Dosen:
Antonius N. W. Pratama, S.Farm., M.P.H., Apt.
Oleh :
Kelompok 13
Asrin Rakhmaniyah I 192211101093
Ulfa Aliyatul Himmah 192211101094
Nuri Putri Azhari 192211101095
Ingga Dias Astri 192211101096
Tinton Agung Laksono 192211101097
Reny Diastri Noviriana 192211101098
Irsalina Triastutik 192211101099
Nurlaila Velayanti 192211101100
1. Definisi Kolitis
Colitis berasal dari kata kolon (usus besar) dan itis (peradangan). Colitis
adalah penyakit berupa peradangan usus besar yang menyebabkan gejala nyeri,
meradang, diare dan perdarahan anus. Usus besar meliputi area dari caecum (tempat
menempel usus buntu/appendiks), kolon ascendant, kolon transversum, kolon
descendent, sigmoid, rektum, dan anus (Lestari, 2011). Colitis amoeba merukapan
salah satu jenis colitis infeksi yang termasuk peradangan kolon yang disebabkan
oleh protozoa Entamoeba histolytica (Dipiro, 2008). Gambaran tertentu kolitis
menunjukkan beberapa kemungkinan penting berkaitan dengan faktor :
a. Faktor Familia/Genetik
Lebih sering pada orang kulit putih daripada orang kulit hitam dan Cina.
Insidensi meningkat 3-6 kali pada orang Yahudi dibandingkan orang Non
Yahudi. Hal ini dapat menunjukkan bahwa dapat ada predisposisi genetik
terhadap perkembangan penyakit ini.
b. Faktor Infeksi
Faktor infeksi diduga karena bakteri Pseudomonas (masih harus dikonfirmasi).
Amuba juga dapat menyebabkan kolitis (menyebabkan diare darah, demam dan
dehidrasi) dan Parasit
c. Faktor imunologik
Manifestasi ekstraintestinal yaitu dari atritis dan perikolangitis.
d. Faktor Psikologis
Faktor psikologis dapat berupa stres psikologi mayor (ex : kehilangan seorang
anggota keluarga), rentan terhadap radang usus dan dapat mengeksaserbasi
gejalanya.
e. Faktor Lingkungan/Kebiasaan
Perokok beresiko 40% terkena Kolitis dibanding bukan perokok. Hubungan
terbalik antara operasi apendikotomi dg kolitis (penyakit Kolitis menurun
secara signifikan) (Patogenesa dkk., 2008).
2. Tanda dan Gejala
Gejala utama Kolitis yaitu
a. Diare berdarah
b. Nyeri abdomen/Nyeri perut (nyeri bertambah saat diare dan kemudian
berkurang
c. Seringkali terjadi demam menggigil dan tanda-tanda infeksi lain (sesuai
penyebab kolitisnya
d. Penurunan berat badan (Kasus berat)
e. Feses mengandung sedikit darah/tanpa manifestasi sistemik (Kasus ringan)
f. Kembung dan peningkatan udara usus.
4. Diagnosis
Amoebiasis usus umumnya didiagnosis dengan mengidentifikasi kista atau
trofozoit motil dengan pemeriksaan pada sampel tinja menggunakan formalin atau
garam fisiologis. Kelemahan dari metode ini adalah sensitivitas dan spesifisitasnya
rendah karna seringkali didapatkan hasil positif palsu karena kehadiran E. dispar
atau E. moshkovskii. Serologi paling berguna pada pasien dengan penyakit
ekstraintestinal ketika organisme tidak ditemukan dalam sampel tinja. Pemeriksaan
spesimen biopsi mukosa kolon dan eksudat (nanah) juga dapat dijadikan sebagai
diagnosa penunjang dengan ciri seperti berikut terjadi penebalan mukosa dengan
atau tanpa ulserasi, adanya kehadiran amuba dalam eksudat yang berlendir,
nekrosis dan perforasi pada dinding usus.
Pengujian diagnostik pasien dengan dugaan kolitis tergantung pada sampel
yang diperoleh. Dalam kasus sampel tinja, tinja difiksasi dengan formalin. Semua
jenis struktur parasit, baik kista maupun trofozoit, diawetkan secukupnya untuk
pemeriksaan mikroskopis berikutnya. Sampelnya lalu dikirim ke departemen
mikrobiologi lalu dilakukan identifikasi kemungkinan kista dan/atau trofozoit
menggunakan etil asetat. Dalam beberapa kasus, untuk mengkonfirmasi hasil,
keberadaan antigen anti-amuba pada sampel tinja segar diuji menggunakan
Entamoeba CELISA Path1test. Dalam beberapa kasus, diagnosis juga dapat
didasarkan pada biopsi dari endoskopi. Tes serologis dilakukan untuk mempelajari
penyakit ekstraintestinal dengan menggunakan NovaLisa Entamoeba histolytica
IgG. Kolitis invasif diobati dengan metronidazole 750 mg PO per × 7 hingga 10
hari atau tinidazole 2 g PO sekali × 3 hari, diikuti oleh agen luminal untuk
menghilangkan kista intraluminal, umumnya paromomycin 25 hingga 30 mg / kg /
d PO dalam 3 dosis × 7 hari (Roure, dkk., 2019).
