Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nursakina Gazali

Nim : 1051411101019
Prodi : Farmasi Unismuh
TUGAS PKN
1. Pengertian Identitas Nasional
Identitas nasional merupakan suatu penanda atau jati diri suatu bangsa
yang dapat membedakan ciri khasnya dengan bangsa lain, karena ciri khas
suatu bangsa terletak pada konsep bangsa itu sendiri. Secara etimologis,
istilah identitas nasional berasal dari kata “identitas” dan “nasional” . Identitas
bersal dari kata identity yang artinya memiliki tanda, ciri atau jati diri yang
melekat pada suatu individu, kelompok atau sesuatu yang membedakannya
dengan yang lain. Sedangkan nasional berasal dari ka nation yang artinya
bangsa.

2. Faktor pendukung Kelahiran Identitas Nasional


Identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas serta keunikan
sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan oleh berbagai faktor. Sedikitnya ada 2
faktor yang mendukung kelahiran identitas suatu bangsa, yaitu faktor objektif
dan subjektif. Bagi bangsa Indonesia faktor objektif mendukung kelahirani
dentitas nasional meliputi faktor geografis-ekologis dan demokratis. Sedangkan
faktor subjektif adalah faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang
dimiliki bangsa Indonesia.
Robert de Ventos, sebagaimana dikutip Manuel Castells dalam bukunya,
The power of Identity ( Suryo,2002) mengemukakan teori tentang munculnya
identitas nasional suatu bangsa sebagai hasil interaksihistoris antara empat factor
penting, yaitu factor primer, factor pendorong, factor penarik dan factor reaktif.
Kesatuan tersebut tidak menghilangkan keberanekaan, dan hal inilah yang
dikenal dengan bhineka tunggal ika. Faktor kedua, meliputi pembangunan
komunikasi dan teknologi, lahirnya angkatan bersenjata modern dan
pembangunan lainnya dalam kehidupan negara.
Faktor ketiga, mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang
resmi, tumbuhnya birokrasi, dan pemantapan sistem pendidikan nasional.
Faktor keempat, meliputi penindasan, dominasi, dan pencarian identitas
alternatif melalui memori kolektif rakyat.
Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses
pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia, yang telah berkembang dari
masa sebelum bangsa Indonesia pada dasarnya melekat erat dengn perjuangan
bangsa Indonesia.
Oleh karena itu pembentukan identitas nasional Indonesia melekat erat
unsur-unsur sosial, agama, ekonomi, budaya, geografis yang berkaitan dan
terbentuk melalui suattu proses yang cukup panjang.

