Anda di halaman 1dari 13

Sungai

A. Sungai

Sungai merupakan bagian terendah di


permukaan bumi dalam bentuk alur memanjang dari
sebelah hulu (atas) menuju ke sebelah hilir (bawah).
Sungai merupakan sistem alur alam, dapat terdiri dari
satu atau lebih alur-alur yang bertemu atau bercabang
yang akan mengalir menuju Samudera, Danau atau
laut, atau ke sungai yang lain. Pada beberapa kasus,
sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke
dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya.
Dengan melalui sungai merupakan cara yang biasa
bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang besar
seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke
anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran
air biasanya berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan
kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai.
Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya
terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di
beberapa negara tertantu air sungai juga berasal dari lelehan es/salju. Secara hidrologis,
jumlah air atau debit aliran di sungai akan dipengaruhi oleh sifat penutupan permukaan lahan.
Untuk lahan dengan penutupan berupa vegetasi (baik perkebunan, hutan atau sawah)
umumnya akan menyebabkan distribusi air yang lebih merata sepanjang tahun, dimana
musim hujan tidak terlalu besar dam musim kemarau tidak terlalu besar dan musim kemarau
tidak terlalu kering. Sebaliknya untuk lahan dengan sifat penutupan yang relatif kurang
mampu meresap air (pemukiman industri, sarana transportasi, dll), sifat aliran di sungai akan
kurang merata sepanjang tahun.

Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air
minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial
untuk dijadikan objek wisata sungai. Di Indonesia saat ini terdapat 5.950 daerah aliran sungai
(DAS).

Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan. Apabila selama di permukaan
air berinteraksi dengan lahan yang mudah tererosi, maka air yang masuk ke sungai, akan
membawa banyak kandungan sedimen. Pencemaran yang tidak dikendalikan di lahan pada
gilirannya akan terbawa masuk ke sungai. Dibeberapa daerah atau negara (misal : Sungai
Ciliwung dan Sungai Angke di Jakarta, sungai Theme di London), sungai telah menjadi
bagian dari pengembangan daerah urban. Salah satu dari banyak jenis pemanfaatan sungai di
daerah tersebut adalah bahwa sungai digunakan sebagai tempat pembunagan limbah
domestik. Konsekuensinya, sungai di bagian hilir relatif lebih banyak menimbulkan
permasalahan lingkungan, terutama dari sisi pencemaran kualitas.

B. Pemanfaatan sungai
Makhluk hidup yaitu tumbuh – tumbuhan, hewan, dan manusia untuk melangsungkan
kehidupannya selalu membutuhkan air. Sumber – sumber air berasal dari; mata air, air tanah,
danau, danau buatan (waduk), air hujan, air pasang surut dan sungai. Kelebihan curah hujan
dan kelebihan air tanah akan mengalir kelembah membentuk alur – alur atau saluran yang
lazim disebut Sungai.
         Sungai digunkan untuk berbagai
tujuan yaitu:
a. Air bersih untuk keperluan air minum
b. Keperluan pertanian
c. Untuk pengendalian banjir
d. Keperluan irigasi
e. Keperluan drainase
f. Tenaga Listrik
g. Keperluan industri
h. Keperluan water supply navigasy
i. Dan sebagainya.
Sumberdaya sungai tidak saja dilihat dari kandungan dan pola ketersediaan air di sungai
tersebut, melainkan juga sumberdaya sedimen yang dimilikinya. Pada hampir semua
pembangunan keteknik-sipilan, kedua jenis sumberdaya sungai tersebut merupakan material
penting yang selalu digunakan.
Aspek negatif bagi keberadaan air sungai terhadap kehidupan adalah:
a. Kelebihan air pada musim penghujan yang mungkin mengakibatkan banjir – banjir
b. Kekurangan air pada musim kemarau yang mungkin mengakibatkan kekeringan
c. Erosi pada sungai.
d. Transportasi sedimen maupun material yang mengakibatkan pencemaran lingkungan
e. Pada muara sungai terutama karena pengaruh pasang surut laut, sehingga menimbulkan
penutupan muara oleh sedimen
c. Proses terbentuknya sungai

Sungai terbentuk dari air yang berada dipermukaan daratan, baik dari air hujan, mata
air, maupun cairan gletser, akan mengalir melalui sebuah saluran menuju tempat yang lebih
rendah. Pada mulanya saluran yang dilalui relatif sempit dan pendek, namun secara proses
alamiah aliranini akan mengikis daerah-daerah yang dilaluinya. Yang akibatnya saluran ini
semakin lama akan semakin lebar dan panjang hingga terbentuklah sungai.

B. KLASIFIKASI SUNGAI

1. Berdasarkan Pola Aliran Air

 Pola Aliran Sungai

Dengan berjalan nya waktu, suatu sistem jaringan sungai akan membentuk pola
pengaliran tertentu diantara saluran utama dengan cabang-cabangnya dan pembentukan pola
pengaliran ini sangat ditentukan oleh faktor geologinya. Pola pengaliran sungai dapat
diklasifikasikan atas dasar bentuk dan teksturnya. Bentuk atau pola berkembang dalam
merespon terhadap topografi dan struktur geologi bawah permukaannya. Saluran-saluran
sungai berkembang ketika air permukaan (surface runoff) meningkat dan batuan dasarnya
kurang resisten terhadap erosi.Sistem fluviatil dapat menggambarkan perbedaan pola
geometri dari jaringan pengaliran sungai. Jenis pola pengaliran sungai antara alur sungai
utama dengan cabang-cabangnya disatu wilayah dengan wilayah lainnya sangat bervariasi.
Adanya perbedaan pola pengaliran sungai disatu wilayah dengan wilayah lainnya sangat
ditentukan oleh perbedaan kemiringan topografi, struktur dan litologi batuan dasarnya. Pola
pengaliran yang umum dikenal adalah sebagai berikut:

1) Pola Aliran Dendritik

Pola aliran dendritik adalah pola aliran yang cabang-cabang sungainya menyerupai
struktur pohon. Pada umumnya pola aliran sungai dendritik dikontrol oleh litologi batuan
yang homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol
oleh jenis batuannya. Sebagai contoh sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak/kurang
resisten terhadap erosi akan membentuk tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan pada
batuan yang resisten (seperti granit) akan membentuk tekstur kasar (renggang).
Tekstur sungai didefinisikan sebagai panjang sungai per satuan luas. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa resistensi batuan terhadap erosi sangat berpengaruh pada proses
pembentukan alur-alur sungai, batuan yang tidak resisten cenderung akan lebih mudah di-
erosi membentuk alur-alur sungai. Jadi suatu sistem pengaliran sungai yang mengalir pada
batuan yang tidak resisten akan membentuk pola jaringan sungai yang rapat (tekstur halus),
sedangkan sebaliknya pada batuan yang resisten akan membentuk tekstur kasar.

2) Pola Aliran Radial

Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara radial
dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti puncak gunungapi atau bukir intrusi. Pola aliran
radial juga dijumpai pada bentuk-bentuk bentangalam kubah (domes) dan laccolith. Pada
bentangalam ini pola aliran sungainya kemungkinan akan merupakan kombinasi dari pola
radial dan annular.

3) Pola Aliran Rectangular

Pola rectangular umumnya berkembang pada batuan yang resistensi terhadap erosinya
mendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua arah dengan sudut
saling tegak lurus. Kekar pada umumnya kurang resisten terhadap erosi sehingga
memungkinkan air mengalir dan berkembang melalui kekar-kekar membentuk suatu pola
pengaliran dengan saluran salurannya lurus-lurus mengikuti sistem kekar.

Pola aliran rectangular dijumpai di daerah yang wilayahnya terpatahkan. Sungai-


sungainya mengikuti jalur yang kurang resisten dan terkonsentrasi di tempat tempat dimana
singkapan batuannya lunak. Cabang-cabang sungainya membentuk sudut tumpul dengan
sungai utamanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola aliran rectangular adalah
pola aliran sungai yang dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur kekar (rekahan)
dan sesar (patahan). Sungai rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang mengikuti pola
dari struktur kekar dan patahan.
4) Pola Aliran Trellis

Geometri dari pola aliran trellis adalah pola aliran yang menyerupai bentuk pagar
yang umum dijumpai di perkebunan anggur. Pola aliran trellis dicirikan oleh sungai yang
mengalir lurus disepanjang lembah dengan cabang-cabangnya berasal dari lereng yang curam
dari kedua sisinya. Sungai utama dengan cabang-cabangnya membentuk sudut tegak lurus
sehingga menyerupai bentuk pagar.

Pola aliran trellis adalah pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis) dan
dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan sinklin dan antilin. Sungai trellis dicirikan
oleh saluransaluran air yang berpola sejajar, mengalir searah kemiringan lereng dan tegak
lurus dengan saluran utamanya. Saluran utama berarah se arah dengan sumbu lipatan.

5) Pola Aliran Centripetal

Pola aliran centripetal merupakan pola aliran yang berlawanan dengan pola radial,
dimana aliran sungainya mengalir kesatu tempat yang berupa cekungan (depresi). Pola aliran
centripetal merupakan pola aliran yang umum dijumpai di bagian barat dan baratlaut
Amerika, mengingat sungai-sungai yang ada mengalir ke suatu cekungan, dimana pada
musim basah cekungan menjadi danau dan mengering ketika musin kering. Dataran garam
terbentuk ketika air danau mengering.
6) Pola Aliran Annular

Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar secara
radial dari suatu titik ketinggian tertentu dan ke arah hilir aliran kembali bersatu. Pola aliran
annular biasanya dijumpai pada morfologi kubah atau intrusi loccolith.

7) Pola Aliran Paralel (Pola Aliran Sejajar)

Sistem pengaliran paralel adalah suatu sistem aliran yang terbentuk oleh lereng yang
curam/terjal. Dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka bentuk aliran-aliran sungainya
akan berbentuk lurus-lurus mengikuti arah lereng dengan cabang-cabang sungainya yang
sangat sedikit. Pola aliran paralel terbentuk pada morfologi lereng dengan kemiringan lereng
yang seragam.

Pola aliran paralel kadangkala meng-indikasikan adanya suatu patahan besar yang
memotong daerah yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang curam. Semua bentuk
dari transisi dapat terjadi antara pola aliran trellis, dendritik, dan paralel.
2. Berdasarkan Sumber Air
a. Sungai Hujan
Sungai hujan adalah sungai yang mendapatkan air dari hujan. Di Indonesia sebagian
besar sungai-sungainya adalah sungai hujan karena Indonesia negara tropis yang banyak
turun hujan.
b. Sungai Gletser

Sungai gletser adalah sungai yang sumber airnya berasal dari salju yang mencair
berkumpul menjadi kumpulan air besar yang mengalir. Sungai membramo / memberamo di
daerah papua / irian jaya adalah salah satu contoh dari sungai gletser yang ada di Indonesia.

c. Sungai Campuran
Sungai campuran adalah sungai di mana air sungai itu adalah pencampuran antara air
hujan dengan air salju yang mencair. Contoh sungai campuran adalah sungai digul di pulau
papua / irian jaya.

3. Berdasarkan Struktur Geologi


a. Sungai Anteseden
Sungai Anteseden adalah sungai yang tetap mempertahankan arah aliran airnya walaupun
ada struktur geologi (batuan) yang melintang. Hal ini terjadi karena kekuatan arusnya,
sehingga mampu menembus batuan yang merintanginya.

b. Sungai Superposed
Sungai Superposed, adalah sungai yang melintang, struktur dan prosesnya dibimbing oleh
lapisan batuan yang menutupinya.

4. Berdasarkan Debit Airnya


a. Sungai Permanen

Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap.
Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan.
Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera
.
b. Sungai Periodik
Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak,
sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di
pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo
dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
c. Sungai Episodik
Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada
musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.
d. Sungai Ephemeral
Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat
musim hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya
saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.

5. Genetika Sungai
Sebagaimana diketahui bahwa klasifikasi genesa sungai ditentukan oleh
hubungan struktur perlapisan batuannya. Genetika sungai dapat dibagi sebagai berikut:

a. Sungai Superposed
Adalah sungai yang terbentuk diatas permukaan bidang struktur dan dalam
perkembangannya erosi vertikal sungai memotong ke bagian bawah hingga mencapai
permukaan bidang struktur agar supaya sungai dapat mengalir ke bagian yang lebih rendah.
Dengan kata lain sungai superposed adalah sungai yang berkembang belakangan
dibandingkan pembentukan struktur batuannya.
b. Sungai Antecedent
Adalah sungai yang lebih dulu ada dibandingkan dengan keberadaan struktur batuanya
dan dalam perkembangannya air sungai mengikis hingga ke bagian struktur yang ada
dibawahnya. Pengikisan ini dapat terjadi karena erosi arah vertikal lebih intensif
dibandingkan arah lateral.

c. Sungai Konsekuen
Adalah sungai yang berkembang dan mengalir searah lereng topografi aslinya. Sungai
konsekuen sering diasosiasikan dengan kemiringan asli dan struktur lapisan batuan yang ada
dibawahnya. Selama tidak dipakai sebagi pedoman, bahwa asal dari pembentukan sungai
konsekuen adalah didasarkan atas lereng topografinya bukan pada kemiringan lapisan
batuannya.
d. Sungai Subsekuen
Adalah sungai yang berkembang disepanjang suatu garis atau zona yang resisten. sungai
ini umumnya dijumpai mengalir disepanjang jurus perlapisan batuan yang resisten terhadap
erosi, seperti lapisan batupasir. Mengenal dan memahami genetika sungai subsekuen
seringkali dapat membantu dalam penafsiran geomorfologi.

e. Sungai Resekuen
Lobeck (1939) mendefinisikan sungai resekuen sebagai sungai yang
mengalir searah dengan arah kemiringan lapisan batuan sama seperti tipe
sungai konsekuen. Perbedaanya adalah sungai resekuen berkembang
belakangan.
f. Sungai Obsekuen
Lobeck juga mendefinisikan sungai obsekuen sebagai sungai yang
mengalir berlawanan arah terhadap arah kemiringan lapisan dan
berlawanan terhadap sungai konsekuen. Definisi ini juga mengatakan
bahwa sungai konsekuen mengalir searah dengan arah lapisan batuan.
g. Sunggai Insekuen
Adalah aliran sungai yang mengikuti suatu aliran dimana lereng tifdak
dikontrol oleh faktor kemiringan asli, struktur atau jenis batuan.

Beberapa aspek dari pola pengaliran sungai menjadi sangat penting untuk
pertimbangan dalam interpretasi geomorfologi, terutama :

1. Klasifikasi genetik sungai, hubungan sungai dengan kemiringan asli, batuan yang
berada dibawah aliran sungai, dan struktur geologi.

2. Tahapan perkembangan suatu sungai


3. Pola pengaliran sungai

4. Anomali pengaliran dalam suatu pola aliran

5. Karakteristik detail seperti gradien sungai, kerapatan sungai, bentuk cekungan dan
ukuran/dimensi, kemiringan cekungan dan kemiringan bagian hulu suatu lembah.

6. Jentera geomorfik.

Kombinasi dari aspek-aspek tersebut diatas sangat mungkin membantu dalam


mengidentifikasi litologi, korelasi stratigrafi, pemetaan struktur geologi, menetukan
sejarah tektonik dan sejarah geomorfologi. Berkut ini adalah uraian mengenai
kombinasi antara struktur, litologi dan aktivitas sungai.

A. Tahapan Perkembangan Sungai

Tahapan perkembangan suatu sungai dapat dibagi menjadi 5 stadia, yaitu


stadia sungai awal, satdia muda, stadia dewasa, stadia tua, dan stadia remaja kembali
(rejuvination).

Adapun ciri-ciri dari tahapan sungai adalah sebagai berikut:

1. Tahapan Awal (Initial Stage)


Tahap awal suatu sungai seringkali dicirikan oleh sungai yang belum memiliki
orde dan belum teratur seperti lazimnya suatu sungai. Air terjun, danau, arus yang
cepat dan gradien sungai yang bervariasi merupakan ciri-ciri sungai pada tahap
awal. Bentangalam aslinya, seringkali memperlihatkan ketidakteraturan, beberapa
diantaranya berbeda tingkatannya, arus alirannnya berasal dari air runoff ke arah
suatu area yang masih membentuk suatu depresi (cekungan) atau belum
membentuk lembah. Sungai pada tahapan awal umumnya berkembang di daerah
dataran pantai (coastal plain) yang mengalami pengangkatan atau diatas
permukaan lava yang masih baru / muda dan gunungapi, atau diatas permukaan
pediment dimana sungainya mengalami peremajaan (rejuvenation).
2. Tahapan Muda
Sungai yang termasuk dalam tahapan muda adalah sungai-sungai yang
aktivitas aliran sungainya mengerosi kearah vertikal. Aliran sungai yang
menmpati seluruh lantai dasar suatu lembah. Umumnya profil lembahnya
membentuk seperti huruf .V.. Air terjun dan arus yang cepat mendominasi pada
tahapan ini.
3. Tahapan Dewasa
Tahap awal dari sungai dewasa dicirikan oleh mulai adanya pembentukan
dataran banjir secara setempat setempat dan semakin lama semakin lebar dan
akhirnya terisi oleh aliran sungai yang berbentuk meander, sedangkan pada sungai
yang sudah masuk dalam tahapan dewasa, arus sungai sudah membentuk aliran
yang berbentuk meander, penyisiran kearah depan dan belakang memotong suatu
dataran banjir (flood plain) yang cukup luas sehingga secara keseluruhan
ditempati oleh jalur-jalur meander. Pada tahapan ini aliran arus sungai sudah
memperlihatkan keseimbangan antara laju erosi vertikal dan erosi lateral.

Gambar Pola perubahan bentuk alur sungai yang semula linear dan kemudian menjadi meander. Proses
perubahan sungai dari linear ke meander disebabkan oleh sifat erosi vertikal berubah menjadi erosi lateral.

4. Tahapan Tua
Pada tahapan ini dataran banjir diisi sepenuhnya oleh meander dan lebar dari
dataran banjir akan beberapa kali lipat dari luas meander belt. Pada umumnya
dicirikan oleh danau tapal kuda (oxbow lake) dan rawa-rawa (swampy area). Erosi
lateral lebih dominan dibandingkan erosi lateral.
5. Peremajaaan Sungai (Rejuvenation)
Setiap saat dari perkembangan suatu sungai dari satu tahap ke tahap lainnya,
perubahan mungkin terjadi dimana kembalinya dominasi erosi vertikal sehingga
sungai dapat diklasifikasi menjadi sungai dalam tahapan muda. Sungai dewasa
dapat mengalami pengikisan kembali ke arah vertikal untuk kedua kalinya karena
adanya pengangkatan dan proses ini disebut dengan perenajaan sungai. Proses
peremajaan sungai adalah proses terjadinya erosi ke arah vertikal pada sungai
berstadia dewasa akibat pengangkatan dan stadia sungai kembali menjadi stadia
muda.
B. Sistem Sungai

Sistem sungai adalah sekumpulan alur-alur sungai yang membentuk jaringan


yang komplek dan luas dimana air yang berasal dari permukaan daratan mengalir.
Batas geografis dimana seluruh air yang ada di suatu wilayah disebut sebagai
watershed atau drainage basin. Dalam satu watershed terdapat beberapa alur sungai
kecil-kecil yang disebut sebagai cabang-cabang sungai (tributaries) yang mengalirkan
air ke alur sungai yang lebih besar (principal stream).

Sistem pengaliran sungai dalam suatu watershed dapat dipisah-pisahkan


berdasarkan ukuran alur sungainya dan dikenal sebagai stream ordering. Order
pertama dari pengaliran sungai adalah alur sungai yang ukurannya paling kecil,
sedangkan order kedua adalah alur sungai yang hanya memiliki cabang-cabang sungai
dari order pertama sebagai cabang sungainya. Order ke tiga adalah alur sungai yang
hanya memiliki cabang-cabang sungai dari alur sungai order pertama dan atau order
kedua. Secara umum, sungai yang mempunyai order yang lebih tinggi akan
mempunyai batas pemisah air (watershed) yang lebih luas dan sudah barang tentu
akan membawa air permukaan yang lebih banyak. Topografi yang tinggi umumnya
memiliki batas pemisah air yang memisahkan arah aliran air runoff ke dalam
cekungan yang berbeda didasarkan atas orientasi dari kemiringan lerengnya. Salah
satu yang mengendalikan jumlah air yang berada dalam sungai di setiap lokasi adalah
luas areal permukaan yang terdapat di dalam drainage basin tersebut dan hal ini
merupakan fungsi dari batas pemisah pengaliran.

Sistem sungai mulai dari hulu kemudian kearah hilir hingga ke laut, yaitu
mulai sumbernya di pegunungan kemudian mengalir melalui anak-anak cabangnya
menuju ke saluran-saluran utama (tributary channel) yang pada akhirnya ke sungai
induknya untuk menuju ke arah laut. Sungai ternyata merupakan media yang mampu
mengangkut sejumlah besar bahan yang terbentuk sebagai akibat proses pelapukan
batuan. Banyaknya bahan yang diangkut ditentukan oleh faktor iklim dan tatanan
geologi dari suatu wilayah. Meskipun bahan-bahan yang diangkut oleh sungai berasal
antara lain dari hasil penorehan yang dilakukan sungai itu sendiri, tetapi ternyata yang
jumlahnya paling besar adalah yang berasal dari hasil proses pelapukan batuan. Proses
pelapukan ternyata menghasilkan sejumlah besar bahan yang siap untuk diangkut baik
oleh sungai maupun oleh cara lain seperti gerak tanah, dan atau air-tanah.

Material-material hasil pelapukan dan erosi diangkut oleh air sungai dan diendapkan
sebagai sedimen. Aktivitas sungai yang mengalir di daratan akan mengerosi dan
merubah bentuk bentuk bentangalam. Proses-proses erosi dan pembentukan alur-alur
sungai merupakan agen di dalam perubahan bentuk bentang alam.

Anda mungkin juga menyukai