Asuhan Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus Lansia
Asuhan Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus Lansia
BAB I
PENDAHULUAN
C. TUJUAN
a) Tujuan umum
Agar mahasiswa /mahasiswi keperawatan Universitas Jenderal Soedirman memperoleh
informasi dan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus
Lansia.
b) Tujuan khusus
1) Mampu menjelaskan konsep teori tentang kelompok khusus lansia.
2) Mampu melaksanakan pengkajian pada kelompok khusus lansia dengan masalah yang ada.
3) Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas kelompok khusus lansia.
4) Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus
lansia.
5) Mampu menerapkan rencana keperawatan pada asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus lansia.
6) Mampu meyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok
D. Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Lansia dan Masyarakat Umum
Memberikan gambaran kesehatan guna meningkatkan status kesehatan lansia di komunitas.
2. Mahasiswa / Penyusun
Menambah pengetahuan dan mampu membuat serta memberikan asuhan keperawatan lansia
sehingga nantinya diharapkan mampu mengembangkan asuhan keperawatan terhadap lansia
dimasa mendatang.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75
tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi memperhitungkan
peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad selanjutnya (Potter & Perry,
2005).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan
batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada
tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial.
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin
rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara
ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber
daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak
manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali
dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan
mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi
usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut (elderly) adalah
kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90 tahun, dan usia
sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena perbedaan
fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi pada tingkat kemampuan
fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif, terlibat, dan produktif.
Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri, bingung atau
merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.
b. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan edukatif pada
klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala
sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
c. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan dalam
pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia
untuk menciptakan sosialisasi mereka.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian multidimensional meliputi kesehatan mental dan fisik, fungsi tubuh, dan
situasi social. Pengkajian yang difokuskan pada pengkajian unutk etiologi fisiologis,
psikologis, dan lingkungan dari kondisi gangguan mental pada lanjut usia yag dirawat
(Kushariyadi, 2010).
Menurut Anderson E dan McFarlene, dalam model asuhan keperawatan pengkajian
secara umum meliputi inti komunitas yaitu penduduk serta delapan subsistem yang
mempengaruhinya. Inti komunitas, perlu dikaji tentang pendidikan, pekerjaan, agama,
keyakinan/nilai yang dianut serta data-data tentang subsistem sebagai berikut :.
f. Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk saling
berkomunikasi antar warga atau untuk mendapatkan informasi dari luar misalnya televisi,
radio, koran, atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.
g. Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan, masih bekerja atau tidak, bagaimana
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
h. Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya terjangkau oleh
komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress.
B.Analisis data
a. Diagnosa keperawatan
Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah dirumuskan diagnosa
keperawatan komunitas yang terdiri dari :
Masalah (Problem)
Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang terjadi.
Penyebab (Etiologi)
Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, lingkungan fisik dan
biologis, psikologis dan sosial serta interaksi perilaku dengan lingkungan.
Tanda dan Gejala (Sign and Sympton)
Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta serangkaian petunjuk
timbulnya masalah.
Diagnosa :
1. Diabetes berhubungan dengan kebiasaan hidup lansia yang tidak terkontrol.
2. Hipertensi berhubungan dengan ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti posyandu lansia.
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan status kesehatan.
b. Kriteria Penapisan
Dx. Kep Kriteria penapisan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Dx. 1 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 42
Dx. 2 4 3 4 4 3 3 2 4 3 3 3 4 40
Dx.3 4 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 4 39
Keterangan :
1. Sesuai degan peran perawat komunitas.
2. Jumlah yang beresiko
3. Besarnya resiko
4. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
5. Minat masyarakat
6. Kemungkinan untuk diatasi
7. Sesuai program pemerintah
8. Sumber daya tempat
9. Sumber daya waktu
10. Sumber daya dana
11. Sumber daya peralatan
12. Sumber daya manusia
Skor :
1 = sangat rendah
2 = rendah
3 = cukup
4 = tinggi
5 = sangat tinggi
Jumlah skor 121
c. Rencana Tindakan
Diagnosa Tujuan jangka pendek Tujuan jangka panjang
Diabetes berhubungan Setelah dilakukan Setelah dilakukan
dengan kebiasaan hidup tindakan keperawatan tindakan keperawatan
lansia yang tidak selama 4 minggu, selama 8 minggu,
terkontrol ditandai komunitas diharapkan: komunitas diharapkan
dengan 35 % lansia
1. Lansia mampu angka diabetes (kadar
menderita diabetes mengontrol asupan glukosa) pada lansia
makanan sehari harinya dapat menurun
dan dapat melakukan
sedikit aktivitas.
2. Lansia rutin setiap
bulannya menghadiri
kegiatan posyandu lansia
yang diadakan.
DAFTAR PUSTAKA
on, E.T. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Jakarta : EGC.
d, Lynn. & Slevin, Oliver. (2006). Teori & Praktik Keperawatan Pendekatan Integral pada Asuhan Pasien.
Jakarta : EGC
di. (2004). Asuhan Keperawatan Dengan Reumatik (Artritis Treumatoid) Pada Lansia. Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatera Utara
iyadi. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia dengan Demensia pada Home Care. Universita
Muhammadiyah Malang
iyadi. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika
Patricia. A. & Anne Griffin Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik. Jakarta: EGC
Mickey. & Beare, Patricia Gauntlett. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta : EGC
iklan1
Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah merumuskan berbagai
kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan kelu-
arga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya.
Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok usia lanjut ini, pemerintah
telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di
tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah
Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit.
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah
tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan
pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui
pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan
melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya.
Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi
badan
Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT).
Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di
meja II ini.
Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan
pelayanan pojok gizi.
1. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu. Pengetahuan lansia akan
manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-
harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan
tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan
yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat,
yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka
untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia
2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau. Jarak posyandu yang
dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan
atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan
dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau
keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau
lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka
hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu.
Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi
untuk menghadiri posyandu lansia.
3. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk datang
ke posyandu. Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan
lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi
lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke
posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu
mengatasi segala permasalahan bersama lansia.
4. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu. Penilaian pribadi atau sikap yang baik
terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti
kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir
atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena
sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek.
Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu
apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti
makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil
dan sebagainya.
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan
menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan
dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
4. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan
denyut nadi selama satu menit.
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes
mellitus)
7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal.
8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada
pemeriksaan butir 1 hingga 7. dan
9. Penyuluhan Kesehatan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan
kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.
Untuk pelaksanaan Program KUnjungan Lansia ini minimal dapat dilakukan 1 bulan sekali atau sesuai
dengan program pelayanan kesehatn puskesmas setempat.
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan prasarana
penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis,
buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi
meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.
No Data
Masalah Penyebab
Wawancara :
Observasi :
A. Pendahuluan
B. Pengertian
Gerontik berasal dari kata gerontology dan geriatric. Gerontologi adalah cabang
ilmu yang membahas atau menangani tentang proses penuaan dan masalah yang timbul pada
orang yang berusia lanjut. Sedangkan geriatric berkaitan dengan penyakit atau kecacatan
yang terjadi pada orang yang berlanjut usia.
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan
ilmu dan kiat/tekhnik keperawatan gerontik yang berbentuk bio-psiko-sosio-kultural dan
spiritual yang komprehensif, ditujukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada
tingkat individu, keluarga, kelompok dan komunitas/masyarakat.
Batasan-batasan lanjut usia Belum didapatkan jawaban yang memuaskan
Menurut undang-undang No.13/th 1998 Bab I pasal 1 ayat 2 seseorang yang mencapai
usia 60 tahun keatas
Perubahan Fisik
Sel
1. lebih sedikit jumlahnya
2. lebih besar ukurannya
3. berkurangnya jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler
Sistem Persyarafan
1. hubungan persyarafan menurun
2. lambat dalam merespon dan beraksi khususnya dengan stress
3. mengecilnya syaraf panca indra
Sistem Pendengaran
1. hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga, terutama bunyi atau suara-suara yang
tinggi, suara yang tidak jelas dan sulit mengerti kata-kata.
2. membrane timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
3. terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
System penglihatan
1. spingter pupil timbul skerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
2. kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3. lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
4. daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
5. hilangnya daya akomodasi
6. menurunnya lapang pandang.
7. menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.
System kardiovaskuler
1. katup jantung menebal dan menjadi kaku
2. kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun.
3. kehilangan elastisitas pembuluh darah : kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk bias menyebabkan tekanan darah menurun
menjadi 65 mmhg---mengakibatkan pusing mendadak.
4. tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya retensi dari pembuluh darah perifer.
System respirasi
1. otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
2. menurunnya aktifitas dari silia.
3. paru-paru kehilngan elastisitas, kapasitas residu meningkat, napas lebih berat, kapasitas
pernapasan maksimum menurun dan kedalaman bernapas menurun
4. alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
5. O2 pada arteri menjadi 75 mmhg
6. CO2 pada arteri tidak berganti
7. kemampuan untuk batuk berkurang
system gastrointestinal
1. kehilangan gigi, penyebab utama adanya Periodontal disesase yang biasa terjadi setelah umur
30 tahun
2. indera pengecap menurun. Adanya iritasi yang kronis dari selaput lender, atrofi indera
pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas saari saraf pengecap di lidah terutama rasa manis,
rasa asin, rasa asam, dan rasa pahit.
3. esophagus melbar
4. lambung. Rasa lapar menurun(sensitivitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu
pengosongan menurun.
5. peristaltic melemah dan biasanya timbul konstipasi.
6. fungsi absorpsi melemah.
7. hati/lever. Makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan berkurangnya aliran darah.
System genitor urinaria
1. ginjal
mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, penyaringan
diglomerulus menurun sampai 50%.
2. vesika urinary
otot menjadi lemah, kapsitas menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi berkemih
meningkat. Vesika urinary susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga menyebabkan
retensi urin.
3. pembesaran prostate 75% dialami oleh pria usia 65 tahun
4. atropi vulva
5. vagina, selaput lender menjadi kering, elastisitas jaringan menurun juga permukaan menjadi
halus, sekresi menjadi kurang.
6. daya seksual
orang-orang yang makin menua masih juga membutuhkannya. Tidak ada batasan umur
tertentu dimana fungsi seksual cenderung menurun secara bertahap setiap tahun, tetapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.
System endokrin
1. produksi dari hampir semua hormone menurun
2. fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
3. menurnnya aktifitas tiroid
4. menurunnya produksi aldosteron
5. menurunnya sekresi hormone kelamin.
System integument
1. kulit mengkerut akibat kehilangan jaringan lemak
2. kulit kpala dan rambut menipis berwarna kelabu
3. rambut dalam hidung dan telinga menebal
4. berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi kuku jari menjadi
keras dan rapuh
5. kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
6. kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.
System muskuloskletal
1. tulang kehilngan density(cairan) dan makin rapuh
2. kifosis
3. pinggang, lutu dan jari-jari pergelangan terbats
4. discus invertebralis menipis dan menjadi pendek
5. persendian membesar dan menjadi kaku
6. tendon mengkerut dan mengalami sceloris
7. atrofi serabut otot sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot kram dan menjadi
tremor
Perubahan-Perubahan Mental
Factor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental
1. perubahan fisik, khusunya organ perasa
2. kesehatan umum
3. tingkat pendidikan
4. keturunan
5. lingkungan
Yang mengalami perubahan :
Ingatan jangka pendek cenderung berkurang,Tidak ada perubahan pada kemampuan
matematika dan verbalisasi, Sensitivitas emosi meningkat.
Perubahan-Perubahan Psikososial
1. memasuki masa pension
2. merasakan sadar akan kematian
3. perubahan dalam cara hidup
4. meningktanya biaya-biaya hidup pada penghasilan sulit akibat pemberhentian dari jabatan,
bertambahnya biaya pengobatan
5. penyakit kronis dan ketidakmampuan
6. kesepian akibat pengasingan dari lingkungan social
7. rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilngan hubungan dengan teman-teman dan family
8. hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik. Perubahan terhadap gambaran diri, perubahan
konsep diri.
Perubahan pada spiritual
1.Lebih mendalami agama
2.Makin dewasa dalam berfikir dan bertindak
1. INDEPENDEN
2. DEPENDEN
3. HUMANISTIK
4. HOLISTIK
A. PENGERTIAN
• ASKEP Lansia ad/ su/ rangkaian kegiatan dari proses keperawatan yang ditujukan pada
lansia.
• Kegiatan Perawat : melakukan pengkajian(biofisik, psikologis, kultural, dan
spiritual)membuat Dx.Kep,intervensi, implementasi, evaluasi!
