Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SUPPOSITORIA
“REKTAL”

DI SUSUN OLEH :

1. Dani Nanda S.W (30316010)


2. Harisma Ady F (30316027)
3. Kristiana (30316036)

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA


KEDIRI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia serta taufik dan hidayahnya  kami dapat menyelesaikan makalah tentang supositoria.
Meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga banyak berterima kasih kepada Dosen
mata kuliah Farmasetika II yang telah memberikan tugas ini kepada  kami.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai penggunaan supositoria, dan juga bagaimana membuat
supositoria. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran,
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat.

Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya.
Dan sekiranya dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan mohon kritik dan saran yang membangun demi perrbaikan makalah ini.

Kediri, 28 Oktober 2018

Penyusun

                                                                                                           
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang
bertujuan untuk  memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk dikomsumsi oleh
masyarakat. Selain itu, sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar seperti krim,
salep, gel, pasta dan suppositoria yang digunakan melalui rectum. Kelebihan dari sediaan
semisolid ini yaitu, mudah dibawa, mudah pada pengabsorbsinya. Juga untuk
memberikan perlindungan pengobatan terhadap kulit tubuh.
Para ahli farmasis harus bias memformulasikan dan memproduksi sediaan secara
tepat. Dengan demikian, farmasis harus mengetahui  langkah-langkah yang  tepat untuk
meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Dengan cara melakukan, menentukan
formulasi dengan benar dan memperhatikan konsentrasi serta karakteristik bahan yang
digunakan dan di kombinasikan dengan baik dan benar.
Banyak obat tersedia dalam beberapa bentuk misalnya supositoria yang merupakan
salah satu obat yang berbentuk padat. Pemberian obat suppositoria ini bertujuan untuk
mendapatkan efek terapi obat menjadi lunak pada daerah feses atau merangsang  buang
air besar. Pemberian obat suppositoria ini dapat diberikan pada pasien yang mengalami
pendarahan rectal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan obat suppositoria secara umum?
2. Apa yang di maksud suppositoria rektal?
2. Bagaimana bentuk dan contoh suppositoria?
3. Bagaimana langkah-langkah dalam pembuatan sediaan suppositoria yang baik dan
tepat?

1.3  Tujuan
1. Dapat memahami langkah-langkah dalam pembuatan sediaan suppositoria
2.Dapat mengaplikasikan di dunia kerja
3. Untuk dapat menambah wawasan dan keterampilan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Suppositoria


Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak, atau melarut pada
suhu tubuh atau Suppositoria adalah obat solid (padat) berbentuk peluru yang dirancang
untuk dimasukkan ke dalam anus/rektum (suppositoria rektal), vagina (suppositoria vagina)
atau uretra (suppositoria uretra). Suppositoria umumnya terbuat dari minyak sayuran solid
yang mengandung obat.

2.2 Suppositoria Rektal

Suppositoria rektal biasanya panjangnya sekitar 32 mm (1½ inchi), bentuk silinder