5. Epidemiologi
Amoebic colitis merupakan penyakit parasitik yang disebabkan oleh Entamoeba
histolytica, yaitu protozoa parasit yang terdapat diseluruh dunia. Diperkirakan 10%
populasi dunia terinfeksi E.histolytica yang kemudian berkembang menjadi kolitis
amoeba atau extraintestinal abscesses yang mana dalam 50 juta kasus setiap tahun
di seluruh dunia yang menyebabkan 100.000 kematian. E.histolytica ini merupakan
endemik di daerah tropis maupun subtropis. Pada negara maju pasien yang terkena
biasanya yaitu imigran, pelancong, pria yang berhubungan seks dengan pria dll.
Infeksi dengan E. histolytica mewakili sebagian kecil dari infeksi simtomatik, dan
jumlah kasus asimptomatik mencapai 80 hingga 90% orang yang terinfeksi E.
histolytica. Di daerah endemik seperti Amerika Tengah dan Selatan, Afrika Selatan,
di Asia, dan India, amebiasis lebih umum pada keseluruhan populas misalnya,
kejadian amebiasis usus di Meksiko dari 1995 hingga 2000 adalah antara 1000 dan
5000 kasus per 100.000 populasi per tahun (Lee dkk., 2014) .
6. Terapi Kolitis
a. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi penyakit inflamasi usus besar secara umum dapat
diberikan aminosalicylates, glucocorticoids, immunosuppressive agents
(azathioprine, mercaptopurine, cyclosporine, and methotrexate), antimicrobials
(metronidazole and ciprofloxacin), agent inhibir tumor necrosis factor-α (TNF-
α) (anti–TNF-α antibodies), dan leukocyte adhesion and migration
(natalizumab) (Dipiro, 2015). Terapi menggunakan kortikosteroid dan hormon
adrenkortikotropik merupakan terapi yang secara luas digunakan untuk
menekan inflamasi pada usus besar pada kondisi kolitis sedang sampai parah,
salah satu pilihan terapinya adalah prednisolone, namun bila penyebab
terjadinya inflamasi dapat diberikan terapi spesifik untuk menghilangkan agen
penyebab inflamasi.
Pada kolitis amubiasis dengan penyebab Entamoeba histolytica dapat
diberikan terapi metronidazol untuk membunuh amuba. Terapi lain yang dapat
diberikan adalah tinidazol untuk mengatasi resistensi pada metronidazole
(Gonzales, 2019). Metronidazol dapat diberikan dengan dosis oral dewasa 800
mg 3 kali sehari selama 5-10 hari atau tinidazole dengan dosis dewasa 1 g
perhari secara oral selama 2-3 hari. Terapi ajuvant juga dapat diberikan
tambahan terapi diloxanide furoate atau mepacrine hcl apabila terapi tunggal
tidak adekuat (BNF 76, 2018).
Kolitis yang disertai infeksi bakteri harus diberikan segera terapi empiris
dan definitif setelah kultur bakteri keluar. Antibiotik yang dapat diberikan dapat
disesuaikan dengan jenis bakteri hasil kultur beserta data sensitifitas bakterinya
sehingga tiap layanan kesehatan mungkin memiliki tatalaksana antibiotik yang
berbeda-beda. Antibiotik empiris yang dapat diberikan pada colitis antara lain
trimetroprim-sulfametoksazol, ampisilin, ampisilin-sulbactam, gentamisin,
metronidazole, cefoxitin, ceftriaxone, cefotaxim, klorampenikol, dan
vankomisin (David, 2019).
b. Terapi Non Farmakologi Kolitis
Terapi non farmakologi yang dapat diberikan pada pasien kolitis adalah
terapi suportif berupa intake protein untuk memperbaiki status gizi pasien baik
melalui infus atau oral bila memungkinkan. Terapi suportif lanjutan yang dapat
diberikan yaitu probiotik apabila infeksi telah berhasil diatasi untuk
memperbaiki kondisi flora normal di usus. (Dipiro, 2015; David, 2019).
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn. M
Umur : 80 tahun
Tanggal MRS : 25 Juli 2019
Tanggal KRS :-
Diagnosis : Kolitis amoeba + Post op hemikolektomi 10 hari
II. SUBYEKTIF
2.1. Keluhan Pasien :
Nyeri pada luka operasi (operasi hemikolektomi pada tanggal 28 Juli
2019 dan operasi debridement pada tanggal 4 Agustus 2019)
B. Tanda-tanda klinik
Tanggal
Kondisi Klinik
7-8-2019 8-8-2019 9-8-2019 10-8-2019 11-8-2019
Nyeri 4 4 3 3 3
Mual-muntah - - - - +
Demam - - - - -
Pada luka keluar cairan kuning tidak berbau
Problem Subyektif/
Terapi Analisis Obat DRP Plan & Monitoring
Medis Obyektif
Nyeri (pasca Subjektif: Novaldo 1x3 Novaldo mengandung metamizole - Plan:
operasi Nyeri pada ampul iv 7/8-11/8 Na yang diindikasikan untuk Terapi novaldo tetap
hemikolekto luka operasi (1 ampul meredakan nyeri terutama pada dilanjutkan karena
mi) mengandung 1000 kolik dan pasca operasi (MIMS pasien masih
Objektif: mg/2 mL) online, 2019). mengalami nyeri (skala
Skala nyeri Dosis: Dosis awal 500 mg secara iv, nyeri 3), bisa
7/8-8/8=4 lalu 500 mg tiap 6-8 jam (Maksimal dihentikan jika pasien
(moderate) 3xsehari) (MIMS online, 2019). tidak mengalami nyeri.
Skala nyeri Efek samping: Reaksi
9/8-11/8=3 hipersensitivitas pd kulit Monitoring:
(mild) (kemerahan pd kulit)(MIMS Rasa nyeri pasien, efek
online, 2019). samping obat
Tramadol 1x2 Tramadol adalah golongan obat Adanya reaksi yang tidak Plan:
ampul iv 7/8-10/8 analgesik opioid yang diinginkan Terapi sudah tepat
(1 ampul diindikasikan untuk meringankan yakni berupa mual (24- dengan menghentikan
mengandung 100 nyeri sedang hingga berat dan 40%) dan muntah (9-17%) pemberian tramadol
mg/2 mL) nyeri pasca operasi (DIH, 17th (Medscape, 2019) pada tanggal 11/8/2019
Edition). dan selanjutnya
Dosis : menggunakan asam
Pasien dengan usia >75 tahun mefenamat.
tidak boleh lebih dari 300 mg/hari
(DIH, 17th Edition). Monitoring:
Rasa nyeri pasien, efek
samping obat
Asam mefenamat Asam mefenamat merupakan obat - Plan:
500 mg, 3x1 p.o golongan NSAID yang Terapi dilanjutkan,
11/8 diindikasikan untuk nyeri dan apabila pasien sudah
peradangan, nyeri pasca operasi, tidak mengalami nyeri,
nyeri ringan sampai nyeri sedang terapi dapat dihentikan.
(BNF 74, 2017).
Dosis untuk nyeri ringan sampai Monitoring:
sedang, post operatif: 500 mg 3x1 Rasa nyeri pasien, efek
(BNF 74, 2017). samping obat
Lansia berisiko lebih tinggi untuk
efek samping berupa peptic ulcer
dan toksisitas ginjal, bahkan pada
dosis rendah (DIH, 17th Edition).
Problem Subyektif/
Terapi Analisis Obat DRP Plan & Monitoring
Medis Obyektif
Kolitis Subjektif: Metronidazole 500 Metronidazole merupakan pilihan Dosis terlalu rendah dan Plan:
amoeba - mg (3x1 po) 9/8- terapi obat yang efektif pada durasi terapi terlalu pendek Metronidazole
11/8 infeksi bakteri dan protozoa serta terdapat indikasi yang sebaiknya diberikan
Objektif: anaerob pada kondisi amoebiasis jelas namun tidak diterapi, sejak tanggal 7/8
Hasil invasif pada orang dewasa dan antiamoeba seharusnya selama 10 hari dengan
pemeriksaan anak-anak, infeksi intraabdominal, diberikan setelah adanya dosis 800 mg setiap 8
histopatologi dan pengobatan kolitis hasil pemeriksaan jam
pada tanggal pseudomembranosa, tetapi tidak histopatologi yaitu pasien
7 Agustus cukup untuk menghilangkan kista mengalami amubiasis pada Monitoring:
2019 adalah parasit di usus (Cochrane, 2009; tanggal 7, untuk Efek samping seperti
radang kronis DIH, 17th Edition). penggunaanya diberikan mual, muntah, dan
supuratif + Metronidazole termasuk kategori dengan dosis 800 mg setiap gejala infeksi seperti
Amubiasis amebisida; antibiotik, antibiotik 8 jam selama 5-10 hari peningkatan suhu, dan
topikal; antiprotozoal, (DIH, 17th Edition, BNF histopatologi
nitroimidazole (DIH, 17th 76 2018).
Edition).
Dosis Amebiasis secara oral: 800
mg setiap 8 jam selama 5-10 hari
(BNF 76, 2018)
Problem Subyektif/
Terapi Analisis Obat DRP Plan & Monitoring
Medis Obyektif
Infeksi post Subjektif: Cefoperazone Merupakan antibiotik golongan Terapi tidak tepat untuk Plan:
op Keluar cairan 3x1 iv tanggal sefalosporin generasi ketiga yang menangani P. aeruginosa, Terapi dilanjutkan dan
hemikolekto berwarna kuning 7/8-8/8 efektif mengatasi infeksi bakteri gram karena berdasarkan hasil dikombinasikan dengan
mi negatif dan memiliki aktivitas yang kultur tgl 7/8 terdapat Polimyxin iv 15.000-
Objektif: bagus pada Pseudomonas aeruginosa, bakteri P. aeruginosa 25.000 unit/kg/hari dibagi
Hasil kultur Pus efek samping yang sering muncul yang resisten terhadap setiap 12 jam. Total dosis
tanggal 7/8: berupa diare (Martindale ed 36 p. semua antibiotik, dan harian tidak boleh lebih
bakteri P. 227, 2009). intermediate terhadap dari 2.000.000 unit/ hari
aeruginosa, Dosis dewasa = 2-4 gram setiap hari antibiotic polimyxin. selama 7-14 hari (DIH,
resisten terhadap dibagi menjadi 2 dosis terbagi. Infeksi 17th Edition, drugs.com)
semua antibiotik, berat : 12 gr per hari dalam 2-4 dosis
intermediate pada terbagi. (MIMS.com) Monitoring:
antibiotic Efek samping obat, kadar
polimyxin. WBC, cairan kuning dan
Hasil kultur Pus keberadaan bakteri
tanggal 9/8: Amoxan 500 Amoxan (amoxicillin) merupakan obat Terapi kurang tepat Plan:
bakteri Klebsiella mg 3x1 p.o antibiotik golongan penicillin indikasi, karena dari hasil Sebaiknya diganti dengan
pneumonia sensitif tanggal 9/8- diindikasikan untuk susceptible kultur, tingkat sensitivitas antibiotik seperti
terhadap antibiotik 11/8 infections (termasuk urinary-tract penggunaan amoxicillin Cefoperazone dengan
cepoferazone / infections, otitis media, sinusitis, pada bakteri Klebsiella dosis 2-4 g per hari,
sulbactam, uncomplicated community acquired pneumonia adalah dibagi menjadi dua atau
doripenem, pneumonia, salmonellosis, oral intermediate tiga dosis sehari, karena
imepenem, infections (BNF 74, 2017). Klebsiella pneumonia
meropenem, Dosis : sensitif terhadap
amikasin dan 250-500 mg 3x1 antibiotik tersebut.
intermediate 500-875 mg 2x1 (DIH Edisi 17, 2009)
terhadap antibiotik Efek samping : diare, mual, muntah, Monitoring:
amoxicillin, ruam (BNF 58, 2009) Efek samping obat, kadar
cefoxitin, WBC, cairan kuning dan
tobramysin keberadaan bakteri
Problem Subyektif/
Terapi Analisis Obat DRP Plan & Monitoring
Medis Obyektif
Hipertensi Subjektif: Valsartan 80 Merupakan obat antihipertensi golongan - Plan:
Riwayat hipertensi mg 1x1 p.o ARB yang ditujukan untuk menurunkan Terapi dilanjutkan,
7/8-11/8 tekanan darah pasien. sebaiknya digunakan
Objektif: Dosis : golongan CCB untuk
TD 7/8-9/8 dan 11/8↑ Initial dose = 80-160 mg/hari pasien di atas 55 tahun
Dosis max = 320 mg/hari (JNC 8, 2014)
(DIH edisi 17, 2009)
Monitoring:
Tekanan darah
Lisinopril 1x1 Golongan obat (ACE)Inhibitor, Adanya interaksi berupa Plan:
p.o tanggal dengan mekanisme menghambat meningkatkan adverse Terapi dihentikan,
10/8-11/8 konversi angiotensin I menjadi effect dan toksisitas dari valsartan dilanjutkan
angiotensin II ACEI Risk C sehingga dan apabila
Indikasi: pengobatan hipertensi, terapi tidak direkomendasikan membutuhkan terapi
tambahan gagal jantung, pengobatan penggunaan kombinasi ganda dapat
infark miokard akut ACEI dan ARB (DIH dikombinasikan
Kontraindikasi: hipersensitivitas Edisi 17, 2009, JNC 8, dengan CCB
lisinopril, angiodema dari pengobatan 2014)
ACEI sebelumnya Monitoring:
Tekanan darah
Problem Subyektif/
Terapi Analisis Obat DRP Plan & Monitoring
Medis Obyektif
Hipo- Subjektif: Albumin iv Albumin merupakan terapi tambahan - Plan:
albumin - tgl 7/8 yang diberikan kepada pasien yang Terapi sebaiknya diberikan apabila
memiliki kadar albumin rendah kadar albumin <2,5
Objektif: (hipoalbuminia) yang disebabkan infeksi
Kadar albumin tanggal kronik, malnutrisi, sindroma absorbsi, Monitoring:
26/7 = 2,38↓ hipertiroid, gangguan fungsi hati, luka Albumin dalam darah
28/7 = 1,4↓ bakar, asites, dan perdarahan. Terapi
29/7 = 2,5↓ albumin diberikan ketika nilai kadar
31/7 = 3↓ albumin < 2 g/dL (Liumbruno.G, dkk,
2009).
Problem Subyektif/
Terapi Analisis Obat DRP Plan & Monitoring
Medis Obyektif
- Subjektif: Novorapid Gol insulin kerja cepat ( insulin aspart) Terapi tanpa Plan:
- 3x4 U iv Kegunaan & mekanisme = menurunkan indikasi Terapi dihentikan
Objektif: tanggal 7/8- gula darah degan menstimulasi perifer
GDA 159 pada 7/8 10/8 dalam uptake glukosa. Menghambat Monitoring:
2019 produksi glukosa hati. Cepat diabsorbsi, Gula darah pasien
durasi aksi lebih pendek , baik dalam
menurunkan gula darah post prandial dari
pada insulin biasa (Dipiro 9th ED)
Problem Subyektif/
Terapi Analisis Obat DRP Plan & Monitoring
Medis Obyektif
Mual Subjektif: - - Ada indikasi yang Plan:
muntah Mengalami mual tidak diterapi Diberikan metoklopramid
muntah pada tanggal bila diperlukan
11/8 2019
Monitoring:
Objektif: Mual muntah pasien
-
Subyektif/
Terapi Terapi Analisis Obat DRP Plan & Monitoring
Obyektif
Terapi Subjektif: Clinimix iv Clinimix merupakan infus larutan nutrisi - Plan:
suportif - tgl 7/8-9/8 untuk mendukung kebutuhan nutrisi Pemberian terapi sudah tepat
selama pasien tidak dapat menyerap
Objektif: nutrisi melalui saluran pencernaan, tidak Monitoring:
- mendapat nutrisi yang cukup secara oral Kadar elektrolit, efek
atau enteral (DIH ed 17th). samping, kadar gula darah
Komposisi Clinimix : asam amino 2,75%, pasien
dekstrosa dan elektrolit 10%.
Dosis (DIH ed 17 th):
Kalori total : 85-105 kcal/kg/hari
Cairan Elektrolit : 130-150
mL/kg/hari
Asam Amino : 2.5 g/kg/day
Karbohidrat : 6-8 mg/kg/menit
Efek samping: Hiperglikemia (kelebihan
kadar gula pada darah) dan flebitis
(peradangan pembuluh darah vena).
Terapi Subjektif: Sucralfat Merupakan obat yang digunakan untuk Adanya interaksi Plan:
preventif - Syrup 3XCII mengobati duodenal ulcer atau mencegah yaitu dapat Terapi dilanjutkan dan diberi
tukak (p.o) tanggal tukak lambung yaitu dengan cara mempengaruhi rentang minimal 2 jam bila
lambung Objektif: 7/8-11/8 melindungi mukosa dari serangan asam- penyerapan obat mengonsumsi obat lain
- pepsin di gastric atau duodenal ulcer lain (DIH ed 17th).
(DIH ed 17th). Dosis dewasa terapi awal Monitoring:
digunakan 1 g 4x sehari , terapi Nyeri lambung
maintenance 1 g 2x1.
Pembahasan tambahan :