3. Kemajemukan dan Integrasi Nasional


Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang besar, baik dilihat dari
luas wilayah maupun dilihat dari jumlah penduduk. Dilihat dari segi luas
wilayah, Indonesia membentang dari 60 08’ LU hingga 110 15’ LS, dan dari
940 45’ BT hingga 1410 05’ BT yang di dalamnya terdiri dari sekitar 17. 508
pulau (Latif, dalam Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode
2009 – 2014: 1). Dilihat dari jumlah penduduk, Indonesia termasuk urutan ke-4
negara berpenduduk terbanyak di dunia setelah China, India dan Amerika
serikat. Menurut data terakhir yang dikutip dari Departemen Perdagangan AS
(6/3/2014) Indonesia masih berada di posisi ke-4 berpenduduk terbanyak di
dunia dan berada di atas Brazil dengan jumlah penduduk 253.609.643 jiwa.
Sebagai negara besar yang bercirikan nusantara, Negara Kesatuan
Republik Indonesia dihuni oleh 1.128 suku bangsa dan lebih 700 bahasa daerah
(Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009 – 2014: 185) .
Menurut Nasikun (1989:30), struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua
ciri utama: (1) secara horizontal ditandai adanya kesatuan social berdasarkan
perbedaan suku, agama, adat istiadat serta kedaerahan; (2) secara vertikal,
diandai adanya perbedaan antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup
tajam. Struktur masyarakat seperti ini secara konseptual dikenal sebagai
masyarakat majemuk. Sebagai masyarakat majemuk, Indonesia menghadapi
persoalan mendasar dalam membangun integrasi nasional, yaitu sulitnya mencari
keseimbangan antara pengakuan adanya keberagaman dan pembangunan rasa
kesatuan dari keberagaman itu.
Sejarah mencatat bahwa kemajemukan bangsa Indonesia telah ada sejak
lama dan menjadi entitas yang membanggakan. Indonesia sebagai komunitas
politik dan social lahir dari gagasan bersama yang berakar dari kesepakatan
berbagai komponen masyarakat yang berbeda. Gagasan bersama inilah yang
mempertautkan warga masyarakat yang majemuk itu menjadi satu kesatuan yang
disebut bangsa Indonesia. Meskipun demikian, sebagaimana umumnya sebuah
bangunan, bangsa Indonesia juga terdiri dari sejumlah kelompok kesatuan sosial
yang diikat oleh kesamaan etnisitas, sistem kepercayaan dan kesamaan lainnya.
Kemajemukan tetap menjadi ciri masyarakat Indonesia, kendati masyarakatnya
telah terikat pada satu kesatuan politik.
Selain teritorial dan kesamaan tujuan, terbentuknya suatu kesatuan social
sangat ditentukan oleh adanya dukungan dan topangan dari berbagai unsur yang
berbeda dalam masyarakat. Perbedaan unsur itulah yang secara fungsional
menjadi penyangga bagi kukuhnya struktur masyarakat. Elemen-elemen kultural
yang demikian majemuk tidaklah selalu terpisah secara kaku, bahkan seperti
dikatakan Peter Blau kemungkinan terjadi cross cutting affiliation, sehingga
dalam realitasnya terdapat orang-orang yang berbeda etnis, tapi disatukan dalam
agama, ekonomi, dan kepentingan yang sama. Dengan demikian, struktur
masyarakat Indonesia yang majemuk secara konseptual tidak bisa dipahami
sebagai ancaman kesatuan sosial yang perlu dihindari, tetapi sebaliknya perlu
dipahami sebagai potensi besar yang dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan
dan kemajuan bangsa dan masyarakat Indonesia.
Harus diakui pula, bahwa meskipun kemajemukan secara konseptual
dapat menjadi potensi untuk membangun kesatuan sosial, namun dalam
realitasnya dapat pula menjadi sumber disintegrasi social. Sebagai negara
berkembang yang memiliki masyarakat majemuk dan sedang membangun
demokrasi, Nazaruddin Syamsuddin mengidentifikasi dua jenis halangan
integrasi nasional yang dihadapi bangsa Indonesia. Pertama, adanya pembelahan
horizontal masyarakat yang berakar pada perbedaan suku, ras, agama dan
geografi. Kedua, adanya pembelahan vertikal, yakni celah perbedaan antara elite
dan massa; latar belakang pendidikan kekotaan menyebabkan kaum elite
berbeda dari massa yang berpandangan tradisional dan pedesaan. Selanjutnya
dijelaskan bahwa dalam hal konfigurasi etnik, agama dan geografi, Indonesia.
bukan suatu negeri yang terpadu dengan ketat. Indonesia terdiri dari ribuan
pulau, besar dan kecil, dengan keragaman etnik yang luar biasa.
Kemajemukan masyarakat Indonesia adalah kemajemukan yang bersifat
kompleks dan tersegmentasi. Bersifat kompleks karena di samping keragaman
eksternal juga terdapat keragaman internal. Artinya, dalam suatu kelompok etnik
atau suatu kelompok agama tertentu masih kita menemukan keragaman secara
internal. Kemajemukan masyarakat Indonesia juga bersifat tersegmentasi, karena
suatu kelompok etnik tertentu identik dengan agama tertentu, bermukim di
suatu wilayah tetentu. Orang Bali, identic dengan agama Hindu, tinggalnya di
Pulau Bali. Karena bersifat kompleks dan tersegmentasi, maka peluang untuk
terjadinya disintegrasi nasional menjadi cukup besar. Untuk itu, bangsa
Indonesia perlu belajar dari perpecahan yang terjadi pada negara lain seperti
Yugoslavia, Cekoslowakia dan Uni Sovyet. Sejarah pembinaan rasa persatuan
dan kesatuan (unity and diversity) di bawah slogan “Bhinneka Tunggal Ika”
memang telah mengalami pasang surut dan telah menimbulkan pengorbanan
bagi bangsa Indonesia yang majemuk. Berbagai masalah social politik yang
kompleks telah timbul dan menjadi problem yang panjang mengiringi perjalanan
bangsa sampai saat ini. Kesenjangan social ekonomi antar kelompok dan
ketidak adilan yang memicu bagi lahirnya berbagai konflik sosial baik secara
horizontal maupun secara vertikal menjadi isyarat bahwa wawasan kebangsaan
dan kemajemukan tidak lagi menjadi landasan dasar yang absah dalam
pengelolaan negara, termasuk dalam proses pembangunan nasional.
Mewujudkan kemajemukan sebagai energi pemersatu, dibutuhkan sebuah
instrumen yang dapat mengikat setiap warga masyarakat yang berbeda dalam
sebuah sistem yang selama ini dikenal sebagai kebudayaan nasional. Salah satu
fungsi kebudayaan nasional menurut Koentjaraningrat (1981) adalah sebagai
system gagasan dan simbol yang dipakai oleh segenap warga negara yang
berbeda untuk saling berkomunikasi sehingga dapat memperkuat solidaritas.
Pengembangan budaya nasional sebagai perekat sosial menjadi tanggung jawab
kolektif bangsa Indonesia. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 telah mengamanatkan negara memajukan kebudayaan nasional
Indonesia di tengah peradaban dunia dengan tetap menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
Olehnya itu, pengembangan budaya nasional perlu dilakukan secara terencana,
terus menerus, berkesinambungan dan keberlanjutan.

4. Jenis-jenis Ideologi Dunia


Secara sederhana ideology merupakan sebuah kumpulan ide dan gagasan.
Dalam ranah yang lebih luas ideology merupakan sebuah visi dan misi yang
telah ditata sangat rapih dan komprehensif dimana alat untuk melaksanakan ide
tersebut juga sudah lengkap sehingga ide atau gagasan tersebut dapat diterapkan
secara langsung. Berikut ini ada beberapa macam ideologi di dunia yang perlu
anda ketahui, adalah sebagai berikut:
 Komunisme, Komunis merupakan salah satu ideology besar yang
digunakan oleh beberapa negara di dunia ini. awal ajarannya berasal
dari tokoh karl marx dan friederich engels dimana focus utama tujuan
dari ideology ini adalah untuk memperjuangkan hak semua kelas sosial
yang ada di dalam masyarakat menjadi kelas sosial yang sama tanpa
adanya perbedaan sesuai dengan hak dan kewajiban warga negara.
Komunisme juga memiliki nama lain yaitu marxisme atau leninisme
karena kedua tokoh inilah yang melahirkan ideology ini di dunia.
Ideology komunis tumbuh karena adanya pertentangan terhadap ideology
kapitalisme dimana buruh dan tani tidak diapresiasi dengan baik dan
hanya dianggap sebagai salah satu factor produksi saja. Imbas dari
pemikiran tersebut adalah terjadinya ketimpangan yang sangat besar
antara pengusaha dan buruh. Oleh karena itu muncullah partai komunis
yang memperjuangkan hak rakyat terutama rakyat kecil.
 Kapitalisme, Ideology kapitalisme banyak digunakan oleh berbagai
negara di dunia hingga saat ini. inti dari paham ini adalah adanya
capital atau modal yang dikuasai oleh pihak swasta dimana negara tidak
memiliki kekuasaan atas terjadinya sistem ekonomi dan hanya berperan
sebagai pengawas saja. para pengusaha ini memiliki tujuan yang jelas
yaitu mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan
yang seminimal mungkin sehingga untuk mencapai hal tersebut negara
tidak boleh ikut campur dalam usaha mereka.
 Anarkisme, Ideology lainnya yang pernah ada di dunia adalah paham
anarkisme. Anarkisme merupakan sebuah tatanan politik dimana
dianjurkan tidak perlu adanya negara dan merupakan sebuah tindakan
sukarela yang mengatur dirinya sendiri. Namun ada beberapa orang yang
mendefinisikan sebagai suatu tatanan tanpa adanya hierarki di dalamnya
sehingga semuanya dianggap sama. Menurut paham anarkisme, negara
merupakan sesuatu yang tidak dibutuhkan dan dapat menjadikan
gangguan.
 Liberalisme, Paham ideology liberalism tidak kalah terkenalanya dengan
paham ideology yang sudah dijelaskan di atas. Jadi, liberal berarti
bebas. Para penganut liberalisme ini percaya bahwa untuk menciptakan
tatanan dunia yang bagus dan maju harus didasarkan pada kebebasan
baik kebebasan dalam pandangan politik bahkan agama sehingga sering
terjadinya  penyebab tawuran. Di dalam paham liberalism ini terdapat
tiga nilai pokok utama yang menjadikannya kuat yaitu life, liberty dan
property. 
 Sosialisme, Paham sosialisme ini mungkin hamper sama konsepnya
dengan paham ideology komunisme karena pada prinsipnya yaitu
mengutamakan kepemilikan segala sesuatu secara bersama tidak ada
yang namanya hak kepemilikan individu. Istilah sosialisme ini muncul
pada abad ke 19 di perancis dan kemudian pengaruhnya menyebar ke
berbagai kalangan di dunia. Tokoh dari ideology sosialisme ini adalah
karl marx atas kritiknya terhadap kaum kapitalis yang telah
menyengsarakan para buruh dan tani. Para buruh dan tani hanya
dijadikan sebagai faktor produksi dan tidak dilihat lagi gaji yang mereka
dapatkan. Tingkat kelayakan hidup mereka sangat kurang sehingga
muncullah bahwa dalam negara harus melindungi rakyatnya sedemikian
rupa tanpa adanya perbedaan dari satu orang ke orang lainnya sehingga
terjadi kesejahteraan yang utuh di dalam suatu negara.
 Konservatisme, Ideology lainnya yang ada di dunia adalah ideology
konservatisme. Paham ini lebih memusatkan pada nilai-nilai ajaran kuno
atau tradisional dan menentang keras dengan adanya modernisasi dan 
globalisasi.  Karena adanya perbedaan niliai disetiap negara maka tujuan
dari paham konservtaif juga berbeda sesuai dengan budayanya masing-
masing.
 Komunitarianisme, Ideology komunitarianisme merupakan paham
komunis gaya baru atau dalam versi modern. Paham utamanya tetap
sama dengan komunis klasik yaitu menentang adanya paham kapitalis
dan liberalis. Namun paham ini tidak sebagaimana komunis klasik tapi
telah mengalami banyak perubahan dalam pemikirannya.
 Libertanianisme, Pada paham ideology libertanianisme warga negaranya
sangat menjunjung tinggi adanya kebebasan terutama dalam kebebasan
individu. Proses pemilihan dilakukan secara utuh pada tiap individu dan
negara tidak berhak adanya pengaturan terhadap masyarakat. Pada paham
ini juga lebih menganjurkan untuk tidak membuat adanya lembaga sosial
karena bisa menganggu jalannya negara. Yang paling penting di sini
adalah kebebasan individu baik dalam ranah politik maupun dalam ranah
ekonomi.
 Nazisme, Paham ideology nazisme sangat ketat dan sangat keras
sehingga banyak ditentang oleh banyak orang. Ujung dari adanya
nazisme ini adalah adolf hitler dibunuh. Namun hal tersebut masih
menjadi perdebatan apakah adolf hitler memang sudah mati atau belum
pada saat tersebut. Banyak orang yang mengatakan bahwa adolf hitler
berhasil meloloskan diri dan kabur ke negara lainnya yang jauh dari
eropa.  Meskipun aliran ini sudah dianggap hilang, namun tidak menutup
kemungkinan masih ada sisa-sisa orang yang masih mempercayai
ideology ini. Mereka tidak menunjukkan diri dan merupakan organisasi
bawah tanah.
 Nasionalisme, Nasionalisme merupakan paham dimana kedaulatan negara
menjadi hal yang mutlak dimana untuk mencapai hal tersebut harus
dilakukan kerjasama atas orang-orang yang memiliki tujuan dan
kepentingan yang sama. Keberadaan negara sangatlah penting dalam
paham ini dan keamanannya sangat dijaga ketat baik keamanan internal
maupun keamanan eksternal.
 Monarkisme, Monarkisme merupakan paham dimana kerajaan merupakan
sumber utama dari kesejahteraan negaranya. Saat ini masih ada banyak
negara yang menganut paham monarki diantaranya adalah brunei
Darussalam, arab Saudi dan lainnya. Jadi pusat kekuasaan tertinggi
adalah raja yang memerintah dan segenap keturunannya.
 Fasisme, Fasisme merupakan salah satu ideology yang sangat keras
karena mereka ingin mengatur segala aspek kehidupannya mulai dari
politik, budaya, ekonomi dan hal lainnya di negara tersebut. Pada paham
ini mereka berusaha untuk membentuk partai tunggal di dalam negara
sehingga partai inilah yang akan mengatur berjalannya negara. Para
penganut paham fasis ini percaya bahwa pemimpin tunggal yang kuat
dan otoriter mampu menciptakan kedaulatan dan kesejahteraan bersama
di dalam sistem negara.