dan salah satu atau keduanya runcing. Beberapa suppositoria mempunyai bentuk seperti
peluru, torpedo atau jari kecil. Bergantung pada kerapatan dari basis dan zat obat yang ada
dalam suppositoria, bobot suppositoria rektal dapat bervariasi. Suppositoria dewasa berkisar
antara 2 gr jika lemak coklat yang digunakan sebagai basis suppositoria. Suppositoria rektal
untuk balita dan anak-anak sekitat setengah dari  bobot dan ukuran suppositoria dewasa dan
lebih mirip bentuk pensil.
Suppositoria rektal dimaksudkan untuk efek lokal banyak digunakan untuk
membesarkan dari sakit pada konstipasi, radiasi, gatal, dan agen inflamasi dengan hemoroid
atau dengan kondisi anorektal  lainnya. Suppositoria antihemoroid biasanya mengandung
komponen anastetik, vasokontriktor, astrigents, analgesik, dan agen pencegah.
Contoh dan obat yang digunakan secara rektal dalam bentuk suppositoria untuk
efek sistemik mengandung terdiri dari :
a. Prochlorperazine dan chlropromazie untuk pengurangan rasa mual dan muntah
digunakan sebagai tranquillizer.
b. Orymorphone HCL sebagai analgesik narkotik.
c. Ergotamine tatrat , untuk mengurangi rasa syndrom migraine
d. Indometasin, sebuah analgesik    antinflamatory dan antipiretik.
2.3 Cara Pembuatan Suppositoria
Pembuatan supositoria secara umum yaitu bahan dasar supositoria yang
digunakan dipilih agar meleleh pada suhu tubuh atau dapat larut dalam bahan dasar,
jika perlu dipanaskan. Jika obat sukar larut dalam bahan dasar, harus dibuat serbuk
halus. setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh atau mencair, tuangkan ke
dalam cetakan supositoria kemudian didinginkan.
Tujuan dibuat serbuk halus untuk membantu homogenitas zat aktif dengan bahan
dasar.Cetakan suppositoria terbuat dari besi yang dilapisi nikel atau logam lainnya,
namun ada juga yang terbuat dari plastik. 
Cetakan ini mudah dibuka secara longitudinal untuk mengeluarkan supositoria.
Untuk mengatasi massa yang hilang karena melekat pada cetakan,supositoria harus
dibuat berlebih (±10%), dan sebelum digunakan cetakan harus dibasahi lebih dahulu
dengan parafin cair atau minyak lemak, atau spiritus sapotanus (Soft Soap
liniment) agar sediaan tidak melekat pada cetakan.
Namun, spiritus sapotanus tidak boleh digunakan untuk supositoria yang
mengandung garam logam karena akan bereaksi dengan sabunnya dan
sebagai pengganti digunakan oleum recini dalam etanol. 
Khusus supositoria dengan bahan dasar PEG dan Tween bahan pelicin cetakan
tidak diperlukan, karena bahan dasar tersebut dapat mengerut  sehingga mudah
dilepas dari cetakan pada proses pendinginan.

2.4 Metode Pembuatan Suppositoria


1. Dengan tangan
Dengan tangan yaitu dengan cara menggulung basis suppositoria yang telah
dicampur homogen danmengandung zat aktif, menjadi bentuk yang dikehendaki.
Mula-mula basis diiris,kemudian diaduk dengan bahan-bahan aktif dengan
menggunakan mortir dan stamper,sampai diperoleh massa akhir yang homogen dan
mudah dibentuk. Kemudian massadigulung menjadi suatu batang silinder dengan
garis tengah dan panjang yang dikehendaki.Amilum atau talk dapat mencegah
pelekatan pada tangan. Batang silinder dipotong dansalah satu ujungnya
diruncingkan.
2. Dengan mencetak kompresi
Hal ini dilakukan dengan mengempa parutan massa dingin menjadi suatu
bentuk yangdikehendaki. Suatu roda tangan berputar menekan suatu piston pada
massa suppositoriayang diisikan dalam silinder, sehingga massa terdorong
kedalam cetakan.
3. Dengan mencetak
Tuang Pertama-tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya diatas penangas air
atau penangas uap untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan,
kemudian bahan-bahan aktifdiemulsikan atau disuspensikan kedalamnya.
Akhirnya massa dituang kedalam cetakan logam yang telah didinginkan, yang
umumnya dilapisi krom atau nikel.
2.5 Pengemasan Suppositoria
Suppositoria gliserin dan suppositoria gelatin gliserin umumnya dikemas
dalam wadahgelas ditutup rapat supaya mencegah perubahan kelembapan dalam
isi suppositoria. Suppositoria yang diolah dengan basis oleum cacao biasanya
dibungkus terpisah-pisah atau dipisahkan satu sama lainnya pada celah-celah
dalam kotak untuk mencegah terjadinya hubungan antar suppositoria tersebut dan
mencegah perekatan. Suppositoria dengan kandungan obat yang sedikit pekat
biasanya dibungkus satu per satu dalam bahan tidak tembus cahaya seperti
lembaran metal ( alufoil ).
Kebanyakan suppositoria yang terdapat di pasaran di bungkus dengan alufoil
atau bahan plastic satu per satu. Beberapa  diantaranya dikemas dalam strip
kontinu berisi suppositoria yang dipisahkan dengan merobek lubang-lubang yang
terdapat diantara suppositoria tersebut. Suppositoria ini biasa juga dikemas dalam
kotak  dorong ( slide box ) atau dalam kotak plastik.
Karena suppositoria tidak tahan pengaruh panas, maka perlu menjaga dalam
tempat yangdingin. Suppositoria yang basisnya oleum cacao harus
disimpan dalam lemari es. 
Suppositoria gelatin gliserin baik sekali bila disimpan di bawah
35ᵒF. Suppositoria dengan basis polietilen glikol mungkin dapat disimpan dalam
suhu ruangan biasa tanpa pendinginan. Supositoria yang disimpan dalam
lingkungan yang kelembaban nisbinya tinggi mungkin akan menarik uap air dan
cenderung menjadi seperti spon sebaliknya bila disimpan dalam tempat yang
kering sama sekali mungkin akan kehilangan kelembapannya sehingga akan
menjadi rapuh.
2.6 Evaluasi Suppositoria
1. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah bahan aktif dapat
tercampurrata dengan bahan dasar suppositoria atau tidak, jika tidak dapat tercampur
maka akanmempengaruhi proses absorbsi dalam tubuh. Obat yang terlepas akan
memberikan terapiyang berbeda. Cara menguji homogenitas yaitu dengan cara
mengambil 3 titik bagiansuppo (atas-tengah-bawah atau kanan-tengah-kiri) masing-
masing bagian diletakkan padakaca objek kemudian diamati dibawah mikroskop, cara
selanjutnya dengan mengujikadarnya dapat dilakukan dengan cara titrasi.
2. Keseragaman Bentuk
Bentuk suppositoria juga perlu diperhatikan karena jika dari bentuknya tidak
sepertisediaan suppositoria pada umunya, maka seseorang yang tidak tahu akan
mengira bahwasediaan tersebut bukanlah obat. Untuk itu, bentuk juga sangat
mendukung karena akanmemberikan keyakinan pada pasien bahwa sediaa tersebut
adalah suppositoria. Selain itu,suppositoria merupakan sediaan padat yang
mempunyai bentuk torpedo.
3. Uji Waktu Hancur
Uji waktu hancur ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama sediaan
tersebut dapathancur dalam tubuh. Cara uji waktu hancur dengan dimasukkan
dalam air yang di set samadengan suhu tubuh manusia, kemudian pada sediaan
yang berbahan dasar PEG 1000 waktuhancurnya ±15 menit, sedangkan untuk
oleum cacao dingin 3 menit. Jika melebihi syaratdiatas maka sediaan tersebut
belum memenuhi syarat untuk digunakan dalam tubuh.Pengujian menggunakan
media air, dikarenakan sebagian besar (± 60%) tubuh manusiamengandung cairan
4. Uji Keseragaman Bobot
Keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah bobot tiap sediaan
sudahsama atau belum, jika belum maka perlu dicatat. Keseragaman bobot akan
mempengaruhiterhadap kemurnian suatu sediaan karena dikhawatirkan zat lain
yang ikut tercampur.
Caranya dengan ditimbang seksama sejumlah suppositoria, satu persatu
kemudian dihitung berat rata-ratanya. Hitung  jumlah  zat  aktif  dari masing-
masing sejumlah suppositoriadengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.
Jika terdapat sediaan yang beratnyamelebihi rata-rata maka suppositoria tersebut
tidak memenuhi syarat   dalam keseragaman bobot. 
Karena keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui kandungan yang terda
pat dalam masing-masing suppositoria tersebut sama dan dapat memberikan efek
terapi yang sama pula.
5. Uji Titik Lebur
Uji ini dilakukan sebagai simulasi untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan
sediaansupositoria yang dibuat melebur dalam tubuh. Dilakukan dengan cara
menyiapkan airdengan suhu ±37°C. Kemudian dimasukkan supositoria ke dalam
air dan diamati waktuleburnya. Untuk basis oleum cacao dingin persyaratan
leburnya adalah 3 menit, sedangkanuntuk PEG 1000 adalah 15 menit.
6. Kerapuhan
Supositoria sebaiknya jangan terlalu lembek maupun terlalu keras yang
menjadikannya sukar meleleh. Untuk uji kerapuhan dapat digunakan uji
elastisitas. Supositoria dipotong horizontal. Kemudian ditandai kedua titik
pengukuran melalui bagian yang melebar, dengan jarak tidak kurang dari 50%
dari lebar bahan yang datar, kemudiandiberi beban seberat 20N (lebih kurang 2kg)
dengan cara menggerakkan jari atau batang yang dimasukkan ke dalam tabung.