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari pemberian asuhan keperawatan :
Agar lansia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dgn upaya promosi,preventif,
rehabilitatif
Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dengan jalan perawatan dan pencegahan
Membantu mempertahankan serta membesarkan semangat hidup lansia
Menolong dan merawat lansia yang menderita penyakit tertentu
Membantu lansia menghadapi kematian dengan damai dan dalam lingkungan yang nyaman
Meningkatkan kemampuan perawat dalam melakukan proses keperawatan.
1. PENGKAJIAN
Untuk mengetahui kemampuan dan kekuatan lansia baik secara fisik, psikologis, social dan
spiritual, maka perlu dilakukan pengkajian terhadap secara menyeluruh menyangkut aspek
tersebut.
1.1. Fisik / Biologis
Pengkajian fisik / biologis dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Riwayat kesehatan lansia dikaji dengan
menanyakan tentang:
- Pandangan lansia tentang kesehatannya
- Kegiatan yang mampu dilakukan lansia
- Kekuatan fisik lansia : kekuatan otot, sendi, penglihatan, pendengaran
- Kebiasaan lansia merawat diri sendiri
- Kebiasaan makan, minum, istirahat / tidur, buang air besar / kecil
- Kebiasaan gerak badan / olahraga
- Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
- Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum obat
- Masalah-masalah seksual yang dirasakan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara periksa pandang, perabaan, ketok dan dengar
untuk mengetahui perubahan system tubuh, antara lain : system integument,
muskuloskletal, respirasi, kardiovaskuler, perkemihan, persyarafan, dan fungsi sensoris
misalnya : penglihatan, pendengaran, pengecapan dan penciuman.
1.2. Psikologis
Pemeriksaaan psikologis dilakukan saat berkomunikasi dengan lansia untuk melihat fungsi
kognitif termasuk daya ingat, proses berfikir, dan juga perlu dikaji alam perasaan, orientasi
terhadap realitas dan kemampuan lansia dalam penyelesaian masalahnya.
Perubahan yang umum terjadi antara lain : daya ingat yang menurun. Proses fikir yang
lambat dan adanya perasaan sedih serta merasa kurang diperhatikan.
Hal-hal yang perlu dikaji pada lansia meliputi :
- Apakah mengenal masalah-masalah utamanya
- Apakah optimis memandang sesuatu dalam kehidupan
- Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
- Apakah merasa dirinya dibutuhkan atau tidak
- Bagaimana mengatasi masalah atau stress yang dialami
- Apakah mudah untuk menyesuaikan diri
- Apakah lansia sering mengalami kegagalan
- Apa harapan sekarang dan yang akan dating. Dll
1.4 Spiritual
Penilaian spiritual terkait dengan keyakinan agama yang dimiliki manusia dan
sejauhmana keyakinan tersebut dapat menjalankan ibadahnya dengan baik, keyakinan
tersebut benar-benar diresapi dalam kehidupan sehari-hari ia akan lebih mudah menyesuaikan
diri terhadap proses penuaan.
Yang perlu dikaji pada lansia :
- Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya
- Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya
penyantunan anak yatim atau fakir miskin dan lain-lain
- Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah, apakah dengan berdoa jika menghadapi
masalah
- Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal
Dari hasil pengkajian atau data-data yang diperoleh dari pertanyaan diatas dapat dianalisa /
disimpulkan, dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada
lansia.
Beberapa masalah keperawatan yang umum ditemukan pada lansia antara lain :
a. Fisik / biologi
- Gangguan Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan
makanan yang tidak adekuat
- Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan pendengaran / penglihatan
- Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan penurunan minat dalam merawat diri
- Resiko cedera fisik : jatuh berhubungan dengan penyesuaian terhadap penurunan
fungsi tubuh tidak adekuat
- Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan pola makan yang tidak efektif
- Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri
- Gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan napas atau adanya
sekret pada jalan napas
- Gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi dan lain-lain
c. Spiritual
- Reaksi berkabung atau berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan
- Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan menghadapi
kematian
- Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami
- Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan ibadah
secara tepat.
II. PERENCANAAN
Sesuai dengan permasalahan yang dialami lansia disusun perencanaan dengan tujuan agar
lansia / keluarga dan tenaga kesehatan terutama perawat baik yang melakukan perawatan di
rumah maupun dipanti dapat membantu lansia, sehingga dapat berfungsi seoptimal mungkin
sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik, psikologis dan sosial dengan tidak tergantung
pada orang lain.
