Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

HIV/AIDS

TINJAUAN HIV/AIDS MENURUT AGAMA

Disusun Oleh :
Erwin Pardiansyah

KHGC18019

Kelas : IIA S1 Keperawatan

STIKes KARSA HUSADA GARUT


TAHUN 2019/2020
1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
HIV dan AIDS merupakan penyakit yang menjadi momok paling menakutkan
di kalangan remaja dewasa ini. Dengan terjangkitnya penyakit HIV maupun AIDS,
masa depan para remaja akan suram karena menyebabkan kematian. Salah satu
penyebab dari terjangkitnya atau penularan HIV dan AIDS adalah karena pergaulan
bebas dan juga kurangnya pemahaman agama.
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan sekumpulan gejala
dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Penyakit infeksi HIV dan AIDS
hingga kini masih merupakan masalah global karena penderita penyakit ini dari tahun
ke tahun makin meningkat dan sampai saat ini HIV/AIDS belum ada vaksin maupun
obat untuk benar-benar dapat menyembuhkan penyakit ini.
Penyebab HIV / AIDS sendiri disebabkan diantaranya yaitu selama melakukan
hubungan seks vaginal, anal atau oral dengan pasangan yang terinfeksi yang darah, air
mani atau cairan vagina memasuki tubuh. Kedua transfusi darah, dalam beberapa
kasus, virus dapat ditularkan melalui transfusi darah. Ketiga yaitu berbagi jarum, virus
HIV dapat ditularkan melalui jarum suntik terkontaminasi dengan darah yang
terinfeksi. Keempat dari ibu ke anak. ibu yang terinfeksi dapat menginfeksi bayi
selama kehamilan atau persalinan, atau melalui menyusui.
Di Indonesia penderita HIV/AIDS terus meningkat dan dampak yang
ditimbulkan dari HIV/AIDS ini juga semakin memprihatinkan, karena penyakit ini
telah menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang sangat tinggi diantara usia
produktif. Masalah yang timbul juga sangat kompleks, bukan saja di bidang
kesehatan, tetapi juga pada bidang ekonomi, sosial, politik budaya, agama dan juga
dari segi pergaulan. Demikian juga upaya penanggulangannya, tidak dapat ditinjau
hanya dari satu sudut pandang saja, tetapi harus melihatnya sebagai suatu kesatuan
dan adanya keterlibatan dari berbagai pihak sehingga penanggulangannya dapat lebih
tepat sasaran.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa masalah mendasar yang dihadapi
Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) bukan semata hanya penyakitnya, tetapi juga

2
masih banyak masyarakat belum bisa menerima keberadaan ODHA. Stigma terhadap
ODHA masih cukup banyak ditambah lagi dengan sikap yang menghakimi,
menjauhkan, mengucilkan, mendiskriminasi, bahkan sampai perlakuan yang tidak
hanya melanggar hak asasi manusia tetapi juga kriminal. Untuk itu diperlukan upaya
untuk mencegah stigma dan diskriminasi tersebut melalui program penyuluhan,
dukungan, perawatan,dan pengobatan yang melibatkan semua pihak yang terkait agar
ODHA dapat berfungsi sosial kembali. Peran kita sebagai calon pekerja sosial
profesional juga harus dilaksanakan agar Orang dengan HIV/AIDS dapat berfungsi
secara sosial kembali

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah Bagaimana HIV/AIDS dilihat dari aspek
agama?

C. Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai Untuk mengetahui HIV/AIDS
dilihat dari aspek agama

3
BAB II
PEMBAHASAN

HIV/AIDS ditinjau dari aspek agama


1. Pandangan Agama Terhadap HIV-AIDS
Dalam berbagai ungkapan keagamaan, dinyatakan adanya keterpaduan antara
iman dan amal shaleh, antara tali hubungan dari sesama manusia, serta antara taqwa
dan budi pekerti luhur (akhlaq, etika, moral). Keterpaduan tersebut harus berjalan
seiring satu sama lain, jika tidak maka akan menyebabkan runtuhnya nilai-nilai
agama yang dianut manusia. Sedangkan etika atau nilai etis dari perbuatan manusia
merupakan faktor yang cukup penting untuk menyertai sikap taqwa manusia kepada
Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan menyadari makna dan tujuan hidup, manusia dapat dengan mudah
menjalankan/melaksanakan arti iman dan taqwa atau pentingnya “beriman” dan
“bertaqwa” kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Ada 10 sendi-sendi pokok
pandangan hidup berdasarkan iman yang harus menjadi bagian dan dasar
pertimbangan etis dari semua kegiatan “beriman dan bertaqwa”.

a. Bahwa manusia tidak dibenarkan memutlakkan sesuatu apa pun selain Tuhan
Yang Maha Esa itu sendiri. Mengakui Tuhan YangMaha Esa sebagai yang mutlak
berarti menyadari bahwa Tuhan tidak dapat dijangkau oleh akal manusia.
b. Tuhan tidak dapat diketahui, tetapi harus diinsafi sedalam-dalamnya bahwa Dia-
lah asal dan tujuan hidup, dengan konsekuensi bahwa manusia harus
membaktikan seluruh hidupnya demi memperoleh perkenan atau ridha-Nya.
c. Tidak memutlakkan sesuatu apa pun selain Tuhan Yang Maha Esa.
d. Pandangan hidup itu terkait erat dengan pandangan bahwa manusia adalah puncak
ciptaan Tuhan, yang diciptakan dalam keadaan sebaik-baiknya dan mempunyai
kelebihan dari ciptaan Tuhan lainnya.
e. Manusia harus mengamati alam raya ini dengan penuh apresiasi, dalam rangka
kemaslahatan mereka hidup di muka bumi ini.
f. Di atas segala-galanya, manusia harus senantiasa berusaha menjaga konsistensi
dan keutuhan orientasi hidupnya yang luhur (menuju perkenan Tuhan Yang Maha
Esa), dengan senantiasa memelihara hubungan dengan Tuhan, dan dengan
perbuatan baik kepada sesama manusia.

4
g. Perbuatan baik kepada sesama manusia yang dilakukan dengan konsistensi tujuan
luhurnya yang murni itu adalah jalan terdekat menuju ridha-Nya, bukan semata-
mata dengan mengikuti dan menjalankan segi-segi formal lahiriah ajaran agama.
h. Karena itu manusia harus bekerja sebaik-baiknya, sesuai bidang masing-masing,
menggunakan setiap waktu lowong secara produktif dan senantiasa berusaha
menanamkan kesadaran Ketuhanan dalam dirinya. Manusia dalam pandangan
Tuhan tidak memperoleh apa-apa kecuali yang ia usahakan sendiri, tanpa
menanggung kesalahan orang lain.
i. Manusia harus menyadari bahwa semua perbuatannya, baik dan buruk, besar dan
kecil, akan dipertanggungjawabkan dalam Pengadilan Tuhan di Hari Kemudian.
j. Karena iman, manusia menjadi bebas dan memiliki dirinya sendiri secara utuh
(tidak mengalami fragmentasi), sebab ia tidak tunduk kepada apa pun selain
kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa.

Pandangan agama terhadap HIV-AIDS dapat ditinjau dari 2 (dua) sisi,yaitu dari
sisi sejarah (historis) dan dari sisi IPTEK.
a. Tinjauan Sejarah
Pada dasarnya manusia diciptakan sebagai mahluk yang paling cerdas dari semua
ciptaan Tuhan. Dengan dibekali akal budi serta bentuk tubuh yang dapat
dipergunakan untuk menjalani hidupnya sesuai dengan apa yang diharapkan
penciptanya. Tapi manusia juga mendapat kebebasan dari Sang Pencipta untuk
melaksanakan keputusan dan tindakan dalam hidupnya. Penggunaan fungsi alat
tubuh serta penyaluran keinginan yang berlebihan di luar hasrat yang sewajarnya
sering kali membawa bencana yang tidak diharapkan oleh manusia itu sendiri.
Perilaku seksual berisiko adalah salah satu contohnya yang menjadi media
penularan HIV.
b. Tinjauan dari Sisi IPTEK
Kemajuan IPTEK pada era informasi dan globalisasi di samping mempunyai
dampak positif, bila manusia tidak dibentengi dengan moral dan iman yang kuat
juga akan dapat menimbulkan dampak yang negatif. Kemajuan IPTEK secara
langsung atau tidak langsung telah menimbulkan perubahan pola dan aya hidup.
Banyak manusia telah meninggalkan nilai-nilai ajaran agama, dn merubahnya
dengan pola dan gaya hidup serta faham yang baru (“new morality”) yang
memperbolehkan segala-galanya, kemudian mengakibatkan masyarakat

5
kehilangan pegangan moral. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab timbulnya
perilaku seksual berisiko dalam masyarakat dan menjadi penyebab timbulnya
penyakit HIV-AIDS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus HIV-AIDS banyak terjadi di
negara yang mengalami dekadensi moral. Pada negara dimana ajaran
agama/moralitas dan lembaga perkawinan masih dipegang teguh oleh
masyarakatnya tingkat epidemik HIV relatif lebih kecil. Namun hal ini tidak dapat
dijadikan jaminan selamanya, mengingat cara penularan HIV adalah universal
artinya sudah tidak memandang lagi batas antar bangsa, suku, agama dan budaya.

2. Peranan Moralitas Agama dalam Menanggulangi HIV-AIDS


Ajaran agama dalam upaya penanggulangan HIV-AIDS diintegrasikan dengan
pelaksanaan pembangunan agama yang meliputi peningkatan keimanan dan
ketaqwaan, kerukunan beragama dan peningkatan peran aktif umat dalam
pembangunan nasional yang dilaksanakan melalui pendidikan keluarga, pendidikan
masyarakat, pendidikan formal serta penyediaan sarana dan prasarana yang memadai.
Sejalan dengan pola tersebut, maka ajaran agama dalam penanggulangan HIV-AIDS
dapat dilaksanakan sebagai berikut :
a. Peningkatan Pengetahuan Agama
Upaya peningkatan pengetahuan agama dalam sekolah diarahkan agar supaya
siswa memahami ajaran agama terutama yang menyangkut kehidupan praktis
sehari-hari, mengingat volume pelajaran agama yang diberikan di sekolah relatif
sangat minim, sehingga siswa tidak mungkin dapat menyerap ajaran agama dalam
waktu singkat. Oleh karena itu peran guru agama di dalam sekolah maupun di luar
sekolah menjadi faktor yang sangat penting terutama di dalam menterjemahkan
ajaran agama di dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu pendidikan agama di
lingkungan rumah tangga terutama yang dilakukan oleh para orang tua terhadap
anggota keluarga perlu terus ditingkatkan.
b. Peningkatan Pengamalan Agama
Upaya peningkatan pengalaman agama dilaksanakan seiring dengan upaya
peningkatan pengetahuan agama yang dimiliki oleh para siswa terutama yang
bersifat aplikatif. Untuk merealisasikan hal tersebut guru agama maupun para
orang tua dituntut menjadi pelopor pelaksanaan ajaran-ajaran agama yang bersifat
praktis dan dapat dirasakan oleh siswa secara langsung dalam lingkungan sekolah

6
maupun di rumah. Tempat-tempat peribadatan seperti mushola dan tempat lain
yang dapat dijadikan tempat ibadah sebaiknya dirintis dan dijadikan sentral
kegiatan dalam pengembangan ajaran agama terutama yang menyangkut
pengamalan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Peningkatan Penghayatan Ajaran Agama
Upaya peningkatan penghayatan ajaran agama dapat dilaksanakan sejalan
dengan upaya peningkatan pengetahuan dan pengamalan agama. Upaya ini
dilaksanakan dengan memperdalam pengetahuan agama, menggali nilai-nilai
keimanan dan ketaqwaan yang terkandung dalam pengetahuan dan pengamalan
agama.
Ajaran agama senantiasa memiliki tiga dimensi, yaitu:
1) Dimensi ibadah
2) Dimensi sosial
3) Dimensi Personal

Dimensi ibadah adalah mencakup hubungan antara manusia dengan


penciptanya, dan dimensi sosial mencakup hubungan sesama manusia dan alam
lingkungan, sedangkan dimensi personal adalah merupakan aktualisasi diri. Dalam
upaya peningkatan penghayatan ajaran agama peran orangtua dn guru (guru
agama) hendaknya senantiasa memberikan bimbingan kepada siswa untuk
menggali dan menyampaikan ajaran agama yang mengandung tiga dimensi
tersebut.

d. Bagi yang belum berkeluarga maupun yang sudah berkeluarga diharamkan


melakukan segala sesuatu yang dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain
misalnya saja mendonorkan darah atau melakukan hubungan seks di luar nikah
(pasangan yang sah).
e. Bagi setiap pengidap HIV-AIDS dan pengidap AIDS wajib memberitahukan
tentang kesehatannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan jaminan
kesehatannya.

3. Ajaran Agama dalam perilaku sosial


Hubungan sesama manusia dalam kehidupan sosial telah diaitur dalam setiap
agama, yakni aturan dalam hubungan/pergaulan sesama manusia tersebut telah

7
ditentukan ada yang memang diperbolehkan (halal) dan ada pula yang tidak
diperbolehkan/dilarang (haram). Batasan hubungan yang diperbolehkan dan dilarang
tersebut, sebenarnya setiap agama telah mengajarkan secara jelas, untuk selanjutnya
diimplementasikan dalam kehidupan sosial.
Ajaran agama dalam perilaku kehidupan sosial terutama yang menyangkut
hubungan pria dan wanita (dewasa) pada dasarnya bertujuan untuk kepentingan dan
kebaikan manusia itu sendiri, dengan maksud agar manusia dapat mencapai
kebahagiaannya dan bukan malah terkena musibah seperti terinfeksi HIV-AIDS, bila
ia melakukan perbuatan yang dilarang agama seperti melakukan hubungan seks di
luar nikah atau menggunakan obat terlarang.
Ajaran agama mengharuskan manusia itu menikah terlebih dahulu sebelum
melakukan hubungan seks. Tetapi dalam hal tertentu ada manusia yang terpaksa harus
terkena musibah seperti terinfeksi HIV-AIDS, baik yang dikarenakan oleh
perbuatannya sendiri atupun akibat dari perbuatan orang lain, maka sebagai sesama
manusia kita wajib memberikan pertolongan termasuk tidak melakukan diskriminasi
terhadap ODHA. Di dalam Al Quran terdapat beberapa surat yang melarang untuk
melakukan hubungan seks di luar nikah diantaranya adalah :

‫َواَل تَ ْق َربُوا ال ِّزنَا ۖ ِإنَّهُ َكانَ فَا ِح َشةً َو َسا َء َسبِياًل‬

Artinya :“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”. [al-Isrâ/17:32]

‫ق أَثَامًا‬ َ e‫ك يَ ْل‬َ eِ‫لْ ٰ َذل‬ee‫ق َواَل يَ ْزنُونَ ۚ َو َم ْن يَ ْف َع‬ َ ‫َوالَّ ِذينَ اَل يَ ْد ُعونَ َم َع هَّللا ِ إِ ٰلَهًا آخَ َر َواَل يَ ْقتُلُونَ النَّ ْف‬
ِّ ‫س الَّتِي َح َّر َم هَّللا ُ إِاَّل بِ ْال َح‬
‫َف لَهُ ْال َع َذابُ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َويَ ْخلُ ْد فِي ِه ُمهَانًا‬
ْ ‫ضاع‬ َ ُ‫ي‬

Artinya :“Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain beserta Allah dan
tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan
(alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu,
niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab
untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan
terhina”. [al-Furqân/25: 68-69]

8
4. Ajaran Agama dalam Menanggulangi Penyalahgunaan Narkotika dan HIV-
AIDS
Sebenarnya setiap agama telah menetapkan mengenai benda atau makanan
(minuman yang baik untuk dikonsumsi manusia (dalam pengertian halal) dan tidak
boleh dikonsumsi (dalam pengertian haram), dan ini pada dasarnya dikarenakan daya
tahan tubuh manusia itu sendiri, misalnya ada seseorang yang menggunakan obat
terlarang dan minuman keras, jelas akan merusak fisik, maka akan mudah sekali
orang tersebut terkena pengaruh buruk/efek dari perbuatannya. Misalnya ia
menggunakan jarum suntik yang telah digunakan orang lain yang terinfeksi HIV-
AIDS. Di dalam al qur’an telah dijelaskan bahwa penggunaan narkoba dan obat-
obatan tersebut dilarang.

َ‫صابُ َواأْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِم ْن َع َم ِل ال َّش ْيطَا ِن فَاجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬
َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َواأْل َ ْن‬
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
(surat al maidah ayat 90)

‫َواَل تَ ْقتُلُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم إِ َّن هَّللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬

Artinya:“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha


Penyayang kepadamu” (QS. An Nisa’: 29).

Dua ayat di atas menunjukkan akan haramnya merusak diri sendiri atau
membinasakan diri sendiri. Yang namanya narkoba sudah pasti merusak badan dan
akal seseorang. Sehingga dari ayat inilah kita dapat menyatakan bahwa narkoba itu
haram.

Ajaran agama menjamin setiap manusia akan mendapat kebahagiaan di dunia


dan akhirat, jika manusia itu dapat melaksanakan hubungan kepada Tuhan-Nya dan
sesama manusia dengan baik, serta dibarengi dengan berbagai upaya yang diijinkan
oleh agamanya. Hubungan manusia dengan Tuhan yang baik yaitu dengan cara
melaksanakan segala yang diperintahkan dan menjahui segala yang dilarangnya.

9
Perubahan-perubahan sosial yang serba cepat sebagai konsekuensi dari
modernisasi dan globalisasi, ternyata telah mempengaruhi kehidupan manusia,
sebagai individu, keluarga dan masyarakat dan bangsa. Terhadap perubahan-
perubahan tersebut, dengan serba ketidakpastiannya, ternyata tidak semua orang
mampu (terutama remaja) untuk menyesuaikan diri, yang pada gilirannya yang
bersangkutan akan jatuh sakit, dan salah satu bentuknya adalah akibat
penyalahgunaan Narkotika, Alkohol, dan Obat-obatan Terlarang (misalnya ekstasi).
Untuk memperoleh rasa sejahtera masyarakat modern cenderung mencarinya dengan
jalan menggunakan Narkotik dan sejenisnya dan mengesampingkan agama karena
agama dianggap tidak “rasional” dan penghambat kemajuan/modernisasi.
Dalam hal hubungan antar sesama manusia misalnya, ada perilaku manusia
yang menyimpang dari norma atau nilai kehidupan agama atau sosial, maka sebagai
sesama manusia wajib mengingatkannya agar jangan melakukan penyimpangan
perilaku yang dilarang oleh agama atau tidak sesuai dengan perilaku kehidupan
sosial. Adapun cara mengingatkannya tersebut dapat dilakukan baik secara lisan atau
pun melalui tulisan (KIE).

5. Moral Agama Sebagai Benteng dalam Pencegahan HIV-AIDS


Manusia baik sebagai mahluk individu maupun sosial mempunyai keinginan
dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Ketidakmampuan mengendalikan perilaku
berisiko tersebut akan menyeret manusia terjerumus ke jalan yang salah, tidak hanya
melanggar norma, etika bahkan agama.
Banyak manusia yang karena keinginannya, melakukan sesuatu yang tidak
bermoral dan bertentangan dengan etika dan agama. Meningkatnya jumlah orang
yang terinfeksi HIV-AIDS di Indonesia, merupakan indikator banyaknya perilaku
berisiko. Moral dan agama sebagai pondasi dari perilaku manusia merupakan benteng
yang tangguh bagiorang-orang yang mentaatinya, khususnya dari berbagai godaan
dan keinginan terhadap hal-hal yang berisiko seperti; menggunakan obat-obat
terlarang, minum-minuman keras, melakukan hubungan seks bebas/seks di luar nikah
dan lain sebagainya. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk memperkokoh benteng
moral dan agama adalah dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang MahaEsa.

Hal ini mengisyaratkan bahwa ajaran agama merupakan benteng yang tangguh
bagi orang-orang yang mentaatinya dalam menangkal penyabaran HIV-AIDS. Usaha

10
yang efektif untuk penanggulangan HIV-AIDS ialah mengembalikan perilaku
manusia kepada perilaku agamis, di samping penyuluhan dan penyediaan informasi
mengenai HIV-AIDS kepada masyarakat.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit HIV/AIDS dilihat dari aspek agama merupakan akibat dari seseorang yang
tidak dapat untuk mengamalkan ajaran agamanya dengan baik sehingga mereka
menggunakan obat-obatan dan juga narkoba serta melakukan hubungan seks bebas di luar
nikah yang telah jelas dilarang dalam agama islam.
Penyakit HIV/AIDS dilihat dari aspek pergaulan merupan akibat dari pergaulan yang
salah, kesalahan polapengasuhan dan pengawasan orang tua, akibat sosial media dan juga
dampak dari globalisasi yang menyebabkan mereka melakukan pergaulan bebas dan
menggunakan narkoba sehingga mengakibatkan mereka terserang penyakit HIV/AIDS

12
DAFTAR PUSTAKA

Kasman, Thamrin, dkk. 2014. Pendidikan pencegahan HIV-AIDS di Sekolah. Jakarta :


Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Moh. Isyam M. Hamidy. 2004. Ancaman Virus Hiv/Aids Dan Upaya Pencegahannya (Dalam
Perspektif Sosiologis Dan Agama). Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga

https://www.academia.edu/34202697/hiv_aids_ditinjau_dari_aspek_agama_dan_pergaulan

13

Anda mungkin juga menyukai