menahan
partikel-partikel padat atay semi padat dari
minyak agar tidak menimbulkan masalah
pada komponen-komponen lain seperti
pompa, oil heater dan sebagainya.

Karena itu disetiap sisi hisap (suction)


pompa senantiasa dipasangi saringan ini.
Saringan minyak yang dipakai umumnya
bertipe dupleks sehingga memungkinkan
satu saringan dibersihkan sedang satu
saringan lain aktif beroperasi. Contoh tipikal
saringan dupleks terlihat seperti gambar 17

Gambar 17: Stainer


Saringan dupleks biasanya dilengkapi masuk dan sisi keluar saringan sehingga
dengan handel/tuas untuk memindahkan perbedaan tekanan (P) minyak melintas
operasi dari kedua saringan. Juga dilengkapi saringan dapat diketahui. P ini merupakan
indikator untuk mengetahui saringan mana indikator dari kondisi kebersihan saringan.
yang sedang aktif. disamping itu, saringan Bila P tinggi berarti saringan kotor dan
umumnya dilengkapi Pressure Gauge disisi perlu dicuci/dibersihkan. Sebelum

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
31 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
melakukan pencucian, saringan yang aktif Bagi keperluan ini, saringan yang
harus dipindah terlebih dahulu dari yang besar biasanya dilengkapi dengan saluran
kotor ke yang bersih. venting untuk membuang udara dan saluran
bypass untuk pengisian minyak. Untuk
Untuk saringan yang berukuran membuang udara, buka katup saluran
besar, ketika selesai dibersihkan perlu venting dan buka katup pengisian minyak
diingat bahwa ruang saringan berisi udara sedikit demi sedikit sehingga minyak akan
dalam jumlah yang cukup besar. Bila dalam mengisi rumah saringan sambil menekan
keadaan seperti ini saringan diaktifkan, maka udara keluar lewat saluran venting.
akan timbul kejutan aliran dan bahkan Manakala dari saluran venting sudah keluar
mungkin dapat mengakibatkan ketel trip. minyak, berarti udara dalam rumah saringan
Untuk mencegah terjadinya hal ini, maka sudah habis. Tutup katup venting dan katup
udara dalam rumah saringan harus dibuang bypass pengisian. Dalam kondisi demikian,
terlebih dahulu. saringan dinyatakan standby

dan siap untuk diaktifkan.

 SIKLUS FLUIDA KERJA.

Seperti diketahui untuk merealisir terjadinya perantara, fluida kerja akan mengalir
transformasi energi pada berbagai komponen melintasi beberapa komponen utama PLTU
utama PLTU, diperlukan fluida perantara dalam suatu siklus tertutup, seperti tampak
yang disebut fluida kerja. Fluida kerja yang pada gambar 18.
dipakai di PLTU adalah air. Sebagai

Energy
Added

Energy Removed

Turbine
Boiler
Exhaust

Steam

Pump Condensed
Condenser Energy

Removed

Gambar 18: Siklus Fluida Kerja Yang Disederhanakan

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
32 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

Selama melewati lintasan tertutup tersebut, fluida kerja mengalami perubahan wujud yaitu
dari air menjadi uap untuk kemudian menjadi air kembali. Karena itu siklus fluida kerja dapat
dipisahkan menjadi dua sistem, yaitu sistem uap dan sistem air.

2.1. Sistem uap.

Sistem uap merupakan bagian dari siklus dimana fluida kerja berada dalam wujud uap dan dapat
dikelompokkan menjadi :

2.1.1. Sistem Uap Utama (Main Steam System).

Merupakan rangkaian pipa saluran untuk mengalirkan uap yang keluar dari ketel ke turbin.

2.1.2. Sistem Uap Panas Ulang (Reheat Steam System).

Sistem ini hanya terdapat pada pada PLTU dengan turbin reheat. Juga merupakan rangkaian pipa
saluran uap yang terdiri dari dua segmen yaitu yang menyalurkan uap bekas dari turbin tekanan
tinggi kembali ke ketel (cold reheat) dan yang menyalurkan uap dari ketel ke Turbin tekenan
menengah/rendah (hot reheat).

2.1.3. Sistem Uap Ekstraksi (Extraction / Bled Steam System).

Selama melintasi turbin hingga keluar ke kondensor, uap dicerat/diekstrak di beberapa titik dan
pada umumnya uap ini dialirkan ke pemanas awal air pengisi (Feed water Heater) untuk
memanaskan air kondensat / air pengisi. Uap tersebut dinamakan uap ekstraksi.

Gambar 19, memperlihatkan ketiga sistem uap tersebut, dimana garis tebal putus-putus
menunjukkan sistem uap ekstraksi dan garis tebal menyatakan sistem uap utama serta sistem uap
reheat.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
33 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

Gambar 19: Sistem Uap

2.1.4. Sistem Uap Bantu (Auxiliary Steam System).

Beberapa komponen atau alat bantu PLTU memerlukan pasokan uap untuk dapat beroperasi.
Alat-alat bantu tersebut diantaranya adalah :

 Steam Coil Air Heater (Air Pre Heater)


 Turbin untuk pompa air pengisi (BFPT)
 Uap untuk pemanas minyak (Oil Heater)
 Uap untuk atomisasi minyak (Steam Atomizing)
 Sistem uap perapat poros turbin (Seal Steam)
 Desalination Plant

Kebutuhan uap bantu pada periode start unit umumnya dipasok oleh unit lain yang sudah
beroperasi terlebih dahulu atau dari boiler kecil (Package Boiler/Auxiliary Boiler) yang khusus
disediakan untuk keperluan ini. Ketika unit sudah beroprasi normal, pasokan dapat diambil dari
ketel utama sehingga auxiliary boiler dapat dimatikan.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
34 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

2.2. Sistem Air Kondensat.

Sistem air kondensat merupakan sumber pasokan utama untuk sistem air pengisi ketel. Mayoritas
air kondensat berasal dari proses kondensasi uap bekas didalam kondensor. Rentang sistem air
kondensat adalah mulai dari hotwell sampai ke Dearator. Selama berada dalam rentang sistem air
kondensat, air mengalami 3 proses utama yaitu mengalami pemanasan, mengalami pemurnian
dan mengalami deaerasi.

Pada saat melintasi sistem air kondensat, air mengalami pemanasan pada berbagai komponen
antara lain di gland steam condensor, di air ejector dan dibeberapa pemanas awal air pengisi
tekanan rendah. Pemanasan ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi siklus serta menghemat
pemakaian bahan bakar. Bila air kondensat tidak dipanaskan, berarti membutuhkan lebih banyak
bahan bakar untuk menaikkan temperatur air didalam ketel.

Selain itu, air kondensat juga mengalami proses pemurnian untuk mengurangi pencemar-
pencemar padat dan cair yang terkandung dalam air kondensat.

Pemurnian yang dilakukan didalam sistem air kondensat termasuk sistem pemurnian didalam
siklus (Internal Treatment) yang dapat dilakukan dengan cara mengalirkan air kondensat
melintasi penukar ion (Condensate Polishing) bila ada, maupun secara kimia melalui
penginjeksian bahan - bahan kimia. Melalui proses pemurnian internal ini, maka pencemar yang
dapat mengakibatkan deposit maupun korosi pada komponen-komponen ketel dapat dihilangkan
sehingga kualitas air kondensat menjadi lebih baik.

Terjadinya deposit di ketel yang disebabkan oleh kualitas air yang buruk, dapat mengakibatkan
terhambatnya proses perpindahan panas didalam ketel dan pada kondisi ekstrim dapat
mengakibatkan bocornya pipa-pipa ketel akibat over heating.

Deaerasi adalah proses pembuangan pencemar gas dari dalam air kondensat. Gas-gas pencemar
yang ada dalam air kondensat misalnya oksigen (O2), carbondioksida (CO2) dan non condensable
gas lainnya. Pencemar gas dapat menyebabkan korosi pada saluran dan komponen-komponen
yang dilaui air kondensat. Proses deaerasi ini terjadi didalam deaerator yang merupakan
komponen paling hilir dari sistem air kondensat. Ilustarsi sistem air kondensat terlihat seperti
pada gambar 20.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
35 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

Gambar 20: Sistem Air Kondensat

Komponen-komponen yang terdapat pada sistem air kondensat antara lain :

2.2.1. Hotwell.

Hotwell adalah tangki penampung yang terletak dibagian bawah kondensor dan berfungsi untuk
menampung air hasil kondensasi uap bekas didalam kondensor sebagai pemasok utama sistem air
kondensat. Tetapi perlu diketahui bahwa hasil kondensasi uap bekas tidak selalu mencukupi
kebutuhan untuk sistem kondensat. Karenanya, level air kondensat dalam hotwell harus selalu
dimonitor. Bila level hotwell terlalu rendah, maka pompa kondesat akan trip untuk mengamankan
pompa. Manakala level hotwell terlau tinggi, maka air kondensat akan merendam pipa-pipa
pendingin kondensor, sehingga dapat mengurangi proses pendinginan dalam kondensor. Hal ini
dapat mengakibatkan menurunnya laju kondensasi uap bekas sehingga menurunkan vacum
kondensor. Untuk menjaga stabilitas level hotwell, umumnya disediakan “Hotwell Level
Control” yang akan mengontrol level hotwell decara otomatis. Bila level hotwell turun dari harga
yang semestinya, maka “Hotwell Level Control” akan memerintahkan katup air penambah (make
up water) untuk membuka sehingga air penambah akan mengalir masuk kedalam hotwell akibat
tarikan vacum kondensor. Ketika level hotwell kembali ke kondisi normal, “Hotwell Level
Control” akan memerintahkan katup air penambah untuk menutup.
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING
IT-PLN
36 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

Bila level hotwell terlalu tinggi, maka “Hotwell Level Control” akan memerintahkan katup
pelimpah (Spill Over/Overflow Valve) untuk membuka dan mengalirkan air kondensat melaui
pompa kondensat, saluran pelimpah dan kembali ke Tangki air penambah. Ketika level hotwell
kembali normal, maka katup pelimpah akan menutup kembali.

2.2.2. Pompa Kondesat (Condensate Pump).

Berfungsi untuk mengalirkan air kondensat dari hotwell melintasi sistem air kondensat menuju ke
deaerator. Umumnya sistem kondensat memiliki 2 buah pompa kondensat yaitu 1 untuk cadangan
(stand by) dan satu lagi beroperasi. Jenis pompa yang banyak dipakai adalah pompa sentrifugal
bertingkat (multy stage). Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa sisi hisap pompa kondensat
berhubungan dengan hotwell yang vakum. Untuk menjamin kontinuitas aliran air ke sisi hisap
(suction) pompa, maka tekanan pada sisi hisap pompa paling tidak harus sama dengan tekanan
kondensor. Berkaitan dengan hal tersebut, maka sisi hisap pompa dilengkapi dengan saluran
penyeimbang tekanan (Equalizing / Balancing Line) agar tekanan pada sisi hisap pompa selalu
sama dengan tekanan kondensor. Faktor yang perlu diperhatikan oleh operator adalah bahwa
katup isolasi (bila ada) pada saluran penyeimbang ini harus selalu terbuka selama pompa
beroperasi.

Pada mulut saluran hisap pompa kondensat didalam hotwell biasanya dipasang “Vortex
Eliminator” untuk mencegah terjadinya pusaran air (vortex). Bila pusaran ini sampai terjadi,
maka pompa kondensat akan mengalami kavitasi yang dapat merusak pompa.

Kavitasi ini juga dapat timbul bila temperatur air kondensat didalam hotwell terlalu tinggi. Pompa
kondensat juga dilengkapi oleh saringan (strainer) pada sisi hisapnya. Disamping itu juga
dilengkapi oleh katup isolasi yang dipasang sisi hisap dan sisi tekan pompa. Ketika akan mencuci
saringan, kedua katup isolasi ini harus ditutup rapat. Pada saat membuka katup isolasi sisi hisap,
lakukan secara hati-hati karena setelah pencucian strainer, rumah strainer masih terisi udara. Pada
sisi tekan pompa juga dipasang katup satu arah (check valve) untuk mencegah aliran balik
terhadap pompa.

2.2.3. Gland Steam Condensor.

Gland steam condensor adalah penukar panas untuk mengkondensasikan uap bekas dari perapat
poros turbin. Uap bekas ini akan memanaskan air kondensat dari pompa kondensat yang dialirkan

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
37 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
melintasi gland steam condensor. Karena panasnya diserap oleh air kondensat, uap bekas dari
perapat poros akan mengembun dan selanjutnya dialirkan ke hotwell hingga bercampur dengan
air hotwell. Didalam gland steam condensor, air kondensat mengalir dibagian dalam pipa sedang
uap bekas perapat berada diluar pipa. Gland Steam Condensor dilengkapi dengan Fan penghisap
(exhauster Fan) yang berfungsi untuk membuat tekanan Gland Steam Condensor sisi uap sedikit
vacum. Dengan kevacuman ini, maka uap bekas perapat turbin akan mudah mengalir kedalam
gland steam condensor. Tekanan dalam Gland Steam Condensor berkisar antara - 8 sampai - 15
inchi kolom air.

2.2.4. Condensate Polisher (bila ada).

Merupakan perangkat penukar ion seperti demineralizer plant yang ditempatkan didalam siklus
air kondensat. Fungsinya untuk menjaga kualitas air kondensat. Condensate Polisher akan
mengikat calcium, magnesium, sodium sulphate, chlorid dan nitrat dari air kondensat melalui
penukar ion. Cara ini telah terbukti sangat efektif untuk menghilangkan garam-garam dari air
kondensat. Penukar ion yang dipakai umumnya dari jenis campuran resin penukar kation dan
resin penukar anion (mixbed). Pertama-tama, ion bermuatan positif (kation) dari air kondesat
(Calcium, magnesium dan sodium) akan ditukar oleh resin penukar kation. Setelah itu baru ion
bermuatan negatif (anion) dari air kondensat (sulphate, chloride dan nitrate) akan ditukar oleh
resin penukar anion. Setelah beroperasi beberapa lama, resin - resin tersebut akan menjadi jenuh
dan tidak mampu lagi menukar ion. Dalam kondisi seperti ini, resin-resin tersebut harus
diregenerasi agar dapat aktif kembali. Tangki mixbed dengan resin yang sudah jenuh harus dinon
aktifkan dan ditukar dengan tangki mixbed satunya lagi (umumnya tersedia 2 tangki mixbed).
Resin yang jenuh dalam tangki mixbed yang tidak aktif kemudian harus dipindahkan ke tangki
regenerasi.

Salah satu sarana transportasi yang banyak digunakan untuk memindakan resin yang jenuh ke
tangki regenerasi adalah udara bertekanan (compresed air). Dengan dihembus oleh udara
bertekanan, resin dialirkan melalui pipa ke tangki regenerasi. Setelah regenerasi selesai dilakukan
di tangki regenerasi, resin dialirkan kembali ke tangki mixbed agar dapat dipergunakan bila
kondisi membutuhkan. Condensate polisher juga dilengkapi dengan katup pintas (bypass) untuk
mengalirrkan air kondensat tanpa melewati condensate polisher.

2.2.5. Condensate Polisher Booster Pump.

Dengan adanya pompa booster ini, maka tekanan kerja pompa kondensat dapat dibuat relatif
rendah guna menjamin kondisi yang aman bagiu condensate polisher. Setelah melewati
condensate polisher, tekanan air kondesat dinaikkan oleh pompa booster condensate polisher agar

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
38 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
mampu mengalir hinggga sampai kedeaerator. Umumnya sistem dilengkapi oleh 2 buah pompa
booster dimana 1 buah beroperasi sedang satu lainnya stand by. Pompa ini juga dilengkapi
dengan proteksi terhadap tekanan sisi hisap rendah sehingga bila tekanan sisi hisapnya terlalu
rendah, maka pompa booster ini akan trip.

2.2.6. Steam Air Ejector Condensor.

Pada PLTU yang menggunakan ejector uap untuk mempertahankan vakum kondensor, maka uap
bekas bercampur non condensable gas yang masih mengandung energi panas dipakai untuk
memanaskan air kondensat yang dialirkan lewat steam air ejector condenser. Dengan cara ini
maka panas yang terkandung dalam campuran uap tadi akan diserap oleh air kondensat sehingga
temperatur air kondensat keluar dari steam air ejector condenser akan mengalami kenaikkan. Uap
yang telah diserap panasnya akan mengembun dan airnya dialirkan ke hotwell.

2.2.7. Saluran Resirkulasi (Condensate Recirculation Line).

Dalam sistem air kondensat, pada lokasi setelah condensate polisher terdapat saluran simpang
kembali ke kondensor / hotwell. Saluran simpang ini disebut saluran resirkulasi. Saluran ini
berfungsi sebagai proteksi terhadap komponen-komponen pompa condensat, gland steam
condenser, condensate polisher, condensate polisher booster pump dan steam air ejector
condensor. Saluran ini dilengkapi dengan katup pengatur otomatis yang mendapat signal
pengaturan dari besarnya aliran air kondensat yang menuju deaerator. Bila aliran sangat rendah,
maka katup resirkulasi ini akan membuka dan mengalirkan kembali (meresirkulasi) sebagian air
kondensat kembali kehotwell. Dengan cara ini berarti komponen - komponen seperti tersebut
diatas selalu dilewati aliran air kondensat yang senantiasa cukup. Bila aliran air kondensat ke
deaerator semakin bertambah tinggi, maka katup resirkulasi akan menutup.

Pada beberapa PLTU, saluran ini juga disebut saluran minimum Flow karena berfungsi untuk
menjamin selalu tercapainya aliran minimum air kondensat sesuai kebutuhan dari komponen-
komponen yang disebut diatas.

2.2.8. Katup Pengatur Aliran Kondensat / Katup Pengontrol Level Deaerator.

Katup ini terpasang di saluran air kondensat menuju deaerator yang berfungsi untuk mengontrol
level deaerator. Dalam posisi pengaturan otomatis katup ini dikendalikan oleh level deaerator.
Bila level deaerator turun, pembukaan katup akan bertambah besar sehingga aliran air kondensat
menuju deaerator juga akan meningkat. Pada saat level deaerator tinggi, pembukaan katup akan
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING
IT-PLN
39 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
berkurang untuk mengurangi aliran air kondensat ke deaerator. Pada beberapa PLTU, terdapat 2
macam katup pengontrol level deaerator, yaitu katup pengontrol untuk kondisi normal operasi
dan katup pengontrol untuk kondisi start up/beban rendah. Katup yang pertama berfungsi untuk
mengatur aliran air kondensat ketika unit sudah berada dalam kondisi normal operasi pada beban
yang cukup dimana aliran air kondensat sudah cukup tinggi.

Katup yang kedua berfungsi untuk mengatur aliran air kondensat ketika unit sedang start up atau
ketika beroperasi pada beban rendah. Pada saat ini, dibutuhkan aliran yang masih relatif rendah,
serta variasi perubahan aliran yang relatif kecil. Dimensi katup maupun saluran pipa katup ini
lebih kecil dibanding katup pertama sehingga memungkinkan pengaturan aliran dengan variasi
yang halus.

Pada jenis PLTU yang menggunakan variasi putaran untuk mengatur aliran air kondensat, katup
pengatur seperti tersebut tidak tersedia dalam sistem air kondensat.

2.2.9. Pemanas Awal Air Tekanan Rendah.

Pemanas awal air tekanan rendah berfungsi untuk meningkatkan efisiensi siklus dengan cara
memanaskan air kondensat yang melintasinya. Media pemanas yang digunakan adalah uap yang
dicerat / diekstrak dari turbin dan disebut uap ekstraksi (bleed steam / extraction steam). Pemanas
ini umumnya tipe permukaan (surface) dimana air mengalir dibagian dalam pipa sedang uap
ekstraksi dibagian luar pipa. Kondensasi uap ekstraksi yang terbentuk dialirkan ke pemanas awal
air tingkat yang lebih rendah atau langsung ke kondensor. Gambar 21, memperlihatkan sebuah
pemanas awal beserta kelengkapannya.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
40 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

Gambar 21: Pemanas Awal Air


Perlengkapan pemanas awal antara lain :

 Katup isolasi uap ekstraksi yang dipasang pada saluran uap ekstraksi serta semuanya
digerakkan oleh motor listrik. Berfungsi untuk memblokir uap ekstraksi pada saat belum
diperlukan.

 Katup satu arah ekstraksi (Extraction Line Check Valve). Berfungsi untuk mencegah aliran
balik uap dari pemanas ke turbin.

 Indikator level pemanas.


Kondensasi uap ektraksi akan terakumulasi dalam pemanas. Permukaan air kondensasi
didalam pemanas dapat dilihat secara visual melalui gelas duga. Hal yang perlu dipahami
operator adalah bahwa pemanas awal dirancang untuk beroperasi dengan level air
konedensasi tertentu. Bila level air terlalu rendah, maka Transfer panas dari uap ke air
kondensat menjadi kurang sempurna. Karena terlalu singkatnya waktu bagi proses transfer
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING
IT-PLN
41 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
panas, uap akan keluar meningggalkan pemanas sebelum terkondensasi. Bila level terlalu
tinggi, maka sebagian pipa akan terendam. Dengan demikian maka proses transfer panas dari
uap juga terhambat.

 Katup pengatur aliran drain kondensasi uap.


Katup ini umumnya digerakkan oleh udara (CRV) dan berfungsi untuk mengatur aliran drain
air kondensasi guna mengontrol level pemanas awal.

2.2.10. Deaerator.

Deaerator merupakan komponen paling hilir dari sistem air kondensat. Merupakan pemanas tipe
kontak langsung (direct contact heater). Memiliki 2 fungsi utama yaitu untuk memanaskan air
kondensat dan sekaligus menghilangkan gas-gas (non condensable gas) dari air kondensat. Media
pemanas yang digunakan adalah juga uap ekstraksi. Didalam deaerator terjadi kontak langsung
antara air kondesat dengan uap pemanas. Akibat percampuran ini, maka temperatur air kondensat
akan naik hingga hampir mencapai titik didihnya. Semakin dekat temperatur air kondensat
dengan titik didihnya, semakin mudah pula proses pemisahan air dengan oksigen dan gas-gas
lainnya yang terlarut dalam air kondensat. Ada beberapa tipe deaerator, tetapi yang banyak
dipakai adalah tipe “Spray & Tray”, seperti yang terlihat pada gambar 22.

Gambar 22: Deaerator Tipe “Spray & Tray”

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
42 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
Pada deaerator tipe ini, air kondensat yang masuk dikabutkan melalui jajaran pengabut (spray)
untuk memperluas bidang kontak antara air dengan pemanas serta menjamin pemerataan
distribusi air kondensat didalam pemanas. Air kondensat yang mengabut ini kemudian turun
kejajaran kisi-kisi (Tray). Dari bagian bawah tray, uap pemanas dari saluran ekstraksi
dihembuskan mengarah keatas dan bercampur dengan kabut air kondensat yang menetes pada
kisi-kisi.

Akibatnya terjadi pertukaran panas antara uap dengan air sekaligus terjadi pula proses deaerasi.
Oksigen dan gas-gas lain akan mengalir keatas dan keluar dari deaerator menuju atmosfir melalui
saluran venting. Proses deaerasi secara mekanis seperti ini ternyata tidak menjamin bahwa air
kondensat akan bebas 100% dari Oksigen.

Guna membantu tugas deaerator untuk menghilangkan oksigen, maka cara kimia pun
dilaksanakan juga yaitu dengan menginjeksikan Hydrazine kedalam air kondensat pada suatu titik
sebelum air kondensat masuk deaerator. Penginjeksian ini dilakukan oleh pompa khusus injeksi
bahan kimia. Air kondensat yang sudah bebas oksigen dan gas-gas lain ini kemudian turun dan
ditampung pada tangki penampung (storage tank) yang berada dibagian bawah deaerator dan siap
untuk dialirkan ke pompa air pengisi ketel.

Beberapa peralatan proteksi juga dipasang pada deaerator. Salah satunya adalah katup pengaman
tekanan lebih (Relief Valve). Bila tekanan didalam deaerator terlalu tinggi hingga mencapai harga
tertentu, maka katup pengaman akan terbuka sehinggga deaerator akan terhubung ke atmosfir.
Dalam keadaan ini, uap akan mengalir ke atmosfir dan deaerator menjadi aman.

Pada beberapa deaerator bahkan juga dilengkapi dengan vacum breaker untuk melindungi
deaerator dari kemungkinan terjadinya vacum dalam deaerator. Perangkatnya berupa saluran
yang ditutup dengan diapragma. Bila tekanan deaerator turun hingga lebih rendah dari tekanan
atmosfir, maka diapragma akan pecah dengan udara atmosfir akan masuk guna mencegah vacum
yang lebih tinggi didalam deaerator.

2.3. Sistem Air Pengisi.

Sistem air pengisi adalah merupakan kelanjutan dari sistem air kondensat. Terminal akhir dari
sistem air kondensat adalah deaerator yang merupakan pemasok air kesisi hisap pompa air
pengisi. Mulai dari sini, air yang sama berubah nama menjadi air pengisi. Perbedaan yang
mencolok antara air kondensat dengan air pengisi terletak pada tekanannya. Tekanan air pada
sistem air pengisi naik hinggga lebih tinggi dari tekanan ketel.
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING
IT-PLN
43 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

Fungsi dari sistem air pengisi hampir sama dengan sistem air kondensat yaitu untuk menaikkan
tekanan, menaikkan temperatur serta memurnikan air pengisi. Tekanan air pengisi perlu
dinaikkan agar air pengisi dapat mengalir kedalam ketel. Tugas ini dilaksanakan oleh pompa air
pengisi ketel (BFP). Disamping itu, selama melintasi sistem, air pengisi mengalami beberapa
tahap pemanasan sehinggga mengalami kenaikkan temperatur. Pemanasan ini dilakukan untuk
dua tujuan. Pertama, semakin dekat temperatur air pengisi masuk ketel dengan titik didih air pada
tekanan ketel, maka semakin sedikit bahan bakar yang diperlukan untuk proses penguapan
didalam ketel. Kedua, temperatur air pengisi yang akan masuk ketel sedapat mungkin harus
mendekati temperatur metal ketel sebab perbedaaan yang besar antara keduanya dapat
menimbulkan kerusakkan komponen ketel akibat thermal stress.

Fungsi pemurnian bertujuan untuk menghilangkan zat-zat pencemar padat dari air pengisi melalui
cara kimia yaitu dengan meninjeksikan bahan kimia guna menggumpalkan zat-zat padat yang
terlarut dalam air pengisi. Gumpalan zat-zat padat ini kemudian dapat dibuang melalui saluran
blowdown pada ketel. Agar dapat melaksanakan semua tugas tersebut, maka sistem air pengisi
memiliki beberapa komponen antara lain :

2.3.1. Pompa air pengisi (BFP).

Kebanyakan berjenis pompa centrifugal bertingkat dengan putaran tetap ataupun putaran variabel.
Jumlah pompa tergantung pada kapasitas unit pembangkit. Beberapa PLTU memiliki 2 pompa air
pengisi dimana 1 pompa untuk beroperasi dan satu pompa untuk cadangan (stand by). Beberapa
PLTU lain dilengkapi dengan 3 buah pompa dengan 2 buah pompa beroperasi (pada beban
penuh) dan satu pompa stand by.

Penggerak pompa juga beberapa macam. Ada pompa air pengisi yang digerakkan oleh motor
listrik, ada juga yang digerakkan oleh turbin uap khusus yang memang dibuat hanya untuk
menggerakkan BFP. Saat ini, penggerak yang disebut terakhir semakin banyak digunakan karena
lebih efisien terutama untuk BFP berukuran besar.

Kelengkapan pompa air pengisi.

Pompa air pengisi dilengkapi dengan beberapa perlengkapan lain seperti :

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
44 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
a. Kelengkapan sisi hisap (Suction Valve).
Sisi hisap BFP dilengkapi dengan katup isolasi baik berupa katup tangan maupun yang
digerakkan oleh motor. BFP hanya boleh beroperasi bila katup ini dalam keadaan terbuka
karena bila BFP beroperasi dalam keadaan katup hisap tertutup akan membahayakan pompa.
Karena itu, katup ini biasanya dilengkapi dengan limit switch yang akan memberikan signal
dimana signal ini merupakan salah satu syarat untuk start pompa.

b. Saringan sisi hisap (Suction Strainer).


Pada sisi masuk, setelah katup (suction valve) dipasang pula saringan (suction strainer) yang
berfungsi untuk menyaring partikel-partikel padat dari air pengisi. Operator harus selalu
memperhatikan kondisi saringan ini. Bila sarungan kotor, dapat mengakibatkan kavitasi pada
BFP. Untuk memonitor kondisi saringan, disediakan alat untuk mengukur perbedaan tekanan
(P) antara sebelum dan sesudah saringan. Bila P tinggi, berarti saringan kotor. Dalam
kondisi seperti ini, jalankan BFP yang standby, lalu matikan BFP yang saringannya kotor.
Lakukan pengisolasian terhadap pompa dengan menutup katup hisap dan katup sisi tekan,
kemudian bersihkan saringan yang kotor.

c. Katup - katup sisi tekan.


Seperti halnya sisi hisap, sisi tekan BFP juga dilengkapi katup isolasi. Selain itu juga
dilengkapi katup searah (check valve) untuk mencegah aliran balik terhadap pompa.

d. Pengimbang gaya aksial.


Gaya aksial merupakan aspek yang perlu mendapat perhatian dalam BFP. Perbedaan tekanan
antara sisi tekan (discharge) dengan sisi hisap (suction) pada BFP sangat besar. Perbedaan
tekanan ini akan menimbulkan gaya aksial yang cenderung mendorong rotor pompa kearah
sisi tekanan rendah. Untuk mengantisipasi masalah ini, ada BFP yang dilengkapi dengan
bantalan aksial (Thrust bearing). Pada konstruksi BFP yang lain, gaya aksial ini diantisipasi
oleh piston pengimbang (balancing drum) yang dipasang diujung poros sisi tekanan tinggi.
Sebagian air dari sisi tekanan tinggi dialirkan ke piston pengimbang sehingga menghasilkan
gaya aksial yang berlawanan arah dengan arah gaya aksial asli yang timbul pada poros
pompa.

Air yang diarahkan ke piston pengimbang ini kemudian dapat dikembalikan lagi ke sisi hisap
(suction) pompa (internal) atau langsung ke deaerator (external) seperti terlihat pada gambar
23.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
45 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

Gambar 23: Saluran Piston Pengimbang Pada BFP

e. Saluran pemanasan (Warming Line)


Seperti diketahui bahwa BFP beroperasi pada temperatur tinggi sehingga terjadi perbedaan
temperatur yang tinggi antara pompa yang beroperasi dengan pompa yang standby. Manakala
situasi menuntut agar pompa yang standby segera start, maka akan terjadi thermal stress
akibat perbedaan temperatur yang besar antara pompa dengan temperatur air pengsi.

Untuk menanggulangi masalah ini, maka BFP dilengkapi dengan saluran pemanasan
(warming line). Fungsinya adalah untuk menghangatkan (warming) pompa yang standby agar
pada saat start, perbedaaan temperatur pompa dengan temperatur air pengisi tidak terlalu
besar lagi. Proses pemanasannya sendiri adalah dengan cara mengalirkan air pengisi dengan
aliran yang sangat rendah secara kontinyu kedalam pompa yang standby. Air yang digunakan
dapat berasal dari sisi tekan BFP yang beroperasi atau dapat juga dari deaerator.

f. Saluran air pancar (Attemperator).


Beberapa ketel dilengkapi dengan peralatan pengatur uap dengan menggunakan air pancar
(Attemperator). Air yang digunakan untuk keperluan tersebut juga berasal BFP. Saluran air
pancar untuk superheater umumnya dicabangkan dari sisi tekan BFP. Sedangkan saluran air
pancar untuk Reheat, biasanya diekstrak dari tingkat tertentu BFP.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
46 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

g. Sistem pelumasan.
Mengingat ukuran BFP cukup besar, maka umumnya dilengkapi dengan sistem pelumasan
sirkulasi bertekanan. Sistem terdiri dari tangki pelumas, pompa pelumas, pendingin minyak
pelumas, saringan dan katup-katup pengatur. Pada beberapa BFP terdapat 2 pompa pelumas
yaitu pompa pelumas utama dan pompa pelumas bantu. Pompa pelumas utama digerakkan
oleh poros pompa sedang pompa pelumas bantu digerakkan oleh motor listrik. Sebelum
pompa beroperasi, pelumasan dipasok oleh pompa pelumas bantu. Setelah pompa berputar,
tugas pelumasan diambil alih oleh pompa pelumas utama. Pada BFP yang menggunakan
kopling fluida, maka selain memasok sistem pelumasan minyak yang sama juga digunakan
sebagai fluida kerja pada kopling fluida.

h. Sistem pengaturan aliran air pengisi.


Pengaturan aliran air pengisi dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya :

 Pengaturan aliran dengan variasi putaran pompa melalui kopling fluida.


Dalam sistem pengaturan ini, penggerak pompa umumnya motor listrik dengan putaran
konstan. Motor dihubungkan ke BFP dengan perantaraan kopling fluida. Dengan
pengaturan kopling fluida, maka putaran BFP dapat dibuat variabel. Melalui variasi
putaran BFP ini akan diperoleh variasi aliran air pengisi. Skema sistem pengaturan ini
dapat dilihat pada gambar 24.

Gambar 24: Pengaturan Aliran Dengan Kopling Fluida

 Pengaturan aliran dengan variasi putaran turbin.


Sistem pengaturan ini ditetapkan pada BFP yang digerakkan oleh turbin uap khusus untuk
menggerakkan BFP. Dalam hal ini BFP dikopel langsung dengan turbin. Untuk
mendapatkan variasi aliran, dilakukan dengan merubah putaran BFP. Variasi pengaturan

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
47 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
putaran turbin dilakukan oleh governor dengan sistem pengaturan yang mirip dengan
sistem yang diterapkan pada turbin PLTU. Bila aliran uap ditambah, maka putaran pompa
akan naik. Sebaliknya bila aliran uap dikurangi, maka putaran pompa akan turun. Dengan
cara ini diperoleh variasi aliran air pengisi ke ketel. Skema pengaturan semacam ini dapat
dilihat pada gambar 25.

Gambar 25: Pengaturan Aliran Air Pengisi Dengan Governor

 Pengaturan aliran dengan katup.


Pengaturan aliran dengan sistem ini dilakukan oleh katup pengatur, seperti terlihat pada
ilustrasi 26.

Gambar 26: Pengaturan Aliran Dengan Katup

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
48 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
Umumnya BFP dihubungkan langsung dengan motor listrik yang putarannnya tetap.
Variasi aliran diperoleh melalui variasi pembukaan katup.

i. Saluran Resirkulasi BFP.


Pada saluran sisi tekan (discharge) BFP terdapat percabangan saluran yang dihubungkan
kembali kedeaerator. Saluran ini disebut saluran Resirkulasi BFP yang fungsinya untuk
memproteksi BFP dengan cara menjamin selalu ada aliran air dari BFP dalam kondisi apapun
juga. Saluran ini kadangkala juga disebut saluran minimum Flow. Pada saluran ini dipasang
katup yang hanya mengenal dua posisi yaitu posisi tertutup penuh dan posisi buka penuh.
Signal untuk membuka atau menutup katup ini biasanya berasal dari aliran air pengisi menuju
ketel (Feedwater Flow). Bila aliran menuju ketel rendah, maka katup resirkulasi akan
membuka sehingga sebagian air dari BFP akan mengalir melintasi saluran resirkulasi dan
kembali ke Deaerator. Bila aliran air pengisi menuju ketel sudah cukup tinggi, katup
resirkualsi akan menutup.

2.3.2. Pemanas awal air pengisi.

Seperti halnya pada sistem air kondensat, sistem air pengisi juga dilengkapi dengan pemanas
awal air pengisi. Fungsinya juga sama yaitu untuk menaikkan temperatur air pengisi guna
menghemat pemakaian bahan bakar dan menaikkan efisiensi siklus. Media pemanas yang
digunakan adalah juga uap ekstraksi dari turbin namun berasal dari titik-titik ekstraksi pada
daerah tekanan uap yang lebih tinggi. Tipe pemanas yang dipakai adalah tipe permukaan
(surface) dimana air pengisi mengalir dalam pipa sedang uap ekstraksi diluar pipa.

Dalam usaha untuk mendapatkan efisiensi pemanas awal yang optimum, pemanas air pengisi
dirancang untuk terdiri dari 3 zona seperti terlihat pada gambar 27, yaitu :

 Zona desuperheating
Pada zona ini terjadi penyerapan fraksi panas Superheat dari uap ekstraksi oleh air pengisi.

 Zona panas laten.


Merupakan area perpindahan panas yang dominan dimana fraksi panas laten dari uap
ekstraksi diserap oleh air pengisi.

 Zona Subcooling.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
49 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
Merupakan area dimana sebagian fraksi panas sensibel diserap olah air pengisi sehingga
temperatur air kondensasi uap ekstraksi mengalami penurunan hingga dibawah titik didih
(subcooling), sebelum mengalir kesaluran drain.

Gambar 27: Pemanas Awal Air Pengisi


Perlengkapan pemanas awal air pengisi lainnya sama seperti yang telah dibahas pada pemanas
awal air pada sistem air kondensat.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
50 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
III. SISTEM DRAIN DAN EKSTRAKSI UAP.

Manakala aliran uap dalam satu saluran terganggu, misalnya saat unit trip, maka sisa uap dalam
saluran akan terkondensasi. Air kondensasi yang terbentuk akan terkumpul dibagian saluran atau
dititik paling rendah dalam sistem dan dapat menimbulkan dua masalah :

 Adanya butiran ataupun genangan air didalam sistem saluran dapat meningkatkan laju korosi.
 Pada saat unit ditart kembali, genangan air akan kontak dengan uap yang dapat
mengakibatkan terjadinya letusan air (splashing), water hammer dan bahkan dapat terbawa
oleh uap kedalam turbin sehingga menimbulkan erosi.

Karena alasan-alasan tersebut, maka air yang terbentuk dalam sistem saluran uap sedapat
mungkin harus dikeluarkan. Untuk itu maka pada sistem saluran uap maupun turbin dilengkapi
dengan banyak saluran drain yang berfungsi untuk membuang air yang terkondensasi. Selain
untuk membuang air, saluran drain juga dipakai untuk memanaskan pipa-pipa saluran pada tahap
pemanasan (warming) sebelum menjalankan unit. Proses pemanasan (warming) yang baik akan
mengurangi thermal stress dan pada akhirnya akan memperpanjang umur dari sistem saluran
maupun komponen-komponen PLTU pada umumnya.

Adapun sistem drain mencakup :

 Main Steam Line Drain.


Main steam line drain berfungsi untuk mencegah terjadinya akumulasi kondensasi uap
disekitar Main Stop Valve, Governor Valve dan Main Steam Line pada periode start maupun
stop. Selain itu juga dipakai untuk pemanasan (warming) main steam line terutama pada start
dingin. Umumnya katup drain ini baru ditutup setelah generator sinkron atau pada beban
rendah tertentu.

 Reheat Steam Line Drain.


Juga berfungsi untuk mencegah terjadinya akumulasi kondenasi uap disekitar reheat stop
valve dan intercept valve saat start/shutdown.

 Extraction Steam Line Drain.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
51 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
Saluran uap ekstraksi juga dilengkapi dengan saluran drain untuk membuang kondensasi
dalam saluran dan untuk keperluan pemanasan sacara bertahap pada saat start. Katup drain
biasanya baru ditutuip setelah ekstraksi aktif dan stabil.

Gambar 28, merupakan contoh sistem drain dan ekstraksi pada PLTU.

Gambar 28: merupakan contoh sistem drain dan ekstraksi pada PLTU

Dalam gambar diatas, selain drain dari saluran uap, juga diperlihatkan sistem drain dari kondensat
uap ekstraksi didalam pemanas awal air pengisi. Seperti diketahui bahwa uap ekstraksi dipakai
untuk memanaskan air pengisi didalam pemanas awal air pengisi. Akibatnya, uap ekstraksi akan
mengalami pendinginan didalam pemanas awal dan terkondensasi. Air kondensasi yang
terbentuk akibat proses tersebut harus dialirkan keluar dari pemanas awal secara kontinyu.
Karena PLTU umumnya dilengkapi dengan beberapa tingkat pemanas awal, maka sistem drain
kondensasi uap ekstraksipun dibuat bertingkat yang dikenal dengan sistem drain bertingkat
(cascade drain system).

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
52 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

Yang dimaksud dengan sistem drain bertingkat adalah drain kondensasi uap ekstraksi dari
pemanas awal yang lebih tinggi dialirkan ke pemanas awal yang satu tingkat lebih rendah.
Sebagai contoh, drain dari pemanas awal air pengisi tingkat 6 akan dialirkan ke pemanas awal
tingkat 5 drain dialirkan ke pemanas awal tingkat 4 dan seterusnya. Dirancang demikian karena
drain dari pemanas awal tingkat yang lebih tinggi masih dapat dimanfaatkan untuk memanasi air
pengisi pada pemanas awal yang satu tingkat lebih rendah. Laju aliran drain dari masing-masing
pemanas dikontrol oleh level controller (LC) pada pemanas yang bersangkutan. Selain saluran
drain normal, sistem drain cascade juga dilengkapi dengan saluran drain alternatif (alternate
drain/emergen drain).

Bila level kondensasi dalam pemanas awal air tinggi, maka pertama-tama katup saluran drain
normal yang menuju ke pemanas awal setingkat lebih rendah akan membuka. Bila katup ini
sudah membuka penuh tetapi level dalam pemanas masih naik terus, maka katup drain alternatif
(alternate drain) akan membuka. Bila kedua katup drain ini telah membuka tetapi level dalam
pemanas awal masih naik terus, maka pada suatu level tertentu, katup uap ekstraksi yang menuju
ke pemanas bersangkutan akan menutup.

Kondisi ini dimaksudkan sebagai proteksi untuk mencegah agar air kondensasi uap ekstraksi
tidak sampai mencapai turbin. Sistem saluran drain alternatif umumnya terbagi menjadi 2.

Sistem saluran drain alternatif dari pemanas awal tekanan tinggi (HP heater) biasanya dialirkan
menuju deaerator. Sedangkan saluran drain alternatif dari pemanas awal tekanan rendah (LH
heater) diarahkan ke kondensor.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
53 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
IV. SISTEM AIR.

4.1. Sistem Air Pendingin Utama.

Sistem air pendingin utama merupakan sistem yang menyediakan dan memasok air pendingin
yang diperlukan untuk mengkondensasikan uap bekas didalam kondensor dan memasok
kebutuhan untuk “Auxiliary Coolingwater heat Exchanger”. Air pendingin utama (circulating
water) merupakan media pendingin untuk menyerap panas laten uap bekas dari turbin yang
mengalir kedalam kondensor. Tanpa aliran air pendingin utama yang cukup, vakum kondensor
akan rendah dan dapat mengakibatkan unit trip.

Ada 2 macam sistem air pendingin utama yang lazim diterapkan di PLTU yaitu sistem terbuka
dan sistem tertutup.

4.1.1. Sistem air pendingin utama siklus terbuka.

Dalam sistem terbuka, air pendingin dipasok secara kontinyu dari sumber tak terbatas seperti
sungai, danau atau laut yang dipompakan ke kondensor untuk akhirnya dibuang kembali
keasalnya.

Gambar 29: Sistem Air Pendingin Utama Terbuka

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
54 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
Gambar 29, merupakan ilustrasi dari sistem air pendingin utama terbuka berserta komponen-
komponen utamanya yang meliputi :

a. Saringan Apung (Floating dam).


Fungsinya adalah untuk mencegah terbawanya sampah-sampah dan benda-benda yang
mengapung diatas permukaan air terutama yang berukuran besar. Fungsi lainnnya adalah
untuk menghambat aliran air dibagian permukaan yang relatif lebih hangat dan membiarkan
air yang lebih dingin dari daerah yang lebih dalam untuk mengalir.

b. Bar screen / Trash Rack.


Merupakan saringan kasar yang berfungsi untuk menyaring benda-benda berukuran sedang.
Biasanya terbuat dari batang logam pipih yang dirangkai sehingga membentuk semacam terali
besi.

c. Saringan putar (Traveling screen).


Berfungsi untuk menyaring semua benda sampai yang berukuran relatif kecil. Dipasang
vertikal pada sisi masuk kanal pompa air pendingin utama (CWP) dimana sebagian besar
segmen saringan berada dibawah permukaan air. Sedang sebagian lagi diatas permukaan air
seperti terlihat pada gambar 30.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
55 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

Gambar 30: Saringan Putar (Traveling Screen)

Konstruksi saringan adalah berupa kawat baja berbentuk segmen-segmen persegi panjang
yang dikaitkan pada rantai-rantai dikedua sisinya. Rantai-rantai tersebut kemudian
dikalungkan melingkari roda-roda gigi yang ditempatkan diantara 2 poros. Salah satu poros
dihubungkan ke penggerak berupa motor listrik. Dalam keadaan terpasang, rangkaian
segmen-segmen kasa baja tersebut akan membentuk suatu pita raksasa / layar (screen) dan
bila motor diputar, maka layar ini akan bergerak mengelilingi roda gigi. Sampah-sampah
dalam air pendingin akan tersangkut pada saringan dan karena saringan bergerak, maka
sampah-sampah yang menempel juga akan terbawa keatas permukaan. Pada bagian saringan
yang berada diatas permukaan air dipasang nosel-nosel penyemprot (sprayer) yang
menggunakan media air bertekanan. Manakala sampah-sampah yang tersangkut mencapai
posisi nosel, maka semprotan air dari nosel akan merontokkan sampah-sampah tersebut dan
jatuh ke saluran khusus untuk menampung sampah-sampah tersebut. Dengan cara ini maka
setelah melewati posisi nosel, saringan akan bersih kembali. Pada beberapa konstruksi juga
disediakan penyemprot ikan (Fish spray) yang posisinya berada dibawah nosel utama. Fish
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING
IT-PLN
56 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
spray berfungsi untuk menyemprot ikan-ikan kecil yang tersangkut disaringan dengan air
bertekanan rendah. Akibat semprotan ini ikan-ikan akan terlepas dari saringan dan masuk ke
saluran (got) yang khusus disediakan untuk selanjutnya dikembalikan ke air.

d. Pompa penyemprot saringan putar (screen wash pump).


Merupakan pemasok air bertekanan yang dialirkan ke nosel penyemprot guna membersihkan
saringan putar. Air yang digunakan adalah juga air pendingin utama. Pompa ini dapat
dioperasikan secara manual ataupun otomatis. Dalam posisi otomatis, pompa akan start secara
otomatis bila perbedaan tekanan (P) air melintasi saringan putar tinggi. P yang tinggi
mengindikasikan bahawa saringan sudah mulai tersumbat sampah. Manakala P sudah
normal kembali, maka pompa akan stop secara otomatis.

e. Penginjeksi chlor (chlorinator).


Berfungsi untuk menginjeksi chlor kedalam air pendingin yang tujuannya untuk membunuh
atau sekurangnya mencegah berkembang biaknya jasad-jasad renik (micro organisme) yang
hidup dalam air pendingin agar tidak menimbulkan gangguan dalam sistem air pendingin
utama. Sumber pasokan chlor dapat berupa tabung-tabung gas chlor ataupun unit penghasil
chlor (Chlorination plant) yang detilnya dibahas pada mata pelajaran lain.

Metode penginjeksian chlor ada beberapa macam misalnya metode penginjeksian kontinyu
atau metode shock therapy. Pada metode shock therapy, penginjeksian tidak dilakukan secara
kontinyu melainkan secara periodik. Selang waktu antar periodenya dapat diatur secara
otomatis dengan bantuan timer. Hal yang penting diperhatikan adalah konsentrasi chlor yang
diinjeksikan harus tepat. Bila dosisnya kurang, maka efeknya terhadap microorganisme akan
berkurang. Sedang bila dosisnya terlalu besar, dapat mempengaruhi lingkungan terutama
didaerah outfall.

f. Pompa pendingin utama (CWP).


Berfungsi untuk mengalirkan air pendingin utama ke kondensor dan pada beberapa sistem
juga memasok air ke Auxiliary cooling water heat Exchanger. Umumnya bertipe mixed flow
dengan posisi vertikal seperti pada gambar 31.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
57 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

Gambar 31: CWP

Pada beberapa konstruksi pompa dilengkapi dengan saluran air lincir dan sekaligus juga
berfungsi sebagai perapat yang dialirkan keperapat poros pompa (Gland seal). Sebelum
pompa dijalankan, pasokan air ini harus diaktifkan terlebih dahulu.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
58 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
Selain itu, beberapa pompa juga dilengkapi dengan sistem pelumasan sirkulasi yang salah
satu komponennya adalah pendingin pelumas (Oil Cooler). Pasokan air untuk oil cooler ini
juga harus diaktifkan sebelum pompa dijalankan. Perlu diingat bahwa pelumasan memegang
peranan penting mengingat pada pompa vertikal, seluruh berat pompa beserta beban lain
berupa gaya-gaya aksial yang timbul praktis harus ditanggung hanya oleh satu bantalan.

Pada sisi tekan pompa dipasang penghubung fleksibel (expansion joint) untuk meredam
getaran maupun tumbukan air (water hammer) mengingat pompa ini mengalirkan air dalam
jumlah yang sangat besar. Pada saluran tekan pompa umumnya dipasang katup kupu-kupu
(butterfly) dengan maksud agar dapat menutup dengan cepat mengingat diameter pipa saluran
yang sangat besar. Katup ini umumnya digerakkan oleh motor listrik. Pembukaan dan
penutupan katup ini berlangsung scera otomatis. Katup akan membuka otomatis beberapa saat
setelah pompa start dan akan menutup secara otomatis pula bila pompa distop.

g. Kondensor.
Fungsi utama kondensor adalah untuk mengondensasikan uap bekas dari turbin menjadi air
kondensat untuk dapat disirkulasikan kembali. Hal ini dilaksanakan melalui proses
prndinginan uap oleh air pendingin yang mengalir dibagian dalam pipa-pipa kondensor. Tipe
dan konstruksi kondensor ada berbagai macam dan secara detil akan dibahas pada pelajaran
lain. Salah satu tipe yang akan dibahas disini sebagai contoh tipikal adalah tipe single pass,
single shell, double inlet & outlet, surface condenser, devided water boxes seperti terlihat
pada gambar 32.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
59 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

Gambar 32: Single Pass Condenser


Intinya merupakan sekumpulan pipa-pipa pendingin dimana uap bekas berada dibagian luar
pipa (disebut sisi uap) sedang air pendingin mengalir dibagian dalam pipa (disebut sisi air).
Akibat pendinginan ini, uap bekas disisi uap akan terkondensasi dan ditampung dalam
penampung dibagian dibawah kondensor yang disebut hotwell. Proses kondensasi ini
mengakibatkan sisi uap kondensor (termasuk hotwell) berada dalam kondisi vacum. Bila
aliran air pendingin berkurang misalnya akibat pipa-pipa kondensor tersumbat kotoran,
vacum akan turun dan pada kondisi yang ekstrim dapat mengakibatkan unit trip karena vakum
terlalu rendah. Karenanya, air pendingin utama merupakan unsur yang cukup vital. Untuk
meningkatkan keandalan kondensor, katup air pendingin sisi masuk dan sisi keluar kondensor
biasanya digerakkan oleh motor dimana konfigurasi katup-katup tersebut dapat diatur
sedemikian rupa sehingga selain posisi normal operasi, juga memungkinkan kondensor
diposisikan “Out of Service” atau diposisikan “Back Washing”.

Posisi “Out of Service” adalah posisi me-non-aktifkan salah satu shell kondensor dengan
memblokir aliran air pendingin untuk shell tersebut sehingga shell dapat dibersihkan dalam
kondisi unit beroperasi. Tetapi karena hanya 1 shell yang beroperasi, maka dalam kondisi out
of service, biasanya unit hanya boleh beroperasi pada  50% beban. Setelah pembersihan
selesai, kondensor dapat dinormalkan kembali.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
60 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
Sedangkan posisi blackwashing artinya membalik aliran air pendingin pada salah satu shell.
Back washing dilakukan bila pipa-pipa kondensor sudah mulai tersumbat oleh kotoran.
Dengan cara membalik arah aliran pada salah satu shell, maka kotoran-kotoran yang
menyumbat mulut pipa akan rontok sehingga pipa-pipa bersih kembali.

h. Sistem pembuang udara sisi air kondensor (Priming System).


Fungsi utama sistem priming adalah untuk membuang udara dari air pendingin utama agar air
pendingin dapat mengisi seluruh permukaan kondensor sehingga proses pendinginan efektif.
Saluran pembuang udara sisi air pendingin terletak pada bagian atas water box sisi inlet dan
sisi outlet kondensor. Ada 2 macam sistem priming yang banyak dipakai yaitu sistem priming
tertutup dan sistem priming terbuka. Ilustrasi sistem priming tertutup terlihat seperti pada
gambar 33.

Gambar 33: Sistem Priming Tertutup

Pada sistem ini, pembuangan udara dilakukan melalui saluran dan katup venting dibagian atas
water box hanya dengan mengandalkan tekanan air pendingin. Sedangkan pada sistem
terbuka (gambar 34) udara dikeluarkan dari water box melaui saluran yang sama tetapi
dengan bantuan perangkat vacum seperti vacum pump.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
61 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

Gambar 34: Sistem Priming Terbuka

i. Taproge.
Taproge adalah sistem pembersih pipa kondensor sisi air pendingin dengan menggunakan
sarana pembersih berupa bola-bola karet yang disebut bola Taproge dengan cara
mensirkulasikan bola-bola tersebut bersama air pendingin seperti terlihat pada gambar 35.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
62 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

Gambar 35: Taproge

Bila pipa air pendingin dinyatakan kotor dan tidak teratasi oleh backwashing, maka sistem
Taproge dapat dioperasikan. Untuk keperluan ini, pada saluran air pendingin keluar dipasang
semacam saringan berengsel yang terdiri dari 2 bagian seperti layaknya sepasang daun pintu
teralis. Perangkat ini disebut catcher yang berfungsi untuk menangkap bola-bola Taproge agar
tidak ikut terbuang ke outfall. Sebelum mengoperasikan sistem Taproge, catcher harus dalam
posisi tertutup (catch position). Bila menggunakan bola - bola Taproge baru, bola-bola
taproge sebaiknya terlebih dahulu direndam dalam air dan diremas-remas guna
menghilangkan udara dari dalam bola. Bola kemudian dimasukkan pada penampung (ball
collector) yang dilengkapi dengan tingkap berlubang-lubang.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
63 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
Bila tingkap tertutup, maka hanya air yang dapat mengalir melalui lubang-lubang tersebut
sementara bola - bola Taproge tertahan didalam collector. Bila tingkap dibuka, maka air dan
bola - bola Taproge dapat mengalir. Setelah bola Taproge dimasukkan ke collector dengan
tingkap masih posisi tertutup, jalankan pompa sirkulasi (Taproge Pump), kemudian buka
tingkap pada collector dan bola-bola Taproge akan mengalir bersama air kesisi masuk (inlet)
kondensor. Untuk selanjutnya masuk kepipa-pipa pendingin dan akhirnya keluar sambil
membawa kotoran-kotoran dari pipa kondensor. Ketika sampai outlet, bola-bola Taproge
akan tertahan pada catcher dan diarahkan kembali ke collector. Sirkulasi ini terus dilakukan
sampai selang waktu tertentu, sesuai instruksi buku manual. Bila dirasa sudah cukup, tutup
tingkap pada collector, dan biarkan sistem tetap beroperasi beberapa saat guna memberi
waktu bagi bola-bola Taproge untuk terkumpul seluruhnya didalam collector. Bila dipandang
cukup, matikan pompa dan catcher dapat dibuka kembali.

4.1.2. Sistem air pendingin utama siklus tertutup.

Secara prinsip, sistem air pendingin utama siklus tertutup menggunakan media air pendingin
yang sama secara berulang dalam sirkulasi tertutup guna memasok kondensor seperti terlihat
pada gambar 36.

Gambar 36: Prinsip Sistem Air Pendingin Siklus Tertutup

Air pendingin dipompakan ke kondensor oleh pompa air pendingin utama (CWP) untuk
mengkondensasikan uap bekas dengan cara menyerap panas laten dari uap bekas tersebut. Akibat
proses dikondensor, temperatur air pendingin keluar kondensor akan mengalami kenaikkan.
Karena air akan disirkulasikan kembali ke kondensor, maka air pendingin ini harus didinginkan
terlebih dahulu. Proses pendinginan air dilaksanakan di Menara pendingin (Cooling Tower).
Didalam menara pendingin, air pendingin didinginkan oleh udara sehingga temperaturnya
kembali turun dan siap disirkulasikan kembali kedalam kondensor. Gambar 37, merupakan
contoh aplikasi sistem air pendingin utama siklus tertutup.
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING
IT-PLN
64 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

Gambar 37: Aplikasi Sistem Air Pendingin Utama Siklus Tertutup

Dalam contoh aplikasi sistem air pendingin utama siklus tertutup seperti gambar diatas, fungsi
sebagian besar komponennya seperti kondensor, Auxiliary Cooling water heat Exchanger,
Traveling Screen sama seperti yang telah diuraikan dalam sistem air pendingin utama siklus
terbuka pada session sebelumnya. Perbedaannya hanya terletak pada menara pendingin (Cooling
Tower) yang tidak terdapat pada sistem air pendingin siklus terbuka.

 Menara Pendingin (Cooling Tower).


Berfungsi untuk mendinginkan air pendingin utama dengan menggunakan udara sebagai
media pendingin.

Pada prinsipnya, ada dua tipe dasar cooling tower yaitu cooling tower tipe kering (Dry
Cooling Tower) berupa penukar panas tipe permukaan (Surface heat Exchanger) dan cooling
tower basah (Wet Cooling Tower) yang merupakan penukar panas tipe kontak langsung
(direct contact heat exchanger). Mengingat cooling tower yang banyak dipakai di PLTU
adalah tipe wet cooling tower, maka session ini hanya akan membahas wet cooling tower.

Pada wet cooling tower, air pendingin utama yang akan didinginkan dialirkan dari bagian atas
cooling water dan disemprotkan pada kisi-kisi pendingin. Udara sebagai media pendingin
dihembuskan dari arah samping bagian bawah cooling tower dan mengalir kearah atas.
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING
IT-PLN
65 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
Selanjutnya, butiran-butiran air akan kontak langsung dengan udara sehingga terjadi transfer
panas dari air ke udara. Akibat proses ini, sebagian air akan menguap dan terbuang bersama
udara lewat bagian atas cooling tower. Manakala didalam air pendingin terdapat zat-zat
pencemar, maka ketika sebagian air menguap, konsentrasi zat pencemar semakin tinggi,
sehingga dapat mengakibatkan timbulnya berbagai masalah dalam kondensor. Untuk
mengatasi masalah ini, maka secara periodik atau secara kontinyu, air pendingin harus
dibuang / didrain dari bagian bawah bak penampung (basin). Proses ini dikenal dengan istilah
“Blowdown” yang selain berfungsi untuk menurunkan konsentrasi zat pencemar dalam air
pendingin, sekaligus juga untuk membuang endapan-endapan / lumpur-lumpur dibagian
bawah bak penampung.

Akibat proses penguapan dan blowdown, maka untuk mempertahankan kuantitas air
pendingin didalam siklus, diperlukan penambahan air dari luar dengan jumlah yang
sebanding. Air pendingin yang ditambahkan dari luar siklus disebut “make up”. Ilustrasi dari
semua proses diatas dapat dilihat pada gambar 38.

Gambar 38: Tipikal Aliran Air Pendingin Pada Cooling Tower

Wet Cooling Tower sendiri juga terdiri dari dua tipe yaitu :

a. Natural draft cooling tower dan Forced draft cooling tower. Berhubung natural draft
cooling tower belum lagi dipakai di PLTU yang dimiliki PLN, maka session ini hanya
akan membahas Forced draft cooling tower.
b. Forced draft cooling tower sering juga disebut Mechanical draft cooling tower
menggunakan kipas yang digerakkan oleh motor listrik untuk mengalirkan udara
pendingin cooling tower. Dipandang dari sisi aliran udaranya, cooling tower ini dibedakan
JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING
IT-PLN
66 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
menjadi cross flow cooling tower seperti gambar 39 dan counter flow cooling seperti
gambar 40.

Gambar 39: Cross Flow Cooling Tower Gambar 40: Counter Flow Cooling Tower

Pada cross flow cooling tower, aliran udara bersilangan tegak lurus terhadap aliran udara
sedang pada counter flow cooling tower, aliran udara berlawanan dengan arah aliran air.

Gambar 41, memperlihatkan konstruksi tipikal Mechanical draft cooling tower yang banyak
dipakai pada PLTU milik PLN yang umumnya terbuat dari kayu atau beton.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
67 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

Gambar 41: Konstruksi Mechanical Draft Cooling Tower


Dibagian atas cooling tower dipasang beberapa kipas / Fan yang digerakkan oleh motor listrik
melalui rangkaian gigi reduksi (gearbox) untuk menurunkan putaran motor. Air pendingin
panas masuk ke header dibagian atas cooling tower dan dispraykan kebawah menuju kisi-kisi
(Fill) yang umumnya bertipe pantul (splash). Disamping bagian luar kisi-kisi tempat udara
masuk, dipasang sirip-sirip (Louvre) untuk mencegah agar cipratan air tidak keluar dari
cooling tower. Udara atmosfir masuk melalui sirip-sirip akibat hisapan fan dan mengalir
keatas menuju fan sambil mendinginkan air. Udara panas akan dihembuskan kembali ke
atmosfir oleh fan lewat bagian atas cooling tower. Air dingin akan berkumpul di bak
penampung (basin) dibagian bawah cooling tower. Dari bak penampung ini, air selanjutnya
disirkulasikan kembali ke kondensor sebagai air pendingin utama.

Ketika unit berperasi pada beban penuh atau cuaca panas, seluruh fan pada cooling tower
mungkin harus dioperasikan. Tetapi pada beban rendah atau cuaca dingin, sebagian fan dapat
dimatikan untuk menghemat listrik.

4.2. Sistem Air Penambah.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
68 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
Secara teoritis, fluida kerja didalam sikus PLTU akan terus bersirkulasi tanpa terjadi pengurangan
massa fluida kerja sehingga tidak memerlukan penambahan dari luar siklus. Tetapi pada
prakteknya, banyak terjadi kehilangan massa fluida kerja yang antara lain disebabkan oleh adanya
kebocoran - kebocoran didalam sistem.

Akibatnya diperlukan tambahan fluida kerja sejumlah tertentu dari luar siklus secara kontinyu.
Sistem air penambah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan tambahan fluida kerja tersebut.
Mengingat bahwa kualitas air penambah harus sama baiknya dengan kualitas air yang telah
berada dalam siklus, maka sistem air penambah dilengkapi dengan unit pengolah air
(demineralizer plant) yang berfungsi untuk mengolah air sumber (raw water) menjadi air
penambah (make up water).

Raw water untuk PLTU dapat berasal dari berbagai sumber seperti air PAM (City water), air
tanah (well water), air sungai atau air laut yang telah diolah melalui Desalination Plant.
Desalination Plant adalah unit untuk mengolah air laut melalui proses evaporasi / penguapan air
laut. Uap air ini kemudian dikondensasikan dan akhirnya didapat air dengan kualifikasi yang
memadai sebagai Raw Water. Pembahasan lebih rinci mengenai Desalination Plant serta
demineralizer plant akan diulas pada pelajaran lain. Gambar 42, merupakan contoh sistem air
penambah dengan raw water yang berasal dari air tanah (well).

Gambar 42: Well Water Supply System

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
69 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
Pada gambar terlihat bahwa air tanah dihisap oleh pompa (Well pump) dan dialirkan ke Aerator
yang berfungsi membuang gas-gas terlarut untuk selanjutnya dialirkan ke clarifier reactor.
Komponen ini akan menyaring partikel-partikel padat yang terlarut maupun kotoran-kotoran
lainnya. Dari sini air selanjutnya dialirkan ketangki penampung (clearwell storage). Pada tahapan
ini juga diinjeksikan bahan-bahan kimia baik untuk mempercepat proses pemurnian maupun
untuk mengurangi potensi penyebab korosi.Jenis bahan kimia yang digunakan ada beberapa
macam misalnya Hypochrorite untuk menurunkan kadar besi (iron), koagulant untuk
mempercepat proses clarifikasi, caustic untuk mencegah korosi dan lain sebagainya. Bahan-bahan
kimia ini dapat diinjeksikan di clarifier reactor ataupun di clearwell dan disirkulasikan kembali
secara kontinyu melalui saluran resirkulasi untuk mendapatkan distribusi yang merata. Dari
tangki penampung air dipompakan kesaringan (Filter) dan sebagian lagi kesaluran Backwash
serta saluran Resirkulasi. Saluran Backwash berfungsi untuk membersihkan clarifier reactor fdari
partikel-partikel padat yang menyumbat.

Filter berfungsi sebagai saringan akhir untuk menyaring partikel-partikel yang masih terlarut
dalam air. Umumnya filter tersebut berupa carbon, gravel atau pasir. Filter juga dilengkapi
saluran backwash. Lewat dari filter, air kemudian masuk ke tangki raw water (Service
Water/Treated Water Storage Tank). Dari tangki ini, air kemudian dialirkan ke Demineralizer
yaitu unit pengolah air dengan metode penukar ion ( Ion Exchanger). Mengenai demineralizer
plant akan dibahas khusus pada pelajaran tersendiri.

Keluar dari demineralizer plant, kualitas air telah menjadi air penambah (Make up water) yang
ditampung dalam tangki air penambah. (Make up water / Demineralizer Water Storage Tank) dan
siap untuk dimasukkan kedalam siklus bila diperlukan. Air penambah umumnya masuk kedalam
siklus melalui Hotwell, seperti terlihat pada gambar 43.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
70 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

Gambar 43: Sistem Air Penambah

Aliran air penambah yang masuk ke hotwell diatur oleh katup air penambah (make up valve).
Pembukaan katup dikendalikan oleh level Transmitter (LT) yangg menggunakan Parameter Level
Hotwell sebagai set point, karena variasi level hotwell merepresentasikan kebutuhan air
penambah. Bila level hotwell turun menjadi lebih rendah dari semestinya, maka katup air
penambah akan membuka sehingga air penambah dari tangki air penambah (Make up /
Condensate Storage Tank) akan mengalir kedalam hotwell oleh tarikan vacum. Hal yang perlu
diperhatikan oleh operator adalah bahwa jangan biarkan level tangki air penambah terlalu rendah.
Kalau sampai hal ini terjadi, maka hisapan vacum akan menimbulkan pusaran air (vortex) dalam
tangki air penambah sehingga memungkinkan udara dari tangki akan terhisap kedalam hotwell.
Hal ini dapat mengakibatkan turunnya vacum dan bahkan mungkin dapat mengakibatkan Unit
trip. Bila level hotwell tinggi, maka hotwell level transmitter (LT) akan memerintahkan katup
pelimpah (Spill Valve) untuk membuka dan sebagian air hotwell akan mengalir melalui pompa
kondensat dan kembali ke tangki air penambah.

4.3. Sistem air pendingin bantu (Auxiliary Cooling Water Sysem).

Sistem air pendingin bantu merupakan pemasok kebutuhan air pendingin untuk alat-alat bantu
PLTU seperti :

 Hydrogen Cooler (untuk generator berpendingin hidrogen)


 Turbine Lube Oil Cooler

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
71 HELMY DARMAWAN
2017-12-076
 Instrument & Service Air Compressor
 Pompa air pengisi (BFP)
 Air Heater Lube Oil Cooler
 GRF Lube Oil Cooler
 FDF & IDF Lube Oil Cooler
 dan lain sebagainya

Yang merupakan suatu sistem tertutup seperti terlihat pada gambar 4.3.1.

Gambar 44: Sistem Air Pendingin Bantu

Adapun komponen dalam sistem air pendingin bantu adalah :

 Tangki air pendingin bantu (head tank).


Merupakan sarana penampung air pendingin bantu yang diisi air demin (make up water)
dimana umumnya diletakkan pada elevasi yang cukup tinggi dari permukaan tanah dengan
maksud untuk memberikan tekanan hisap positif (positive suction head) pada pompa air
pendingin bantu. Untuk mengantisipasi kebocoran-kebocoran dalam sistem, maka disediakan
sistem kontrol otomatis untuk menjaga agar level tangki tetap konstan. Guna memenuhi
kebutuhan tersebut, pada tangki disediakan saluran untuk menambah air yang berasal dari
percabangan sisi tekan pompa air condensate. Pada saluran ini dipasang katup pengatur
(control valve) yang dikendalikan oleh level tangki (LT). Bila level tangki turun dari
semestinya, katup pengisian ini akan membuka sehingga air dari sisi tekan pompa condensate
akan mengalir mengisi tangki.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
72 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

 Pompa air pendingin bantu (Auxiliary Cooling Water Pump).


Pompa ini berfungsi untuk mensirkulasikan air pendingin bantu. Biasanya disediakan dua
buah yang satunya untuk normal operasi sedang satunya untuk cadangan (stand by). Masing-
masing pompa dilengkapi dengan saringan (strainer) pada sisi hisapnya. Operator harus
memperhatikan kebersihan saringan ini. Kondisi saringan dapat diidentifikasikan dari
perbedaan tekanan (P) melintasi saringan. Bila perbedaan tekanan tinggi, berarti saringan
dalam kondisi kotor dan perlu segera dibersihkan.

Sisi tekan masing-masing pompa dilengkapi katup satu arah (check valve) untuk mencegah
aliran balik manakala pompa sedang dalam keadaan stop. Ketika pompa dimatikan, operator
harus memastikan bahwa katup satu arah (check valve) ini menutup dengan baik. Kedua
pompa juga dilengkapi dengan Pressure switch yang dipasang pada saluran tekan air
pendingin bantu. Pressure switch ini berfungsi untuk memberikan sinyal start otomatis
terhadap pompa. Bila tekanan saluran tekan air pendingin utama turun hingga batas tertentu,
maka Pressure switch akan memerintahkan pompa yang stand by untuk start secara otomatis.

 Penukar panas air pendingin bantu (Auxiliary Cooling Waterheat Exchanger).


Merupakan penukar panas tipe permukaan (surface type) yang berfungsi untuk mendinginkan
air pendingin bantu dengan air pendingin utama sebagai media pendinginnya.

Pada penukar panas ini, air pendingin bantu mengalir diluar pipa - pipa pendingin sedangkan
media pendingin mengalir didalam pipa-pipa pendingin.

Pada sisi masuk dan sisi keluar penukar panas baik untuk sisi air pendingin bantu maupun
untuk sisi media pendingin dilengkapi dengan temperatur indikator. Operator harus
memperhatikan temperatur-temperatur indikator ini. Bila temperatur air pendingin bantu
keluar heat exchanger tinggi, berarti ada yang kurang beres. Bila ternyata hal ini disebabkan
oleh tersumbatnya saluran-saluran media pendingin, lakukan back washing terhadap penukar
panas atau bila perlu lakukan pembersihan.

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
73 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
74 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN
75 HELMY DARMAWAN
2017-12-076

JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING


IT-PLN

Anda mungkin juga menyukai