5. Nasionalisme
Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa
yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita
dan tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan
adanya kesetiaan yang mendalam terhadap bangsa itu sendiri. Demikian juga
ketika kita berbicara tentang nasionalisme. Nasionalisme merupakan jiwa bangsa
Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih ada.
Nasionalisme bukanlah suatu pengertian yang sempit bahkan mungkin masih
lebih kaya lagi pada zaman ini. Ciri-ciri nasionalisme dalam beberapa definisi
nasionalisme sebagai berikut :
 Nasionalisme ialah cinta pada tanah air, ras, bahasa atau sejarah budaya
bersama.
 Nasionalisme ialah suatu keinginan akan kemerdekaan politik,
keselamatan dan prestise bangsa.
 Nasionalisme ialah suatu kebaktian mistis terhadap organisme sosial yang
kabur, kadang-kadang bahkan adikodrati yang disebut sebagai bangsa
atau Volk yang kesatuannya lebih unggul dari pada bagian-bagiannya.
 Nasionalisme adalah dogma yang mengajarkan bahwa individu hanya
hidup untuk bangsa dan bangsa demi bangsa itu sendiri.

6. Islam sebagai Ideologi


Di antara para pemikir terkemuka Islam, ideologi Islam didefinisikan
dengan banyak makna. Ada yang berpendapat bahwa ideology Islam adalah
system pemikiran yang berdasar pada akidah agama Islam. Islam dilahirkan
dari proses berpikir yang menghasilkan keyakinan yang teguh terhadap
keberadaan (wujud) Allah sebagai Sang Maha Pencipta dan Pengatur kehidupan,
alam semesta dan seluruh isinya, termasuk manusia. Dari keyakinan ini
tumbuhlah kepercayaan akan adanya rasul dari golongan manusia, yang
menuntun dan mengajarkan manusia untuk mentaati penciptanya, dan keyakinan
akan adanya hari perjumpaan dengan Allah SWT.  Allah SWT telah
mewahyukan aturan hidup, yaitu Syariat Islam yang sempurna dan
diperuntukkan bagi seluruh manusia. Aturan hidup yang dimaksud merupakan
aturan hidup yang bersumber dari wahyu Allah. Aturan ini mengatur berbagai
cara hidup manusia yang berlaku dimana saja dan kapan saja, tidak terikat
ruang dan waktu. Syariat Islam bersumber pada Al-Qur'an dan Al-Hadist.
Peraturan atau hukum Islam mengikat individu, masyarakat, dan bahkan sistem
kenegaraan. Seluruh aspek kehidupan baik politik, ekonomi, sosial, budaya,
serta pertahanan dan kemanan diatur dalam Islam. 
Ideologi Islam mulai dijelmakan dalam sistem pemerintahan Islam sejak
tahun 622 Masehi di Madinah oleh Rasulullah Muhammad SAW. Sepanjang
riwayatnya, ideology ini mampu memberikan solusi dan kemakmuran bagi
masyarakatnya. Namun, ideology Islam tak lagi diterapkan sejak 3 Maret 1924,
saat runtuhnya khilafah Turki Utsmani. Sejak saat itu, Islam sebagai ideologi
tak lagi diterapkan secara menyeluruh.
Yang penting bagi kita adalah bahwa manusia harus ber-Islam secara
utuh, tidak sepotong-sepotong, dan tidak hanya ber-Islam secara sebagian demi
sebagian. Ketika kita menyatakan tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa nabi
Muhammad SAW adalah utusannya, maka yang ada dalam benak kita adalah
bahwa kita akan mentaati semua perintah Allah dan Rasul-Nya. Baik dalam
konteks sebagai individu maupun sebagai masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai