Anda di halaman 1dari 13

RELASI PENGUSAHA-PENGUASA DALAM DEMOKRASI:

Fenomena Rent Seeker Pengusaha jadi Penguasa

Muhammad Ali Azhar


Dosen FISIP Universitas Udayana

Abstract
Reform has opened up opportunities for entrepreneurs to fill vacancies
in the government leadership. That is, because the election can not be
denied in addition to requiring figures, intellectuals, also takes charge.
The tendency is then driven by a ban on civil servants, military, police
and politics since the reforms initiated. This success encouraged the
expectation that the next number of employers who will be ruler of the
greater. Some key findings in this paper, as analyzed in several
phenomena: First, the recognition that entrepreneurs are middle class
people who are needed to fill the vacancy of the public that in the past
many occupied by civil servants, military and police. Second, the
employer is considered to have more opportunities and capability
compared with other community groups to win political support as
well as in managing the administration of the state. Third, the future of
Indonesia's political future will be characterized by the role of the
entrepreneur.

Key Words: entrepreneur-ruler, rent seeking, and the oligarchs

A. Pendahuluan Pada masa Orde Baru lalu, peran


Dalam kajian historis mengenai pengusaha hanya sebatas supporting
akar demokrasi dan kediktatoran, system belaka, dari jejaring politik dan
Barington Moore menyimpulkan bahwa ekonomi. Hal ini disebabkan pemerintah
ò•‡„—ƒŠ •‡Žƒ• ’‡•†—†—• •‘–ƒ ›ƒ•‰ „‡•ƒ” pada waktu itu dihadapkan pada
dan independent telah menjadi elemen permasalahan kekurangan modal
sangat diperlukan dalam pengembangan sehingga pemerintah memberikan
†‡•‘•”ƒ•‹óä Menurutnya demokrasi akan insentif kepada pemilik capital swasta
tumbuh dan berkembang jika kelas atau pengusaha berupa kepercayaan mau
borjuis menjadi kuat dan aktif dalam bekerjasama dengan pemerintah (Barr,
proses demokratisasi, begitu argumen 1990). Peran negara spada masa itu angat
Moore. No bourgeoisie no democracy, penting dalam menumbuhkan borjuasi
(Barrington Moore, 1966). Dewasa ini seperti yang dikemukakan oleh Barington
banyak pengusaha menyepakati doktrin Moore diatas. Pada masa itu modal,
Moore ini dan bahkan ditandai dengan kontrak, konsesi, dan kredit dari negara
banyaknya pengusaha berbondong- diberikan secara langsung kepada
bondong terjun dalam dunia politik pengusaha, namun pada kesempatan yang
seperti yang dikatakan oleh Wakil sama pengusaha-pengusaha swasta itu
Presiden diatas. Hal ini merupakan trend telah menja-lankan atau
dari dulu, baik di luar negeri maupun di memanfaatkannya. Pengusaha-pengusaha
Indonesia, banyak pengusaha menguasai jenis ini dengan dukungan dibawah
jabatan publik. proteksi rezim pemerintah; mereka
mempunyai patron dalam kelompok

Muhammad A. Azhar: Relasi Pengusaha-Penguasa Dalam Demokrasi


43
kekuasaan politik-birokrasi. Mereka seeking yang mengakibatkan adanya
diatur dibawah aparat birokrasi dan ketidakadilan ekonomi (Kompas,
biasanya sangat tergantung dengan modal 28/12/06).
asing. oleh sebab itu mereka hanya Berbagai pengalaman menunjuk-
sebagai pemain pendukung dibelakang kan secara empiris dan komparatif bahwa
pemerintah. para pengusaha atau taipan di negara
Dewasa ini kesempatan itu telah berkembang memanfaatkan kondisi itu,
masuk ke wilayah politik dengan terbuka hanya untuk kepentingan sesaat. Dalam
lebar. Penelitian Lembaga Ilmu arti bahwa kebanyakan pengusaha
Pengetahuan Indonesia menunjukkan, dinegara berkembang terlibat dalam
dengan daya pikat finansial yang besar, dunia politik dengan memanfaatkan kroni
nominasi bisa dibeli agar mereka kapitalis. Pengusaha di negara
dicalonkan sebagai anggota legislatif berkembang bukan wirausaha-wirausaha
(Nuryanti, 2005). Berubahnya konstelasi sejati, tetapi pengusaha-pengusaha itu
politik dan ekonomi pasca-Soeharto hanya menikmati rente dari penguasa
membuat kekuasaan tersebar kemana- setelah itu memberikan imbalan finansial
mana serta pengaruh politiknya yang serta dukungan politik bahkan kalau
luas. Akibatnya, upaya untuk perlu memperoleh dukungan pengaruh
mendapatkan kemudahan dan proteksi dan kekuasaan.
politik dalam berbisnis makin lebar dan
berbiaya tinggi. Semakin banyak B. Rent Seeker Dalam Relasi
kelompok pengusaha mendekati pusat Pengusaha-Penguasa
kekuasaan dengan cara menyuap, Salah satu cara untuk membaca
sehingga menimbulkan biaya transaksi situasi perilaku penguasa dalam
keuntungan pemburuan rente dalam memaksimalkan keuntungannya adalah
kekuasaan. dengan melakukan pendekatan the New
Dalam konteks kekinian, Political Economy atau yang lebih dikenal
persyaratan itu semakin mendekati dengan istilah Rational Choice. Asumsi
harapan karena beberapa alasan pokok dasar yang dibangun dalam pendekatan
yang mendasari fenomena itu sebagai ini adalah bahwa manusia adalah mahluk
berikut. Pertama, atmosfer politik di yang egois dan rasional. Sifat ini akan
Indonesia didominasi ideologi membuat manusia untuk selalu berusaha
pragmatisme yang mengakibatkan jagat secara rasional dapat dilaksanakan dan
perpolitikan nasional keruh dengan akan membantu tercapainya kepentingan
perebutan kepentingan politik. Kedua, tersebut. Pada intinya manusia akan
hukum dan perundang-undangan masih berusaha untuk sebisa mungkin
merupakan produk politik kepentingan mendapatkan keuntungan yang optimal
sempit dan sesaat. Ketiga, birokrasi yang dengan memanfaatkan segala fasilitas dan
korup dan parasitik telah menjadi medan kemampuan yang ia miliki dengan segala
pertarungan politik partai-partai politik keterbatasan atau kendala yang ada.
untuk menjadi sarana akses terhadap Cabang lain dari ilmu kontemporer
kekayaan negara. Keempat, partai politik teori pilihan negara, bermula dengan
dan lembaga perwakilan rakyat masih pandangan bahwa para agen dalam
sekadar broker politik yang organisasi sektor baik swasta maupun
memberlakukan politik sebagai dagangan negara akan mempunyai agenda-agenda
yang dapat diperjualbelikan untuk yang sangat berbeda dari agenda-agenda
kepentingan yang sangat subyektif. para principal mereka. Para pelayan
Kondisi ini dapat saja dimanfaatkan oleh publik tidak berbeda dari setiap agen
pengusaha dalam pola permainan rent ekonomi lain dalam usaha

Muhammad A. Azhar: Relasi Pengusaha-Penguasa Dalam Demokrasi


44
memaksimalkan kepentingan individual akan diarahkan untuk bertindak dalam
mereka. kepentingan publik luas, meski dalam
Kisah tentang pengusaha yang kenyataannya perilaku mereka secara
menerobos kekuasaan, baik karena empiris lebih dapat dijelaskan lewat
kedekatan, kolusi, maupun peran ganda, motif-motif kepentingan pribadi yang
sesungguhnya telah masuk dalam kajian lebih sempit. Perilaku para pejabat negara
ekonomi politik sejak dulu. Pembahasan dapat dipengaruhi oleh suap, kampanye
ini pertama kali dilakukan oleh Anne sumbangan hadiah kepada anggota
Krueger pada tahun 1973, yang membuat keluarga, atau janji masa depan. Sejumlah
makalah mandiri dari karya Gordon besar aktivitas sektor swasta dengan
Tullock. Teori yang mengkaji masalah itu demikian diselewengkan dari
dikenal dengan sebutan teori perburuan kewirausahaan menghasilkan kekayaan
rente ekonomi ("Theory of Economic Rent- ke pemburuan rente (Krueger 1974;
seeking"). Teori tersebut menjelaskan Buchanan, Tullock, dkk, 1980).
fenomena perilaku pegusaha untuk Memang tidak semua pengusaha
mendapatkan lisensi khusus, monopoli yang berpolitik berdampak negatif.
dan fasilitas lainnya dari pihak yang Namun pengalaman empirik di negara
berwenang, yang mempunyai kekuasaan berkembang menunjukkan, kemung-
atas bidang tersebut. Dengan lisensi kinan tabiat koruptif dari dwifungsi itu
khusus, maka dengan mudah pelaku yang justru semakin membesar. Karena
lain tidak bisa masuk pasar. Karena itu, umumnya, motivasi utama para
perilaku pemburu rente ekonomi pengusaha atau 'taipan' berpolitik guna
biasanya merupakan perilaku mempertahankan kepentingan bisnisnya
antipersaingan atau menghindari (Harris, 2003). Tracking yang dilakukan
persaingan. menunjukkan, pebisnis di negara
Seiring dengan alasan sistem berkembang yang berpolitik adalah kroni
ekonomi politik modern dewasa ini, kapitalis, bukan entrepreneur sejati.
domain negara harus dipisah dari domain 'Kerajaan' bisnis yang dibangun bukan
swasta. Masing-masing memiliki ciri dan hasil persaingan usaha sehat dan inovasi
karakteristik berbeda serta diatur dengan bisnis, tetapi dari privilege dan konsesi
aturan main yang berbeda pula. Campur- yang diberikan patron politik. Yashiro
aduk keduanya menyebabkan kedua Kunio (1990) menamakannya ''kapitalis
sistem tersebut mengalami distorsi, yang semu'' (ersatz kapitalism), yaitu
akan berujung pada ketidakadilan, pengusaha yang tumbuh karena memiliki
kesenjangan ekonomi, monopoli, dan hubungan mesra dengan rezim.
korporatisme. Pengusaha memperoleh
keuntungan dengan cara bukan C. Mutualisme Pengusaha-Parpol
persaingan yang sehat di dalam pasar. Mencermati karakter pengusaha
Kekuasaan dipakai untuk memengaruhi pragmatis yang tumbuh melekat pada
pasar sehingga mengalami distorsi untuk pengusaha sangat bersinergi dengan iklim
kepentingannya. Dalam praktiknya politik koruptif, apalagi di negara yang
perburuan rente ekonomi, pelaku usaha penegakan hukumnya belum benar-benar
mengundang kekuasaan atau dapat diwujudkan, partai politik dan
memengaruhi kekuasaan untuk lembaga perwakilan rakyat belum
mengambil dari suatu nilai yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, dan
dikompensasi. belum profesional dan imparsialnya
Retorika tentang ò’‡Žƒ›ƒ•ƒ• birokrasi dalam memelihara etik dan
•‡‰ƒ”ƒó mengandaikan bahwa para nilai-nilai yang dapat mendukung
pejabat pemerintah bagaimanapun juga fungsinya sebagai lembaga pelayan

Muhammad A. Azhar: Relasi Pengusaha-Penguasa Dalam Demokrasi


45
publik. Hal ini dikhawatirkan struktur Bush, adalah pengusaha yang menjadi
kekuasaan politik tidak dapat menjamin senator dari Connecticut dan teman main
berfungsinya mekanisme saling kontrol di golf favorit Presiden Eisenhower. Dari
antara lembaga-lembaga politik sehingga relasi bisnis-politik ini, dinasti Bush
yang terjadi adalah penyelewengan berkembang pengusaha minyak terbesar
mandat rakyat untuk kepentingan bisnis. di di Amerika Serikat (Phillips, 2004).
Salah satu ciri yang penting dari Di Korea Selatan, para chaebol
relasi pengusaha dan penguasa adalah membangun perusahaan multinasional
masuknya para pengusaha bisnis kedalam mereka dengan sokongan penuh dari
jabatan publik atau elit kekuasaan. rezim yang berkuasa saat itu (Kang,
Setumpuk penelitian secara empiris dan 2002). Mereka menjalin hubungan mesra
komparatif menunjukkan bahwa para (cozy relationship) dengan penguasa
pengusaha khususnya di negara untuk memperoleh konsesi dan lisensi.
berkembang masuk ke lingkaran elit Para Chaebol mencari rente tidak dalam
kekuasaan karena pengusaha ingin menanamkan modalnya pada industri-
menikmati rente dari penguasa dengan industri yang menghasilkan barang untuk
memberikan imbalan finansial serta mendapat-kan keuntungan tetapi mereka
dukungan politik. Penelitian empiris di mencari rente dengan kata lain di
India, Pakistan, Malaysia, Thailand, dan investasikan dalam bentuk protofolio
Korea Selatan mengurai hubungan mesra atau portofolio invest (Park, 2004).
penguasa dan pengusaha dalam mengejar Di Filipina, pengusaha menguasai
rente ekonomi untuk membangun ranah politik dan bisnis yang dibangun
kelompok business-politico (Mushtag dengan cara yang sama, dengan
Khan 1999). Yoshihara Kunio (1990) memusatkan perhatian kepada presiden
menyebut kapitalis yang berkembang di sebagai patron pengusaha. Ditemukan
Asia Tenggara ini sebagai kapitalis semu apparatus negara yang semua
(ersatz capitalist), yaitu pengusaha yang komponennya terbuka untuk dijarah oleh
tumbuh karena bergandeng mesra kekuatan-kekuatan sector privat yang
dengan rezim. Pengusaha semu ini kuat. Sistem ini dikenal dengan istilahnya
membangun bisnis dengan memperoleh booty capitalism. (Hunchcroft, 1998).
kemudahan (privilese) dan proteksi Di Indonesia riset yang dilakukan
politik. Yoshihara Kunio (1990), Richard Hefner
Di Thailand, Pasuk Phongphaichit (1998), serta Robinson dan Hadiz (2004)
dan Chris Baker (2004) membedah mengkonfirmasikan pola di atas.
sejarah perkembangan bisnis Shin Pengusaha adalah pemburu rente dari
Corporation. Thaksin Sinawatra mantan hasil selingkuh kepentingan dengan
perdana menteri Thailand memulai bisnis penguasa. Kelompok bisnis ini kemudian
sebagai mantan perwira polisi yang yang tertarik untuk berpolitik. Bukan
memasok peralatan komputer dan ATK hanya masuk, melainkan mengendalikan
bagi institusi polisi. Pada awal 1990-an, karena berada di pucuk pimpinan partai
dia mendapat konsesi cable TV, politik. Contoh trio pengusaha besar Jusuf
telekomunikasi (paging, telepon seluler, Kalla, Surya Paloh, dan Agung Laksono
card-phone), satelit, dan datanet sebesar berhasil menguasai Partai Golkar dan
1,3 miliar baht. Sutrisno Bachir yang berhasil menguasai
Di negeri Paman Sam Amerika PAN setelah Amien Rais tidak ingin lagi
Serikat, Kevin Phillips membedah Dinasti maju sebagai ketua Umum PAN. Begitu
Bush yang dibangun dari fondasi bisnis pula bila melihat tubuh kabinet di
finansial, perminyakan, dan industri pemerintahan, wajah-wajah pengusaha
militer. Prescott Bush, kakek Presiden yang menduduki posisi penting seperti

Muhammad A. Azhar: Relasi Pengusaha-Penguasa Dalam Demokrasi


46
mantan Menko Perekonomian Aburizal menyangkut kontribusi calon terhadap
Bakrie. Hal ini akan terlihat jelas saat partai. Akibatnya calon yang dimunculkan
menjelang pelaksanaan pilkada yang akan adalah yang berhasil memenangkan
dijelaskan di halaman berikut tulisan ini. negosiasi itu, dengan tolok ukur
Sebagai contoh banyak pengusaha yang utamanya berupa materi (baca: dana atau
terjun ke politik dengan mencalonkan diri ò‰‹œ‹ó ä
sebagai bupati atau wali kota, adalah Fenomena di atas dapat menjadi
pilkada yang terjadi di propinsi Jawa ilustrasi bagaimana karakteristik bisnis
Tengah, ada empat calon wali kota di kota yang murni pencari laba bertemu dengan
Semarang adalah pengusaha atau mereka kepentingan kekuasaan. Besarnya
yang berlatar belakang bisnis (Kompas komposisi sumbangan pengusaha dapat
12/5/05). dipandang sebagai besarnya kepentingan
bisnis dalam mempengaruhi kebijakan
Rent Seeking dan Hukum Besi parpol. Transaksi ini terjadi biasa pada
Oligarkhis Parpol saat proses untuk mencapai kekuasaan
Dewasa ini kebanyakan pejabat lewat pemilu dan berlanjut ketika
politik mempunyai aksentuasi hubu-ngan kekuasaan didapat dan
dengan partai politik, dan biasanya diimplementasikan. Hal ini berdampak
mempunyai latar belakang sebagai pada otoritas penguasa parpol dalam
pengusaha bukan sebagai masyarakat mengimplementasikan kebijakan dapat
biasa. Hal ini dapat kita lihat partai politik mudah dipengaruhi kepentingan
yang berjalan di masyarakat banyak di pengusaha sebagai pamrih dukungan saat
dukung dengan sejumlah pengusaha. pemilu. Disinilah kemudian terjadi
Relasi ini menghasilkan suatu system distorsi yang seharusnya posisi bisnis
yang saling menguntungkan, partai sebenarnya berada di luar lingkup
tumbuh dari dukungan kelas pengusaha, kekuasaan namun ternyata dapat
Hal ini menimbulkan keinginan parpol membalikan kenyataan. Akibatnya, peran
berbisnis. Bagi pengusaha parpol kekuasaan berubah yang seharusnya
dipandang sebagai sarana bisnis untuk berwatak pelayanan menjadi berorientasi
kepentingannya dan bagi pengurus, partai keuntungan.
politik berbisnis dipandang dapat Hal ini menjadi pertanda lonceng
mendorong kemandirian partai. Parpol kematian demokrasi. Hal itu terkait
menjadi tidak perlu melirik anggaran dengan terjadinya komplikasi karena
publik atau menyalahgunakan kekua-saan menyatunya tiga karakter sumber daya
yang dimilikinya di parlemen atau politik yakni pada diri pengusaha, bisnis,
birokrasi untuk mengeruk keuntungan dan partai politik (Kompas, 16/12/2004).
demi kas parpol. Bila hal ini terjadi maka partai politik
Realitasnya, pada perekrutan akan berkarakter oligarkis yang
kandidat, itu umumnya berlangsung memusatkan kekuasaan pada kekuatan
dalam mekanisme demokrasi yang semu pengusaha. Pusat kekuasaan tumbuh di
(pseudo democracy) dan tidak transparan. sekitar sedikit elite utama di pucuk
Hal ini disebabkan mekanisme itu organisasi partai. Kepentingan dan
terdistorsi oleh kepentingan-kepentingan kenikmatan partai pun tidak
pragmatik elit parpol, sehingga kualifikasi terdistribusikan ke luar lingkaran elite
kandidat yang berkaitan dengan utama itu.
kompetensi, kredibilitas, dan Bagi Robert Mitchel seorang
akuntabilitas calon tenggelam oleh ilmuwan, ketika ia menyajikan
kepenting-kepentingan jangka pendek elit temuannya dalam karyanya berjudul
parpol. Di sinilah terjadi negosiasi Political Parties bahwa partai politik

Muhammad A. Azhar: Relasi Pengusaha-Penguasa Dalam Demokrasi


47
adalah instrument utama demokrasi, akan berkompetisi untuk menempatkan
tetapi partai tidak bisa menghindari apa kadernya sebagai pemimpin. Hasrat inilah
yang disebut sebagai hukum besi oligarki yang menurut Mitchel sebagai penyebab
yakni kecenderungan dominasi utama berlakunya hukum besi oligarki.
(penguasa) sekelompok kecil orang Pemimpin partai selalu mengendalikan
(minoritas) yang tidak mewakili keputusan partai maupun anggotanya,
kepentingan mayoritas rakyat. Sebuah termasuk mengendalikan/menyeleksi
hukum sosiologis paling fundamental kandidat yang akan dipromosikan. Dalam
•‡•ƒŽ‹‰—• ’ƒ”ƒ†‘••ƒŽ „ƒŠ™ƒ ò•—•…—Ž•›ƒ kaitannya dengan keinginan parpol
oligarki-pengurusan/pemerintahan di berbisnis peluang masuknya pengusaha,
tangan segelintir orang adalah suatu hampir bisa dipastikan ia akan
•‡•‹•…ƒ›ƒƒ• ›ƒ•‰ •—•–ƒŠ‹Ž –‡”Š‹•†ƒ”•ƒ•ó menggegam kekuasaan yang luar biasa di
(The Free Press, 1949). dalam partai serentak dengan
Setiap partai menjanjikan kemampuan modalnya yang besar.
demokrasi, keadilan, kesejahteraan, Ketiga, oligarki dalam konteks
keamanan, kedamaian dan persatuan, hubungan partai dengan massa. Partai
tetapi sejauhmana janji-janji ideal diatas tidak pernah menempatkan warga negara
disuarakan bisa terwujudkan? Masih sebagai entitas yang beradab dan
menjadi keraguan, karena empirisnya mempunyai hak-hak politis yang
setiap organisasi partai politik selalu dijunjung tinggi. Seperti halnya kaum
menampilkan structur organisasi oligarki kapitalis yang menempatkan warga
yang tidak sesuai dengan platform partai masyarakat sebagai konsumen demi
sebelumnya. Struktur oligarki ini telah keuntungan mereka. Bagi para politisi
membunuh prinsip dasar demokrasi partai yang berasal dari pengusaha hal ini
(Eko;2004). menjadi ladang empuk untuk
Setidaknya ada empat memanipulasi massa dengan politik uang
kecenderungan oligarki ini dalam konteks demi kepentingan mereka yaitu meraih
pemusatan kekuasaan kepada pengusaha, kekuasaan lewat pembelian suara.
pertama, oligarki dari segi organisasi, Keempat, oligarki dalam kekuasaan.
partai politik untuk mewadahi ‡•‹Ž‹Šƒ• —•—• ƒ†ƒŽƒŠ ò’‡•–ƒó ›ƒ•‰
kepentingan dan mencapai tujuan untuk sementara melibatkan massa-
bersama, tetapi para aktor yang rakyat. Namun setelah pesta bersama
membentuk dan menjadi anggota partai rakyat usai, para politisi yang telah
mau tidak mau harus meningalkan atribut meraih kekuasaan menggelar pesta
kepartaian apabila kepentingan kekuasaan dan kekayaan secara oligarkis,
organisasi sudah mengemuka. Misalnya tidak lagi bersama rakyat. Sejalan dengan
keinginan partai berbisnis dengan alasan perilaku pengusaha sebaia pemburu rente
agar parpol berbisnis oleh mereka yang dalam kekuasaan, para pengusaha yang
menganjurkan dipandang dapat telah berkusa ini melupakan janji-janji
mendorong kemandirian partai. Jika yang telah mereka obral pada rakyat
dibiarkan berbisnis, parpol tidak perlu menjelang pemilihan umum. Mereka tidak
melirik anggaran publik atau lagi berfikir tentang rakyat, tetapi
menyalahgunakan kekuasaan yang berpikir bagaimana kekuasaan, kursi
dimilikinya di parlemen atau birokrasi jabatan, proyek, dan fasilitas negara
untuk mengeruk keuntungan demi kas diperoleh. Dan ketika jabatan hampir
parpol (Kompas 27/12/05). berakhir mereka akan berjuang
Kedua, oligarki dalam memperoleh pesangon. Mereka tidak lagi
kepemimpinan partai. Partai selalu dekat dengan massa yang menjadikan
membutuhkan pemimpin, partai-partai mereka punya kekuasaan. Janji-janji yang

Muhammad A. Azhar: Relasi Pengusaha-Penguasa Dalam Demokrasi


48
mereka suarakan akan ditelan oleh pimpinan parpol dan karena itu lebih
waktu, sementara massa tidak mungkin mementingkan kepentingan partai politik.
lagi menagihnya. Dalam masyarakat Indonesia yang
Hal ini jika dikaitkan dengan sangat kuat budaya patriarki dan patron-
sejarah partai politik di Indonesia sejak kliennya, ketercerabutan yang eksklusif
zaman pergerakan kemerdekaan sampai ini justru dianggap sebagai hal yang
dengan sekarang jelas masih lumrah saja baik oleh politisi maupun
menunjukkan bahwa baik proses rakyat awam umumnya. Hingga masa
demokratisasi maupun hak demokrasi Demokrasi Terpimpin betapa oligarkinya
hanya berlangsung di suatu lapisan tipis istilah ini terus berlanjut ke masa
kelas menengah dan karena itu hanya Demokrasi Pancasila Orde Baru (Orde)
dinikmati oleh segelintir orang yang maupun sampai saat ini, kecenderungan
terdidik dan mempunyai pengaruh oligarki eksklusif ini bukannya semakin
financial besar. surut malah sebaliknya semakin jelas.
Pada awalnya hak demokrasi, baik Dewasa ini pola kecenderungan
dalam wujud pelemparan wacana tersebut semakin menemukan
demokrasi maupun partisipasi, lebih momentumnya karena difasilitasi dengan
merupakan hak istimewa sekaligus produk undang-undang yang merupakan
pengorbanan dari Kaum Pergerakan hasil kompromi politik yang bekerja di
dalam rangka mencapai kemerdekaan lembaga legislatif. Hasil produk undang-
Indonesia. Sesudah kemerdekaan, undang tersebut adalah UU Kepartaian
khususnya sejak tahun lima puluhan, No. 32/2004 yang mengatur kewenangan
setiap manusia Indonesia, paling-kurang partai politik dalam merekrut calon atau
secara legal- formal, dapat melemparkan pemimpin yang duduk dilembaga atau
wacana demokrasi maupun berpar- jabatan politik (Ahmad Nadir;
tisipasi dalam kegiatan politik. Secara Desember,2005). Dan yang lebih parah
perlahan-lahan tapi pasti, kegiatan lagi Dewan Perwakilan Rakyat baik di
mendirikan, mengurus, dan memimpin daerah dan di pusat yang baru saja
partai politik mulai beralih jati dirinya, terbentuk dikuasai oeh pengusaha yang
dari sebagai hak istimewa dan ini akan menjadi kendaraan mesin politik
pengorbanan menjadi keteram- para politikus yang amat rentan dengan
pilan/keahlian yang dapat diandalkan pengaruh mereka. Penyusunan dan
sebagai pekerjaan profesional dengan pengaturan perundang-undangan seperti
imbalan material yang melimpah. Dalam yang disebutkan diatas, tergambar secara
keadaan ekonomi yang memprihatin-kan, meyakinkan sebagai bentuk persaingan
ladang politik menjadi salah satu ladang kepentingan yang saling mempengaruhi
sumber utama yang diminati kelas antara kelompok-kelompok bisnis dan
ekonomi baik menengah maupun atas. kriminal daripada mewakili kepentingan
Dengan berjalannya waktu, tanpa rakyat banyak (Sidel;2002). Pola tersebut
disadari, para politisi kemudian lebih jelasnya seperti yang terjadi sebagai
membentuk suatu kelompok eksklusif berikut :
tersendiri dengan gaya-hidup yang juga
eksklusif. Semakin hari mereka semakin 1. Pola Rekrutmen Calon
elitis, tercerabut dari lingkungan Memasuki era reformasi dengan
konstituen, jauh dari rakyat yang diwakili. lahirnya UU kepartaian No. 32/2004
Mereka bahkan sebetulnya bukan lagi bukan memperbaiki keadaan akan tetapi
wakil rakyat di parlemen tetapi wakil semakin oligarki partai politik dalam pola
partai politik yang diunggulkan oleh perekrutan calon pemimpin misalnya
dalam pemilihan kepala daerah. Ada

Muhammad A. Azhar: Relasi Pengusaha-Penguasa Dalam Demokrasi


49
perlawanan kuat pola rekrutmen yang Tradisi politik uang (money politics),
berkaitan dengan proses rekrutmen calon baik secara etis maupun secara politis
menurut UU No. 32/2004 tentang tidak dibenarkan. Secara etis, politik uang
pemerintah daerah hanya mengizinkan dalam pilkada mengingkari tiga hal yang
calon kepala daerah diajukan oleh partai paling esensial; pertama, politik uang
politik atau gabungan partai politik. mengingkari cita-cita etis masyarakat
Proses rekrutmen semacam ini untuk membentuk, mengembangkan dan
telah banyak menuai kritik. Seleksi calon mengelola pemerintahan yang demikratis.
lewat parpol selain dianggap memasung Tatanan pemerintah yang demikratis,
hak warga negara, juga membuka peluang akuntabel dan berkeadilan hanya bisa
terjadinya persekongkolan politik dan berdiri diatas sendi-sendi integritas
bisnis dengan kekuatan bisnis tertentu. kandidat yang baik, kebebasan rakyat
Kandidat yang menjalin persekongkolan untuk menentukan pilihan, kejujuran
semacam itu akan terikat oleh loyalitas (fairness) dalam berkompetisi. Tanpa itu,
multipolar terhadap klien dan konstituen, karakter pemerintahan yang demikratis
baik kelak terpilih sebagai kepala daerah, akan sulit terwujud. Pemerintahan yang
maka pemerintahannya bisa menjurus dihasilkan ketidak jujuran pasti bersifat
kepada pemerintahan bayangan (shadow otoriter, represif, tidak transparan dan
state). Menurut penelitian William Reno menutup partisipasi masyarakat secara
(1999), dalam pemerintahan seperti ini, terbuka dalam penyelenggaraan
lembaga pemerintahan formal menjadi pemerintahan.
kurang berfungsi karena banyaknya Kedua, politik uang dapat
permainan kepentingan social, ekonomi, mendistorsi kualitas calon kepala daerah.
dan politik dari luar. Kandidat yang mempunyai uang yang
Pandangan ini dikuatkan dengan banyak dengan sumber yang tidak jelas
anggapan bahwa di alam demokrasi, dapat mengelabui konstituen. Dengan
aktivitas politik dapat saja menodai kesadaran politik masyarakat yang masih
moralitas, asalkan tidak melanggar sangat lemah (masih berada pada budaya
konstitusi secara formal tetap dikatakan politik antara subyek dan parochial) uang
demokratis. Sebab ukuran demokrasi dapat dapat diterima sebagai tawaran
hanyalah sebagai mekanisme-mekanisme yang menggembirakan, apalagi yang
kuantitatif dan bukan akibat apa yang diusungmasalah kemiskinan yang akut.
ditimbulkan oleh perbuatan itu. Apabila Dalam situasi demikian, uang dipandang
hal itu berjalan, menunjukkan bahwa sebagai dewa penyelamat yang dapat
demokrasi, bisa saja lemah akuntabilitas mengeluarkan masyarakat dari tuntutan
moralnya. Misalnya politik uang (money pemenuhan kebutuhan sesaat.
politics). Tentu saja politik uang hanya Ketiga, aktor-aktor yang bermain
bisa dilakukan oleh kelompok yang didalam pilkada secara etis dipandang
memiliki basis ekonomi kuat meskipun sebagai orang-orang yang memiliki niat,
memiliki kepentingan yang minimal, cita-cita dan tujuan yang mulia (good
sedangkan bagi yang tidak memiliki uang ethics). Dengan menggunakan uang,
tidak akan bisa melakukan hal yang sama aktor-aktor ini melukai niat baiknya
dengan lawan politiknya meskipun sendiri (bad ethics). Menjadi kepala
mengemban kepentingan politik yang †ƒ‡”ƒŠ „ƒ‰‹ •‡”‡•ƒ •‡„ƒ‰ƒ‹ òƒŽƒ–
lebih luas dan signifikan. Kejadian itu ’”‘†—••‹ …ƒ’‹–ƒŽó ƒ•‰ „‹•ƒ •‡•‰Šƒ•‹Ž•ƒ•
sudah sangat biasa dilakukan oleh partai uang sebanyak-banyaknya. Dengan
politik termasuk partai-partai modern. begitu, tujuan untuk menjadi kepala
daerah bukan untuk menjamin
2. Politik Uang Dalam Parpol pertumbuhan demokrasi, ekonomi,

Muhammad A. Azhar: Relasi Pengusaha-Penguasa Dalam Demokrasi


50
kesejahteraan dan keadilan masyarakat, dan mendistorsi makna politik yang
tetapi untuk mengakumulasi kekayaan sebenarnya. Politik pada dasarnya untuk
sebanyak-banyaknya, untuk diri sendiri, memperjuangkan kepentingan umum
keluarga dan anak cucu. (bonus commune) dengan menggunakan
Istilah money politics memang cara-cara atau tindakan-tindakan etis
kedengaran ganjil. Rupanya ia luas yang tidak bertentangan dengan norma-
dipakai hanya untuk menunjukkan norma umum yang berlaku di dalam
sekurangnya dua gejala. Pertama, istilah masyarakat. Sebagai masyarakat yang
itu menunjuk fakta tentang kekuatan menamakan dirinya homo politico, tidak
uang dalam perebutan kekuasaan. Akan dapat dibenarkan menggunakan cara-cara
tetapi, tentu saja hal itu terdengar aneh, atau tindakan kejahatan dengan
lantaran dari dulu sampai hari ini, uang mengatasnamakan kepentingan umum
sudah selalu merupakan sumber atau memperjuangkan kepentingan
kekuasaan dan juga senantiasa dipakai umum. Dalam sejarah peradaban politik
sebagai senjata meraih takhta. Mungkin umat manusia, kesejahteraan umum
dahulu istilahnya bukan 'uang', melainkan (public welfare) tidak diciptakan atau
'emas'. Karena itu ada diktum klasik, lahir ditangan mereka-mereka yang
'siapa punya emas, dialah yang merebut kekuasaan dengan cara yang
menentukan aturan'. Kedua, istilah money licik dan kejam, tetapi justru muncul dari
politics menunjuk gejala pembusukan mereka yang bertindak santun, beradab
yang dibawa oleh kuasa uang dalam dan demokratis. Actor-aktor yang santun,
menentukan proses pencalonan, beradab dan demokratis sangat
kampanye, dan hasil pemilu para anggota diperlukan dalam dalam pilkada kita di
legislatif ataupun Presiden. Indonesia, yang dimulai sejak tahun 2005
Secara politis, politik uang dapat lalu dan terus dilakukan diseluruh daerah
dipandang sebagai tindakan mengha- propinsi, kabupaten/kota. Aktor-aktor
lalkan segala cara untuk mencapai, seperti ini pun sangat diperlukan oleh
memperoleh dan mempertahankan masyarakat awam yang sudah puluhan
kekuasaan. Filsafat politik Machiavelli ini, tahun hidup dalam kekejaman, represif
sudah lama ditinggalkan. Machiavelli dan oligarki penguasa, mulai dari zaman
sebagai negarawan Florentine yang raja-raja, masa kolonial, sampai dengan
berubah menjadi penulis manuskripsi Indonesia merdeka. Karakter actor yang
politik dan menganggap dirinya sebagai represif (presiden, Gubernur, Bupati dan
guru par exelence, dipandang oleh bahkan Kepala Desa) dan
berbagai pakar ilmu politik sebagai mengatasnamakan kepentingan negara
penipu, penghianat, licik dan brutal, untuk mengha-lalkan tindakan kekerasan
karena memberikan anasir-anasir politik dengan slogan untuk kepentingan umum,
yang kurang rasional kepada masyarakat sudah seharusnya untuk ditanggalkan.
(Schmad, 2002:247)).
Politik menurut Machiavelli adalah 3. Kapitalisasi Pilkada
sesuatu yang brutal, licik dan penuh Salah satu keprihatinan yang banyak
dengan tipuan (The Discourse;1950). muncul dewasa ini adalah pelaksanaan
Actor-aktor yang menggunakan politik pilkada. Dalam pelaksanaan pilkada kita
uang dalam pilkada dengan guru kenal ada pilkada langsung dan tidak
politiknya Machiavelli telah mereduksi langsung. Tidak dapat dipungkiri saat ini
makna politik yang sebenarnya. Actor- dalam pelaksanaan pilkada langsung telah
aktor semacam ini layak disebut sebagai menimbulkan kapitalisasi pilkada dalam
ò•ƒ…Š‹ƒ˜‡ŽŽ‹ƒ•‹•ó ›ƒ•‰ „”—–ƒŽá •ƒ•ƒ” †ƒ• tahap pemilihan. Proses pilkada langsung
licik (sly man), karena telah mereduksi dinilai jauh lebih mahal dengan model

Muhammad A. Azhar: Relasi Pengusaha-Penguasa Dalam Demokrasi


51
pemilihan perwakilan (Nadir; 2005). membantu competitor kandidat kepala
Tanpa disadari memang setiap pergantian daerah dengan memanipulasi sejumlah
kekuasaan selalu menyedot biaya yang tempat pemilihan, pengadaan tambahan
tidak sedikit. Namun transisi demokrasi kotak dan kertas suara, dan pengumuman
yang saat ini sedang berlangsung hasil pilkada yang dilakukan secara
ditingkat lokal, yakni dengan digelarnya tertutup (Media Indonesia ;2005). Perilaku
pilkada langsung dianggap menciptakan KPUD seperti ini, bukan hanya membuat
anomaly yang serius. Kapitalisasi pilkada citra KPUD merosot tetapi juga
ini tidak lebih hanya sekedar politik uang, menjadikan KPUD sebagai antek-antek
karena yang terjadi adalah kepala daerah terpilih. Politik uang juga
pembengkakan biaya, baik dari sisi dapat dilakukan dengan membagi-
penyelenggaraan maupun dari pihak bagikan sejumlah uang kepada massa
kandidat. oleh masing-masing kandidat kepala
Tidak disangsikan dengan banyak daerah.
pengeluaran seperti ini kandidat Terjadinya politik uang dalam
berusaha memenangkan kompetisi pemilihan kepala daerah ini disebabkan
ditingkat internal yaitu partai politik pertama, calon-calon kepala daerah tidak
dengan memberikan sokongan dana yang memiliki integritas dan kepribadian yang
dibutuhkan oleh anggota partai dalam dapat diandalkan atau diakui baik oleh
pemilihan. Proses pemilihan, masing- partai politik, maupun oleh Massa.
masing kandidat dengan malakukan Penggunaan uang untuk mempengaruhi
pendekatan kepada para anggota internal partai politik dapat menggenjot dan
partai. Bagi mereka yang terlibat dalam mempermudah popu-laritas dan
praktek politik uang terlebih dahulu pengakuan para calon kepala daerah
menyediakan dana khusus dalam pra berhadapan dengan partai politik dan
pendekatan ini. Bagi bakal calon atau konstituennya. Kedua, pemilihan kepala
kandidat yang paham betul dengan situasi daerah sebagai ruang kompetisi sangat
di lapangan dan disertai dengan kondisi ketat dan terbatas, implikasinya hanya
dana yang mencukupi telah menyediakan membutuhkan competitor-kompetitor
dana pada masa pra pendekatan ini. yang tangguh berkualitas dan mampu
Dengan demikian, praktis yang bersaing dengan baik. Namum ruang
memenangkan kompetisi ditingkat kompetisi yang terbatas, justru hanya
internal parpol adalah yang memiliki menjadi tempat pertarungan para
uang paling banyak. kandidat yang tidak berkualitas.
Memang tidak ada pola baku Simplifikasinya uang dijadikan sebagai
tentang berapa besar dana yang garansi untuk menjadikan kemenangan.
dibutuhkan, namun pemberian uang ini Siapa yang memilih uang, dia yang akan
dilakukan untuk menarik simpati menjadi pemenang atau the winner is the
sekaligus untuk menunjukkan bahwa rich money. Ketiga, kondisi masyarakat
yang bersangkutan merupakan bakal yang lemah dapat dimanfaatkan oleh para
calon yang bonafide (Rifai;2003). kandidat membagi-bagi uang untuk
Ditambah lagi dengan fenomena peran memperoleh dukungan, dan kerap
dalam KPUD dalam pilkada daerah yang dianggap sebagai dewa penolong. Kondisi
sangat sentral, otomatis kandidat ini menunjukkan bahwa masyarakat
berusaha memperoleh verifikasi yang belum dapat dijadikan sebagai control
dilakukan oleh KPUD dan pengesahan terhadap penyalah-gunaan pilkada
bakal calon, competitor kepala daerah sebagai ruang kontestasi demokrasi.
memberikan sejumlah uang kepada KPUD Keempat, institusi-institusi regulatif yang
dan bahkan pada sejumlah daerah KPUD bertugas mengawasi pilkada masih

Muhammad A. Azhar: Relasi Pengusaha-Penguasa Dalam Demokrasi


52
bersifat organisatoris yang tidak mampu belah pihak baik kandidat maupun parpol
menjalankan tugasnya dengan baik. sama-sama membutuhkannya.
Kelima, media massa yang belum mampu Dengan demikian melihat fenomena
mengorganisasi isu politik uang menjadi ini menunjukkan pertanda bahwa
isu yang sangat sensitif terhadap kualitas kemajuan demokrasi berada pada dititik
pilkada. Hal ini disebabkan balik kemunduran. Pada sisi lain kita
ketergantungan media local yang tinggi melihat, bisa jadi masuknya pengusaha
terhadap sokongan dana dari para dalam kancah politik dan pemerintahan
kandidat. karena macetnya proses kaderisasi di
Menguatnya politik uang ini dalam lingkungan partai politik maupun
pilkada dapat berpengaruh terhadap pemerintahan. Tetapi kemungkinan yang
penyelenggaraan pemerintahan daerah lebih besar adalah karena faktor
kedepan. Kandidat-kandidat yang kedekatan antara politik, kekuasaan,
memenangkan pilkada melalui politik dengan uang. Untuk berkarier di politik
uang bisa dipastikan akan bekerja hanya dan memenangi pemilihan ketua umum
semata-mata untuk mengembalikan sebuah partai politik, berapa banyak dana
modal yang dikeluarkan, adanya yang harus disiapkan. Jumlahnya pasti
polasirasi loyalitas penguasa kepada miliaran rupiah, walaupun tidak selalu
penyumbang dana, kurangnya perhatian identik dengan politik uang.
pemerintah terhadap kepentingan rakyat
banyak. Tradisi demokrasi dan D. Kesimpulan
pembaharuan tatanan pemerintahan akan Dari segi kemunculannya relasi dari
terabaikan, semangat yang tumbuh hanya pengusaha ke pengusaha adalah sebuah
terfokus pada bagaimana mengakumulasi keniscayaan. Hal tersebut, dianggap
keuntungan yang sebanyak-banyaknya sesuatu yang sangat rasional.
dari posisi yang telah diraih. Sebagaimana di negara kampiun
Selain itu pilkada praktis hanya demokrasi seperti Amerika Serikat,
dapat diikuti langsung oleh calon yang banyak pengusaha atau setidak-tidaknya
berkantong tebal atau didukung oleh orang berduit yang sukses memimpin
orang-orang yang berkantong tebal. partai, menjadi senator dan mencalonkan
Akibatnya seperti yang disudah dijelaskan diri sebagai Gubernur atau Presiden.
diatas, calon lain yang mungkin Dengan pikiran positif, seorang
mempunyai akuntabilitasnya lebih baik pengusaha yang sudah sukses dan kaya
tidak dapat muncul ke permukaan. Dari raya tidak akan terlalu rakus mengejar
sini peran partai politik pun hanya harta dan terdorong melakukan perilaku
sebagai tukang stempel. Padahal, parpol koruptif. Tetapi dengan pikiran negatif
sebagai kendaraan bagi calon, semula kita tentu khawatir bahwa uang sebagai
diharap mampu berperan memunculkan modal pastilah harus dikembalikan. Dari
kandidat yang berbobot. Namun dengan mana kalau tidak dari hasil korupsi atau
ƒ†ƒ•›ƒ ò–ƒ”‹ˆˆó ’‡•…ƒŽ‘•ƒ• †ƒ• ’‘Ža-pola kolusi.
koalisi antar parpol disatu pihak serta Karena politik memerlukan uang
ketidakmampuan kader parpol di pihak sebagai kekuatan sekaligus pelicin
lain. Peran strategi parpol-parpol dalam jalannya organisasi partai politik dengan
proses ini menjadi sekedar legitimator segala aktivitasnya. Boleh dikatakan
bagi calon. Itulah fenomena money politics semua serba uang atau pasti harus ada
dalam politik oligarki parpol, ditengah uang agar kegiatan bisa berjalan. Dengan
kegamanga• òŽ‘•’ƒ–ƒ• †‡•‘•”ƒ•‹ó kata lain biaya politik itu besar.
akhirnya cenderung ditoleransi Mungkinkah pengusaha yang sudah
keberadaannya. Dengan alasan kedua terjun di politik atau menjadi pejabat di

Muhammad A. Azhar: Relasi Pengusaha-Penguasa Dalam Demokrasi


53
pemerintahan rela mengorbankan Inilah salah satu pekerjaan rumah penting
kekayaannya? Rasanya kurang masuk dalam demokrasi kita kedepan.
akal. Sulit juga memisahkan antara
kepentingan bisnis dan posisinya dalam
politik dan pemerintahan itu. Sudah Daftar Pustaka
diramaikan di media massa bagaimana Amirudin, A. Zaini Bisri. (2006), Pilkada
mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Langsung Problem dan prospek
Menko Perekonomian Aburizal Bakrie Sketsa Singkat Perjalanan Pilkada,
''mengejar'' proyek triliunan rupiah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Memang sudah mundur dari jabatan Arif, Saiful. (2003). Ilusi Demokrasi,
mereka, tetapi siapa pun tahu mereka Jakarta, Desantara Utama.
tetap menjadi pemilik perusahaan- Fukuyama, Francis,. (2005). Memperkuat
perusahaan besar di Indonesia. negara Tata Pemerintahan dan Tata
Sebenarnya tidak ada yang salah Dunia Abad 21, Jakarta, Gramedia,
dalam fenomena pengusaha menjadi Pustaka Utama.
penguasa. Pengusaha sebagai warga Eko, Sutoro, Yunanto,. (2005). Krisis
negara biasa wajar mempunyai hak-hak Demokrasi Elektorat, dalam
politik termasuk terjun dan aktif di partai Demokrasi dan Potret Lokal Pemilu
politik. Juga merupakan hal yang wajar Salatiga, Pustaka Pelajar.
dan malah seharusnya mereka yang Hadiz,. R.Vedi., (2005). Dinamika
sudah sukses berbisnis juga memikirkan Kekuasaan Ekonomi Politik
persoalan-persoalan yang lebih besar Indonesia Pasca Soeharto, Jakarta,
dalam konteks kehidupan berbangsa dan LP3ES.
bernegara. Tidak perlu ada yang Muhaimin, Yahya,. (1988) Kebijaksanaan
dikhawatirkan ketika semua itu berjalan Ekonomi dan Klientelisme,
secara transparan dan berimbang Yogyakarta, Pusat Antar
sehingga demokrasi tetap berjalan secara Universitas-Studi Sosial Universitas
fair dan sehat. Justru itulah yang masih Gadjah Mada.
diperdebatkan. Apakah benar demokrasi Kunio, Yoshihara,. September, 1999,
itu bisa sehat kalau politik uang menjadi Kapitalisme Semu Asia Tenggara,
alat paling efektif. Namun sebaliknya bisa Jakarta, LP3ES
juga dipertanyakan, apakah mungkin Nadir, Ahmad, (2005). Pilkada Langsung
politik dan kekuasaan itu bisa dipisahkan dan Masa Depan Demokrasi
dari uang. Indonesia, Malang, Avveroes Press.
Demokrasi membutuhkan elite Rifai, Amzulian,. (2003). Politik uang
partai politik, dan para politisi, yang jujur dalam pemilihan kepala daerah,
dan dapat diterima disegala ruang, tidak Jakarta, Ghalia Indonesia.
sekadar memanfaatkan momentum Santoso, Yudi, (2003). Diskursus Niccolo
pemilu untuk meraih kekuasaan dan Machiavelli. Terjemahan: the
kepentingan sesaat, juga melainkan discourses the modern library, New
mengakomodasi aspirasi rakyat, dan York, Yogyakarta: Bentang Budaya.
menjalankan kekuasaan demi Schmandt, Hendri . J. (2002). Filsafat
kepentingan rakyat. Namun Elite Politik (Terjemahan Kajian Historis
(pengusaha) di partai kerap dari zaman Yunani Kuno sampai
mempertontonkan logika dan cara kerja zaman Modern), Ahmad Baidlowi,
sesuai dengan kepentingannya. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Pengusaha dan partai politik masih suka
bekerja di ruang yang terpisah dalam
kedap suara dengan para pemilihnya.

Muhammad A. Azhar: Relasi Pengusaha-Penguasa Dalam Demokrasi


54
Sorensen, George,. (2003). Demokrasi dan
Demokratisasi, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar.

Muhammad A. Azhar: Relasi Pengusaha-Penguasa Dalam Demokrasi


55

Anda mungkin juga menyukai