Anda di halaman 1dari 3

Nama : Alma Salsabila Azzahra

NPM : 182030204

Kelas : D

Matkul : Hukum Diplomatik

Dosen : Desmond Andrian S.PD., M.SI

1. Hubungan baik antara Indonesia dan Taiwan memiliki banyak keunikan. Kedua tidak
memiliki hubungan diplomatic namun hubungan ekonomi mereka telah tumbuh pesay
selama lebih dari lima decade. Lintasan hubungan antara Taiwan dan Indonesia dapat
digambarkan seperti perjalanan roller-coaster karena kebijakan Indonesia yaitu “satu-
china”. Kebijakan “satu-china” tidak menghalangi pebisnis Indonesia untuk membangun
hubungan perdagangan dengan Taiwan. Dengan tidak adanya hubungan diplomatic
formal dengan Taiwan, hubungan ekonomi antara dua Negara ini meningkat sebagai
pengakuan terhadap hubungan yang membaik ini antara kedua negara Kamar dagang
Indonesia didirikan di Taipei pada tahun 1970 dan Jakarta menanggapinya dengan
mendirikan kamar dagang Taiwan di Jakarta pada tahun 1971. Dalam perjanjian bilateral
double taxation avoidance (penghindaran pajak berganda disebutkan bahwa perjanjian
antara Indonesia-Taiwan mengikat setiap orang yang menentap dalam salah satu Negara
atau keduanya dalam perjanjian. Indonesia-Taiwan yang diwakilkan oleh masing –
masing kamar dagang kedua Negara yaitu Taipei Economic Trade and Offfice (TETO)
dan Indonesian Economic Trade and Office (IETO) Atau yang lebih dikenal kamar
dagang ekonomi Indonesia. Dalam one china policy sudah dijelaskan mengenai
hubungan Indonesia Taiwan hanya sebatas kegiatan ekonomi dan perdagangan tetapi
faktanya kedua Negara tersebut melakukan kerjasama di berbagai bidang
2. Peran Negara ketiga terhadap pejabat diplomatic yang berada di wilayah yurisdiksinya
berdasarkan ketentuan pasal 40 konvensi Wina 1961 tentang hubungan diplomatic,
bahwa apabila Negara ketiga telah memberikan izin terhadap pejabat diplomatic yang
bersangkutan untuk memasuki wilayahnya maka Negara ketiga wajib memberikan hak
kekebalan dan keistimewaan terbatas yang diperlukan untuk menjamin perjalanan pejabat
diplomatic tersebut. Pemberian Hak kekebalan dan keistimewaan ini berlaku apabila
diplomat tersebut hanya bertujuan transit di suatu wilayah negara ketiga, dalam
perjalanannya menuju atau kembali ke pos dinasnya, atau dalam perjalanan kembali
kenegaranya. Dalam hal tindakan transit seorang pejabat diplomatik tersebut dilakukan
dalam keadaan force majeure, maka meskipun tanpa izin negara ketiga pejabat
diplomatik dapat transit di wilayah negara ketiga tersebut dan negara ketiga memiliki
kewajiban untuk memberikan Hak Kekebalan dan Keistimewaan terbatas selama hak
tersebut dibutuhkan dalam menjamin perjalanan diplomat tersebut. Dalam hal pejabat
diplomatik dalam keadaan damai (tidak sedang berperang) hanya berniat melewati
wilayah negara ketiga, maka berdasarkan hukum kebiasaan internasional negara ketiga
wajib memberikan Hak Innocent Passage (hak lintas bebas). Konsep Kekebalan
Diplomatik di Negara KetigaMemang suatu fakta yang tak terbantahkan, jika karena
kebutuhan baik kepentingan individu maupun kepentingan umum, ataupun karena letak
posnya yang jauh dari negara pengirimnya, seorang agen diplomatik pada suatu waktu
harus melintasi batas-batas negara lain, bahkan jika diperlukan ia harus tinggal untuk
sementara waktu di wilayah negara ketiga.
3. Diantara pemerintahan Negara republic Indonesia dan pemerintah Australia tidak
terdapat perjanjian bilateral ataupun regional yang mengikat kedua Negara berkaitan
dengan pemberian suaka secara khusus. Namun, demikian karena kedua Negara
merupakan Negara anggota PBB, maka kedua Negara tunduk dan terikat pada ketentuan
– ketentuan yang dihasilkan oleh organ – organ PBB termasuk Universal Declaration of
Human Rights 1948 dan Declaration on Teritorial Asylum1967. Sehingga pemberian
suaka kepada 42 WNI asal papua tersebut dalam perspektif hukum internasional
merupakan bentuk pelaksanaan kedaulatan sebuah Negara dalam hal ini Australia yang
harus dihormati oleh Negara lain. Hal ini karena sifat dari pemberian suaka tersebut
merupakan tindakan dengan maksud – maksud perdamaian dan tindakan kemanusiaan.
Berbeda dengan WNI di Suriah atau bisa dibilang Eks-ISIS mengapa mereka tidak
mendapat suaka teriotorial, karena suaka tidak diberikan kepada seorang penjahat perang.
Seseorang yang melakukan disersi dari suatau angkatan bersenjata maka suatu Negara
tidak akan mengijinkan atau memberikan suaka. Itulah yang dilakukan Negara Suriah.
4. Indonesia termasuk negara pertama yang mengakui kemerdekaan Palestina setelah
dideklarasikannya Negara Palestina di Aljazair, 15 November 1988. Sebagai wujud
dukungan lebih lanjut dari Indonesia kepada Palestina, pada tanggal 19 Oktober 1989 di
Jakarta telah ditandatangani “Komunike Bersama Pembukaan Hubungan Diplomatik”
antara Menlu RI, Ali Alatas, dan Menlu Palestina, Farouq Kaddoumi, yang sekaligus
menandai pembukaan Kedutaan Besar Negara Palestina di Jakarta. Perdana Menteri
Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan niat untuk membuka hubungan diplomatik
dengan Indonesia. Sebab, Indonesia merupakan salah satu negara penting bagi Israel. Hal
ini diungkapkan Netanyahu dalam konferensi internasional untuk wartawan Kristiani di
Yerusalem. Selama ini, Indonesia bersikeras enggan menjalin hubungan diplomatik
dengan Israel sebagai bentuk protes pemerintah terhadap pendudukan ilegal negara itu di
wilayah Palestina.
Pelantikan Susheh sebagai Konsul Kehormatan RI dilakukan Menteri Luar Negeri Retno
Marsudi di KBRI Amman, Yordania pada 13 Maret 2016, lantaran Menlu Ri tidak
mendapat izin Israel untuk masuk ke Ramallah. Meski Indonesia tidak memiliki
hubungan diplomatik dengan Israel, hal tersebut tidak mengurangi posisi Indonesia dalam
memperjuangkan Palestina. Ada tidaknya hubungan diplomatik tidak menentukan bobot
perjuangan mendukung kemerdekaan Palestina.

Anda mungkin juga menyukai