Tujuan tindakan keperawatan pada lansia diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan
dasar antara lain :
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Meningkatnya keamanan dan keselamatan
3. Memelihara kebersihan diri
4. Memelihara keseimbangan istirahat / tidur
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif
Tindakan Keperawatan :
1.Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Peran pemenuhan gizi pada lansia adalah untuk mempertahankan kesehatan dan kebugaran
dan memperlambat timbulnya penyakit degeneratif seperti kerapuhan tulang (osteoporosis)
dan penyakit yang terjadi pada lansia sehingga dapat menjamin hari tua yang sehat dan tetap
aktif. Gangguan nutrisi pada lansia dapat disebabkan oleh factor fisik, psikologi dan sosial.
Penurunan alat penciuman dan pengecapan, pengunyahan kurang sempurna dan rasa kurang
nyaman saat makan karena gigi geligi kurang lengkap, rasa penuh diperut dan sukar buang air
besar karena melemahnya otot lambung dan usus akan menyebabkan nafsu makan lansia
kurang.
Perubahan peran karena tugas-tugas perkembangan pada lansia menyebabkan timbulnya
kecemasan dan putus asa, dapat menyebabkan lansia menolak makan atau makan berlebihan.
Seringkali keluarga / lingkungan sangat melindungi lansia, tidak memberi kesempatan untuk
menentukan keinginan lansia, hal inipun menyebabkan ia menolak makan atau makan
berlebihan
Kebutuhan gizi pada lansia kurang lebih sama dengan kebutuhan nutrisi pada orang dewasa
normal, hanya yang mungkin diubah adalah jenis yang utama, bentuk dan pengurangan porsi
untuk mengimbangi aktivitasnya.
a. Kalori, pada lansia pria adalah 2.100 kalori sedangkan untuk wanita adalah 1.700 kalori,
kebutuhan tersebut dapat dimodifikasikan tergantung keadaan usia lanjut, misalnya gemuk
atau kurus atau disertai penyakit lain (kencing manis, dll).
b. Karbohidrat, dianjurkan 60% dari jumlah kalori. Berikan golongan gula yang mudah
diserap karena tidak mengalami pengubahan lebih lanjut pada proses metabolisme, misalnya
madu, nasi, buah-buahan yang manis.
c. Lemak, pemakaian yang berlebihan tidak dianjurkan karena menyebabkan timbulnya
hambatan pada pencernaan dan terjadinya penyakit. Berikan 15 % - 20 %dr total kalori yg
dibutuhkan.
d. Vitamin & mineral, kebutuhannya sama dgn usia muda.pemenuhan kebutuhan didapatkan
dr makanan berupa sayur-sayuran & buah-buahan.
e. Air, kebutuhan sekitar 6-8 gls/hr krn menurunnya fx ginjal & mencegah konstipasi maka
pemasukan air yg banyak sgt dianjurkan.
Rencana Makanan Untuk Lansia
a. Berikan makanan porsi kecil tapi sering
b. Banyak minum & kurangi makan
- dapat meringankan pekerjaan ginjal & dapat memperlancar pengeluaran
sisa makanan
- hindari makanan yang terlalu asin
c. Beri makanan yg mengandung serat,agar buang air besar menjadi mudah & teratur
d. Batasi pemberian mkanan yang mengandung tinggi kalori agar badan dalam keadaan
seimbang seperti: gula,makanan manis,minyak,makanan berlemak.
e. Membatasi minum kopi dan teh, bila perlu diencerkan untuk merangsang gerakan usus &
menambah nafsu makan.
III. PELAKSANAAN
Semua tindakan yang telah direncanakan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan lansia.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
- Berbicara dengan lembut dan sopan
- Memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dilakukan berulan kali,
jika perlu dengan gambar
- Memberikan kesempatan pada lansia untuk bertanya
IV. PENILAIAN
Setiap tindakan yang telah dilakukan perlu dievaluasi / dinilai baik verbal maupun non verbal
untuk mengetahui sejauh mana lansia atau keluarga mampu melakukan apa yang telah
dianjurkan.
Pelaksanaan
Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah disusun dengan menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti, perlahan-lahan dan sabar, ulangi penjelasan yang
belum dimengerti.
Evaluasi
Setelah selesai melakukan tindakan keperawatan perlu dikaji respon verbal dan non
verbal lansia / keluarga terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan dengan
mengacu pada tujuan. Hasil pengkajian digunakan untuk menyusun rencana tindak
lanjut keperawatan.
Selain Asuhan keperawatan individu pada lansia, dapat dilakukan Asuhan
Keperawatan Keluarga Lansia, yang ditujukan untuk asuhan keperawatan keluarga di
rumah.
posyandu lansia
C. PERMASALAHAN
Dalam pelaksanaannya masih terdapat masalah-masalah yang menghambat berkembangnya
Posyandu Usila, diantaranya :
1. Pihak Pemerintah/Institusi : Permasalahan yang ada biasanya adalah belum dijadikannya program
ini sebagai program unggulan sehingga di dalam satu wilayah kecamatan hanya terbentuk 1 atau 2
Posyandu Usila ”percobaan” saja
2. Masyarakat : tingkat pengethuan masyarakat yang masih kurang tentang manfaat posyandu usila
yang dilihat dari sedikitnya kunjungan serta pemanfaatan kegiatan posyandu usila ketika di buka /
dilaksanankan.
3. Petugas : Belum siapnya petugas baik kader dan petugas kesehatan bagaimana bentuk
pelaksanaan kegiatan Posyandu Usila dalam hal ini perlu adanya pelatihan bagi petugas kesehatan
dan kader Posyandu Usila.
4. Jarak : Jauhnya lokasi Posyandu dengan rumah Lansia akan mempersulit jangkauan dan
memungkinkan kurangnya rasa aman bagi lansia ketika mencapai lokasi.
5. Dukungan keluarga yang kurang : Keluarga merupakan motivator untuk keaktifan lansia untuk
berkunjung ke Posyandu dengan cara mengantar mereka ke lokasi Posyandu Lansia.
6. Sarana dan prasarana yang kurang : Peralatan yang minim memungkinkan kegiatan tidak bisa
optimal.
D. REKOMENDASI
Guna kelancaran pelaksanaan Posyandu Usila serta untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas
diperlukan :
3) Melatih petugas kesehatan dan kader Posyandu Usila tentang bagaimana kegiatan Posyandu
Usila.
4) Menempatlkan lokasi Posyandu Usila yang mudah dijangkau semua lansia.
5) Melakukan advokasi kepada tokoh masyarakat guna mendapatkan dukungan untuk pembentukan
Posyandu Usila.
6) Melengkapi sarana dan prasarana standar untuk kegiatan Posyandu Usila guna mendukung
pemeriksaan kesehatan seperti tercantum pada KMS Lansia/Usila.
DAFTAR PUSTAKA
Posyandu Lansia
Meningkatnya jumlah lanjut usia akan menimbulkan berbagai permasalahan yang kompleks
bagi lanjut usia itu sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat. Secara alami proses
menjadi tua mengakibatkan para lanjut usia mengalami perubahan fisik dan mental, yang
mempengaruhi kondisi ekonomi dan sosialnya.
Sebagai bidan khususnya bidan desa perlu tahu apa itu Posyandu Lansia, karena bidan
adalah ujung tombak dari semua program peningkatan kesehatan masyarakat, tidak hanya
ibu dan anak sebagai sasaran kerja mereka namun lansia juga turut serta dalam ruang
lingkup kerja mereka.
Silahkan dibaca...
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan kepada
lanjut usia di masyarakat,yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh
masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan
non-pemerintah,swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan
kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Disamping pelayanan kesehatan, di
Posyandu Lanjut Usia juga dapat diberikan pelayanan sosial, agama,pendidikan,
ketrampilan, olah raga dan seni budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut
usia dalam rangka meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan mereka. Selain itu mereka dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi
diri.
Lanjut usia terlantar adalah lanjut usia yang mempunyai 3 atau lebih kriteria keterlantaran.
Lanjut usia tidak terlantar adalah lanjut usia yang hanya mempunyai 1 kriteria keterlantaran.
Lanjut usia rawan terlantar adalah lanjut usia yang mempunyai 2 kriteria keterlantaran.
Kriteria keterlantaran
a. Tidak/belum sekolah atau tidak tamat SD
b. Makan makanan pokok kurang dari 21 kali seminggu.
c. Makan lauk pauk berprotein tinggi kurang dari 4 kali seminggu
d. Memiliki pakaian kurang dari 4 stel
e. Tidak mempunyai tempat tinggal tetap untuk tidur
f. Bila sakit tidak diobati
Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia adalah suatu alat untuk mencatat kondisi kesehatan
pribadi lanjut usia baik fisik maupunmental emosional. KMS digunakan untuk memantau
dan menilai kemajuan kesehatan lanjut usia yang dilaksanakan melalui kegiatan Posyandu
lanjut usia.
adalah organisasi kemasyarakatan non struktural yang berdasarkan azas gotong royong
untuk sehat dan sejahtera, yang diorganisir oleh seorang koordinator atau ketua, dibantu
oleh sekretaris, bendahara dan beberapa orang kader. Organisasi posyandu lanjut usia ini
tidak saja dapat dibentuk oleh masyarakat setempat, tetapi dapat juga oleh :
1. Kelompok seminat dalam masyarakat misalnya Club Jantung Sehat, Majelis Ta’lim,
WULAN (warga usia lanjut), kelompok gereja, dan lain – lain
2. Organisasi profesi
3. Institusi pemerintah/swasta
4. Lembaga Swadaya Masyarakat
Tenaga yang dibutuhkan dalam pelaksanaan posyandu sebaiknya 8 orang namun bisa
kurang dengan konsekuensi bekerja rangkap. Kepengurusan yang di anjurkan adalah:
1. Ketua Posyandu
2. Sekretaris
3. Bendahara
4. Kader sekitar 5 orang :
a) Meja 1 tempat pendaftaran
b) Meja 2 tempat penimbangan dan pencatatan berat badan, pengukuran dan pencatatan
tinggi badan serta
penghitungan index massa tubuh (IMT)
c) Meja 3 tempat melakukan kegiatan Pemeriksaan danpengobatan sederhana (tekanan
darah, gula darah, Hb dan pemberian vitamin, dan lain - lain)
d) Meja 4 tempat melakukan kegiatan konseling (kesehatan, gizi dan kesejahteraan)
e) Meja 5 tempat memberikan informasi dan melakukan kegiatan sosial (pemberian makan
tambahan, bantuan modal, pendampingan, dan lain – lain sesuai kebutuhan)
1. Ketua Posyandu
- Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang dilakukan posyandu
- Bertanggung jawab terhadap kerjasama dengan semua stake holder dalam rangka
meningkatkan mutu pelaksanaan posyandu
2. Sekretaris
Mencatat semua aktivitas perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan serta pengendalian
posyandu.
3. Bendahara
- Pencatatan pemasukan dan pengeluaran serta pelaporan keuangan posyandu
4. Kader
Tugas kader dalam posyandu lanjut usia antara lain:
- Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan pada kegiatan posyandu.
- Memobilisasi sasaran pada hari pelayanan posyandu.
Tenaga Pelaksana
Tenaga pelaksana pada dasarnya adalah semua pengurus posyandu yang saling
membantu, namun harus ada
penanggung jawab masing-masing sesuai bidangnya. Para lanjut usia yang lebih muda dan
lebih sehat dapat
diberdayakan membantu kegiatan ini sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dengan
mengajak mereka ikut membantu penyelenggaraan posyandu akan memberikan banyak
manfaat antara lain:
- Para lanjut usia akan merasa posyandu milik mereka
- Para lanjut usia merasa dihargai/dihormati
- Membuat lanjut usia tersebut tetap aktif dan akan meningkatkan kesehatan dan mencegah
kepikunan.
- Meningkatnya rasa persaudaraan, terbangunnya ikatan emosi yang positif antar generasi
dan akan membuat lanjut usia rajin datang.
- Pekerjaan menjadi ringan, efisien dan efektif, cepat selesai, sehingga akhirnya tersedia
waktu luang yang dapat digunakan untuk kegiatan lainnya.
Pelaksanaan
Pembiayaan
Demikian sekilas tentang Posyandu Lansia semoga informasi ini bukan sekedar bahan
bacaan tetapi menjadi pedoman bagi bidan maupun tenaga kesehatan lainnya dalam hal
pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia. Semoga bermanfaat.