2.7 Cara Pemberian Suppositoria


Cara pakai suppositoria adalah :
1. Cuci tangan dengan sabun dan air
2. Jika suppositoria lembek, masukkan dke dalam kulkas atau letakkan di dalam
air dingin selama 30 menit agar mengeras kembali
3. Buka kemasan suppositoria
4. Jika sulit membuka nya maka gunakan alat pemotong agar tetap bersih, anda
dapat menggunakan pisau silet.
5. Gunakan sarung tangan untuk membukanya
6. Lumasi suppositoria dengan lubricant, dan jangan menggunakan vaselin
7. Miringkan tubuh, dan tarik kaki kanan setinggi perut dan bagian kaki kiri
dengan posisi lurus
8. Angkat pantat dengan tangan kanan agar area rektal terbuka
9. Masukkan suppositoria dengan bagian yang runcing terlebih dahulu selama ½-
1 inci untuk anak-anak dan 1 inchi untuk orang dewasa
10. Tahan ujung jari yang di gunakan untuk memasukkan suppositoria
11. Kemudian luruskan kaki dengan posisi tubuh berbaring miring selama 5 menit
agar suppositoria tidak keluar kembali
12. Cuci tangan menggunakan sabun dan air untuk membersihkan sisa obat yang
menempel
2.8 Keuntungan dan Kerugian Suppositoria
Keuntungan penggunaan suppositoria dibanding penggunaan obat per oral adalah;
1.  Dapat menghindari terjadinya iritasi obat pada lambung.
2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan.
3. Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah dan berakibat obat dapat
memberi efek lebih cepat daripada penggunaan obat peroral.Baik, bagi pasien
yang mudah muntah atau tidak sadar.
4. Menghindari pengrusakan dalam sirkulasi portal.
5. Digunakan pada pasien yang tidak dapat menelan.
6. Cara yang efektif untuk yang suka muntah.

Kerugian
1. Tidak nyaman di gunakan
2. Absorbsi obat sering kali tak teratur atau sulit di ramalkan
3. Daerah absorbsinya lebih kecil
4. Absorbsi hanya melalui difusi pasif
5. Pemakaian kurang praktis
6. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang rusak oleh PH di rectum
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak, atau melarut
pada suhu tubuh, Bentuk-bentuk suppositoria   yaitu suppositoria vagina,suppositoria
uretra,suppositoria rectal. Metode pembuatan supositoria yaitu dengan tangan,dengan
cetakan kompresi,dengan cetakan, Evaluasi supositoria yaitu uji
homogenitas,keseragaman bentuk,uji waktu hancur,uji  keseragaman bobot,uji titik
lebur,kerapuhan.

3.2 Saran

Saya berharap agar dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. dan pembaca juga dapat mengetahui tentang suppositoria serta cara
penggunaannya.mungkin makalah ini masih banyak kekurangan lebih dan kurangnya
mohon dimaafkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2004. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta: UI Press.

Ansel. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press.

Lachman, L., et al. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI Press.

Syamsuni, H.A. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi.Jakarta: Penerbit


Kedokteran.

Winarti, L. 2013. Diktat Kuliah Formulasi Sediaan Semisolid Formulasi Salep, Krim, Gel,
Pasta, dan Suppositoria. Jember: Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai