Juni 2020
Abstrak
Penentuan banyaknya mikroba dalam suatu bahan (makanan, minuman, dll) dilakukan untuk
mengetahui sampai seberapa jauh bahan itu tercemar oleh mikroba. Dengan mengetahui
jumlah mikroba, maka dapat diketahui kualitas mikrobiologi dari bahan tersebut. Kandungan
mikroba pada suatu bahan juga sangat menentukan tingkat kerusakannya serta dapat
ditentukan oleh tingkat kelayakan untuk dikonsumsi.
Pendahuluan
Umumnya untuk organisme unisel bakteri dan khamir. Ada dua cara penentuan angka
kuman dengan mengukur jumlah sel, yaitu:
a. Secara langsung (Counting Chamber)
Metode penghitungan koloni pada plate agar (Agar Plate Count), yaitu
metode penemuan angka kuman (enumerasi) sel hidup (viable) yang paling
umum digunakan. Metode ini didasari oleh hubungan teoritis bahwa satu sel
bakteri menghasilka satu koloni yang tumbuh dalam plate agar bersesuaian
dengan jumlah bakteri asalnya. Keterbatasan luar bidang permukaan plate agar
pada petri menghasilkan prosedur plate count didahului dengan pengenceran
sampel. Jumlah deret pengenceran dalam Satu seri tergantung pada kekeruhan
sampel awal semakin keruh sampel semakin banyak pengenceran yang
diperlukan.
d. Metode tubidimetrik
Didasari pada fakta bahwa suatu cahay bersesuaian dengan total massanya dalam
kultur tersebut.
4) Dua koloni yang berhimpitan dan masih bisa dibedakan dihitung 2 koloni
5) Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah cawan) tidak dihitung
Standar Perhitungan
Cawan yang dipilih adalah yang mengandung jumlah koloni 30-300 koloni, beberapa
koloni yang bergabung menjadi satu koloni dihitung sebagai satu koloni, maupun koloni yang
bersekatan. Hasil yang dilaporkan terdiri dari dua angka yaitu angka pertama didepan koma
dan angka kedua dibelakang koma. Jika angka ketiga lebih besar dari 5 maka harus
dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka kedua. Contoh : jika jumlah yang dibutuhkan 1
ml dan tiap perlakuan dilakukan 1 kali
Sampel SPC ( Standar Plate Count)
10-2 10-3 10-4
A 234 28 1 2,2 x 104
B 700 125 10 1,3 x 103
Jika semua pengenceran menghasilkan angka kurang dari 30 koloni pada cawan petri
maka hanya koloni oengenceran terendah yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai kurang
dari 30 koloni dihasilkan faktor pengenceran tetapi jumlah sebenarnya harus dicantumkan
dalam tanda kurung.
SPC ( Standar Plate Count)
10-2 10-3 10-4
16 28 1 < 3,0 x 10-5 (1,6 x 10-5)
Jika semua pengenceran menghasilkan angka lebih dari 300 koloni pada cawan petri,
maka hanya koloni pada pengenceran tertinggi yang dihitung. Hasilnya dilaporkan lebih dari
sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung.
Jika semua pengenceran menghasilkan range antara 30-300 koloni pada cawan petri.
Perbandingan sel pengenceran tertinggi dan terendah dari kedua pengenceran lebih kecil atau
sama dengan 2, tentukan rata-rata dari kedua pengenceran tersebut dengan memperhitungkan
pengencerannya. Jika perbandingan antara hasil pengenceran tertinggi dan terendah lebih dari
2, maka yang dilaporkan hanya hasil yang terkecil.
Sampel 10-2 10-3 10-4 SPC ( Standar Plate Count)
A 293 41 4 3,5 x 104 (Rata2 41.000/29.300 = 1,4 (<2)
B 140 32 2 1,4 x 103 (Rata2 321.000/14.000 = 2,3 (>2)
Jika digunakan dua cawan petri (duplo) perpengenceran, data yang diambil harus dari
kedua cawan tersebut, tidak boleh salah satu, meskipun salah satu dari cawan duplo tidak
memenuhi syarat 30-300 koloni. Berikut contoh duplo dengan volume jumlah yang
aditumbuhkan 1 ml.
2. Bahan
Susu kedelai
Pepaya
Madu
Bumbu kacang
Jamu
Bakso
Sirup
Sosis
Nacl
Metode
Pembahasan
Pada praktikum kali adalah melakukan pengujian dalam penentuan angka kuman.
Penentuan angka kuman dapat di gunakan untuk mengetahui sampai seberapa jauh bahan itu
tercemar oleh mikroorganisme, yaitu dengan mengetahui jumlah mikroba. Dengan
mengetahui jumlah mikroba, maka dapat diketahui kualitas mikrobiologi dari bahan tersebut.
Sampel yang digunakan pada praktikum kali ini adalah berupa bahan padat dan bahan cair.
Bahan padat yang digunakan antara lain : pepaya, bumbu kacang, bakso, sosis, sedangkan bahan
cair yang digunakan antara lain : susu kedelai, madu, jamu, sirup.
Prosedur yang dilakukan untuk sampel uji berupa bahan padatan dan bahan cair
dilakukan dengan cara yang sama yaitu : Pertama di lakukan adalah dengan menimbang
sampel uji sebanyak 1 gram, kemudian dilakukan pengenceran pertama (10-1) dengan
aquadest steril sebanyak 9 ml, secara aseptis dan divortex, kemudian dari hasil pengenceran
tersebut di ambil sebanyak 1 ml larutan, di lakukan pengenceran kembali (10 -2) dengan
penambahan 9 ml aquadest steril yang baru. Demikian seterusnya sampai tingkat
pengenceran yang diinginkan. Kemudian dari masing-masing 3 pengenceran terakhir dipipet
0,1 ml untuk ditanam secara sprade plate pada medium petri PCA , lalu diinkubasi selama 24
jam, setelah itu dapat dihitung jumlah koloni yang tumbuh dengan satuan CFU (Coloni
Forming Unit)
Dari hasil yang di dapat, kemudian dihitung CFU dengan menggunakan range jumlah
koloni sebanyak 30-300 koloni. Jumlah koloni <30 (dianggap sebagai TSUD (terlalu sedikit
untuk dihitung), sedangkan jumlah koloni >300 dianggap TBUD (terlalu banyak untuk
dihitung).
Kriterian Mikrobiologi Dalam Pangan Olahan[ CITATION BPO19 \l 1033 ] & [ CITATION
Bad09 \l 1033 ]
Berdasarkan perhitungan CFU yang telah di hitung pada sampel padat, di dapatkan
angka pada pada sampel pepaya adalah 2,7 x 106, pada bumbu kacang >3,0 x 105 (3,5 x
107), bakso 3,2 x 106 dan sosis 8,4 x 106. Dapat dilihat pada bumbu kacang menghasilkan
angka yang paling besar dibandingkan angka sampe yang lain. Hasil ini merupakan hasil
yang melewati batas maksimal yang ditetapkan oleh BPOM dan BSN dan dapat
dikategorikan sampel telah tercemar.
Dan untuk hasil perhitungan CFU pada sampel cair didapatkan hasil untuk susu kedelai
1,8 x 107 , madu 1,4 x 106, jamu 2,3 x 106 dan sirup 5,2 x 105,hasil yang paling sedikit
adalah pada sampel sirup yaitu sebesar 5,2 x 10 5 . Tetapi hasil yang di peroleh pun masih
melebihi batas maksimum mikroba yang di tetapkan oleh peraturan BPOM dan BSN.
Dari hasil semua sampel yang telah di gunakan dan telah di hitung, semua sampel
menunjukan hasil yang memperlihatkan bahwa semua sempel melebihi batas maksimum
yang telah di tetapkan, artinya semua sempel yang di gunakan pada uji ini masuk dalam
kategori tercemar.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan Pada sampel padat, bumbu kacang
mempunya hasil yang tinggi yaitu kacang >3,0 x 105 (3,5 x 107), sedangkan pada sampel cair
sirup mempunyai angka yang rendah yaitu5,2 x 105. Tetapi semua sampel yang digunakan
dari sampe padat dan cair mendapatkan hasil yang melampaui batas dari kriteria BPOM dan
BSN yang berrati semua samper dikategorikan tercemar.
Daftar Pustaka